Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SYARIAH, IBADAH DAN MUAMALAH

KELOMPOK 3(A)
 WA ODE IIN LESTIAN {A1H121079}

 AYU PUSPITA SARI {A1H12104}

 OKTI JAYANTI {A1H121109}

 IKRA LISTI ASTUTI {A1H121047}

 SRI WAHYUNITA {A1H121121}

 SURDAYANTI {A1H121031}

 RUSMAWATI {A1H121065}

 ANIA FARNIA {A1H121037}

 TETI ASTARINA {A1H121123}

 SRI REJEKI HAYANUDDIN {A1H121029}

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Pencipta danPemelihara alam semesta ini,
atas karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Agama yang berjudul Syariah, Ibadah, dan
Muamalah. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan bagi nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman termasuk kita semua.

Makalah ini kami susun sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dan diharapkan dengan disusunnya
makalah ini akan menjadi acuan untuk mendukung proses pembelajaran Pendidikan Agama secara
sederhana dan mengena pada permasalahan yang ada di masyarakat. Disadari sepenuhnya masih banyak
kekurangan dalam pembahasan makalah ini dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi
untuk itu besar harapan kami akan saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke
depannya.

Kendari, 25 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................................................
B.Rumusan Masalah..............................................................................................
C.Tujuan Masalah..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Syariah..............................................................................................................
B. Ibadah...............................................................................................................
C. Muamalah.........................................................................................................

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan........................................................................................................
B.Saran..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT. Dengan segala pemberian-Nya
manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah
tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut
manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai
dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk
berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum
Allah yang Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).

Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber
syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam
kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang
telah tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah hidup kita akan selamat dunia
dan akhirat.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Syariah & ruang lingkup

2. Apakah yang dimaksud dengan jenis ibadah khusus dan umum

3. Apakah yang dimaksud dengan kaitan ibadah khusus dan Muamalah

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan umum, Secara umum pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan
memahami Hukum Islam tentang Muamalah

2. Tujuan khusus, Tujuan khusus pembuatan makalah ini yaitu untuk mengikuti prosedur
pengajaran dalam mata pelajaran Agama Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Syariah

Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang merupakan jalan atau pedoman
hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada
sesame manusia.

Ruang Lingkup Syariah

Ruang lingkup syariah lain mencakup peraturan-peraturan sebagai berikut :

 Ibadah, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual),
yang terdiri dari :

 Rukun Islam : mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, zakat, puasa, dan haji.

 Ibadah lainnya yang berhubungan dengan rukun Islam.

 Badani (bersifat fisik) : bersuci meliputi wudlu, mandi, tayamum, pengaturan menghilangkan
najis, peraturan air, istinja, adzan, qomat, I’tikaf, do ’a, sholawat, umroh, tasbih, istighfar, khitan,
pengurusan mayit, dan lain-lain.

 Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah, dan lain-lain.

 Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan yang lainnya dalam hal
tukar-menukar harta (jual beli dan yang searti), diantaranya : dagang, pinjam-meminjam, sewa-
menyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang, utang-
piutang, pungutan, warisan, wasiat, nafkah, titipan, jizah, pesanan, dan lain-lain.

 Munakahat, yaitu peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dalam
hubungan berkeluarga (nikah, dan yang berhubungan dengannya), diantaranya : perkawinan,
perceraian, pengaturan nafkah, penyusunan, memelihara anak, pergaulan suami istri, mas kawin,
berkabung dari suami yang wafat, meminang, khulu’, li ’am dzilar, ilam walimah, wasiyat, dan
lain-lain.

 Jinayat, yaitu peraturan yang menyangkut pidana, diantaranya : qishsash, diyat, kifarat,
pembunuhan, zinah, minuman keras, murtad, khianat dalam perjuangan, kesaksian dan lain-lain.

