Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

F041700013 –
Perekonomian
Indonesia
Kebijakan Fiskal dan Hutang

Abstract Kompetensi
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengatur penerimaan dan pengeluaran menganalisis tentang kebijakan fiskal
negara. Anggaran Pendapatan dan dan APBN.
Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan
negara Indonesia. Salah satu prioritas
kebijakan fiskal di Indonesia adalah
mengatasi APBN.

Fakultas Program Studi Tatap Muka


Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1
09 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-


perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi
masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mengatur
penerimaan dan pengeluaran negara. Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua
prioritas, yaitu:
 mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-
masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih
kecil dari pengeluarannya.
 mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan
ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.

Menurut Nopirin (1987), kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran


pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan
permintaan agregat. Indicator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara
pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari
pajak. Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah.
Dengan demikian, kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian
menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran
negara yang tercantum dalam APBN.
Penerimaan negara di Indonesia terdiri dari pajak, penerimaan di luar pajak, dan
penerimaan lainnya yang bersifat hibah. Pengeluaran pemerintah pada dasarnya dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pada masa
krisis peran pemerintah dapat dikatakan sebagai motor penggerak perekonomian,
mengingat sektor swasta belum dapat diandalkan untuk menggerakkan perekonomian
secara optimal. Ketika pengangguran, pemerintah harus menambah belanja negara atau
mengurangi pajak. Sedangkan ketika inflasi, pemerintah harus mengurangi belanja negara
atau menambah pajak.

2019 Perekonomian Indonesia


2 Garin Pratiwi Solihati SE.MM.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tujuan dari Kebijakan Fiskal
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud
mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan laju investasi.
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi di sektor
swasta dan sektor Negara.Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk
mendorong dan menghambat bentuk investasi tertuntu. Dalam rangka itu pemerintah
harus menerapkan kebijaan investasi berencana di sektor publik, namun pada
kenyataannya dibeberapa Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu
dimana langkanya tabungan sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi
dijalur yang tidak produktif dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak
tersedianya modal asing yang cukup, baik swasta maupun pemerintah.
Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan solusi yaitu kebijakan fiskal dapat
meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi. Menurut Dr. R. N.
Tripathy terdapat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam rangka menaikkan
rasio tabungan incremental bagi mobilisasi volume keuangan pembangunan yang
diperlukan diantaranya; 
1. control fisik langsung,
2. peningkatan tariff pajak yang ada,
3. penerapan pajak baru,
4. surplus dari perusahaan Negara,
5. pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan 
6. keuangan defisit.
2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial,
dikarenakan investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi
tangunggan Negara secara  serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal.
Nantinya invesati optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang
lebih luas, peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya produksi.
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan 
perusahaan Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi,
keringanan dan lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan

2021 Perekonomian Indonesia


3 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lapangan pekerjaan. Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan
program pengendalian jumlah penduduk.
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan
stabilitas ekonomi menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal.Dalam rangka
mengurangi dampak internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan
pajak ekspor dan impor.Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari
kenaikkan harga pasar. Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi
dan barang mewah juga perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.
5. Untuk menanggulangi inflasi
Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah
dengan cara penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi,
karena pajak seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang
yang tercipta dalam proses inflasi.
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional
terdiri dari upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat
pendapatan yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari
pemerintah seperti pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada
berbagai sektor perekonomian.

Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang menyangkut pembelian pemerintah atas barang dan jasa.
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan
nasional yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa
pemerintah ini mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja pemerintah ini
meliputi pembangunan untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung
pemerintahan, peralatan kemiliteran, dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang menyangkut perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang
berasal dari migas.Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban
melakukan pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang
dilakukan.Pajak yang dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan
negara tersebut.Kebijakan pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan
dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax reform (pembaharuan pajak). Tax reform

2021 Perekonomian Indonesia


4 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya perubahan di dalam masyarakat,
seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
3. Kebijakan yang menyangkut pembayaran transfer.
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan
sosial, dan tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian
belanja pemerintah tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam
komponen G di dalam perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena
transfer bukan merupakan pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan
pembayaran tersebut bukan karena jual beli barang dan jasa. Pembayaran transfer
mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun tidak mencerminkan produksi
perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur pendapatan dari produksi
barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa, pembayaran
transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal
dapat dan hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja.
Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah
dalam kebijakan fiskal yaitu:
1. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
2. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat
dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan
menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap
permintaan agregat barang dan jasa.

Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal


Secara garis besar jenis dan macam-macam kebijakan fiskal dibagi menjadi dua, yaitu
kebijakan fiskal dilihat dari segi teori dan kebijakan fiskal dilihat dari segi penerimaan dan
pengeluaran.

2021 Perekonomian Indonesia


5 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal Berdasarkan Teori.
a. Functional Finance (Pembiayaan Fungsional)
Yaitu kebijakan yang mengatur pengeluaran anggaran negara yang secara tidak
langsung mempengaruhi pendapatan nasional dan dengan tujuan meningkatkan
lapangan pekerjaan.
b. The Managed Budget Approach (Pengelolaan anggaran)
Yaitu kebijakan untuk mengatur dan mengoptimalkan segala pengeluaran,
hutang pemerintah maupun perpajakan milik pemerintah, demi tercapainya
perekonomian yang stabil.
c. The stabilizing budget (Stabilitas Anggaran Otomatis)
Merupakan langkah penghematan anggaran negara dengan cara mengatur
kebijakan pengeluaran dengan mempertimbangkan manfaat dan besarnya biaya
berbagai program pemerintah yang direncanakan.

2. Jenis-Jenis Kebijakan Fiskal Berdasarkan Jumlah Penerimaan dan


Pengeluaran.
a. Kebijakan Anggaran Seimbang
Merupakan suatu kebijakan anggaran pemerintah dalam menyusun dan
merealisasikan jumlah pendapatan pemerintah sama dengan jumlah
pengeluaran pemerintah.
Kelebihan : Negara tidak membutuhkan lagi pinjaman baik dari dalam maupun
luar negeri.
Kekurangan : Jika keadaan perekonomian negara kurang sehat akan berakibat
pada perekonomian yang semakin memburuk.

b. Kebijakan Anggaran Surplus


Yaitu suatu kebijakan anggaran yang jumlah realisasi pendapatan/penerimaan
negara lebih besar dibandingkan pengeluaran. Secara sederhana pendapatan
lebih besar dari pada pengeluaran (Untung; Surplus).
Dana sisa pengeluaran negara bisa ditabung untuk mengatasi inflasi dikemudian
hari.

c. Kebijakan Anggaran Defisit


Yaitu uatu kebijakan anggaran yang jumlah realisasi pengeluarannya lebih besar
dibandingkan pemasukan. Secara sederhana pengeluaran lebih besar
dibandingkan pendapatan (Rugi; Defisit).

2021 Perekonomian Indonesia


6 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kebijakan ini dilakukan untuk menekan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang sedang lesu dan depresi, namun kebijakan ini membuat pemerintah
mengalami kekurangan anggaran.
Untuk mengukur defisit anggaran, ada empat 4 cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1) Defisit Konvensional
 Defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara realisasi total
pembelanjaan dan realisasi total pengeluaran, termasuk didalamnya
hibah.
2) Defisit Moneter
 Defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara realisasi total belanja
negara (tidak termasuk pembayaran pokok/utang) dan realisasi total
penerimaan (tidak termasuk penerimaan utang).
3) Defisit Operasional
 Defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal.
4) Defisit Primer
 Defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara realisasi belanja (diluar
pembayaran pokok dan utang) dan total penerimaan.

d. Kebijakan Anggaran Dinamis


Merupakan suatu kebijakan anggaran, dimana jumlah realisasi pendapatan
negara sama dengan realisasi pengeluaran negara dan lama kelamaan jumlah
keduanya semakin bertambah.
Dalam sisi penerimaan pemerintah dapat ditingkatkan melalui tabungan
pemerintah, peningkatan penerimaan pajak, atau berasal dari pinjamaan
pemerintah.

Macam-Macam Kebijakan Fiskal


1. Pembiayaan Fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak
langsung berpengaruh terhadap pendapatan nasional.Tujuan utama adalah
meningkatkan kesempatan kerja (employment).Penerimaan pemerintah dari sektor
pajak bukan untuk menigkatkan penerimaan pemerintah, namun untuk mengatur
pengeluaran dari pihak swasta.Untuk menekan inflasi, maka diatasi dengan kebijakan
pinjaman.Jika sektor pajak dan pinjaman tidak berhasil, maka tindakan pemerintah
adalah mencetak uang.Jadi, dalam hal ini, sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah
terpisah.

