Anda di halaman 1dari 76

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KERPORAT

TATA KELOLA PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS (PT. UNILEVER


INDONESIA Tbk)

Disusun Oleh :

Nurul Badriyah ( 2019150015 )

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sahid Jakarta

Tahun Pelajaran 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul, “TATA KELOLA

PERUSAHAAN PERSEROAN TERBATAS PT UNILEVER INDONESIA Tbk” dapat saya

selesaikan dengan baik. Saya berharap karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca tentang Tata Kelola Perusahaan Perseroan Terbatas ini. Begitu

pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada saya

sehingga karya ilmiah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian

pustaka maupun melalui media internet.

Demikian karya ilmiah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau

pun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada karya ilmiah ini, saya mohon

maaf. Saya menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya

ilmiah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Jakarta, 01 Desember 2021

Nurul Badriyah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………....................................................................…… i

DAFTAR ISI ………………………………...................................................................… ii

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………….......................................................… 1

A. Latar Belakang ……………………………......................................................………… 1

B. Tujuan  ………………………………………...................................................………… 8

C. Rumusan Masalah ……………………………..............................................................… 9

E. Manfaat ……………………………………………......................................................… 10

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi ……………………………….......................................… 11

1. Kerangka Teori ………………………….....………......................................................… 13

2. Konsepsi …………………...………………………......................................................… 14

G. Metode Penelitian …………………………………......................................................… 15

1. Jenis dan Sifat Penelitian …………………………………...........................................… 16

2. Sumber Data ……………………………………….......................................................… 17

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………………......................................................… 18

4. Aanalisa Data ………………………………………….................................................… 19

ii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………...........................................................… 20

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) …………….........… 20

1. Pengertian dan Unsur-Unsur GCG ………………….....................................................… 21

2. Tujuan dan Manfaat dalam Pengelolaan Perusahaan …….............................................… 22

3. Instrumen-instrumen dalam menerapkan GCG ……………………..............................… 23

4. Prinsip GCG oleh OECD …………………...................................................................… 24

5. Prinsip GCG oleh KNKG ……………….......................................................................… 25

B. Penerapan GCG dalam Perundang-Undangan di Indonesia ……………......................… 27

1. Sejarah Perkembangan GCG …………………………..................................................… 27

2. Penerapan GCG oleh Undang-Undang Perseroan Terbatas ………...............................… 28

3. Penerapan GCG oleh BUMN ………………….............................................................… 29

4. Penerapan GCG dalam Pasar Modal (Perusahaan Terbatas Terbuka) ………...............… 30

5. Penerapan GCG dalam Perbankan ……………...…......................................................… 31

C. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Indonesia ......................… 32

1. Pengertian dan Jenis Pemangku Kepentingan ................................................................… 33

2. Peran dan Tanggung Jawab “Internal Stakeholder” …………………….......................… 34

3. Peran dan Tanggungjawab “Eksternal Stakeholder” ………………..............................… 35


iii

 BAB 3 PEMBAHASAN …………………………………......................................……… 36

A. Standar Laporan Tahunan Perusahaan ………………………………..........................… 36

1. Pengertian dan Unsur-unsur Laporan Tahunan ………………......................................… 37

2. Tujuan dan Manfaat Laporan Tahunan ……………………..........................................… 38

3. Standar Laporan Tahunan Perseroan Tertutup ……………….......................................… 39

4. Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbuka ………...................................................… 40

B. Pihak yang Terlibat dalam Laporan Tahunan …………………....................................… 41

1. Manajemen dan Direksi Perusahaan ……………………..............................................… 41

2. Dewan Komisaris …….....................................……......................................................… 42

3. Komite Audit ……............................................……......................................................… 43

4. Satuan Pengawas Internal ……………………...............................................................… 44

5. Auditor Independent …………………….......................................................................… 45

6. Rapat Umum Pemegang Saham …………………….....................................................… 46

C. Bentuk Penyimpangan Laporan Tahunan ……………………......................................… 47

D. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Dalam Laporan Tahunan ………………….........… 48

E. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dalam Laporan Tahunan ....................… 50

BAB 4 PENUTUP …………………………………….........................................………… 69
A. Kesimpulan …………………………………………........................................………… 69

B. Saran ……………………………………………………..................................………… 70

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….......................................…… 71

iv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance

selanjutnya disebut GCG) dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai salah satu

proses untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang

mengutamakan kepentingan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku

kepentingan (stakeholders). Penerapan prinsip GCG dalam dunia usaha saat ini

merupakan tuntutan agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat tetap eksis dalam

persaingan global.

Seperti diketahui bahwa tujuan perusahaan itu pada dasarnya adalah menaikan

nilai perusahaan. Jika perusahaan itu berbentuk hukum perseroan, maka nilai

perusahaan salah satunya akan diukur dari harga saham perusahaan tersebut di pasar

modal. Tingginya harga saham di pasar modal akan mencerminkan minat masyarakat

terhadap saham tersebut. Hal ini merupakan refleksi dari kinerja perusahaan yang

efisien. Optimasi dari pencapaian tujuan perusahaan yang mengacu pada kepentingan

perusahaan. Dalam keadaan ini eksistensi GCG menjadi penting.


GCG bukanlah istilah baru, melainkan konsep lama yang kembali popular

karena adanya perkembangan sosial dan kemajuan praktik bisnis. Di Amerika GCG

muncul sekitar tahun 1970-an.

