Masalah Kecacatann
Masalah Kecacatann
MASALAH KECACATAN
Disusun Oleh :
PMI V C
PENGEMBANGAN MASYARAKAT ( C )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah “Masalah Kecacatan” pada Remaja dengan baik.Kami berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
dosen pembimbing kami yang telah membimbing kami hingga terselesaikan makalah ini.Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami perlukan dalam perbaikan makalah ini.Dan semoga makalah ini bisa
berguna bagi kami dan pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
C. Ananlisis Penulis................................................................................................................ 6
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 7
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah Kecacatan bagi sebagian orang merupakan suatu masalah yang sangat berat
serta dapat menghambat cita-cita dan aktivitas. Permasalahan yang dihadapi para penyandang
cacat bukan hanya dari aspek sosial dan psikologisnya namun juga kesiapannya dalam
memasuki dunia kerja, kemiskinan informasi, akses, wawasan, keberanian, daya dan prakarsa.
Ada sebagian kecil dari mereka yang entah diperalat orang lain atau memperalat dirinya sendiri
karena cacat tubuh yang disandang, kemudian mangkal di pinggir jalan atau di lampu merah
mengundang rasa iba para pemakai jalan demi sekeping rupiah. Ada juga beberapa dari mereka
menjadi pengamen jalanan.
Seseorang yang mengalami cacat pada masa pertumbuhan akan lebih banyak
menunjukkan adanya gangguan emosi dan reaksi menolak pada kecacatan yang dideritanya
sehingga akan lebih sulit dalam mengadakan penyesuaian di kehidupannya. Kartono (2007)
mengemukakan penyandang cacat biasanya merasa malu dan menderita batinnya, selalu
dibayangi ketakutan serta keraguraguan, sehingga timbullah rendah diri. Penelitian Hussain
(2006) menyatakan permasalahan yang dialami oleh penyandang cacat diantaranya konsep diri
dan rendah diri. Rajeshwari (2009) pada penelitian yang telah dilakukan menyatakan semakin
tinggi inferioritas remaja maka akan semakin mengalami frustrasi. Rendah diri (inferioritas)
merupakan salah permsalahan yang sering dialami oleh remaja. Menurut Adler (Rajeshwari,
2009) inferioritas merupakan situasi dimana individu merasa sikap dan kemampuannya
mengalami penolakan dari orang lain. Di dukung pendapat Somantri (2006) yang menyatakan
bahwa kecacatan dapat menimbulkan beberapa permasalahan. Dari segi perkembangan fisik,
1
potensi fisik tidak utuh karena ada bagian tubuh yang tidak sempurna. Dari segi mental
kejiwaan, penampilan secara jasmaniah bagi sering dirasakan sebagai beban mental, terlebih
lagi pada wanita, dimana penampilan mempunyai arti tersendiri.
Permasalahan ini bisa berkembang menjadi suatu perasaan yang menjurus ke arah
negatif seperti pemalu, mudah putus asa, menarik diri dari lingkungan dan sebagainya. Salah
satu bentuk upaya pemberdayaan bagi penyandang cacat adalah melalui pusat rehabilitasi.
Pusat pembinaan anak cacat BBRSBD Prof.Dr.Soeharso Surakarta merupakan unit operasional
di bawah Direktorat Jenderal Bina Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI yang mempunyai
tugas pokok melaksanakan usaha memberdayakan penyandang cacat tubuh melalui rehabilitasi
lengkap yaitu, rehabilitasi medis, sosial psikologis, pendidikan dan pelatihan agar mereka pulih
kemampuannya untuk berperan serta dalam masyarakat guna mendapatkan penghidupan dan
kehidupan yang layak. Namun dalam kenyataan penyandang cacat yang mendapatkan layanan
pendidikan komprehensif (menyangkut rehabilitas medik, pendidikan, pelatihan, sosial) masih
belum optimal. Hal ini dikarenakan pusat rehabilitasi atau pembinaan untuk para penyandang
cacat masih terbatas khususnya di daerah-daerah pedesaan atau kota kecil.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut : Bagaimana cara mengetahui seluk beluk mengenai masalah kecacatan yang di alami
Sebagian masyarakat.
1. Agar dapat mengetahui apa itu masalah kecacatan dan cara menangani atau memberi
solusi terhadap masyarakat yang mengalami kecacatan.