2021 Perekonomian Indonesia


7 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Pengelolaan Anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan dan pinjaman adalah paket yang
tidak bisa terpisahkan.Dalam penjelasan Alvin Hansen, untuk menciptakan anggaran
yang berimbang, maka diperlukan resep bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh
anggaran defisit, dan jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran belanja surplus.
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis
Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terjadi keseimbangan antara pengeluaran
dan penerimaan pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung pemerintah yang
disengaja.Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat dan biaya
relatif dari setiap paket program.Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat
anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh.
4. Anggaran Belanja Seimbang
Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-masing negara dapat berbeda-beda,
tergantung pada keadaan dan arah yang akan dicapai dalam jangka pendek dan jangka
panjangnya.

Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh negara dalam mencapai manfaat tertinggi
dalam mengelola anggaran.
Anggaran Berimbang : pengeluaran (belanja) dengan penerimaan sama.
 Keadaan seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran.Dalam hal ini,
pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan.

Anggaran Surplus : tidak semua penerimaan negara dibelanjakan. Sehingga


memungkinkan adanya tabungan pemerintah.
 Anggaran ini tepat diterapkan saat keadaan ekonomi mengalami inflasi.

Anggaran Defisit : anggaran disusun sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih besar
daripada penerimaan.
 Anggaran ini dapat mengakibatkan inflasi karena untuk menutup inflasi, pemerintah
harus meminjam atau mencetak uang.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sering disebut budget. Budget pada
hakikatnya adalah rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang
dituangkan dalam angka – angka rupiah.
Tugas – tugas pemerintah bukan hanya sebagai lembaga pelayanan untuk menjaga dan
melindungi masyarakat namun juga sebagai pengatur kegiatan ekonomi dan perdagangan

2021 Perekonomian Indonesia


8 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sehingga anggaran (budget) harus mampu memperkecil pengaruh gejolak pasang surut
ekonomi nasional.

Teori Kebijakan Fiskal


Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama adalah mengatasi
APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya.Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju pertumbuhan ekonomi, tingkat
atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/ penggangguran dan saldo neraca
pembayaran. Apabila APBN defisit, pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk
membiayai saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money
yang berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi pinjaman,
baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi, atau dari luar negeri (cara
yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi tertutup). Karena opsi pertama tersebut sangat
berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.

Pengaruh Risiko Kebijakan Fiskal


Risiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan
oleh sesuatu di luar kendali pemerintah. Pengungkapan risiko fiskal sangat perlu untuk
empat tujuan strategis, yaitu :
1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal.
2. Meningkatkan keterbukaan fiskal
3. Meningkatkan tangung jawab fiskal
4. Menciptakan kesinambungan fiskal

Risiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama, yaitu :


1. Risiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan
sebagai dasar penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga
sertifikat Bank Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan
lifting minyak. Indikator tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan
penghitungan besaran-besaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
APBN.Secara umum sumber risiko fiskal yang dihadapi oleh APBN 2012 terutama
berasal dari dua risiko utama, yakni inflasi dan harga minyak.
 Inflasi.

2021 Perekonomian Indonesia


9 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisar antara
3,5-5,5 persen. Sementara itu menurut IMF dalam World Economic
Outlook per April 2012, inflasi diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka
ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010 dan lebih rendah dari
proyeksi tahun 2011.Dengan demikian angka proyeksi pemerintah masih
sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka
inflasi telah menunjukkan angka penurunan, tetapi risiko tekanan inflasi
ke depan diperkirakan masih cukup tinggi.
 Harga Minyak.
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per
barel s/d US$95 per barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan
harga minyak dipasaran dunia.

2. Risiko Utang Dinamika Ekonomi Makro


Pengelolaan risiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat
diperoleh dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban
utang yang tidak terkendali pada masa yang akan mendatang.pada dasarnya risiko
utang terdiri dari empat, diantaranya :
 Risiko pasar ini terdiri dari risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga dan risiko
likuiditas yag timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar
keuangan yang dinamis. Risiko nilai tukar terutama berasal dari utang
melalui pinjaman luar negeri, sedangkan risiko tingkat bunga bersumber
dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
 Risiko pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran
kewajiban utang pada tahun/ periode tertentu.
 Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh kegagalan pada
orang, proses bisnis dan sistem diunit terkait.Sert yang ditimbulkan oleh
aspek legal. Risiko ini antara lain dapat berupa gagal bayar akibat
kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada
penurunan sorvereign credit rating.
 Risiko Reputasi
Risiko Reputasi merupakan risiko penurunan kredibilitas pengelolaan
utang dari sudut pandang investor dan lender yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat kepastian dan konsistensi penerapan strategi
pengelolaan utang.

