Anda di halaman 1dari 4

LAUTAN PLASTIK, GUNUNG SAMPAH

Plastik merupakan bahan yang selalu dapat ditemukan dalam kehidupan manusia. Mulai
dari disudut rumah hingga tempat umum hampir semua benda berbahan dasar plastik. Plastik
pada awalnya diciptakan John Wesley Hyatt tahun 1869 untuk membuat bola bilyard,
menggantikan bahan sebelumnya yaitu gading. Kemudian dewasa ini berkembang menjadi
bahan PVC (Polyvinyl Chloride), dan Polystyrene . Stuktur polimer plastik yang terdiri dari
rantai panjang atau rangkaian molekul yang lebih kecil yang dikenal sebagai monomer. Contoh
monomer pada plastik adalah propilena. Propilena berikatan satu sama lain membentuk rantai
panjang yang disebut polipropilena.rantai karbon panjang pada plastik inilah yang menyebabkan
sulit terurai.

Plastik yang awalnya dicipatkan untuk menjadi solusi karena sifatnya yang ringan,
fleksibeldan tahan lama tetapi sekarang menjadi masalah yang serius sebab semakin hari
produksi plastik semakin meningkat sedangkan sampah plastik yang dibuang belum teruai.
Konsumsi plastik di Indonesia per kapita sudah mencapai 17 kilogram per tahun dengan
pertumbuhan konsumsi mencapai 6-7 persen per tahun. Masifnya konsumsi plastik dibidang
industri otomotif, eletronik, makanan dan minuman mendorong peningkatan produksi plastik.
Tercatat pada tahun 2017 produksi plastik dalam negeri tumbuh sekitar 5,4% diangka 5,6 juta ton
dan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sepanjang Januari-Juli 2018 nilai impor
plastik dan barang dari plastik senilai US$5,16 miliar, naik 18,66% dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya yang senilai US$4,35 miliar. Miris melihat besarnya konsumsi plastik
menandakan besarnya ketergantungan terhadap plastik.

Persoalan sampah memanglah hal yang klise. Meski begitu, masalah sampah masih saja
menjadi polemik di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Sampah “menyebar” di daratan,
menumpuk, lalu menjadi gunungan-gunungan sampah yang menjulang tinggi dan yang mengalir
akan menjadi lautan sampah. Sampah tidak ditangani dengan baik menimbulkan masalah yang
dapat menimbulkan masalah lainnya apabila polusi air, tanah dan udara. Tumpukan sampah
menghasilkan limpasan cairan beracun yang disebut leachate, yang dapat mengalir ke sungai, air
tanah, dan tanah. Sampah yang memasuki saluran air mengurangi jumlah oksigen yang tersedia
dan mendorong pertumbuhan organisme berbahaya. Sampah plastik yang tidak terurai diperairan
akan bermuara laut dan dapat masuk kedalam tubuh organisme laut kemudian masuk kedalam
rantai makanan. Dalam risetnya Dr. Jenna Jambeck seorang peneliti dari peneliti dari Universitas
Georgia menyebutkan Dampak dari sampah plastik akan berpengaruh pada kehidupan hewan.
Dr. Jenna Jambeck menunjukkan beberapa gambar yang merupakan bukti dampak dari kehadiran
sampah plastik di laut. Plastik yang berakhir di laut akan dikonsumsi oleh ikan-ikan. Indera
penciuman hewan laut akan menganggap bahwa plastik sama seperti makanannya. Jika ikan-ikan
di laut yang terdampak plastik dimakan oleh manusia, akan berpengaruh pada kesehatan dan
lebih buruk lagi akan menyebabkan kematian. Berdasarkan Data yang diperoleh dari Asosiasi
Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di
Indonesia mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik
yang dibuang ke laut. Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga menyebutkan,
Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia yang dibuang ke laut.
“Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke lautan terbesar kedua di dunia,
sampah plastik sangat berbahaya, Sampah plastik yang masuk ke laut dapat terbelah menjadi
partikel-partikel kecil yang disebut microplastics dengan ukuran 0,3 – 5 milimeter. Microplastics
ini sangat mudah dikonsumsi oleh hewan-hewan laut," ujar Susi dalam sebuah keterangan
tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (19/8/2018). Laut seolah menjadi tempat
pembuangan sampah dari kegiatan manusia. Bahkan, ada pelesetan pepatah untuk
menggambarkan fenomena perilaku manusia yang berbunyi demikian, “Gajah mati
meninggalkan gadingnya, harimau mati meninggalkan belangnya, sementara manusia mati
meninggalkan sampahnya”. Pelesetan ini mungkin akan tetap relevan sampai kapanpun, melihat
kondisi manusia yang selalu memproduksi sampah.

Ada banyak biang persoalan yang menjadi latar belakang sampah mulai dari hulu sampai
hilir. Di hulu persoalan sampah dimulai dari produksi sampah plastik untuk kegiatan industri.
Seperti pembungkus makanan dan minuman hingga peralatan elektronik dan rumah tangga.
Penerapan Arah kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sampah yang belum maksimal.
sedangkan di hilir masih kurangnya kesadaran manusia untuk membuang sampah pada
tempatnya, kurangnya kesadaran menerapkan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle),
pemrosesan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan
sekitarnya.

Upaya mengurai benang kusut dari sampah di Indonesia sebenarnya sudah ada beberapa
peraturan terkait larangan seperti undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008
tentang pengelolaan Sampah. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Reduce, dan Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 jo Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Adipura, Namun, soal penegakan aturan di Indonesia masih buruk. Selain
itu, upaya penyadaran kepada masyarakat tentang dampak baik dan buruk sampah, serta cara
pengelolaan sampah yang baik melalui sosialisasi harus masif digalakkan. Pengefektifan
pengolahan sampah dan limbah secara terpadu juga harus terus diperbaiki dengan cara
koordinasi dan kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan masyarakat.
Penguatan komitmen dunia usaha melalui penerapan kewajiban produsen sebab penggurangan
penggunaan plastik pada konsumen seperti kantong plastic dengan Tooth bag dinilai masih
kurang apabila barang belanja yang di peroleh seperti bungkus makanan dan bungkus minuman
masih menggunakan plastic. Harus ada komitment dari produsen contohnya jika suatu prabrik
memproduksi plastik sebesar 1 ton maka harus ada 1 ton plastic yang di daur ulang oleh pabrik
tersebut. Penggunaan bahan alternative sebagai pengganti plastik. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk membantu proses pengelolaan sampah. Penerapan sangsi
hukum dan norma bagi pelaku yang membuang sampah sembarangan

Sampah bukanlah masalah kecil dan sepele. Sampah adalah masalah besar yang
sebenarnya bisa kita pikul bersama. Maka perlu langkah konkret dan menyeluruh dari semua
elemen masyarakat Untuk mewujudkan kehidupan yang sehat dan bersih. Masalah sampah,
masalah semua. Ikhtiar bersama menuntaskan persoalan sampah demi kebaikan peradaban
manusia. Kebaikan peradaban manusia akan dinilai dari cara ia memperlakukan bumi yang
dipijaknya. Maka dari itu, perlu menjaga keasrian bumi, pengolahan limbah sampah lah salah
satunya. Sekali lagi, demi anak cucu kita, demi peradaban yang lebih baik. Mari, tebang gunung
sampah, kuras lautan plastik!

Anda mungkin juga menyukai