PENDAHULUAN
Vertebra atau tulang belakang terdiri dari 33 ruas yaitu terdiri dari 7
V.Cervical, 12 V.Thorakal, 5 V.Lumbal, 5 V.Sakrum dan 4 V.Coxigeus. Vertebra
Lumbal adalah vertebra terbesar diantara vertebra yang lainnya karena harus
menopang beban terberat. Kelainan-kelaianan yang dapat terjadi pada lumbal
antara lain yaitu disc disorder, spondylolysis, spondylolisthesis, rheumatoid
Arthritis, neoplastic diseases, metabolic bone disease (Deviyanti, et al., 2013).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Lumbal: terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya.
Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa
gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu diskus intervertebralis
yang terdapat di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang
dan berfungsi melindungi jalinan tulang belakang. Bagian luar dari bantalan
ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari tulang rawan dan nucleus
pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung banyak air. Dengan
adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang belakang
dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti dalam
keadaan melompat (Guyton & Hall, 2008). Jika terjadi kerusakan pada bagian
ini maka tulang dapat menekan syaraf pada tulang belakang sehingga
menimbulkan kesakitan pada punggung bagian bawah dan kaki. Struktur
tulang belakang ini harus dipertahankan dalam kondisi yang baik agar tidak
terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan cidera (Cailliet, 2005).
B. Fisiologi
Ukuran tulang vertebra lumbal semakin bertambah dari L1 hingga
L5 seiring dengan adanya peningkatan beban yang harus disokong. Pada
bagian depan dan sampingnya, terdapat sejumlah foramina kecil untuk suplai
arteri dan drainase vena. Pada bagian dorsal tampak sejumlah foramina yang
lebih besar dan satu atau lebih orificium yang besar untuk vena basivertebral.
Corpus vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari
tulang korteks yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-
lubang (honeycomb-like). Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut
dengan endplate. End plates menebal di bagian tengah dan dilapisi oleh
2
lempeng tulang kartilago. Bagian tepi end plate juga menebal untuk
membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal plate yang berfusi dengan
corpus vertebrae pada usia 15 tahun.
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis
besar terbagi atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra,
diskus intervertebralis (sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum
longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas
pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus
yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebra.
Bagian posterior vertebra antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi
apofisial (Haldeman et al, 2002). Diskus intervertebralis baik anulus fibrosus
maupun nukleus pulposusnya adalah bangunan yang tidak peka nyeri,dan
yang merupakan bagian peka nyeri adalah:
Lig. Longitudinale anterior
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum Fasia dan otot
C. Anatomi
1. Processus spinosus
2. Processus tranversus/costarius
3. Processus accecorius
3
4. Pediculus arcus vertebra
5. Lamina arcus vertebralis
6. Incisura vertebralis superior
7. Incisura vertebralis inferior
8. Corpus vertebra
9. Processus articularis superior
10. Processus articularis inferior
4
Komponen pertama, nukleus pulposus, merupakan suatu
substansi proteoglikan yang mengandung jaringan fibril kolagen
tipe II yang tersusun acak, berbentuk seperti gel yang dipadatkan
dalam suatu bentuk mukoprotein terbuat dari air dan sejumlah
mukopolisakarida (88% air pada bayi baru lahir dan 70% pada
orang tua berumur kurang lebih 70 tahun), sehingga dapat
menyerap cukup banyak tekanan. Matriks ini bersifat hidrofilik,
mendapatkan air melalui mekanisme imbibisi dan osmosis.
Menurunnya kandungan air sejalan dengan pertambahan usia
disebabkan oleh karena berkurangnya kandungan proteoglikan
secara absolut dan terjadinya perubahan rasio proteoglikan. Proses
hilangnya kandungan air ini akan menyebabkan berkurangnya
kemampuan nukleus pulposus untuk berfungsi seperti gel dan
menahan tekanan. Nukleus pulposus mencakup 40% total area
potong lintang diskus. Terletak di posterosentral dan dipisahkan
dari tepi perifernya oleh lamellae konsentrik fibrocartilagenous dan
protein fibrous dari annulus fibrosus yang membentuk komponen
kedua diskus intervertebralis dan tepi luar diskus.