2021 Perekonomian Indonesia


10 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari
peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak
terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali pemerintah.Kewajiban kontijensi pemerintah pusat yang
menjadi risiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan dan/ atau pinjaman
pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul akibat program
pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.

4. Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Republik Kesatuan Indonesia.
Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain menghasilkan hal-hal
positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi menimbulkan risiko
fiskal. Risiko Fiskal dari desentarlisasi fiskal diantaranya, bersumber dari kebijakan
pemekaran daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan
pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak
pusat menjadi pajak daerah.

APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia  yang disetujui oleh DPR. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN merupakan instrumen untuk
mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan
arah serta prioritas pembangunan secara umum. Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus
dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai
pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

2021 Perekonomian Indonesia


11 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Siklus dan mekanisme APBN ini meliputi :
a) tahap penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
b) tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan Dewan
Perwakilan Rakyat;
c) tahap pelaksanaan APBN;
d) tahap pengawasan pelaksanaan APBN oleh instansi yang berwenang, antara lain
Badan Pemeriksa Keuangan; dan
e) tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Salah satu tahap dari siklus
anggaran di Indonesia adalah tahap perencanaan anggaran.

Tahapan ini dimulai ketika setiap kementerian/lembaga membuat Rencana Kerja


Kementerian Negara/Lembaga. Dalam tahap inilah pemerintah menyampaikan Kerangka
Ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal kepada DPR untuk dibahas bersama.
Indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan APBN adalah
sebagai berikut:
 Pertumbuhan ekonomi
 Inflasi
 Nilai tukar
 Suku bunga SBI
 Harga minyak internasional
 Produksi minyak Indonesia

Fungsi APBN
• Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
• Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.

2021 Perekonomian Indonesia


12 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai
apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
• Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
• Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.

Hubungan APBN dan Kebijakan Fiskal


Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang
berurutan, yaitu :
 Bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN dan
 Bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

APBN mempunyai dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang
mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang
memerlukan uang untuk pelaksanaannya. Dalam praktek macam pos –pos yang tercantum
di sisi ini sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin dilaksanakan
pemerintah dalam programnya. Untuk tujuan pembahasan disini cukup bagi kita untuk
menganggap bahwa sisi ini terdiri dari 3 (tiga) pos utama, yaitu :
1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang atau jasa.
2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawainya.
3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payments yang meliputi, pembayaran subsidi
atau bantuan langsung kepada berbagai golongan masyarakat, pembayaran
pensiun, pembayaran bunga untuk pinjaman pemerintah kepada masyarakat.

Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk


melaksanakannya. Sisi penerimaan menunjukkan darimana dana yang diperlukan tersebut
diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana tersebut, yaitu :
• Pajak (berbagai macam).
• Pinjaman dari bank sentral.
• Pinjaman dari masyarakat dalam negeri.

2021 Perekonomian Indonesia


13 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Pinjaman dari luar negeri.

Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas pertama adalah


mengatasi APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila
penerimaan pemerintah lebih kecil daripada pengeluarannya. Prioritas kedua adalah
mengatasi masalah stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju
pertumbuhan ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/
penggangguran dan saldo neraca pembayaran. Apabila APBN defisit, pemerintah hanya
mempunyai dua pilihan untuk membiayai saldo negatif tersebut, yaitu didanai oleh Bank
Indoneisa lewat printing money yang berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat
meningkat, atau melebihi pinjaman, baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan
obligasi, atau dari luar negeri (cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi tertutup ).
Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap peningkatan laju inflasi, maka
biasanya opsi kedua yang dipilih.

2021 Perekonomian Indonesia


14 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Basri, Faisal. (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga: Indonesia.
2. Kuncoro, M. (2010). Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan. UPP STIM YKPN:
Indonesia.
3. Tambunan, Tulus. (2015). Orde Lama hingga Jokowi. Ghalia: Indonesia.
4. Tambunan, Tulus. (2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan analisis
empiris. Ghalia: Indonesia.
5. Putra, W. (2018). Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori Ekonomi
Pembangunan di Indonesia. Rajawali Pers: Indonesia.

2021 Perekonomian Indonesia


15 Garin Pratiwi Solihati SE.MM
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai