Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 1907-7556

Populasi dan habitat tikus rumah (Rattus rattus diardii)

Lydia M. Ivakdalam
Dosen Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

ABSTRAK

Hama merupakan golongan serangga dan hewan vetebrata pengganggu yang mampu
bertahan dan merusak, mengakibatkan banyak kerugian bagi manusia. Kehadiran hama
pada areal pemukiman umumnya berkaitan dengan proses perkembangbiakan, mencari
makan, berlindung dan beristirahat. Ketika lingkungan sesuai dengan kebiasaan hidup
hama maka, akan sangat menunjang kehidupan dari hama tersebut. Mengingat begitu
besarnya kerugian yang dapat ditimbulkan oleh tikus, maka peneliti merasa sangat
penting untuk meneliti tentang populasi tikus yang ada pada daerah pemukiman, tempat
yang paling banyak dikunjungi oleh tikus. Berdasarkan informasi yang didapat, sangat
diharapkan nantinya dapat membantu menentukan strategi yang tepat untuk menentukan
teknik pengendalian yang akan dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
populasi dan habitat tikus rumah (rattus-rattus diardii), dengan mengunakan metode
deskriptif dimana sumber informasi didapat lewat wawancara terstruktur. Peneliti
membuat sendiri kategori posisi rumah. Terdapat dua lokasi, lokasi A perumahan
berposisi pada bagian tengah areal pemukiman tidak. Lokasi B merupakan daerah
pemukiman berposisi sejajar daerah aliran air pegunungan berbatasan dengan hutan
kecil. Hasil penelitian menunjukkan tikus lebih menyukai lingkungan yang tidak terjaga
kebersihannya seperti pada lokasi perumahan B sebanyak 52,46%. Letak perumahan
di lokasi B berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, artinya menjadi tempat
yang sesuai bagi tikus menetap (membuat sarang) dan berkembang biak. Sejalan
dengan sifat tikus saat memilih habitat yang sesuai adalah ketersediaan makanan dan
aman dari gangguan makluk hidup lain. Pengendalian yang paling banyak digunakan
adalah pengunaan teknik pemerangkapan dan sanitasi. Teknik pengendalian tikus ini
lebih dipilih karena, dianggap sangat mudah dan ramah lingkungan.
Kata kunci : rattus-rattus, populasi, Pemukiman

ABSTRACT

Pest is a class of insects and vertebrate animals are able to survive nuisance and
damage, resulting in a lot of harm to people. The presence of pests in residential areas
generally associated with the process of breeding, feeding, shelter and rest. When the
environment in accordance with the pests living habits, will support the life of the pest.
Considering the amount of damages that can be caused by rats, the researchers feel
it is important to examine the existing rat population in residential areas, places most
visited by rats. Based on information obtained, it is expected later to help determine
the right strategy to determine control techniques to be performed. This study aims
to determine the population and habitat house rat (rattus-rattus diardii), using the
descriptive method where the resources obtained through structured interviews.
Researchers create your own category home position. There are two locations, the
location of a housing positioned in the middle of residential areas do not. Site B is
a residential area positioned parallel mountain watersheds are bordered by a small
forest. The results showed that rats prefer not maintained clean environment such as
38 Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016