Istilah ini muncul ketika terbongkarnya skandal kecurangan yang melibatkan

perusahaan besar seperti: Enron, Wordcom, Tyco,London & Comonwealth, Poly

Peck, Maxwel, dan perusahaan besar lainnya. Kasus kecurangan ini melibatkan

manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena lemahnya corporate boards.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(selanjutnya disebut UUPT 2007) merupakan produk hukum utama bagi perusahaan

berbentuk Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) termasuk juga emiten atau

perusahaan publik yang tunduk di pasar modal. Pada dasarnya, UUPT 2007 telah

mengakomodasi konsep dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dibandingkan

undang-undang sebelumnya . Kewajiban untuk mengimplementasikan praktik GCG

dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau biasa

disebut CSR) juga mulai diterapkan dalam UUPT 2007.

The Organization for Economic Cooperation and Development (selanjutnya

disebut OECD) merupakan salah satu organisasi internasional yang sangat aktif

mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh dunia.

OECD mengembangkan prinsip-prinsip corporate governance sejak tahun 1998.

Prinsip-prinsip GCG dari OECD pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 dan
menjadi acuan utama dalam penyusunan code of good corporate governance bagi

negara-negara di seluruh dunia. Banyak Institusi International, seperti World Bank,

International Monetary Fund (IMF), dan International Organization for Securities

Commission (IOSCO) menjadikan prinsip corporate governance OECD sebagai

benchmark bagi penilaian kondisi corporate governance di suatu negara. Pemerintah

Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip yang

dikeluarkan oleh OECD dengan menerbitkan Pedoman Nasional Good Coroprate

Governance (Pedoman Nasional GCG) pertama kali pada tahun 1999 yang kemudian

direvisi pada tahun 2001 dan 2006 oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(selanjutnya disebut KNKG 2006). Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG

2006 meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1. Penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan GCG;

2. Asas GCG;

3. Etika bisnis dan pedoman perilaku;

4. Organ perusahaan;

. Pemegang saham;

6. Pemangku kepentingan;

7. Pernyataan tentang penerapan pedoman GCG;

8. Pedoman praktis penerapan GCG.


3

Asas GCG yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 mengandung lima prinsip yaitu

prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian (independency) serta kewajaran

(fairness) diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability)

perusahaan dan pencapaian kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat

memberikan manfaat kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan).

Informasi penting perusahaan yang perlu diketahui oleh publik dapat melalui

laporan tahunan (annual report). Pengungkapan yang menjadi keterbukaan informasi

perusahaan dalam laporan tahunan (annual report) suatu perseroan terbatas

merupakan suatu komponen yang signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas

publik. Perusahaan diharapkan lebih transparan dan akuntabilitas dalam

pengungkapan laporan tahunan (annual report) perusahaan. Informasi yang ada dalam

laporan tahunan (annual report) menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan

seperti shareholder dan stakeholder. Hal ini dikarenakan laporan tahunan (annual

report) perusahaan merupakan sumber informasi bagi para investor untuk mengambil

keputusan investasi di pasar modal. Selain itu, laporan tahunan (annual report)
perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pemegang

saham atas pengelolaan sumber daya perusahaan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

(selanjutnya disebut UUPM) yaitu dalam meningkatkan transparansi dan menjamin

perlindungan terhadap pemodal, setiap perusahaan yang menawarkan efeknya melalui

pasar modal (emiten) wajib mengungkapkan seluruh informasi material mengenai

keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta

kekayaan perusahaan terhadap masyarakat. Perusahaan dengan transparansi yang baik

atas pengungkapan tersebut akan memberikan sinyal positif kepada pasar sehingga

para pelaku pasar bersedia membeli saham perusahaan lebih banyak.

Perseroan mempunyai kewajiban untuk membuat laporan tahunan (annual

report), dimana kewajiban tersebut dipikul oleh direksi sebagai pelaksana segala

kegiatan perseroan. Kewajiban direksi membuat laporan tahunan telah diperintahkan

juga oleh Pasal 66 UUPT 2007, yang dibantu oleh komisaris yang harus diajukan 5

kepada RUPS dalam jangka waktu 6 bulan setelah tahun buku perseroan berakhir.

Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk

laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan

perusahaan, dan laporan pelaksanaan GCG.


5

Pertanggungjawaban direksi kepada RUPS merupakan perwujudan

akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan GCG, secara

otomatis jika pertanggungjawaban tersebut tidak didasari akan akuntabilitas orang

yang disebut sangat “profesional dan capability” sehingga diberikan kepercayaan

untuk menjalankan suatu amanah maka laporan tersebut tidak memenuhi prinsip GCG

baik yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 maupun OECD 2004. Dewan komisaris

sebagai pengawas yang dibantu oleh komite-komite yang menjadi satu kesatuan

dalam Satuan Pengawas/Pengendali Internal Perusahaan juga mempunyai peran

penting agar kinerja direksi dalam operasional maupun bentuk pelaporan terhindar

dari kecurangan.

Dalam bab VII Pedoman Umum KNKG tahun 2006 mengenai pernyataan

tentang penerapan pedoman GCG dalam laporan tahunannya dinyatakan bahwa:

“Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan good

corporate governance dengan Pedoman Good Corporate Governance ini dalam

laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai informasi penting lain yang

berkaitan dengan penerapan good corporate governance. Dengan demikian,

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat


menilai sejauh mana Pedoman Good Corporate Governance pada perusahaan

tersebut telah diterapkan.”