Annulus fibrosus terdiri dari 10 hingga 20 lamela
konsentrik yang memisahkan vertebral endplate dengan nucleus
pulposus dan menyebabkan pergerakan terbatas antar vertebra yang
berdekatan. Dari permukaan nucleo-annular ke arah luar, ketebalan
lamella bertambah secara bertahap. Di setiap lamella, serabut
kolagen berjalan oblique dan helicoidal membentuk orientasi
sebesar 300 terhadap bidang sendi. Serabut dari lamellae yang
berikutnya mempunyai susunan yang serupa, tetapi berjalan dengan
arah yang berlawanan sehingga membentuk sudut 1200 satu dengan
yang lainnya. Orientasi tersebut berfungsi penting ketika serabut
merespon gaya yang dipaparkan pada diskus. Kombinasi gaya yang
dipaparkan pada diskus akan menyebabkan timbulnya
kemungkinan rusaknya serabut annulus.
5
Komponen ketiga diskus adalah kartilago hialin yang
terletak di permukaan tulang subchondral yang mendatar disangga
oleh bagian spongiosa corpus vertebra. Pada permukaan tulang
subchondral ini terdapat sejumlah perforasi kecil yang
menyebabkan adanya kontak langsung (tidak berpenetrasi) antara
pembuluh darah pada sumsum tulang belakang dan permukaan
kartilago. Jalur inilah yang merupakan jalur nutrisi yang utama
untuk diskus. Nutrisi untuk diskus dilakukan dengan cara imbibisi
yang terjadi karena adanya kompresi dan relaksasi intermiten.
c. Cauda Equina
Cauda Equina Syndrome (CES) adalah kondisi neurologis
serius yang disebabkan oleh kerusakan atau gangguan di Cauda
Equina yang menyebabkan hilangnya fungsi plexus lumbalis
(serabut saraf) di area dibawah conus medullaris
6
Gambar 3. Cauda Equina Syndrome
7
Gambar 5. Nukleus Pulposus
Syndemosis
Hubungan antar corpus vertebra karena adanya ligamentum
8
tulang iga di regio thoraks. Fascia ini juga dikelilingi oleh otot-otot
sacrospinalis. Dibawah fascia terletak otot-otot multisegmental superficial,
yang secara kolektif disebut dengan nama otot erector spinae. Origo fascia
ini adalah sebuah tendon tebal yang melekat pada bagian posterior dari
sacrum, crista iliaca, processus spinosus dan ligamen supraspinosus.
a. Rotator
Rotasi vertebrae lumbal dilakukan oleh kontraksi
unilateral otot yang mengikuti arah oblique tarikan; semakin
oblique arahnya maka efek rotasinya semakin menonjol. Sebagian
besar dari ekstensor dan lateral fleksor berjalan dalam arah
oblique dan menghasilkan rotasi ketika komponen utamanya
dinetralisisr oleh kelompok otot antagonis.
b. Sirkumduksi (Fleksi, Fleksi Lateral, Ekstensi)
Batang tubuh sebetulnya dapat melakukan gerakan
sirkumduksi, tetapi tidak sering dipergunakan dalam pergerakan.
Sirkumduksi batang tubuh merupakan hasil dari kombinasi
berurutan dari fleksi, fleksi lateral, hiperekstensi, dan fleksi lateral
ke sisi lain. Walaupun bukan bagian anatomis dari punggung
bawah, tetapi otot-otot anterior abdominal, seperti rectus
abdominis, external abdominal oblique, internal abdominal
oblique, transversalis (fleksor pinggul dan batang tubuh),
hamstrings (fleksor lutut), quadriceps (ekstensor lutut),
gastrocnemius dan soleus (plantar fleksor kaki), merupakan
struktur penyangga yang penting dari vertebrae lumbosacral.
Kelainan dari otot-otot ini (pemendekan, peningkatan tonus otot)
akan menyebabkan kinetik yang abnormal dari vertebrae
lumbosacral dan nyeri pinggang. Lokasi dan fungsi otot
lumbosacral dan abdominal yang mempengaruhi pergerakan
spinal.
D. Vaskularisasi
9
1. Arteri
Vertebra lumbal mendapatkan suplai darah langsung dari aorta.
Empat buah verterbra lumbal pertama suplai darah arterinya berasal dari
empat pasang arteri lumbal yang berasal langsung dari bagian posterior
aorta didepan corpus ke empat vertebrae tersebut. Setiap arteri segmental
atau lumbal bercabang dua sebelum memasuki foramina sacralis.