the location of housing and as much as 52.46%. Location of housing location and
adjacent to landfills, it means to be a suitable place for the sedentary rats (making nests)
and breed. In line with the nature of the mice when choosing a suitable habitat is the
availability of food and safe from other living beings. Control of the most widely used
technique is the use of trapping and sanitation. Rodent control technique is preferred
because, considered very easy and environmentally friendly.
Keywords : rattus - rattus, population, Settlement.
PENDAHULUAN tikus ditandai dengan pelepasan urin dan fases.
Tikus sering disebut hewan pengerat. Mampu
Latar belakang
mengeret bahan baku lain yang ada disekitarnya,
Hama, satu kata yang memiliki makna termasuk yang bukan bahan pangannya. Secara
yang sangat berpengaruh dalam kehidupan biologis tikus memiliki gigi seri yang mengalami
manusia. Hama merupakan golongan serangga pertumbuhan sepanjang hidup. Sifat mengerat
dan hewan vetebrata pengganggu yang mampu gunanya untuk memotong atau memendekkan
bertahan dan merusak, mengakibatkan banyak gigi seri tersebut. Dibalik semuannya itu, sisa
kerugian bagi manusia. Kerugian yang dapat gerekan akan dimanfaatkan untuk dijadikan
dialami antaralain kerugian finansial/ekonomi, tempat berlindung (habitatnya). Tikus senang
kesehatan, dan segi estetika. Berbicara hama hidup pada areal yang jarang disentuh manusia
keberadaannya bukan hanya pada areal lahan seperti, pada tempat-tempat gelap, lembab, kotor,
pertanian, namun hama juga banyak pada tersembunyi, dekat sumber makanan dan sulit
daerah pemukiman. Hama pada areal perumahan dijangkau oleh manusia.
misalnya nyamuk, lalat, kecoa, rayap, tungau,
Rattus rattus Diardii, merupakan nama
caplak, semut dan tikus (Upik, 2010). Kehadiran
ilmiah dari tikus rumah. Tikus jenis ini hidupnya
hama pada areal pemukiman umumnya berkaitan
sangat tergantung pada kehidupan manusia.
dengan proses perkembangbiakan, mencari
Ketika bahan makanan tidak tersedia, maka
makan, berlindung dan beristirahat. Ketika
sangat menganggu keberlangsungan proses
lingkungan sesuai dengan kebiasaan hidup hama
reproduksinya (Corigan, 1997). Reproduksi tikus
maka, akan sangat menunjang kehidupan dari
berlangsung singkat dengan jumlah kelahiran
hama tersebut. Seperti laju populasi yang cepat,
dalam satu tahun empat kali kelahiran. Jumlah
di tunjang dengan ketersediaan bahan pangan dan
tikus dalam satu kelahiran sejumlah berkisar
habitat (tempat hidup) yang sesuai.
antara 13 – 25 ekor tikus. Setahun jika bahan
Para ilmuan mendefenisikan permasalahan pangan dan habitat tersedia populasi tikus setahun
hama pemukiman dalam tiga kategori. Kategori mencapai 52 - 100 ekor.
pertama yaitu nyata, keadaan yang nyata
Secara biologis perkembangan fisiologi
penyimpang akibat kehadiran hama. Kategori
tubuh tikus, umumnya berkembang sangat baik.
kedua adalah potensial, masalah belum terjadi
memiliki indra penciuman yang tajam, indra
namun sangat berpotensial terjadinya masalah
pendengaran yang tajam, kemampuan berpindah
saat kondisi mendukung. Kategori terakhir
dan tubuh yang elastis dapat disesuaikan
(ketiga) masalah timbul akibat kesalahan/ketidak
dengan keadaan lapangan. Walapun indra
disiplinan penghuni rumah.
penglihatan kurang berkembang sempurna,
Tikus merupakan hewan vetebrata yang tetapi tidak pernah menjadi masalah atau
sangat mudah berasosiasi dengan lingkungan kelemahan yang dapat dimanfaatkan manusia
yang di jumpainya. Sifat tikus yang selalu untuk mengendalikannya.
membuat runway, sangat jerah terhadap umpan,
Tikus itu hewan kosmopolitan yang sangat
atau sangat mengenal lingkungannya. Ketika
cerdik, tahu mengajarkan dan memperkenalkan
manusia terkadang lalai, itulah saat dimana
bahaya bagi keturunannya. Saat bahan makanan
tikus dapat mengubah keadaan lingkungan yang
yang dikonsumsi tikus terasa aneh, tikus cenderung
ada sesuai dengan habitatnya. Daerah runway
untuk menghindar dari pakan tersebut. Keadaan

Populasi dan Habitat Tikus Rumah (Rattus Rattus Diardii)


Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 39

lingkungan yang berbeda dari sebelumnya, pakaian, kabel listrik, lemari, yang ada dirumah.
tikus mampu untuk mendeteksinya yaitu dari Tikus juga bersifat sebagai vektor penyakit
runwaynya. Ketika tikus mengendus-endus bagi manusia, karena pada tubuh tikus banyak
hidungnya dan tidak terdeteksi bau urin dan bankteri yang dibawah. Ketika tikus mendekati
fasesnya tikus akan, terus mencari berulang-ulang atau merusak bahan pangan yang ada, maka
untuk memastikan areal tersebut benar-benar akan terjadi kontaminasi disana. Kemungkinan
aman. Keamanan bukan hanya untuk menghindari perpindahan / penempelan bakteri pada bahan
manusia tetapi aman dari hewan lain dan atau sekitar akan terjadi (Priyambodo, 2005)
tikus lain yang tidak seketurunan. Mengingat begitu besarnya kerugian
Sifat dan kelebihan inilah menjadi pemicu yang dapat ditimbulkan oleh tikus, maka peneliti
bagi para peneliti untuk tidak pernah bosan dan merasa sangat penting untuk meneliti tentang
jenuh, tetapi selalu harus berinofasi melakukan populasi tikus yang ada pada daerah pemukiman,
percobaan dan penelitian guna menemukan tempat yang paling banyak dikunjungi oleh
teknik-teknik pengendalian baru yang ampuh tikus. Berdasarkan informasi yang didapat,
dalam mengendalikan tikus. Hal ini terjadi sangat diharapkan nantinya dapat membantu
mengingat efek negatif yang sangat berbahya menentukan strategi yang tepat untuk menentukan
bagi manusia. Menurut Winarno (2001), tikus teknik pengendalian yang akan dilakukan. Ketika
dapat menularkan penyakit bagi manusia, melalui populasi tinggi dan atau ketika populasi rendah,
kutu, urin dan fases ketika terkontaminasi dengan tindakan apa nantinya yang baik dilakukan
makanan, bahan makanan, atau air pencuci bahan dan menguntungkan manusia. Saat tikus hadir
makanan, piring atau air mandi. Urin tikus dan di dalam dan atau diluar rumah metode yang
fases yang tercampur dengan air dan jika terpapar baik dan aman bagi manusia atau makluk hidup
atau terkena pada luka yang terbuka dapat lain pada lingkungan sekitar, menjadi bahan
menimbulkan penyakit leptospirosis. Merupakan pertimbangan baik dan buruknya.
jenis penyakit menular yang disebabkan oleh
Tujuan Penelitian
patogen leptospira (Hesterberg, 2009). Menurut
Zaki (2010), hewan yang menjadi reservor utama Penelitian ini bertujuan mengetahui
penularan penyakit ini adalah tikus dengan jumlah populasi dan habitat yang disering dikunjungi oleh
angka kematian pada manusia mencapai 5 sampai tikus rumah (R. diardii) pada area pemukiman di
40%. Kelurahan Karang Panjang Rw 01 dan Rw 02,
Kecamatan Sirimau.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa,
lebih dari 50% tikus dapat mengeluarkan bakteri
METODOLOGI PENELITIAN
leptospiria secara terus menerus. Hasil uji dari
50 ekor tikus dalam tubunnya terkandung lebih Pelaksanaan Penelitian
dari 20 serovar leptospira. Tikus golongan Jenis penelitian yang dilaksankan adalah
mencit rumah mengandung 30 serovar leptospira, penelitian kualitatif. Metode yang digunakan
Rattus norvegicus terdapat 22 serover leptospira, dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
sedangkan untuk golongan tikus rumah ditemukan dengan mengunakan sumber informasi yang
24 serover leptospira (Kate, 2007). dilakukan lewat wawancara terstruktur (kuesioner).
Secara umum kehadiran tikus sangat Kuesioner yang disusun, pertanyaannya berkaitan
merugikan, tidak hanya dari segi kesehatan dengan pengetahuan terhadap lokasi kehadiran
manusia, kehilangan hasil bahan pangan pada tikus dan teknik pengendalian tikus yang
lahan pertanian. Kehadiran tikus pada daerah dilakukan. Responden yang dituju dalam
pemukiman, juga merusak bahan simpanan baik penelitian ini yang pertama adalah warga yang
itu bahan pangan seperti penyedap masakan, area pemukimannya masuk dalam ketegori
garam, tomat, sayuran, ubi-ubian. Tikus juga penelitian. Kedua responden merupakan informan,
merusak bahan bukan konsumsi seperti buku, dimana informan dalam konteks objek penelitian