PT. Unilever Indonesia, Tbk merupakan perusahaan multinasional yang

beroperasi pada beberapa negara di dunia, yang memiliki standar kualitas operasional

world class (kelas dunia) dalam memproduksi dan mendistribusikan setiap produknya.

Perusahaan menyadari bahwa sumber bahan baku yang digunakan oleh PT. Unilever

Indonesia, Tbk rentan dengan isu nasional. Setengah dari bahan baku PT. Unilever

Indonesia, Tbk berasal dari pertanian dan hutan.

Keputusan yang PT. Unilever Indonesia, Tbk Perseroan mengenai kepada

siapa perseroan membeli, dan bagaimana perseroan bekerja sama dengan mereka,

dapat berimplikasi besar terhadap sumber daya global dan perubahan iklim. Hal ini

juga memiliki dampak sosial yang lebih luas pada pengembangan manusia dan

memengaruhi penghidupan banyak orang. Oleh karena itu Perusahaan melakukan

pendekatan terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan diterapkan dari hulu

sampai hilir dan mencakup seluruh mata rantai nilai, dimulai dari pembelian bahan

baku, kegiatan manufaktur dan distribusi, hingga misi sosial brand dan keterlibatan

masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab social perusahaan. Pendekatan ini

diwujudkan melalui Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Perseroan juga terus
mendukung para pemasok untuk mengadopsi praktek pertanian yang lebih

berkelanjutan.

Pada akhir 2015, lebih dari 5.500 petani kedelai hitam telah mendaftar ke

Unilever Sustainable Agriculture Code, yang diluncurkan pada tahun 2014, dan lebih

dari 31.500 petani kedelai kuning telah mulai mempraktekkan cara bertani yang

berkelanjutan melalui kemitraan dengan Kementerian Pertanian. Upaya perseroan

untuk menanamkan pola pikir keberlanjutan 7 di seluruh rantai operasinya telah

memperoleh berbagai pengakuan berskala nasional maupun internasional selama

bertahun-tahun. Sebagai Perseroan dengan kapitalisasi pasar terbesar ke-empat di

Bursa efek Indonesia, PT. Unilever Indonesia, Tbk secara konsisten menerapkan

standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan disetiap aspek operasionalnya. Sebagai

bagian dari Unilever global, PT. Unilever Indonesia, Tbk mempelajari berbagai

pengalaman dan inovasi dalam menerapkan praktek bisnis terbaik, dan sebagai

hasilnya, perseroan dapat memberikan kontribusi untuk memperkaya basis

pengetahuan ini. Pada tahun 2015, Perseroan terus memantau efektivitas kerangka tata

kelola perusahaan, khususnya dalam manajemen risiko dan pengendalian internal

(internal control). Perseroan yakin bahwa kedua kerangka tersebut telah memadai.

Perseroan harus mampu memberikan jaminan, baik kepada pemangku kepentingan


internal maupun eksternal, bahwa Perseroan menjunjung tinggi prinsip-prinsip

transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan kewajaran.

PT. Unilever Indonesia, Tbk telah berkomitmen untuk secara teratur meninjau

praktek tata kelola Perusahaan sesuai dengan kerangka kerja dan peraturan yang

berlaku, dengan tujuan memaksimalkan nilai ekonomi bagi para pemangku

kepentingan. PT. Unilever Indonesia, Tbk juga menerapkan praktekpraktek terbaik

dengan mengadopsi rekomendasi dari Kode Etik Nasional Tata Kelola Perusahaan

yang baik dan ASEAN Corporate Scorecard. Untuk alasan ini Perseroan telah

menempatkan struktur tata kelola Perusahaan yang kuat yang terdiri dari beberapa

elemen yang saling terkait termasuk kontrol internal, kerangka kerja manajemen

risiko, sistem whistleblower dan Code of Business Principles (Petunjuk mengenai

Prinsip Bisnis, yang selanjutnya disebut Prinsip Bisnis.

Sepanjang tahun, Perseroan melakukan beberapa tindakan untuk memperkuat

kebijakan tata kelola perusahaan salah satunya menyesuaikan praktek tata kelola

perusahaan Perseroan dengan meningkatkan pengungkapan informasi berdasarkan

Peraturan KEP-431/BL/2012 (Penyempurnaan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6) 1

agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik

dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait laporan tahunan. Dengan adanya
beberapa regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yang didalamnya terdapat

ketentuan tentang implementasi prinsip GCG yang wajib diterapkan oleh perseroan.

Pertanggungjawaban direksi dan dewan komisaris dalam penyampaian laporan

tahunan atas implementasi GCG pada perseroan terbuka dipandang perlu dilakukan

penelitian sehingga saya memilih laporan tahunan 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk

sebagai objek dari penelitian saya dan judul dalam tesis ini: “Implementasi Prinsip

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Laporan

Tahunan Perseroan Terbuka (Studi Annual Report Tahun 2015 PT. Unilever

Indonesia, Tbk)”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas selanjutnya dapat

dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan pelaksanaan GCG terhadap perseroan terbatas dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia?

2. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi

atas pembuatan laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-prinsip

GCG?
3. Bagaimanakah implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good

Corporate Governance) terhadap laporan tahunan (annual report) PT. Unilever

Indonesia, Tbk tahun 2015?