 Siyasa, yaitu yang menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik), diantaranya : ukhuwa


(persaudaraan) musyawarah (persamaan), ‘adalah (keadilan), ta ’awun (tolong menolong), tasamu
(toleransi), takafulul ijtimah (tanggung jawab sosial), zi ’amah (kepemimpinan) pemerintahan dan
lain-lain.
 Akhlak, yaitu yang mengatur sikap hidup pribadi, diantaranya : syukur, sabar, tawadlu, (rendah
hati), pemaaf, tawakal, istiqomah (konsekwen), syaja’ah (berani), birrul walidain (berbuat baik
pada ayah ibu), dan lain-lain.

 Peraturan-peraturan lainnya seperti : makanan, minuman, sembelihan, berburu, nazar,


pemberantasan kemiskinan, pemeliharaan anak yatim, mesjid, da ’wah, perang, dan lain-lain.

B. Ibadah

Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara ’
(terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara
lain adalah:

 Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-
Nya.

 Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling
tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

 Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa
Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Ibadah inilah yang
menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:

“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.
Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai
kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58].

Allah SWT. memberitahukan hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka agar mereka
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.dan Allah SWT. Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi mereka yang membutukan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah SWT.
maka mereka menyembah-Nya sesuai aturan syari ’at-Nya. Maka siapa yang menolak ibadah kepada Allah
SWT. ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari ’atkan maka
ia adalah mubtadi (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari ’at-Nya, maka
dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja ’ (mengharap),
mahabbah (cinta), tawakal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah qalbiyah (yang
berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik
dan hati)
C. Muamalah

Secara Terminologi Muamalah adalah istilah yang digunakan untuk permasalahan selain ibadah.

Menurut fiqih, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara
yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, sewa menyewa, upah mengupah,
pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat dan lain-lain.

Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur ’an dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara
dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan kepada mamnu ’ (dilarang atas
haram). Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu ’amalah
(hubungan kita dengan sesame manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan
minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh ”
(jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya.

Berkaitan dengan hal di atas (mu’amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan:

“Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan dunia Anda,
(teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda. ”

Dalam ibadah, sangat penting untuk diketahui apakah ada suruhan atau contoh tatacara, atau aturan yang
pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW. Apabila hal itu tidak ada, maka tindakan yang kita lakukan dalam
ibadah itu akan jatuh kepada bid’ah, dan setiap perbuatan bid ’ah adalah dhalalah (sesat). Sebaliknya dalam
mu’amalah yang harus dan penting untuk diketahui adalah apakah ada larangan tegas dari Allah dan
Rasul-Nya, karena apabila tidak ada, hal tersebut boleh saja dilakukan. Dalam hal ini, Dr. Kaelany juga
menjelaskan adanya dua prinsip yang perlu kita perhatikan, yaitu:

Manusia dilarang “menciptakan agama, termasuk system ibadah dan tata caranya, karena masalah agama
dan ibadah adalah hak mutlak Allah dan para Rasul-Nya yang ditugasi menyampaikan agama itu kepada
masyarakat. Maka menciptakan agama dan ibadah adalah bid ’ah. Sedang setiap bid ’ah adalah sesat.

Adanya kebebasan dasar dalam menempuh hidup ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan masalah
mu’amalah, seperti pergaulan hidup dan kehidupan dalam masyarakat dan lingkungan, yang dikaruniakan
Allah kepada umat manusia (Bani Adam) dengan batasan atau larangan tertentu yang harus dijaga.
Sebaliknya melarang sesuatu yang tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya adalah bid ’ah.

Dalam menjalankan keseharian, penting bagi kita untuk mengingat dua prinsip di atas. Ibadah tidak dapat
dilakukan dengan sekehendak hati kita karena semua ketentuan dan aturan telah ditetapkan dalam Al-
Qur’an dan Sunnah, serta contoh dan tatacaranya telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Melakukan sesuatu dalam ibadah, yang tidak ada disebutkan dalam Al-Qur ’an dan Sunnah berarti
melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT, dan ini sungguh merupakan perbuatan
yang sesat.

