(F1)
PENGAMPU :
Prof. Dr. Made Suyana Utama, S.E., M.S.
Oleh : Kelompok 9
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Perkembangan Kebijakan Fiskal dari
Masa ke Masa”.
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen terkait dengan
RPS 11 mata kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter kelas EKI 405 F1. Kami mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Made Suyana Utama, S.E., M.S. selaku dosen mata
kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitupun dengan
kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dalam pembuatan
makalah ini masih banyak sekali kekurangan yang ditemukan, baik menyangkut tampilan
maupun substansinya. Oleh karena itu, kami mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya.
Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi kami khususnya .
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................1
BAB II ..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................2
2.1. Kebijakan Fiskal 1983-1997........................................................................................2
2.2. Kebijakan Fiskal 1988-sekarang .................................................................................6
BAB III ...............................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk menutup defisit anggaran, pemerintah mencari bantuan luar negeri dan
meminjam dana di luar negeri, yang akhirnya dengan dana luar negeri berdampak pada
kenaikan harga didalam negeri atau terjadi inflasi, yang kemudian menjadi babak awal
keruntuhan ekonomi Indonesia (RM Sundrum, 1973). Dengan kondisi ini, mulai tahun
1969 – 1997 yang disebut era orde baru, pemerintah Indonesia melaksanakan beberapa
kebijakan:
a) Anggaran belanja negara yang tidak melebihi anggaran penerimaan dalam negeri.
Untuk itu, tabungan pemerintah diharap terus meningkat berbarengan dengan
pemulihan kondisi ekonomi.
b) Perpajakan yang masih sederhana segera diperluas pada objek pajak dan dilakukan
penyempurnaan cara penafsiran pajak dan cara pengumpulannya.
Perubahan pajak dapat dilihat dari sisi pola penerimaan pemerintah pusat,
2
perkembangan penerimaan domestic bukan minyak dan pembaruan kebijakan pajak.
PPh yang merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berasal dari
pendapatan rakyat, perlu diatur dengan undang-undang yang dapat memberikan
kepastian hukum sesuai dengan kehidupan dalam sebuah negara demokrasi.
Undang-Undang Pajak Penghasilan ini mengatur materi pengenaan pajak yang
pada dasarnya menyangkut subjek pajak (siapa yang dikenakan), objek pajak
(penyebab pengenaan) dan tarif pajak (cara menghitung jumlah pajak) dengan
pengenaan yang merata serta pembebanan yang adil. Sedangkan tata cara
3
pemungutannya diatur dalam undang-undang tersendiri dalam rangka
mewujudkan keseragaman, sehingga mempermudah masyarakat untuk
mempelajari, memahami dan mematuhinya.
5
1994 dan 1997. Dalam pembaharuan perpajakan yang I melahirkan Undang-
Undang Perpajakan:
- UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
- UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN barang dan jasa dan Pajak Penjualan atas
barang mewah.
- UU No. 9 Tahun 1984 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. -
UU No. 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan.
- UU No. 11 Tahun 1994 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.
- UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
Perekonomian Indonesia menjelang tahun 2000 yang telah diwarnai oleh krisis
ekonomi yang dimunculkan dengan krisis moneter mulai tahun 1997, membuat
pemerintah harus mengatasinya dengan memulai suatu strategi kebijakan fiskal yang
6
baru agar masyarakat percaya dengan pengelolaan fiskal yang sehat. Langkah awal
yang dilakukan oleh pemerintah adalah konsolidasi fiskal untuk memulihkan
kepercayaan dan penurunan kebangkrutan fiskal, kemudian dilanjutkan dengan
reformasi fiskal yang lebih mengakar, reformasi perpajakan, reformasi kepabeanan,
reformasi anggaran, dan reformasi departemen keuangan (Budiono, 2004).
Krisis moneter tahun 1997 telah mengubah kondisi anggaran pendapatan dan
belanja negara menjadi defisit, ekonomi sektor riil macet dan terjadi inf lasi sekitar
78%, kurs mata uang asing meningkat, dan PDB anjlok 13%. Setelah rekapitalisasi
perbankan, utang pemerintah menjadi 96% dari PDB atau sebesar Rp 1.226,1 triliun
(setara dengan US $ 60,8 miliar). Adapun Kebijakan fiskal yang ditempuh untuk
mengatasi krisis tahun 1997 antara lain dengan mengurangi ekspansi pengeluaran
pemerintah berikut merupakan kebijakan – kebijakan yang ditempuh:
Dari sisi fiskal kebijakan yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan
disiplin anggaran yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut,
- Pengurangan subsidi.
- Privatisasi BUMN.
7
Dalam tahun 2001, proses pemulihan ekonomi masih dipengaruhi oleh
ketidakpastian, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang belum pulih, nilai
tukar rupiah terhadap mata uang asing masih lemah, inflasi cenderung meningkat
yang didorong oleh rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar
minyak atau BBM, tarif dasar listrik atau TDL, dan pajak pertambahan nilai atau PPN
dalam Semester I tahun 2001 serta pertumbuhan nilai ekspor khususnya nonmigas
cenderung meningkat.