10

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari

penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk menganalisis peraturan perundang-undangan terkait dengan pelaksanaan

GCG yang dilakukan terhadap perseroan terbatas.

2. Untuk menganalisis pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta

direksi atas pembuatan laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-

prinsip GCG.

3. Untuk menganalisis sejauh mana implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan

Yang Baik (Good Corporate Governance) terhadap laporan tahunan (annual report)

PT. Unilever Indonesia, Tbk tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

Dengan ditetapkannya permasalahan-permasalahan tersebut diatas, maka

diharapkan akan membawa sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan

praktis, sehubungan dengan itu, penelitian ini setidaknya bermanfaat untuk:

1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi

para peneliti yang hendak melaksanakan penelitian lanjutan tentang peraturan-

peraturan terkait dengan pelaksanaan GCG di perseroan terbatas.

11

b. Memberikan kontribusi pemikiran bagi akademisi dalam hal terkait pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi atas laporan tahunan (annual

report) dengan memenuhi prinsip-prinsip GCG.

c. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum,

terutama hukum perusahaan atau Perseroan Terbatas di Indonesia terkait kewajiban

perseroan mengimplementasikan prinsip GCG dalam laporan tahunan (annual report)

perseroan terbuka.

2. Secara Praktis Memberikan tambahan materi/pengetahuan sekaligus masukan bagi

para akademisi, organ perseroan, lembaga independen, masyarakat umum dan rekan

mahasiswa yang sedang/akan menyelesaikan tugas akhir yang materinya berkaitan

dengan materi tesis peneliti, serta menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin

mengetahui lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip GCG yang diterapkan oleh

perseroan terbuka (publik).

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu hukum, teori menempati kedudukan yang penting sebagai

sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang

semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya

satu sama lain secara bermakna.

12

Teori memberikan penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan menyistemasikan

masalah yang dibicarakan. Solly Lubis memberikan pengertian kerangka teori adalah

pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau

permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis, hal

mana dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. Teori berfungsi untuk

menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifikasi atau proses tertentu terjadi.

Pembahasan dalam penelitian ini adalah meneliti implementasi prinsip GCG terhadap

laporan tahunan (annual report) tahun 2015 oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berikut

ini disajikan beberapa teori yang relevan terkait dengan praktik GCG di Indonesia dan

dihubungankan pertanggungjawaban Perseroan dalam penyampaian laporan tahunan

berdasarkan prinsip GCG:

a. Finance Model (Agency Theory)

Ilmu pengetahuan telah mengubah peradaban sebuah teori klasik

menjadi teori manajemen modern. Kontribusi ilmu manajemen modern, menjadi

babak baru lahirnya teori agency. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Jensen

dan Meckling pada tahun 1976. Sifat dasar manusia terkait dengan teori keagenan
yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia

memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa datang (bounded-

rationality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk-averse).

13

Dalam teori ini dijelaskan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah

kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Konfilk kepentingan

antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat

sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya keagenan (agency

cost). Asumsi teori ini menyatakan bahwa pemisahan antara kepemilikan dan

pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan masalah keagenan (agency problem).

Pemilik perusahaan akan memberikan kewenangan pada pengelola (manajer)

untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil

keputusan perusahaan seperti mengelola dana mengambil keputusan perusahaan

lainnya untuk dan atas nama pemilik, karena adanya perbedaan kepentingan

(conflict interest). Mekanisme GCG berfungsi sebagai alat untuk mendisiplinkan

pengelola agar mentaati kontrak yang telah disepakati, sehingga dengan adanya

mekanisme tata kelola yang baik yang dilandasi prinsip-prinsip corporate

governance ini diharapkan dapat mengurangi masalah keagenan dalam

perusahaan yang kemudian dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Teori agensi


(angency theory) dipandang tepat digunakan dalam penelitian ini dengan

beberapa pertimbangan sebagai berikut:

14

1) Teori agensi (angency theory) menekankan pentingnya pemilik perusahaan

(pemegang saham) menyerahkan pengelolan perusahaan kepada tenaga-tenaga

profesional (agen) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari.

Teori ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan

pengelolaan, terutama perusahaan-perusahaan besar yang modern.

2) Teori ini muncul karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengelolaan

PT berdasarkan perjanjian berimbang. Serta dimaksudkan untuk menganalisis

perusahaan nasional, multinasional atau perusahaan asing yang telah menerapkan

prinsip-prinsip GCG.

3) Dalam teori agensi (angency theory) ini juga menyatakan bahwa agen

(direksi/manajemen) harus bertindak secara rasional untuk kepentingan principal-

nya. Agen harus mempergunakan keahlian, kebijaksanaan, itikad baik dan

tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Dalam

melaksanakan kepentingan principal, direksi dan dewan komisaris dari suatu PT

juga mengemban prinsip fiduciary duty untuk menerima tanggung jawabnya


sebagaimana diatur dalam UUPT 2007, wajib menjalankan dengan sebaik-

baiknya, jujur, dengan itikad baik, dan demi kepentingan PT. Hal sesuai dengan

maksud dan tujuan PT sebagaimana terdapat di dalam anggaran dasar setiap PT.