Lumbal 5, sacrum dan coccygeus diperdarahi oleh cabang medial
arteri superior gluteal atau hipogastrik. Arteri ini akan mengikuti kontur
sacrum dan memberikan percabangannya kepada setiap foramen sacralis
anterior. Arteri ini akan memberikan suplai pembuluh darah untuk
canalis sacralis dan keluar dari foramina sacralis posterior untuk
memberikan percabangannya ke otot punggung bawah
2. Vena
Pola pembuluh darah untuk drainase vena berjalan dengan jalur
yang sama dengan suplai arteri. Sistem vena mengalirkan darah dari
sistem vena internal dan eksternal ke dalam vena cava inferior.
Drainage venous berasal dari jaringan vena postcapillary yang
mengosongkan isinya kedalam sistem subarticular horizontal collecting
melalui vertical channels yang menembus endplates (Gb.2.30). Dari
sistem ini, venules akan berjalan ke saluran vena besar di pusat
(Gb.2.31A) yang kemudian akan mencabangkan satu atau dua vena
basivertebral yang besar. Darah selanjutnya akan dialirkan kedalam
plexus vena vertebral internal. Plexus ini terletak didalam canalis spinalis
antara duramater dan vertebra. Dasar plexus ini terbentuk dari dua pasang
saluran vena yang berjalan longitudinal, satu di anterior saccus dural dan
satu pada bagian posterior, yang beranastomose satu dengan yang lainnya
serta dengan plexus vena eksternal.
Plexus anterior eksternal berjalan di depan tubuh vertebra, diskus
dan ligamen longitudinal anterior dan berhubungan dengan vena
segmental, left ascending lumbar vein, dan bila ada, right ascending
10
lumbar vein. Bagian posterior pleksus vena eksternal terdapat pada
bagian permukaan posterior lamina dan sekitar spinosus, articular, dan
processus transversus, beranastomose dengan pleksus internal, dan
berakhir di vena segmental atau lumbal.
E. Persyarafan Lumbal
Syaraf sinuvertebral dianggap merupakan struktur utama syaraf
sensoris yang mempersyarafi struktur tulang belakang lumbal. Berasal dari
syaraf spinal yang terbagi menjadi divisi utama posterior dan anterior. Syaraf
ini akan bergabung dengan cabang simpatetis ramus communicans dan
memasuki canalis spinalis melalui foramen intervertebral, yang melekuk ke
atas di sekitar dasar pedikel menuju garis tengah pada ligamen longitudinal
posterior. Syaraf sinuvertebral mempersyarafi ligamen longitudinal posterior,
lapisan superfisial annulus fibrosus, pembuluh darah rongga epidural,
duramater bagian anterior, tetapi tidak pada duramater bagian posterior
(duramater posterior tidak mengandung akhiran syaraf), selubung dural yang
melingkupi akar syaraf spinal dan periosteum vertebral bagian posterior.
Gambar 7. Persyarafan
11
1. Sistem Dermatom
F. Pergerakan lumbal
12
Pergerakan terbesar vertebra lumbal tampak pada saat fleksi ke depan
dan ekstensi. Pergerakan yang lebih kompleks akan melibatkan kombinasi
fleksi ke depan, menekuk ke samping, dan berputar. Pergerakan tulang
belakang sendiri sering merupakan gabungan, contoh ketika satu vertebra
bergerak relatif terhadap yang lainnya maka akan terjadi rotasi dan translasi
pada waktu yang bersamaan. Pergerakan vertebrae lumbal dilakukan dalam
hubungannya dengan komponen komponen lain tulang belakang dan pelvis.
Lumbar-pelvic rhythm adalah aktivitas neuromuskuler dasar dalam proses
kembalinya secara simultan lumbar lordosis dan perubahan posisi pelvis.
Komponen lumbal dari ritme ini menyebabkan tulang belakang lumbosacral
berubah dari konkaf, ke lurus ke konfigurasi konvex. Selama perubahan yang
progresif, komponen pelvis akan merotasikan pelvis disekitar aksis
transversal yang menghubungkan dua sendi pinggul untuk meningkatkan
sudut lumbar.
13
Gambar 9. Lumbo-Peliv rythim
14
batang tubuh ke posisi tegak, urutan pengaktifan otot terjadi sebaliknya
dengan kontraksi awal dari hamstrings, lalu glutei, yang akan merotasikan
pelvis untuk fleksi sebesar 450, di titik dimana otot erector spinae menjadi
aktif dan mengembalikan batang tubuh ke posisi tegak.