Kebijakan fiskal dan APBN tahun anggaran 2002 diarahkan pada beberapa
sasaran pokok terutama upaya untuk mewujudkan ketahanan fiskal yang
berkelanjutan, menciptakan stabilitas ekonomi makro, kebutuhan memberikan
stimulus terhadap kegiatan perekonomian dalam batas-batas kemampuan keuangan
negara, serta mendukung proses pemulihan ekonomi. Kebijakan ini juga diarahkan
untuk memantapkan proses desentralisasi dengan tetap mengupayakan pemerataan
kemampuan keuangan antardaerah yang sepadan dengan penyerahan beberapa
wewenang kepada pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia atau NKRI.
Dalam tahun 2003 telah dilakukan kebijakan konsolidasi fiskal oleh Direktorat
Bea dan Cukai tentang reformasi kebijakan fiskal untuk meningkatkan penerimaan
pajak dan iklim investasi yang lebih baik, kebijakan cukai rokok untuk mengatasi
cukai palsu atas rokok sehingga penerimaan negara meningkat, reformasi
administrasi kepabeanan tentang perluasan jalur prioritas dan penyempurnaan
prosedur verifikasi kepabeanan untuk meningkatkan kepatuhan.
Pada tahun 2004 Pemerintah terus menggiring wajib pajak yang belum
8
melakukan kewajiban perpajakan dan menggiring mereka menjadi wajib pajak yang
patuh melalui: (1) penyempurnaan peraturan pajak (2) melanjutkan program
ekstensifikasi wajib pajak (3) Meningkatkan law enforcement dan intensifikasi wajib
pajak, (4)Meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak antara lain dengan
memperluas penerapan sistem e-filing dan e-payment, (5)Menegakkan kode etik di
jajaran Ditjen Pajak.
Pada tahun 2010 Pemulihan ekonomi terutama di kawasan Asia, dan semakin
kuatnya fundamental ekonomi domestik yang tercermin dari meningkatnya
petumbuhan ekspor dan investasi, terus mendorong apresiasi rupiah. Termasuk
10
meningkatnya cadangan devisa yang tercatat di akhir bulan Juni sebesar US$76,3
miliar. Data Biro Pusat Statistik juga menunjukkan bulan Mei 2010 ekspor naik 36
persen dibanding bulan yang sama tahun 2009 atau sebesar USD 12,52 miliar.
Sedangkan periode Januari Mei 2010 naik 47,68 persen atau sebesar USD 60,1 miliar
periode yang sama tahun 2009. Kenaikan ekspor impor ini menunjukkan kegairahan
dan pemulihan permintaan komoditas dunia yang sebelumnya lesu akibat krisis
finansial global. Kestabilan rupiah lainnya juga didorong oleh naiknya outlook utang
Indonesia berdenominasi rupiah dan mata uang asing sehingga rating kita naik dari
stabil menjadi positif (Ba2). Pemerintah terus melanjutkan perbaikan sistem dan
mekanisme anggaran yang lebih fleksibel.Ini penting karena bila Indonesia
menginginkan pertumbuhan yang signifikan maka penyebaran penyerapan anggaran
sebagai stimulan fiskal dapat digelontorkan sepanjang masa atau awal semester satu,
sehingga multiplier effect yang diharapkan akan lebih berkualitas dan efektif.
Demikian juga efektivitas alokasi penyerapan pada sektor-sektor yang memberikan
multiplier tinggi seperti sektor riil dalam bidang UMKM, sektor pertanian dan
produksi yang menyerap tenaga kerja tinggi serta pengembangan wilayah melalui
perbaikan infrastruktur
Kebijakan fiskal, Pemerintah menetapkan tema arah kebijakan fiskal tahun 2013
yaitu “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan melalui Upaya
Penyehatan Fiskal”. Esensi dari tema tersebut menekankan pada pentingnya
mengupayakan terwujudnya kondisi fiskal yang sehat dalam rangka mendorong
terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk mencapai kesejahteraan
bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebijakan fiskal tahun 2013 juga tetap diarahkan
untuk tetap menjaga kesinambungan fiskal yang ditempuh melalui 4 (empat) hal
pokok yaitu (i) Optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menjaga iklim investasi
dan keberlanjutan dunia usaha; (ii) Meningkatkan kualitas belanja negara melalui
efisiensi belanja yang kurang produktif dan meningkatkan belanja modal un tuk
11
memacu pertumbuhan dan peningkatan daya saing; (iii) menjaga defisit anggaran
pada batas aman (<3% PDB); (iv) Menurunkan rasio utang terhadap PDB dalam
batas yang manageable. Melalui ke empat langkah tersebut diharapkan APBN dapat
dikelola secara efisiensi dan sekaligus mendorong produktivitas setiap pos dalam
APBN baik pada sisi pendapatan, belanja maupun pembiayaan. Dengan
mengarahkan kebijakan fiskal yang efisien dan produktif, diharapkan tidak hanya
akan memberi kontribusi yang optimal bagi kesinambungan fiskal tetapi juga
berdampak bagi peningkatan daya saing perekonomian domestik yang pada akhirnya
dapat mendorong terwujudnya stabilitas perekonomian yang mantap. Kombinasi
terjaganya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan terwujudnya stabilitas
ekonomi melalui penyehatan fiskal tersebut selanjutnya akan menjadi bantalan yang
kuat untuk mendukung pembangunan yang pada gilirannya akan memberi kotribusi
yang positif bagi terwujudnya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Stimulus kebijakan fiskal juga menjadi yang paling utama dalam mengurangi
dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandemi ini terhadap kegiatan perekonomian,
12
terutama bagi pelaku usaha dan masyarakat yang terkena dampak paling besar.
