Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MASALAH KECACATAN

Disusun Oleh :

Muhammad Patoni (190302072)

PMI V C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ( C )
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah “Masalah Kecacatan” pada Remaja dengan baik.Kami berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini.Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.Dan semoga makalah ini bisa
berguna bagi kami dan pembaca.

Mataram 13 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar belakang .................................................................................................................... 1

B. Rumusan masalah .............................................................................................................. 2

C. Manfaat & Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................................. 3

A. Pengertian Masalah Kecacatan .......................................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5

A. Terkait Kasus ..................................................................................................................... 5

B. Solusi & Tahapan dalam menyelesaikan masalah ............................................................. 6

C. Ananlisis Penulis................................................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 8

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat berat
serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi para penyandang
cacat bukan hanya dari aspek sosial dan psikologisnya namun juga kesiapannya dalam
memasuki dunia kerja, kemiskinan informasi, akses, wawasan, keberanian, daya dan prakarsa.
Ada sebagian kecil dari mereka yang entah diperalat orang lain atau memperalat dirinya sendiri
karena cacat tubuh yang disandang, kemudian mangkal di pinggir jalan atau di lampu merah
mengundang rasa iba para pemakai jalan demi sekeping rupiah. Ada juga beberapa dari mereka
menjadi pengamen jalanan.

Penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai


kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di
segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pengertian penyandang cacat menurut PP no. 36
tahun 2009 adalah seseorang yang menurut ilmu kedokteran dinyatakan mempunyai kelainan
tubuh, dan atau mental yang oleh karenanya dapat merupakan rintangan atau hambatan baginya
untuk melakukan kegiatan selayaknya. Kriteria cacat tubuh antara lain: anggota tubuh tidak
lengkap putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki, cacat tulang/persendian, cacat sendi otot dan
tungkai, lengan atau kaki, dan lumpuh.

Seseorang yang mengalami cacat pada masa pertumbuhan akan lebih banyak
menunjukkan adanya gangguan emosi dan reaksi menolak pada kecacatan yang dideritanya
sehingga akan lebih sulit dalam mengadakan penyesuaian di kehidupannya. Kartono (2007)
mengemukakan penyandang cacat biasanya merasa malu dan menderita batinnya, selalu
dibayangi ketakutan serta keraguraguan, sehingga timbullah rendah diri. Penelitian Hussain
(2006) menyatakan permasalahan yang dialami oleh penyandang cacat diantaranya konsep diri
dan rendah diri. Rajeshwari (2009) pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan semakin
tinggi inferioritas remaja maka akan semakin mengalami frustrasi. Rendah diri (inferioritas)
merupakan salah permsalahan yang sering dialami oleh remaja. Menurut Adler (Rajeshwari,
2009) inferioritas merupakan situasi dimana individu merasa sikap dan kemampuannya
mengalami penolakan dari orang lain. Di dukung pendapat Somantri (2006) yang menyatakan
bahwa kecacatan dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Dari segi perkembangan fisik,

1
potensi fisik tidak utuh karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna. Dari segi mental
kejiwaan, penampilan secara jasmaniah bagi sering dirasakan sebagai beban mental, terlebih
lagi pada wanita, dimana penampilan mempunyai arti tersendiri.

Permasalahan ini bisa berkembang menjadi suatu perasaan yang menjurus ke arah
negatif seperti pemalu, mudah putus asa, menarik diri dari lingkungan dan sebagainya. Salah
satu bentuk upaya pemberdayaan bagi penyandang cacat adalah melalui pusat rehabilitasi.
Pusat pembinaan anak cacat BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta merupakan unit operasional
di bawah Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan usaha memberdayakan penyandang cacat tubuh melalui rehabilitasi
lengkap yaitu, rehabilitasi medis, sosial psikologis, pendidikan dan pelatihan agar mereka pulih
kemampuannya untuk berperan serta dalam masyarakat guna mendapatkan penghidupan dan
kehidupan yang layak. Namun dalam kenyataan penyandang cacat yang mendapatkan layanan
pendidikan komprehensif (menyangkut rehabilitas medik, pendidikan, pelatihan, sosial) masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan pusat rehabilitasi atau pembinaan untuk para penyandang
cacat masih terbatas khususnya di daerah-daerah pedesaan atau kota kecil.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut : Bagaimana cara mengetahui seluk beluk mengenai masalah kecacatan yang di alami
Sebagian masyarakat.

C. Manfaat & Tujuan

1. Agar dapat mengetahui apa itu masalah kecacatan dan cara menangani atau memberi
solusi terhadap masyarakat yang mengalami kecacatan.
2. Menganalisis masalah sosial dalam hal masalah kecacatan yang terjadi di masyarakat.