Lydia M. Ivakdalam
40 Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016

diklasifikasikan berdasarkan kompetisi tiap lokasi tempat penelitian pada areal didalam
informan. Dimana usia dan peran informan dan areal sekitar rumah umumnya sama. Data
menjadi kunci untuk memperoleh informasi. kehadiran dapat dilihat pada Tabel 1, hasil
Survey dan wawancara dilakukan pada informasi yang diperoleh adalah di ruang tidur,
masyarakat yang tingal pada area dimaksud, gudang, dapur, tempat sampah, dan selokan.
selanjutnya digolongkan berdasarkan posisi Tabel 1 hasil pernyataan dari responden
rumah. Peneliti membuat sendiri kategori posisi lewat kuesioner dapat dilihat bahwa lokasi
rumah. Lokasi A perumahan yang berposisi kehadiran tikus pada dua tipe letak hunian
pada bagian tengah areal pemukiman yang tidak yang berbeda, tidak menunjukkan hasil dengan
berbatasan langsung dengan daerah aliran air. perbedaan yang signifikan pada tempat kehadiran
Lokasi B merupakan daerah pemukiman yang tikus. Hal ini menunjukkan bahwa tikus lebih
berposisi sejajar daerah aliran air pegunungan menyukai tempat yang dianggapnya baik untuk
(sungai kering) yang bersebelahan dengan hutan mencari makan dan berkembang biak.
kecil. Air akan mengalir ketika musim penghujan Penyebaran tikus hasil penelitian yang
atau ada hujan lebat sepanjang hari. Daerah ini dijumpai di ruang tidur jumlah kunjungan
dipilih karena merupakan daerah perkotaan terendah yaitu 1,63%. Hal ini diduga karena
yang tak berbatas dengan pusat kota. Daerah penghuni tidak menetap dalam waktu yang
ini tergolong daerah padat penduduk, terletak cukup lama. Akhirnya tikus bebas beraktifitas
di lembah yang merupakan daerah aliran air dan beregenerasi pada lokasi tersebut. Tikus
pegunungan yang masih memiliki pepohonan yang terlihat pada area pemukiman adalah
besar seperti hutan kecil. jenis tikus rumah (R.rattus diardii) dan cecurut
Tahapan Konversi Data rumah (S.murinus). Data kehadiran kedua jenis
tikus yang dijumpai, tikus rumah lebih banyak
Data hasil penelitian yang diperoleh dari
kehadirannya dibandingkan dari cecurut. Cecurut
setiap lembar kuesioner selanjutnya konversi
hanya dua ekor dan berlokasi pada areal selokan,
untuk semua jawaban yang diperoleh. Jawaban
tidak masuk kedalam areal pemukiman.
yang diberikan untuk tiap pertanyaan diberi poin
satu, dan bagi pertanyaan yang tidak dijawab Perumahan pada lokasi A memiliki jumlah
diberi nilai nol. Hasil dari setiap perlakuan kehadiran tikus lebih sedikit dari pada dilokasi B.
dijumlahkan kemudian dirata-ratakan. Setiap Tempat kehadiran tikus ada lima yaitu di gudang,
rata-rata dari data yang didapat, kemudian dibahas kamar tidur, dapur, tempat sampah dan selokan.
dan dibandingkan secara ilmiah. Tempat yang banyak didatangi tikus adalah
tempat sampah sejumlah 39,34% dan pada dapur
HASIL DAN PEMBAHASAN 29,51%, dibandingkan dari ketiga tempat yang
lainnya. Kehadiran tikus banyak di dapur dan
Lokasi Kehadiran Tikus tempat sampah di duga karena adanya limbah
Berdasarkan hasil survey dan pengamatan hasil pembuangan rumah tangga. Ketika pakan
langsung pada lokasi penelitian, ditemukan hasil yang dibutuhkan tersedia, tikus sulit berpindah
yaitu tikus hadir pada kedua posisi rumah dilokasi dan atau mencari tempat yang baru (Priyambodo,
A dan B. Jumlah kehadiran dan kemampuan 2005). Tikus lebih terlihat pada selokan dan
merusak menunjukkan hasil yang beragam tempat sampah, tetapi tidak sampai masuk
antara tiap responden. Walaupun berbeda posisi kedalam ruangan lain dari rumah responden.
pemukiman, namun kehadiran tikus berdasarkan
Tabel1. Kehadiran Tikus Pada Areal Perumahan Berdasarkan Posisi Letak Hunian Lokasi A dan Lokasi B
Lokasi Tidak
Tipe Total
Ruang Tidur Gudang Dapur Tempat Sampah Selokan menjawab

A 1 5 8 11 4 0 29

B 0 5 10 13 3 0 32
Total 1 11 18 24 7 0 61

Populasi dan Habitat Tikus Rumah (Rattus Rattus Diardii)


Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 41

Pola penyebaran tikus berdasarkan kehadir diduga karena merupakan tempat yang banyak
terbanyak untuk kedua lokasi adalah di tempat menyimpan bahan pangan bagi tikus.
sampah dan dapur untuk lokasi A dan B, tetapi Tenik pengendalian, responden lebih
jumlah kehadiraan lebih banyak terdapat pada sering mengendalikan serangan hama tikus
lokasi B. Lokasi B kehadiran tikus di tempat dengan memanfaatkan bahan kimia rodentisida
sampah adalah 13 ekor (21,31%). Terbanyak dan penggunaan perangkap mati. Bahan kimia
kedua pada dapur sebanyak 16,39%. Populasi rodentisida dan perangkap mati yang digunakan
tikus lebih banyak di lokasi B karena pada lokasi merupakan bahan pengendali yang mudah didapat
bagian B sering ada tempat yang dijadikan sebagai dipasaran.
tempat pembuangan akhir sampah bagi warga
Jenis rodentisida yang biasa di gunakan
setempat. Demikian maka pakan akan banyak
berbahan aktif Brodifakum, yang merupakan
tersedia dan habitat kotor adalah kesenangan
jenis racun antikoagulan. Bekerja dengan
tikus beraktifitas.
mengganggu sintesis normal pembekuan vitamin
Areal lingkungan pada Lokasi B, secara K-dependent pada hepar hewan vetebrata.
tidak langsung sudah sangat mendukung tikus Toksiknya meningkatkan permeabilitas pembuluh
untuk menjadikan areal sekitar sebagai habitatnya. darah, sehingga plasma darah dan darah mulai
Keadaan ini akan sangat berdampak negatif keluar dari pembuluh darah kecil. Bagi hewan
ketika tidak dilakukan tindakan pengendalian, yang keracunan mengalami pendarahan internal
mengingat akan kemampuan berkembangbiak yang mengakibatkan terjadinya shock, kehilangan
dan kemampuan makan dari tikus. Kemampuan kesadaran hingga akhirnya mati.
tikus mengkonsumsi bahan pangan, sangat
Brodifakum berbentuk serbuk putih tidak
dipengaruhi oleh bobot tubuhnya. Tikus mampu
berbau, bersifat toksik, tidak larut didalam air
mengkomsumsi pakan hingga 15% dari bobot
dan eter, bisa larut dalam klorodium dan aseton.
tubuhnya, jika pakan yang dikonsumsi berupa
Bahan aktif racun ini kemudian dirancang
pakan basah (Priyambodo, 2003).
sedemikian agar dapat menarik tikus untuk
Akhirnya kebutuhan fisiologi terpenuhi, mengeretnya. Tikus-tikus yang mengkonsumsi
kehidupan berjalan normal maka populasinya bahan repelen dimaksud, umumnya menjadi kaku
akan cepat meningkat. Tikus beregenerasi hanya namun tidak cepat membusuk hingga mengeluar
membutuhkan waktu 21-23 hari dengan jumlah aroma yang menyengat yang dapat menganggu
anak 16-18 ekor, dan setelah 2-3 hari sudah pernafasan.
siap kawin lagi. Hal ini akan sangat berdampak
Bagi masyarakat pengunaan rodentisida
negatif bagi masyarakat, karena walaupun
ini mudah didapat dipasaran, harganya terjangkau,
jumlah populasi dan kehadiran tikus pada lokasi
sangat mudah aplikasi sehingga membantu
A dikatakan sedikit, namun dapat berkontribusi
pengguna dalam teknik pengendalian. Rodentisida
besar untuk kerusakan dan kerugian yang dialami
ini aman bagi manusia karena aroma bahan
warga setempat. Mengingat jarak kedua lokasi
aktifnya tidak menganggu fungsi pernafasan.
ini dekat dan masih termasuk jarak mobilitas
Bahan aktif racun ini tidak mudah terdeteksi
dari tikus, karena jarak mobilitas tikus antara
dan dicurigai oleh tikus. Rodentisida baiknya
30-200 meter.
dipasang atau ditempatkan pada jalur mobilitas
Pengendalian tikus (runway). Pendeteksian jejak tikus menurut
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Priambodo (2013), mudah diketahui lewat bau
responden kehadiran tikus berdasarkan lokasi urin dan peletakan feses, yang sering dilepaskan
rumah, ditunjukkan bahwa pemukiman pada sebagai tanda jejak tikus saat memilih habitat
lokasi A dan B kehadiran tikus merata karena dan bahan pakannya. Rodentisida diletakan
menyenangi tempat yang sama. Lokasi A populasi berdekatan dengan sumber pakan tikus dan jauh
kehadiran tikus 47,54% dan pada lokasi B sebesar dari bahan pangan yang dikonsumsi manusia,
52,46%. Persamaan tempat kehadiran tikus terutama jangkauan anak-anak.

