Nim : 181120101
Jawaban :
2. “Dari segi tinjauan politik hukum, pasca UU No. Tahun 1989 Peradilan Agama
mengalami perkembangan yang signifikan bersama Peradilan lainnya pada masa orde
baru, Pemerintah melalui UU No, 7 Tahun 1989 menetapkan (poltik hukum repasisi
Peradilan Agama dengan: (3) menyatukan dasar hukum Singkat pengadilan: (3)
melengkapinya dengan hukum acara dan juru sita: dan (4) memulihkan kompetensinya
di sidang waris. Pada masa reformasi, Pemerintah melalui UU No, 3 Tahun 2006
menerapkan politik hukum pengembangan Perdilan Agama agar sesuai dengan
perkembangan kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut
UUD Tahun 1945, yaitu dangan: (1) menyatuatapkan Peradilan Agama di bawah
Mahkamah Agung: (2) mempertegas dan memperluas kompetensi barang waris,
wakap, hibah. zakat, infaq, sadaqahah, ekonomi syariah, pelanggaran tas UU
Perkawinan, dan pidana Syariah memberi dasar hukum Mahkamah Syar'iah. Sikap
politik ini mengalami kemajuan yang sejalan dengan sikap politik dll awal
kemerdekaan “dalam menjalankan syariah Islam. Pasca amandemen UUD 1945,
kedudukan Peradilan Agama dikukuhkan dalem konstitusi dan pelaksanaan syariah
Islam diperluas agar dapat menentu perkembangan kebutuhan hukum masyarakat.
Dalam masa pasca reformasi Ini pengukuhan kedudukan Peradilan Agama ternyata
terus berkembang sesuai perkembangan ketatanegaraan dan kebutuhan hukum
masyarakat sehingga menuju Peradilan syariah Negara yang sesungguhnya. Khusus di
daerah Aceh, perkembangan kedudukan Peradilan Agama dan hukum syariah Islam
maju lebih pesat dibanding daerah lainnya. Perkembangan terakhir adalah dengan
disidangkannya UU No. 50 Tuhun 2009 yang di dalamnya terkandung maksud untuk
memperkuat prinsip dasar dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu agar
prinsip kemandirian peradilan “dan pirinsip kebebasan hakim dapat berjalan pararel
dengan prinsip integritas dan akuntabilitas. Perkembangan kedudukan Peradilan agama
ini semakin hari semakin mendekati prinsip-prinsip peradilan syariah negara. Sebagai
Peradilan syariah, maka Peradilan Agama diharapkan dapet menjadi Pengadilan
Syariah Islam yang berkedudukan tinggi. Menurut Hasbi Ash Shiddieq, Syariat Islam
memandang tugas aqla" (peradilan) merupakan tugas pokok dan berkedudukan tinggi.
Oleh sebab itu, peradilan Syariah Islam merupakan suatu lembaga yang harus dibina
dengan sempurna dalam tiap-tiap negara.