15
G. Sendi pada lumbal
A. Sendi Apophyseal/ Facet
Fungsi mekanik sendi facet adalah menahan gaya putaran (shear)
intervertebral dan kompresi. Sendi facet juga mencegah pergerakan
berlebihan yang akan merusak diskus dengan cara melindungi annulus
posterior pada pergerakan torsi oleh permukaan sendi facet lumbal dan
pada fleksi oleh ligamen kapsular sendi facet. Pada vertebrae lumbal,
bidang pergerakan sendi facet terletak pada arah vertikal, sehingga dapat
dilakukan pergerakan fleksi dan ekstensi tulang belakang secara penuh.
16
Cedera oleh karena terjatuh, strain rotasional dan kompresi lebih jarang
terjadi.
J. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan suatu pemeriksaan, dimana pemeriksaan
tersebut memlihat pasien secara langsung dan mengidentifikasi tanda –
tanda dari keluhan yang pasien alami. Pemeriksaan inspeksi ada dua,
yaitu secara statis dan dinamis. Inspeksi statis merupakan inspeksi yang
dilakukan saat pasien tidak bergerak atau dalam keadaan diam,
17
sedangkan inspeksi dinamis merupakan inspeksi yang dilakukan saat
pasien bergerak.
Inspeksi secara statis kondisi umum pasien baik, ekspresi wajah
pasien tidak menahan rasa sakit. Inspeksi secara dinamis terlihat
abnormal postur saat berjalan, yaitu bahu kanan lebih rendah dari bahu
kiri. Pada saat flexi lumbal terlihat scapula kanan lebih tinggi atau
menonjol daripada yang kiri.
2. Palpasi
Palpasi merupakan suatu pemeriksaan dengan cara memegang,
menekan dan meraba bagian tubuh pasien. Bertujuan untuk mengetahui
adanya spasme otot, nyeri tekan, suhu lokal, tonus, oedema dan
perubahan bentuk. Dari pemeriksaan ini didapatkan nyeri tekan pada m.
erector spinae dan tidak terdapat bengkak.
3. Gerakan dasar
a. Gerak aktif
Gerak aktif merupakan gerak yang dilakukan secara mandiri
oleh pasien. Pada pemeriksaan gerak aktif yang dilakukan, diperoleh
hasil yaitu pasien dapat melakukan gerakan aktif pada daerah lumbal
dengan baik, full ROM, tidak terdapat nyeri, seperti gerakan flexi
lumbal, lateral flexi dextra, lateral flexi sinistra, namun hanya saja
sedikit terbatas pada gerak extensi lumbal.
b. Gerak pasif
Gerak pasif merupakan gerak yang dibantu oleh pemeriksa,
pasien dalam keadaan diam, dan pemeriksa yang sepenuhnya
menggerakkan tubuh pasien. Pada pemeriksaan gerak pasif yang
dilakukan, pada saat posisi pasien berdiri, secara pasif trunk pasien
digerakkan ke arah flexi, lateral flexi dextra dan lateral flexi sinistra
tidak terbatas dan tidak timbul nyeri. Sedangkan untuk gerakan
ekstensi dilakukan pada saat pasien tengkurap, dan diperoleh
informasi yaitu pasien mengalami keterbatasan karena timbul nyeri
pada punggung bawah.
18
c. Gerak isometrik melawan tahanan
Gerak isometrik melawan tahanan merupakan gerak aktif,
namun mendapatkan tahanan dari pemeriksa, dan dari gerakan ini
tidak menimbulkan gerakan atau perubahan lingkup gerak sendi.
Diperoleh data bahwa, pada gerakan flexi trunk dapat dilakukan
tanpa timbulnya nyeri, dan pada gerakan ekstensi trunk timbul nyeri.
4. Pemeriksaan spesifik
Pemeriksaan spesifik yang dilakukan untuk memeriksa hal-hal
yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa ataupun dasar penyusunan
problematik, tujuan dan tindakan fisioterapi, antara lain sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Derajat Nyeri
Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan menggunakan alat ukur
Verbal Discriptive Scale (VDS). Cara pengukuran derajat nyeri
dengan menggunakan VDS terdapat tujuh nilai yaitu : nilai 1 tidak
nyeri, nilai 2 nyeri sangat ringan, nilai 3 nyeri ringan, nilai 4 nyeri
tidak begitu berat, nilai 5 nyeri cukup berat, nilai 6 nyeri berat, nilai
7 nyeri tak tertahankan. Dalam pemeriksaan nyeri yang dilakukan
pada regio lumbal, diperoleh hasil sebagai berikut: Nyeri diam = 1
(tidak nyeri) Nyeri tekan (m. erector spinae) = 3 (nyeri ringan) Nyeri
gerak (ekstensi) = 4 (nyeri tidak begitu berat).