15

b. Stewardship Model (Stewardship Theory)

Teori stewardship diperkenalkan sebagai teori yang berdasarkan

tingkah laku dan premis. Teori agensi mencoba untuk menjalin hubungan yang

formal antara prinsipal dan agen atau pihak-pihak yang berkepentingan. Suatu

model dari perilaku dan motivasi manajerial adalah teori stewardship.

Keterbatasan teori agency kurang mempertimbangkan masalah psikologi dan

sosiologi. Suatu model alternatif dari perilaku dan motivasi manajerial adalah

teori stewardship. Pada teori agency terkadang mengabaikan kompleksitas

kehidupan organisasi. Teori stewardship dipandang tepat dalam penelitian ini

karena, teori stewardship menggambarkan situasi di mana para manajer tidak

termotivasi pada tujuan individu tetapi lebih ditunjukan pada tujuan untuk

kepentingan organisasi.

Organ perseroan bertindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dan anggaran dasar perusahaan, jika terjadi kegagalan perusahaan atas tindakan

organ diluar dari ketentuan tersebut maka organ yakni direksi dan dewan
komisaris menyalahgunakan kepercayaan serta amanah yang diberikan oleh

principals.

16

Beberapa model yang dapat dipilih oleh agent dan principal dalam pengambilan

keputusan ada empat macam:

1) Minimalisir biaya potensial;

2) Agen bertindak oportunistik;

3) Prinsipal bertindak oportunistik;

4) Memaksimalkan kinerja potensial.

c. Stakeholder Model (Stakeholder Theory)

Tanggung jawab perusahaan yang semula fokus pada indikator ekonomi

(economics focused) dalam laporan keuangan, saat ini telah bergeser dan lebih

memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholders, baik

internal maupun eksternal. Untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan, sangat

tergantung pada dukungan stakeholder. Makin powerful dukungan stakeholder, makin

besar kemampuan perusahaan beradaptasi dengan lingkungan. Pengungkapan sosial


dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholder-nya.

Corporate governance mengarahkan pengelolaan perusahaan untuk pencapaian profit

dan sustainability secara seimbang. Pencapaian keuntungan tersebut merupakan

wujud pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak dapat dilepaskan dari

upaya pencapaian sustainability.

17

Merupakan wujud pemenuhan kepentingan para pemangku kepentingan Untuk dapat

menganalisis tentang implementasi GCG pada pemyajian laporan tahunan (annual

report) 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk, maka angency theory, stewardship theory,

stakeholder theory perlu didukung oleh teori tentang GCG. Pemahaman terhadap

prinsip-prinsip GCG sebenarnya merupakan esensi yang sangat mendasar dalam

rangka implementasi GCG. Agar GCG dapat diterapkan, perlu ada struktur yang

dapat mendukung. Perusahaan harus memiliki organ perusahaan yang dapat

menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atas dasar prinsip

bahwa masing-masing organ mempunyai kemandirian dalam melaksanakan tugas,

fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

Di Indonesia, sebuah badan hukum perseroan terbatas harus tunduk pada

UUPT 2007, dimana disebutkan bahwa perseroan memiliki tiga organ, yaitu “direksi”

yang bertanggung jawab atas pengelolaan perseroan; “dewan komisaris” yang

bertanggung jawab atas pengawasan terhadap pengelolaan yang dilakukan oleh


direksi; serta “Rapat Umum Pemegang Saham” (RUPS), sebagai organ yang

merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil keputusan penting

berkaitan dengan modal yang ditanamnya di perusahaan. Setiap organ memiliki

peranannya masing-masing dalam rangka menerapkan GCG di sebuah perusahaan.

18

Ketiga organ perusahaan tersebut harus ada secara bersamaan, dan tidak dapat

dibentuk secara bertahap. Penerapan GCG perlu didukung oleh adanya lingkungan

yang kondusif serta peraturan yang dapat mengakomodir GCG. Tentunya kerangka

ini perlu mendapatkan dukungan penuh dari regulator. Dengan adanya kerangka

hukum yang dapat menunjang pelaku usaha serta dengan adanya penerapan hukum

yang konsisten, maka pelaku usaha dapat lebih mudah dalam menerapkan GCG.

Tingkat penerapan awal GCG dilihat dari pemenuhan peraturan perundang-undangan,

sehingga kerangka dasar penerapan GCG dapat dikembangkan dari kerangka hukum

tersebut. Secara ringkas, penerapan GCG dapat ditempuh dalam beberapa tahapan

yang harus dilakukan secara berkelanjutan, antara lain:

1) Pertama, adalah membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk

melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan komisaris, serta

Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan;


2) Kedua, perusahaan perlu melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan

yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;

3) Ketiga, setelah ketimpangan dan tindakan korektif yang diperlukan

teridentifikasi, perlu disusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;

19

4) Keempat, dilakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa

memiliki dari semua pihak di dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan

pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari;

5) Kelima, melakukan penilaian independen untuk memastikan penerapan

GCG secara berkesinambungan. Tanpa adanya penilaian atau monitoring yang

berkelanjutan atas penerapan GCG, maka akan sulit untuk mengukur efektivitas dan

sudah sejauh mana penerapan GCG dilakukan secara konsisten. Hasil penilaian ini

tentunya perlu dilaporkan kepada pemegang saham dalam RUPS, dan dituangkan

dalam laporan tahunan (untuk perusahaan publik). Hal ini diperlukan agar fungsi

pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham dan juga stakeholder lainnya

dalam menilai penerapan GCG perusahaan dapat berjalan dengan semestinya.