Lydia M. Ivakdalam
42 Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016

Tabel 2. Aplikasi Dua Teknik Pengendalian Tikus Teknik Pemerangkapan Di RT.01 RW.03
Posisi Tipe Cara Pengendalian Tidak Total
Rodentisida Perangkap sanitasi Menjawab
A 5 11 13 0 29
B 10 15 7 0 32
Rata-rata 15 26 20 0 61

Teknik pengendalian yang kedua Pengendalian dengan rodentisida hanya


penggunaan perangkap. Perangkap yang sering 24,6%, lebih sedikit dari teknik pengendalian
digunakan adalah jenis perangkap mati dan yang lain. Hal ini diduga karena kekawatiran
perangkap hidup (single live trap). Tikus yang atas efek samping yang dapat berdampak bagi
tertangkap, bangkainya sering dibungkus dengan manusia, ketika terkontaminasi. Serta kurangnya
kantong pelastik, selanjutnya baru dibuang pada pemahaman masyarakat sekitar tentang bahan
tempat sampah. Tetapi ada responden yang rodentisida efektif dan tidak menimbulkan
memilih untuk langsung dibakar. Tujuannya agar bangkai yang berbau tidak sedap.
bangkai tikus tersebut tidak akan mengalami Penggunaan lem tikus dipilih responden
pembusukkan dan akan menimbulkan pencemaran karena dianggap lebih efektif dan cepat di dapat
udara, sehingga mengganggu pernafasan. hasilnya serta tidak mengakibatkan bau tidak
Kedua lokasi tempat penelitian sedap karena tersembunyi. Teknik pengendalian
berlangsung, merupakan lingkungan yang cukup dengan menggunakan perangkap hidup masih
padat penduduk. Tetapi meskipun padat penghuni juga dipilih oleh beberapa responden. Responden
keadaan lingkungan bersih dan nyaman. Hal ini lebih memilih alat yang ini karena dapat di
diduga karena latar belakang ekonomi warga pergunakan berkali-kali dan lebih hemat biaya.
setempat rata-ratanya menengah keatas dengan Cara lain yang dipakai sebagai teknik
jenis bangunan umunya permanen dan memiliki pengendalian yaitu sanitasi lingkungan rumah dan
saluran draenase yang baik. Dimana tidak terdapat sekitarnya. Teknik ini menempati urutan kedua
genangan air pada selokan atau ditemukan limbah terbesar setelah teknik pemerangkapan. Bagi
rumah tangga yang menyumbat pada selokan. responden secangih apapun teknik pengendalian
Dilihat dari Tabel 2 maka dapat di sebutkan yang diaplikasi, tetapi ketika sanitasi buruk maka
bahwa selain menggunakan rodentisida sebagai hasil yang akan didapat tidak akan baik.
pengendali hama tikus, alternative lain yang
Keracunan Rodentisida
dipilih yaitu dengan menggunakan lem tikus.
Menurut responden cara ini lebih praktis dan tidak Penggunaan rodentisida untuk membunuh
sulit untuk dilakukan. Teknik pengendalian ini tikus sudah cukup banyak digunakan oleh
mudah terjangkau baik dari segi harga maupun masyarakat pada saat ini. Hal ini di sebabkan
ketersediaan bahan pengendalaian. Lem tikus hasil yang didapat cepat terlihat dan mudah
mudah di beli di toko-toko non bahan pertanian untuk dipraktekkan. Terdapat dua macam jenis
seperti swalayan dan bahan pangan. Responden rodentisida yang ada di pasaran, yaitu racun
cenderung memilih teknik pengendalian yang akut dan racun kronis. Racun akut bekerja
mudah dilakukan dengan biaya yang tidak mahal, cepat dengan cara merusak system syaraf
serta yang aman bagi keselamatan pengguna. tikus, sedangkan racun kronis mengakibatkan
antikoagulan bekerja lambat dengan menghambat
Perumahan A merupakan lingkungan
proses koagulasi. Menurut Buckle (1996), racun
dengan kondisi yang bersih dan tergolong rapih.
akut dan kronis merupakan jenis racun mematikan
Jumlah tikus yang terdapat tidak menunjukkan
ketika mencapai dosis letal dalam waktu 24 jam.
populasi yang padat dan tidak menimbulkan
Akibatnya terjadi penggumpulan darah yang
kerugian yang nyata. Perumahan A, selain dengan
akhirnya dapat memecah pembuluh darah kapiler
menggunakan lem tikus maka digunakan teknik
(Priyambodo, 2003).
pengendalian dengan pemerangkap (42,6%),
lebih dipilih untuk digunakan.