Stimulus Pertama yaitu,
1. Total tambahan Belanja dan Pembiayaan APBN 2020 sebesar Rp. 405.1 Triliun
(Jaring Pengaman Sosial), yang terdiri dari, Program Keluarga Harapan ,
Program Sembako, Kartu Pra Kerja, Program Padat Karya Diskon Tarif Listrik
450 VA dan 900 VA, Insentif Perumahan bagi MBR, Tunjangan Hari Raya,
Stabilisasi Harga/Operasi Pasar, Penyesuaian Anggaran K/L.
13
Impor).
1. Relaksasi Defisit melampaui 3%, namun mulai Tahun 2023 kembali ke level
maksimal 3%,
5. Penerbitan SUN dan SBSN untuk dapat dibeli oleh BI, BUMN, investor
korporasi dan/atau investor ritel,
6. Penggunaan sumber anggaran alternatif antara lain SAL, dana abadi pendidikan,
dan dana yang dikelola oleh Badan Layanan Umum.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penentuan sistem dan keberhasilan kebijakan fiskal sangat ditentukan oleh
pengalaman dan sejarah penerapannya dalam pengelolaan suatu negara. Dalam
kenyataannya, sejarah fiskal dibentuk karena adanya situasi atau kondisi sumber
pendapatan pemerintah dari suatu periode tertentu ke periode berikutnya. Perubahan pajak
dapat dilihat dari sisi pola penerimaan pemerintah pusat, perkembangan penerimaan
domestic bukan minyak dan pembaruan kebijakan pajak. Pada pembaharuan kebijakan
pajak terdapat beberapa kali perubahan antara tahun 1983-1997 dan melahirkan aturan
aturan perpajakan baru seperti aturan Pph, PPN, pajak industri, pajak barang mewah dan
lain sebagainya.
Pada tahun 1998 hingga tahun 2000an kebijakan fiskal difokuskan pada upaya
perbaikan ekonomi akibat krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997. Kebijakan yang
dilakukan adalah melalui konsolidasi fiskal, untuk memulihkan kepercayaan dan
penurunan kebangkrutan fiskal, kemudian dilanjutkan dengan reformasi fiskal yang lebih
mengakar, reformasi perpajakan, reformasi kepabeanan, reformasi anggaran, dan
reformasi departemen keuangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Charles PR Joseph, Arief Hartawan, dan Firman Mochtar, 2003. “Kondisi Dan Respon
Kebijakan Ekonomi Makro Selama Krisis Ekonomi Tahun 1997-98”. Diakses melalui
https://www.researchgate.net/publication/312930860_KONDISI_DAN_RESPON_K
EBIJAKAN_EKONOMI_MAKRO_SELAMA_KRISIS_EKONOMI_TAHUN_1997 -
98
Edward UP Nainggolan, 2020. “Kebijakan Fiskal dan Moneter Mengadapi Dampak Covid 19”.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Diakses melalui
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter
Mengadapi-Dampak-Covid-19.html
Kementerian Keuangan. 2009. “Mengatasi Dampak Krisis Global Melalui Program Stimulus
Fiskal APBN 2009”. Direktorat Jenderal Anggaran.
Badan Pusat Statistik. 2010. “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta”. Berita Resmi
Statistik No. 12/02/Th. XIII. 3 Badan Pusat Statistik. 2010. “Perkembangan Ekspor
dan Impor Indonesia Desember 2009”. Jakarta.
Berita Resmi Statistik No. 07/02/Th. XIII. 4 Kementerian Keuangan. (2009). “Surat Edaran
Nomor 883/MK.02/2009 Tanggal 4 Maret 2009 Tentang Perubahan Atas Surat Edaran
Nomor 812/MK.02/2009 Tentang Tambahan Belanja Infrastruktur, Subsidi dan
Penjaminan Untuk Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Stimulus Fiskal 2009”.
Jakarta.
Satya, Eka Venti dan Dewi, Galuh Prila. 2010. “Perubahan Undang-Undang Pajak
Penghasilan Dan Perannya Dalam Memperkuat Fungsi Budgetair Perpajakan. Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik”, 1(1), 75-100.
Sudirman, 2011. “Kebijakan Fiskal dan Moneter, Teori & Empirikal”. Jakarta:Kencana.
17