2. Konsepsi
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan tersebut diatas, maka perlu

diuraikan difensi operasional untuk menghindari perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang digunakan penelitian ini sebagai berikut:

a. Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti

secara objektif mengenai pernyataan -pernyataan tentang kegiatan dan kejadian

ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

pernyataan tersebut.

20

kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian

informasi dimaksud dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan.

b. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) adalah sebagai

system hokum dan praktik untuk menjalankan kewenangan dan kontrol dalam

kegiatan bisnis perusahaan. Kegiatan itu meliputi hubungan khusus antara pemegang

saham, komisaris dan komite-komite, direksi, pejabat eksekutif, dan konstituen

lainnya (seperti pegawai, masyarakat lokal, dan pelanggan dan pihak supplier).

c. Prinsip-prinsip GCG yaitu Keterbukaan (Transparency), Akuntabilitas

(Accountability), Tanggung Jawab (Responsibility), Independensi (Independence),

Kewajaran (Fairness).

d. Perseroan Terbatas , yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya.


G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir

untuk menemukan solusi atas masalah, sehingga dapat diketahui bahwa motede

penelitian merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan

solusi atas suatu masalah.

21

Pemilihan suatu metodologi yang baik suatu penelitian tergantung kepada sasaran

penelitian, bahan yang tersedia, kondisi yang meliputi kegiatan penelitian, dan

terutama jenis informasi yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan dalam penelitian ini maka jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dan didukung dengan

wawancara. Penelitian yuridis normatif yakni suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi.40 Metode yang dilakukan dalam penelitian

yuridis normatif dalam penulisan tesis ini berdasarkan pada bahan-bahan

kepustakaan dan juga studi dokumen yang dipergunakan untuk mempelajari

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku seperti melihat kedudukan, tugas dan tanggung jawab

perseroan dalam laporan tahunan (annual report) dengan mengimplementasikan


prinsip GCG yang dikeluarkan oleh OECD dan KNKG yang tertuang di Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan KEP-

431/BL/2012 (Penyempurnaan Peraturan Bapepam dan LK X.K.6) 1 agustus 2012

tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan

peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait laporan tahunan.

22

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Deskriptif artinya ini bertujuan untuk

menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta -fakta (individu, kelompok,

atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Serta

menganalisis fakta-fakta secara cermat dengan aturan hukum positif yang telah

ada. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat

individu, suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu. Dimaksud bersifat

deskriptif analitis karena penelitian ini tidak hanya bertujuan mengetahui

implementasi prinsip-prinsip GCG dalam penyampaian laporan tahunan, akan

tetapi ditujukan pula untuk menganalisis prinsip GCG yang tertuang di dalam

peraturan pasar modal terkait laporan tahunan PT.Tbk yang menjadi tanggung

jawab dewan komisaris dan direksi dalam penyampaiannya baik kepada

stakeholder maupun shareholder.

2. Sumber Data
Sumber-sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan

mengumpulkan sumber data hukum primer, sekunder dan tertier yang

dikumpulkan melalui studi dokumen kepustakaan yang terdiri dari :

a. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

berupa norma/peraturan dasar dan perundang-undangan yang berhubungan

dengan pelaksanaan GCG oleh Perusahaan dalam menyajikan laporan

tahunan.

23

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal; Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK);

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan

Nomor : Kep-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang tentang Penyajian

dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik;

Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-40/PM/2003 tanggal 22 Desember

2003 tentang Tanggung jawab Direksi atas Laporan keuangan; Pernyataan

Keputusan Rapat Pemegang Saham Luar Biasa Nomor: 05 tanggal 6 Juli

2015; Peraturan KEP-431/BL/2012 (Penyempurnaan Peraturan Bapepam dan

LK X.K.6) 1 agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten

atau Perusahaan Publik;

b. Bahan hukum sekunder,


merupakan bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer

yang berupa buku-buku meliputi Laporan Tahunan (Annual Report) PT.

Unilever Indonesia Tbk Tahun 2015, Pedoman Prinsip-Prinsip Bisnis dan

Kebijakan PT. Unilever Indonesia Tbk 28 Tahun 2015; Code of Corpporate

Governance PT. Unilever Indonesia Tbk, Piagam Direksi PT. Unilever

Indonesia Tbk tanggal 11 Maret 2016, Code of Conduct PT. Unilever

Indonesia Tbk, Piagam Audit PT. Unilever Indonesia Tbk, Unilever Living

Sustainability Plan.

24

c. Bahan hukum tertier

merupakan bahan hukum penunjang yang memberi petunjuk dan penjelasan

lebih mendalam terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus

hukum, majalah dan jurnal ilmiah.

d. Wawancara yaitu ,

yang diperoleh langsung dari sumbernya untuk mengumpulkan data dan

informasi dari Reski Damayanti (Corporate &Category Senior Counsel

Director PT. Unilever Indonesia, Tbk, yang berkantor di Jakarta.