19
Dalam pemeriksaan nyeri yang dilakukan pada regio lumbal,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Nyeri diam = 1 (tidak nyeri)
Nyeri tekan (m. erector spinae) = 3 (nyeri ringan)
Nyeri gerak (ekstensi) = 4 (nyeri tidak begitu berat)
b. Kekuatan Otot
Pengukuran kekuatan otot dilakukan dengan cara
menggunakam Manual Muscle Testing (MMT). Manual Muscle
Testing (MMT) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan
otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena
penatalaksanaan, intepretasi hasil serta validitas dan reliabilitasnya
telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual muscle testing tidak
mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan group /
kelompok otot. (Bambang, 2012).
20
kedua tangan lurus di kedua tangan lurus di
samping badan, samping badan
bagian atas
scapula terangkat
21
c. Lingkup Gerak Sendi
Lingkup gerak sendi (LGS) adalah luas lingkup gerakan sendi
yang mampu dicapai / dilakukan oleh sendi. Pengukuran lingkup
gerak sendi yang sering digunakan adalah goniometri, tapi untuk
sendi tertentu menggunakan pita ukur (misalnnya pada vertebra).
(Bambang, 2012).
Pengukuran LGS untuk trunk dapat dilakukan dengann
menggunakan pita ukur. Yang diukur yaitu gerakan flexi, ekstensi,
lateral flexi dextra dan lateral flexi sinistra.
1) Flexi dan ekstensi
Pada pengukuran lingkup gerak sendi pada flexi dan
ekstensi trunk menggunakan pita ukur, dilakukan dengan posisi
berdiri. Dan pemeriksa mengukur jarak antara VC7 – VS1.
Untuk pengukuran gerakan flexi, pasien diminta untuk
membungkukkan badan sampai seoptimal mungkin, sedangkan
untuk pengukuran gerakan ekstensi pasien diminta untuk
menengadah kebelakang sebisa mungkin dan diukur selisih
antara VC7 – VS1.
2) Lateral flexi
Pada gerakan lateral flexi, posisi pasien masih sama dengan
pengukuran flexi dan ekstensi yaitu pada posisi berdiri.
Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan pita ukur pada
jari tengah pasien hingga lantai, kemudian pasien diminta untuk
melakukan gerakan lateral flexi dextra dan lateral flexi sinistra.
Setelah melakukan gerakan tersebut diukur selisih antara
pengukuran sebelum melakukan gerakan dan sesudah
melakukan gerakan.
22
Gambar 15. Gerak Lingkup Sendi
5. Pemeriksaan Khusus
a. SLR (Straight Leg Rissing)
Posisi pasien tidur terlentang dengan hip fleksi dan knee
ekstensi. Secara perlahan kita gerakkan pasif fleksi hip kurang dari
30 derajat. Positif bila pasien merasakan nyeri yang menjalar dari
punggung bawah sampai tungkai bawah dan ankle. Dari pemeriksaan
yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil negatif.
b. Bragard test
Posisi pasien tidur terlentang, kemudian pemeriksa
menggerakkan fleksi hip secara pasif dengan knee lurus disertai
dorsi fleksi ankle dengan sudut 30 derajat. Positif bila pasien
merasakan nyeri pada posterior gluteal yang menjalar ke tungkai.
23
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil
negatif.
c. Tes Neri
Gerakan sama dengan tes SLR hanya ditambah gerakan fleksi
kepala secara aktif dan biasanya dilakukan pada 40-60 derajat.
Positif bila dirasakan nyeri sepanjang distribusi n. Ischiadicus. Dari
pemeriksaan yang dilakukan pada kedua tungkai diperoleh hasil
negatif.
e. Cobb Methode
24
Cobb methode dilakukan untuk mengetahui sudut dari
kemiringan scoliosis. Hal ini dilakukan dengan cara mengukur sudut
kemiringan vertebra pada foto rontgen pasien. Dari pemeriksaan
tersebut diperoleh hasil sudut kemiringan scoliosis sebesar 15o, yang
artinya termasuk scoliosis derajat ringan, dengan ciri timbul keluhan
nyeri pada pinggang, rheumatic, Hernia Discus Intervertebralis atau
gangguan muskuloskeletal (bahu sudah mulai tampak asimetris,
namun belum begitu terlihat).