Namun dalam beberapa hal, tentu ada hal yang harus diperhatikan sesuai dengan perkembangan zaman.
Di sini lah implikasi dari mu’amaah itu sendiri. Selama tidak ada larangan secara tegas di dalam Al-
Qur’an dan Sunnah, hal yang dipertimbangkan itu boleh dilakukan.
Hal ini telah diterangkan oleh Rasul dalam sabdanya yang sudah ditulis di atas. Sebagai contoh adalah
dalam kehidupan sehari-hari, pada zaman hidupnya Rasulullah, masyarakat yang mengadakan perjalanan
dari satu tempat ke tempat lain menggunakan binatang Unta sebagai kendaraan.

Akan tetapi hal itu tidak mungkin sama dalam kehidupan zaman modern ini. Dan karenanya,
menggunakan kendaraan bermotor diperbolehkan karena tidak ada larangan dari Allah dan Rasul-Nya
(tidak tertera larangan yang tegas dalam Al-Qur ’an dan Sunnah). Syariat Islam adalah ajaran islam yang
membicarakan amal manusia baik sebagai makluk ciptaan Allah maupun hamba Allah.

 Macam – macam Ibadah dan Mu’amalah

Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan muamalah dalam arti luas ialah sama sama
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitan dengan pengaturan harta.

Pembagian Muamalah

Menurut Ibn Abidin, fiqh muamalah terbagi menjadi lima bagian, yaitu:

 Mu'awadlah Matiyah (Hukum Kebendaan),

 Munakahat (Hukum Perkawinan),

 Muhasanat (Hukum Acara),

 Amanat dan ‘Aryah (pinjaman),

 Tirkah (Harta Peninggalan).

Ibn Abidin adalah salah seorang yang mendefinisikan muamalah secara luas sehingga munakahat
termasuk salah satu bagian fiqh muamalah, padahal munakahat diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, yaitu
fiqh munakahat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Syari’ah adalah sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang merupakan jalan atau pedoman
hidup manusia dalam melakukan hubungan vertical kepada Pencipta, Allah SWT, dan juga kepada
sesame manusia.
Muamalah adalah Hukum Islam yang berkaitan dengan hak dan harta yang muncul dari transaksi antara
seseorang dengan orang lain , atau antara seseorang dengan badan hukum , atau antara badan hukum yang
satu dengan badan hukum yang lainnya .

Semoga Ibadah yang kita perbuat dapat merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik
berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.

Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam dan umumnya pada seluruh umat
manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan demikian Syariah Islam dapat terus
menerus memberikan dasar spiritual bagi umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi
di masyarakat dalam semua aspek kehidupan. Syariah Islam dalam muamalah senantiasa mendorong
penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling merugikan, mencegah perselisihan dan
kesewenangan dari pihak yang kuat atas pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah
berdasarkan syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh rahmat.

B. Saran

Kami berharap dengan adanya makalah ini membuat para pembaca lebih memahami tentang SYARIAH
IBADAH DAN MUAMALAH. Dan semoga makalah ini dapat bermaanfaat bagi para pembaca. Apabila
dari pembaca memiliki saran untuk makalah ini kami akan sangat menerima saran itu agar makalah ini
lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

- Prof. T. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Fakta Keagungan Syari'at Islam, Tintamas, Jakarta, 1992 - Harun
Nasution "Dasar Pemikiran Pembaharuan dalam Islam", Pustaka Pajimas, Jakarta, 1985. - Prof. T. M.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Kuliah Ibadah, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2000 - DR. H. Fathurrahman
Djamil, MA, Filsafat Hukum Islam, Logos, Jakarta, 1999 - Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqashid Syari'ah,
Pustaka Kautsar, Jakarta, 2007 - DR. H. Nasruh Haroen, MA, Fiqh Mua'malah, Gaya Media Pratama,
Jakarta, 2000 .

www.2012/08/makalah-hukum-islam-tentang-muamalah.html

Anda mungkin juga menyukai