3. Alat pengumpulan data

Yang digunakan yaitu studi dokumen yang memperoleh data sekunder,

dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data

primer yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas;


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal; Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UUOJK); Keputusan

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-

347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang tentang Penyajian dan Pengungkapan

Laporan Keuangan Emiten Atau Perusahaan Publik; Keputusan Ketua Bapepam

Nomor: KEP-40/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 tentang Tanggung jawab

Direksi atas Laporan keuangan; Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham

Luar Biasa Nomor:

25

05 tanggal 6 Juli 2015; Peraturan KEP431/BL/2012 (Penyempurnaan

Peraturan Bapepam dan LK X.K.6) 1 agustus 2012 tentang Penyampaian

Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.Untuk mendukung data

sekunder dilakukan wawancara dengan Officer Corporate &Category Senior

Counsel Director PT. Unilever Indonesia, Tbk yang mempunyai kewenangan

dalam menjelaskan penerapan tata kelola perusahan di PT. Unilever

Indonesia, Tbk.

4. Analisis Data Analisa data

Adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance)

1. Pengertian dan Unsur-Unsur Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance)

Kata ”governance” berasal dari bahasa Perancis yaitu “gubernance” yang berarti

pengendalian. Kemudian kata tersebut digunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau

jenis organisasi yang lain menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate
governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.46 Dalam

penulisan ini, istilah corporate governance dan GCG tersebut dipergunakan secara bergantian.

Secara lengkap, GCG pada dasarnya merupakan suatu konsep yang menyangkut struktur

perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab

dari masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan. Konsep GCG ini juga

menyangkut mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur

perseroan tersebut serta hubunganhubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu.

27

Di Indonesia, stuktur corporate governance diatur dalam UUPT 2007. Secara umum,

perusahaan-perusahaan di Indonesia struktur corporate governance berbasis two board

system. Perbedaan mendasar terletak pada kedudukan dewan komisaris yang tidak langsung

membawahi direksi. Hal ini sesuai dengan aturan dalam UUPT 2007 bahwa anggota dewan

direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Pasal 94 ayat 1 dan Pasal 105 ayat 1). Selain

itu, kedudukan anggota dewan komisaris juga diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Pasal

111 ayat 1 UUPT 2007). Dengan demikian maka baik anggota direksi maupun anggota

dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS. Struktur corporate governance yang

menempatkan dewan komisaris dan dewan direksi sejajar berdampak pada kurang efektifnya

fungsi pengawasan karena dewan direksi beranggapan sebagai mitra kerja.


2. Tujuan dan Manfaat Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) dalam Pengelolaan Perusahaan

Tuntutan atas adanya penerapan GCG juga merupakan salah satu isu untuk menarik

minat masuknya pemodal asing ke dalam pasar modal suatu negara. Sehingga makin baik

suatu negara menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam GCG menjadi indikasi adanya

perlakuan yang baik terhadap pemodal.59 Penerapan GCG ini memiliki tujuan, yaitu:

mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan

pada asas-asas GCG, mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing

organ perusahaan, mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota

direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya.

28

3. Instrumen-instrumen dalam menerapkan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance)

Dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip corporate governance, dapat digunakan

beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut dapat berupa kombinasi dari pendekatan hukum

dan penggunaan instrumen peraturan; atau penggunaan pedoman dan prinsip yang bersifat

kewajiban (mandatory) dan/atau sukarela (voluntary). Dari pendekatan penggunaan

instrument peraturan, mengenai aspek yuridis dari GCG dapat diatur dalam Undang-Undang

teknis atau peraturan pelaksana. Dalam prakteknya saat ini, PT.Tbk dilakukan assessment

(penilaian) akan praktek GCG di perusahaan. Pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa

Keuangan pada tahun 2013 menunjuk lembaga institusi tata kelola yakni Indonesian Institute
for Corporate Direectorship (selanjutnya disebut IICD) sebagai penilai praktek GCG di

PT.Tbk. IICD sebagai kapasitasnya sebagai Domestic Ranking Body ASEAN Corporate

Governance Scorecard bersama Otoritas Jasa Keuangan menggunakan isntrumen penilaian

mengacu pada prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh OECD.

4. Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) menurut The Organization for Economic Cooperation and

Development (OECD)

OECD merupakan salah satu organisasi internasional yang sangat aktif

mendukung implementasi dan perbaikan corporate governance di seluruh dunia.

29

OECD mengembangkan prinsip-prinsip corporate governance sejak tahun 1998. Prinsip-

prinsip GCG dari OECD pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 dan menjadi acuan utama

dalam penyusunan code of good corporate governance bagi negara-negara di seluruh dunia.

Banyak Institusi International, seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), dan

International Organization for Securities Commission (IOSCO) menjadikan prinsip corporate

governance OECD sebagai benchmark bagi penilaian kondisi corporate governance di suatu

negara. Berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi dengan pihak-pihak yang relevan serta

memperhatikan perkembangan yang terjadi, prinsip-prinsip corporate governance OECD

tersebut direvisi pada tahun 2004.


Ditahun 2015 Indonesia menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA). Untuk itu, ada kebutuhan dan dorongan untuk meningkatkan praktik-praktik bisnis

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia agar mampu meningkatkan daya

saing. Penguatan daya saing perusahaan-perusahaan Indonesia, melalui peningkatan praktik

tata kelola perusahaan, merupakan salah satu cara untuk memacu kinerja finansial dan

operasional serta meningkatkan kepercayaan investor, disamping menyediakan akses bagi

modal yang masuk.