2
BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Masalah Kecacatan

Pengertian Masalah cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai kelainan tubuh
pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya
yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara layak. Cacat tubuh juga disebut cacat orthopedic dan cacat muskuloskeletal
yang berarti cacat yang ada hubungannya dengan tulang, sendi dan otot. Cacat ortopedi adalah
sakit jenis cacat, dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, persendian
mengalami kelainan (abnormal) sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi gerak
(motorik). Penyandang cacat tubuh berdasarkan jenis kecacatan dibedakan menjadi:

➢ Putus (amputasi) pada kaki dan atau


➢ tangan,
➢ Cacat tulang persendian, tungkai, tangan
➢ dan sebagainya,
➢ Cacat tulang punggung,
➢ Paraplegia,
➢ Cacat akibat sakit folio,
➢ TBC tulang dan sendi,
➢ Cerebral palcy (cacat koordinasi dari
➢ gerak anggota badan yang terganggu).

Sedangkan berdasar derajat kecacatannya dibedakan:


1) Cacat tubuh ringan Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas
hidup sehari- hari (ADL)nya tidak memerlukan pertolongan orang lain. Termasuk dalam
golongan cacat ini adalah amputasi tangan atau kaki salah satu, cerebral palcy ringan, layuh
salah satu kaki, tangan/kaki bengkok dan sebagainya.
2) b ) Cacat tubuh sedang Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh, dimana kebutuhan
aktivitas hidup sehari- hari (ADL)nya harus dilatih terlebih dahulu, sehingga untuk
seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk golongan ini adalah cerebral palcy
sedang, amputee dua tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan seterusnya.

3
3) Cacat tubuh berat Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)nya
selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain amputee dua kaki atas lutut dan dua
tangan atas siku, cerebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat dan
sebagainya. (Departemen Sosial, 2008). Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu dari
penyandang masalah kesejahteraan sosial memiliki karakteristik yang berbeda dengan
penyandang masalah sosial lainnya. Karakteristik tersebut adalah memiliki keinginan untuk
disayang yang berlebihan bahkan mengarah pada over protective, rasa rendah diri, kurang
percaya diri, cenderung mengisolir diri, kehidupan emosional yang labil, dorongan biologis
yang cenderung menguat, kecenderungan hidup senasib, berperilaku agresif, ada perasaan
tidak aman, cepat menyerah, apatis, kekanak-kanakan dan melakukan mekanisme
pertahanan diri yang kadang-kadang berlebihan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik tersebut bisa berasal dari traumatik,


faktor bawaan, penyakit, waktu terjadinya kecacatan, perlakuan lingkungan/masyarakat
setempat, perlakuan anggota keluarga, iklim dan keadaan alam atau lingkungan alam, ekologi
dan trandisi setempat serta pandangan hidup dalam diri, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Pandangan hidup dalam diri, keluarga, masyarakat dan pemerintah ini sangat terkait dengan
permasalahan yang dihadapi penyandang cacat. (Departemen Sosial, 2008) Dari uraian tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa penyandang cacat tubuh adalah setiap orang yang mempunyai
kelainan fisik yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya
untuk melakukan kegiatan secara layak. Oleh karena itu penyandang cacat membutuhkan
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang sesuai dengan kebutuhan, agar penyandang cacat mampu
melaksanakan fungsi secara wajar atau mandiri.

4
BAB III PEMBAHASAN

A. Terkait Kasus

Permasalahan yang dihadapi para penyandang cacat bukan hanya dari aspek sosial dan
psikologisnya namun juga kesiapannya dalam memasuki dunia kerja, kemiskinan informasi,
akses, wawasan, keberanian, daya dan prakarsa. Ada sebagian kecil dari mereka yang entah
diperalat orang lain atau memperalat dirinya sendiri karena cacat tubuh yang disandang,
kemudian mangkal di pinggir jalan atau di lampu merah mengundang rasa iba para pemakai
jalan demi sekeping rupiah. Ungkapan informan ini membuktikan bahwa meskipun
penyandang cacat mempunyai keterbatasan fisik ternyata hasil kerjanya tetap baik tidak jauh
berbeda dengan hasil kerja mereka yang tidak cacat.

Penyandang cacat sebagai individu yang mengalami hambatan masih mempunyai


kemampuan yang dapat dikembangkan terutama dalam perkembangan emosional, dimana
emosi merupakan kebutuhan bagi setiap orang yaitu untuk dihargai dan diakui keberadaannya.
Hal tersebut didukung pendapat informan dari pelaksana program berinisial Rtn lain yang
mengatakan bahwa, “Perlu peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan dan
informasi yang benar berkaitan dengan kondisi penyandang cacat dan masalahnya, agar
masyarakat dan lingkungannya dapat menerima secara wajar dan berpartisipasi dalam setiap
kegiatan masyarakat” Kebutuhan Penyandang Cacat dalam Keluarga Informasi yang diperoleh
dari kelayan panti bahwa dengan adanya dorongan dan dukungan dari keluarga maka mereka
memiliki semangat untuk mengikuti pelayanan dan rehabilitasi sosial di panti.

Peran serta orang tua dalam menumbuhkembangkan keberfungsian sosial juga dapat
diwujudkan dalam organisasi Persatuan Orang tua Penyandang Cacat Tubuh. Tujuan
dibentuknya organisasi tersebut adalah untuk memobilisir potensi orang tua dan keluarga dalam
mendukung keberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Diungkapkan
bahwa adanya keterbukaan dan pengakuan masyarakat terhadap keberadaan penyandang cacat
dapat menjadi motivasi hidup mereka. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penyandang cacat
membutuhkan dukungan, pengakuan dan penerimaan dari orang tua, keluarga serta masyarakat.
Hal tersebut juga dilandasai oleh pandangan bahwa manusia tak terkecuali orang cacat sama
dihadapan Tuhan, perlu diakui keberadaaannya,

5
B. Solusi & Tahapan dalam menyelesaikan masalah

Dalam hal ini pemerintah harus bisa secara maksimal untuk memberikan fasilitas
pelayanan umum terhadap penyandang masalah kecacatan. Kebutuhan Pelayanan
Umum/Aksesibilitas Penyediaan sarana aksesibilitas lingkungan merupakan kebutuhan bagi
penyandang cacat. Lingkungan yang akses bagi penyandang cacat akan memberikan dukungan
yang besar terhadap proses dan keberhasilan pengembangan potensi dan keberfungsian sosial
penyandang cacat. Hal ini karena lingkungan yang akses akan memperlancar dan memberi
kemudahan mobilitas penyandang cacat karena keterbatasan fisik dalam segala aspek
kehidupannya. Dari hasil wawancara dengan penyandang cacat baik yang masih menjadi
kelayan maupun mantan kelayanan PSBD terungkap bahwa aksesibilitas fisik yang mestinya
disediakan adalah:
1) Rambu-rambu jalan baik di lingkungan panti maupun di masyarakat.
2) Ramp (pegangan) untuk keluar masuk bangunan.
3) Lift untuk bangunan berlantai 2 atau lebih.
4) Pegangan dalam kamar mandi/toilet dan tanda bahaya/darurat.
5) Tidak menggunakan lantai yang licin.
6) Mobil dan ambulance di rancang khusus untuk penyandang cacat.
7) Ukuran dasar ruang, letak peralatan dan sarana aksesibilitas yang sesuai dengan
ketentuan teknis (KepMen PU Nomor 468/KPTS/1988).
8) Jalur khusus bagi pengguna kursi roda, boks telpon khusus, tempat wudhu bagi pengguna
kruk dan toilet khusus.

C. Ananlisis Penulis

Menurut saya pelayanan bagi penyandang masalah kecacatan di Indonesia masih


kurang dalam segi fasilitas dan pelayanan public untuk menunjang kebutuhan menyandang
masalah kecacatan. Selain itu perlu juga dibentuk Lembaga yang benar benar berfokus pada
pemecahan masalah kecacatan agar data data orang yang memiliki masalah kecacatan dapat
terbantu dengan secara maksimal.

6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyandang cacat sebagai manusia membutuhkan kebutuhan yang sama dengan


manusia pada umumnya yaitu kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Kebutuhan fisik meliputi
makan, sandang, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan akses pekerjaan. Untuk kebutuhan
sosial yaitu penerimaan dan penghargaan, sedangkan kebutuhan psikis yaitu perhatian, kasih
sayang sehingga merasa aman. Kebutuhan yang khusus adalah aksesibilitas yakni lingkungan
yang akses untuk memperlancar dan memudahkan mobilitas karena keterbatasan fisiknya.
Selain lingkungan yang akses penyandang cacat juga memerlukan alat bantu mobilitas sesuai
dengan kecacatannya guna meminimalisir keterbatasan dalam mobilitas. Diketahuinya
kebutuhan penyandang cacat secara jelas maka dapat dijadikan acuan dalam pelayanan dan
rehabilitasi sehingga tujuan rehabilitasi sosial dapat tercapai yaitu penyandang cacat dapat
melaksanakan fungsi sosial secara wajar dan mandiri sesuai dengan kondisinya.

7
DAFTAR PUSTAKA

2006, BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Surakarta; BBRSBD

2008, Panduan Khusus Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti.
Jakarta: Dit. PRSPC

2008, Standarisasi Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti,
Jakarta: Dit. PRSPC

Anda mungkin juga menyukai