2. Menganalisis masalah sosial dalam hal masalah kecacatan yang terjadi di masyarakat.
2
BAB II KAJIAN TEORI
Pengertian Masalah cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai kelainan tubuh
pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya
yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara layak. Cacat tubuh juga disebut cacat orthopedic dan cacat muskuloskeletal
yang berarti cacat yang ada hubungannya dengan tulang, sendi dan otot. Cacat ortopedi adalah
sakit jenis cacat, dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang, persendian
mengalami kelainan (abnormal) sehingga timbul rintangan dalam melakukan fungsi gerak
(motorik). Penyandang cacat tubuh berdasarkan jenis kecacatan dibedakan menjadi:
3
3) Cacat tubuh berat Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)nya
selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain amputee dua kaki atas lutut dan dua
tangan atas siku, cerebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat dan
sebagainya. (Departemen Sosial, 2008). Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu dari
penyandang masalah kesejahteraan sosial memiliki karakteristik yang berbeda dengan
penyandang masalah sosial lainnya. Karakteristik tersebut adalah memiliki keinginan untuk
disayang yang berlebihan bahkan mengarah pada over protective, rasa rendah diri, kurang
percaya diri, cenderung mengisolir diri, kehidupan emosional yang labil, dorongan biologis
yang cenderung menguat, kecenderungan hidup senasib, berperilaku agresif, ada perasaan
tidak aman, cepat menyerah, apatis, kekanak-kanakan dan melakukan mekanisme
pertahanan diri yang kadang-kadang berlebihan.
4
BAB III PEMBAHASAN
A. Terkait Kasus
Permasalahan yang dihadapi para penyandang cacat bukan hanya dari aspek sosial dan
psikologisnya namun juga kesiapannya dalam memasuki dunia kerja, kemiskinan informasi,
akses, wawasan, keberanian, daya dan prakarsa. Ada sebagian kecil dari mereka yang entah
diperalat orang lain atau memperalat dirinya sendiri karena cacat tubuh yang disandang,
kemudian mangkal di pinggir jalan atau di lampu merah mengundang rasa iba para pemakai
jalan demi sekeping rupiah. Ungkapan informan ini membuktikan bahwa meskipun
penyandang cacat mempunyai keterbatasan fisik ternyata hasil kerjanya tetap baik tidak jauh
berbeda dengan hasil kerja mereka yang tidak cacat.
Peran serta orang tua dalam menumbuhkembangkan keberfungsian sosial juga dapat
diwujudkan dalam organisasi Persatuan Orang tua Penyandang Cacat Tubuh. Tujuan
dibentuknya organisasi tersebut adalah untuk memobilisir potensi orang tua dan keluarga dalam
mendukung keberhasilan pelayanan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Diungkapkan
bahwa adanya keterbukaan dan pengakuan masyarakat terhadap keberadaan penyandang cacat
dapat menjadi motivasi hidup mereka. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penyandang cacat
membutuhkan dukungan, pengakuan dan penerimaan dari orang tua, keluarga serta masyarakat.
Hal tersebut juga dilandasai oleh pandangan bahwa manusia tak terkecuali orang cacat sama
dihadapan Tuhan, perlu diakui keberadaaannya,
5
B. Solusi & Tahapan dalam menyelesaikan masalah
Dalam hal ini pemerintah harus bisa secara maksimal untuk memberikan fasilitas
pelayanan umum terhadap penyandang masalah kecacatan. Kebutuhan Pelayanan
Umum/Aksesibilitas Penyediaan sarana aksesibilitas lingkungan merupakan kebutuhan bagi
penyandang cacat. Lingkungan yang akses bagi penyandang cacat akan memberikan dukungan
yang besar terhadap proses dan keberhasilan pengembangan potensi dan keberfungsian sosial
penyandang cacat. Hal ini karena lingkungan yang akses akan memperlancar dan memberi
kemudahan mobilitas penyandang cacat karena keterbatasan fisik dalam segala aspek
kehidupannya. Dari hasil wawancara dengan penyandang cacat baik yang masih menjadi
kelayan maupun mantan kelayanan PSBD terungkap bahwa aksesibilitas fisik yang mestinya
disediakan adalah:
1) Rambu-rambu jalan baik di lingkungan panti maupun di masyarakat.
2) Ramp (pegangan) untuk keluar masuk bangunan.
3) Lift untuk bangunan berlantai 2 atau lebih.
4) Pegangan dalam kamar mandi/toilet dan tanda bahaya/darurat.
5) Tidak menggunakan lantai yang licin.
6) Mobil dan ambulance di rancang khusus untuk penyandang cacat.
7) Ukuran dasar ruang, letak peralatan dan sarana aksesibilitas yang sesuai dengan
ketentuan teknis (KepMen PU Nomor 468/KPTS/1988).
8) Jalur khusus bagi pengguna kursi roda, boks telpon khusus, tempat wudhu bagi pengguna
kruk dan toilet khusus.
C. Ananlisis Penulis
6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA
2008, Panduan Khusus Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti.
Jakarta: Dit. PRSPC
2008, Standarisasi Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti,
Jakarta: Dit. PRSPC