Populasi dan Habitat Tikus Rumah (Rattus Rattus Diardii)


Jurnal Agroforestri XI Nomor 1 Maret 2016 43

Bahan rodentisida brodifakum yang Kesimpulan dan Saran


digunakan selain dapat menyebabkan kematian Kesimpulan hasil penelitian yang dapat
tikus dapat juga membahayakan bagi makluk diambil adalah tikus lebih menyukai lingkungan
hidup lain termasuk manusia. Selama penelitian yang tidak terjaga kebersihannya seperti pada
tidak terdapat kasus kematian terjadi pada saat lokasi perumahan B. Letak perumahan dilokasi B
pengendalian hama di perumahan. Baiknya racun berdekatan dengan tempat pembuangan sampah,
tikus disimpan dengan hati-hati sebelum dan artinya menjadi tempat yang sesuai bagi tikus
sesudah digunakan untuk menghindari kejadian menetap (membuat sarang) dan berkembang
yang tidak dinginkan. Penyimpanan rodentisida biak. Sejalan dengan sifat tikus saat memilih
baiknya ditempat yang jauh dari bahan konsumsi habitat yang sesuai adalah ketersediaan makanan
pangan, air yang akan digunakan oleh manusia dan aman dari gangguan makluk hidup lain.
atau hewan, jauh dari jangkauan anak-anak, Pengendalian yang paling banyak digunakan
terkunci. Rodentisida harus disimpan dalam adalah pengunaan teknik pemerangkapan dan
wadah yang sama tidak dipindahkan ke wadah sanitasi
yang lain. Guna menghindari kontaminasi dan
Saran untuk penelitian lebih lanjut,
keracunan. Bahan aktif yang tertumpah atau
disarankan untuk melakukan pengamatan pada
bocor, pengunaan wadah berganti yang tidak
tempat umum seperti rumah-rumah makan, dan
diketahui dapat mengakibatkan pencemaran
pasar. Melihat perbandingan dan pengamatan
lingkungan dan keracunan. Gejala keracunan
spesies tikus yang terdapat di Kota Ambon dengan
yang ditimbulkan yaitu muntah dan pusing
mengaplikasikan metode pemerangkapan.
(Priyambodo, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Alfian R, Ivandra F, 2008 Preferensi Tikus (Rattus argentiventer) terhadap jenis umpan pada tanaman
padi sawah. J.Floratek (3) : 68-73
Buckle AP, smith RH, 1996. Rodent Pest and Their Control Cambridge UK:University Press
Corrigan MR. 1997. Rats and Mice. Di dalam: Mallis A, editor. Handbook ofPest Control. Ed ke -8.
Mallis Handbook and Technical Training Company.
Harahap SS. 2006. Pengujian preferensi Umpan dan Rodentisida pada Wirok Kecil (Bandicota
bengalensis Gray & Hardwicke) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta : Penebar
Sudarmaji, Anggaran AW, 2006. Pengendalian Tikus Sawah dengan sistem bubu diekosistem sawah
irigasi. Jurnal Penelitian tanaman Pangan 25 (1) 57-64.
Swadaya. Sigit SH. 2006. Kursus Reguler Pengendalian Hama dan Pengendaliannya. Instar 1.
Upik K.H, 2010. Hama Pemukiman (urban Pest). www:http//upikkes.staff.ipb.ac.id (Akses Desember
2015)

Lydia M. Ivakdalam

Anda mungkin juga menyukai