K. Penatalaksanaan
1. Micro Wave Diathermy (MWD)
Pastikan pasien bukan kontra indikasi dari terapi ini. Test
sensibilitas pasien menggunakan air hangat dan air dingin. Kemudian
bebaskan area yang akan di terapi dari kain, sebagai gantinya alasi
area yang akan diterapi mengggunakan handuk. Tidak lupa jelaskan
kepada pasie tentang manfaat pemberian dan efek yang ditimbulkan
dari pemberian terapi MWD ini, yaitu timbulnya rasa hangat. Posisi
pasien pun harus senyaman mungkin dan jika dapat pasien diposisikan
tengkurap.
25
Gambar 19. MWD
26
3. Terapi Latihan
A. Gerakan William Fleksi
a. William Fleksi
Pasien tidur terlentang diatas matras dengan kedua
tungkai ditekuk dan kedua telapak kaki rata dengan permukaan
matras. Lalu gerakan yang dilakukan adalah pasien
menekankan pinggangnya ke arah matras, sehingga permukan
punggung menjadi rata, dengan cara mengkontraksikan otot
perut. Setiap kontraksi ditahan 5 hitungan, kemudian rileks dan
diulang 5-8 kali.
b. William Fleksi 2
Pasien diminta untuk mengkontraksikan otot perut dan
menekuk kepala sehingga dapat menyentuh dada. Tahan 5
hitungan, kemudian rileks dan diulang 5-8 kali.
c. William Fleksi 3
Pasien diminta untuk menekuk salah satu lututnya ke
arah dada, dengan kedua tangan memegang paha belakang,
pada saat bersamaan pasien diminta untuk menekuk kepala
sehingga bahu atas terangkat, tahan 5 hitungan, kemudian
27
rileks, ulangi 5-8 kali. Kemudian pasien ulangi oada kaki
satunya.
d. William Fleksi 4
Gerakan sama seperti no.3 namun pasien diminta untuk
menekuk kedua lututnya bersamaan, tahan 5 hitungan lalu
ulangi 5-8 kali.
e. William Fleksi 5
Posisi pasien berdiri tegak dan punggung menempel
dinding, dengan satu tungkai juga menempel, sedangkan
tungkai yg lain lebih kedepan. Pasien diminta untuk
menekankan punggungnya ke dinding, sehingga kurva vertebra
lurus, tahan 5 detik lalu ulangi 10 kali.
28
B. Streching Thorak
Pasien berdiri tegak, salah satu tangan diletakkan pada
punggung, lalu pasien melakukan gerakan mengangkat tangan
kanan dan kiri bergantian secara aktif, setiap gerakan ditahan 5
detik, kemudian dilakukan kembali secara bergantian.
C. Lower Back Streching
Pasien dalam posisi merangkak lalu menggerakkan
punggung fleksi dan ekstensi yang dilakukan sebanyak 10 kali
hitungan, 5 kali repetisi.
L. Edukasi
Edukasi yang diberikan untuk pasien ini yaitu melaksanakan secara
aktif latihan yang seperti di contohkan oleh terapis, yaitu program Terapi
Latihan seperti William Flexi, flexibilitas punggung, stretching thorak, dan
juga lower back stretching. Latihan ini akan membantu pasien untuk
memperbaiki postur tubuhnya. Selain itu untuk memperbaiki postur tubuh
pasien, cara bangun dari tidur dan bangkit dari duduk juga perlu diperhatikan,
semua posisi tubuh diusahakan tetap tegak. Selain aktif melaksanakan latihan,
pasien dianjurkan untuk mengurangi kegiatan yang dapat memperberat nyeri
dan scoliosis yang di derita pasien, seperti mengangkat benda berat. Terapi
Latihan dapat dilakukan dengan 8 kali hitungan dan 8 kali pengulangan.
M. Evaluasi
Evaluasi penatalaksanaan fisioterapi pada Low Back Pain akibat
Spondilosis dan Scoliosis bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
29
terapi selama enam kali, dengan modalitas yang diberikan yaitu MWD,
TENS, massage dan Terapi Latihan. Dan pengukuran yang dipergunakan
yaitu:
1. Pemeriksaan nyeri menggunakan Skala Verbal Descriptive Scale
(VDS).
2. Lingkup gerak sendi menggunalan pita ukur (Scoober).
3. Kekuatan otot menggunakan Manual Muscle Testing (MMT).
4. Aktivitas fungsional menggunakan Skala Oswestry.
30
DAFTAR PUSTAKA
31