30

5. Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) menurut KNKG

Pemerintah Indonesia memberikan respon yang baik terhadap pelaksanaan

prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh OECD, maka pada bulan November 2004, Pemerintah

dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 telah

menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari

Sub-Komite Publik dan SubKomite Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG, maka

Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP.3S1/M.EKUIN/06/2000 yang juga mencabut

keputusan No. KEP.10/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan Komite Nasional Kebijakan

Corporate Governance (KNKCG), KNKCG diubah menjadi KNKG dengan pertimbangan


dengan memperluas cakupan ke tata kelola sektor publik (pubic governance). KNKG telah

menerbitkan Pedoman Nasional Good Coroprate Governance (Pedoman Nasional GCG)

pertama kali pada tahun 1999 yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006. Pedoman

GCG 2006 yang dikeluarkan oleh KNKG meliputi beberapa hal sebagai berikut: Penciptaan

situasi kondusif untuk melaksanakan GCG; Asas GCG; Etika bisnis dan pedoman perilaku;

Organ perusahaan; Pemegang saham; Pemangku kepentingan; Pernyataan tentang penerapan

pedoman GCG; Pedoman praktis penerapan GCG. Asas GCG yang dikeluarkan oleh KNKG

mengandung lima prinsip yaitu:

a. Prinsip Transparansi (Transparency)

31

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses

dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman Pokok

Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,

akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan

sesuai dengan haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,

sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi

pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan

anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan

perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian

internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian

penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

32

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban

untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan

kepada pemangku kepentingan.

b.Prinsip Akuntabilitas (Accountability)


Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan

sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat

yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman Pokok

Pelaksanaan:

1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing

organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi,

nilai-nilai perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.

2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan

mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam

pelaksanaan GCG.

33

3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif

dalam pengelolaan perusahaan.

4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang

konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan

sanksi (reward and punishment system).


5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan

semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of

conduct) yang telah disepakati.

b. Prinsip Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat

terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan

perusahaan (by-laws).

34

2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan

dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

c. Prinsip Independensi (Independency)


Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak

manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan

kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai

dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi

dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

e. Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

35

1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan

serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam

lingkup kedudukan masingmasing.


2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku

kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan

suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

B. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Berdasarkan Perundang-

Undangan di Indonesia

1. Sejarah Perkembangan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance) di Indonesia

Secara teoritis konsep GCG bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi,

melainkan di Indonesia menjadi fenomena baru dalam tata kelola perusahaan di Indonesia

semenjak pasca krisis moneter tahun 1997-1998. Krisis yang melanda Indonesia ini tidak

terlepas dari pengaruh lemahnya penerapan GCG.

36

Para pelaku ekonomi swasta pada umunya menunjukan kesalahan manajemen,

sehingga tidak memiliki keunggulan atau daya saing yang kuat di pasar internasional, bahkan
kondisi internal perusahaan masuk dalam kualifikasi tidak sehat76 . Penelitian Asian

Development Bank (ADB) dalam The Asia Recovery Report pada tahun 2001 terhadap 5

negara Asia yaitu Korea, Malaysia, Philipina, Thailand, termasuk Indonesia, yang terkena

imbas besar dari krisis ekonomi mengungkapkan bahwa tata kelola pemerintahan (corporate

governance) yang buruk merupakan salah satu penyebab utama ketidakstabilan ekonomi yang

akhirnya berdampak pada terjadinya krisis ekonomi tahun 1997-1998. Agar peristiwa

tersebut tidak terulang kembali dan menghindari terjadinya tindakan-tindakan kecurangan

dan skandal dalam perusahaan, serta dapat membantu perusahaan keluar dari krisis ekonomi

dan bermanfaat bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang harus menghadapi arus

globalisasi, mengikuti perkembangan ekonomi global dan pasar dunia yang kompetitif,77

maka perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia harus menerapkan prinsip-prinsip GCG

karena penerapan GCG membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus, lebih jelas

dalam pembagian tugas, tanggung jawab, serta pengawasannya.

37

Berbagai organisasi yang memelopori pentingnya praktik tata kelola perusahaan yang

baik di Indonesia antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD),

Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate Governance in

Indonesia (FCGI), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris dan
Direksi Indonesia (LKDI). Organisasi tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepedulian

terhadap tata kelola dengan mengadakan seminar dan konferensi, membantu perusahaan

untuk melakukan self-assessment, menyediakan program pendidikan dan pelatihan,

melakukan penilaian praktik tata kelola, serta menyediakan indeks persepsi tata kelola secara

tahunan.

2. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas

Perseroan merupakan subjek hukum di mana perseroan sebagai sebuah badan yang

dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Oleh karena itu,

sebagai badan hukum perseroan terbatas mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dengan

kekayaan pengurusnya. Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukanlah perbuatan para

pengurusnya atau pejabatnya, tetapi yang harus dilihat adalah perseroannya, karena yang

bertanggung jawab adalah perseroan.79 Sebagai organisasi yang teratur perseroan

mempunyai organ yang terdiri dari RUPS, dewan komisaris dan direksi.

39

3. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) dalam Perundang-Undangan Badan Usaha Milik

Negara
Sebagaimana telah dijelaskan, Persero merupakan salah satu jenis Badan Usaha

Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) dan karenanya Persero tunduk pada Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU

BUMN) yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 19 Juni 2003. Sebagaimana

disebutkan dalam Penjelasan Umum UU BUMN, Bab VI, Paragraf II, Pembentukan UU

BUMN tersebut antara lain dimaksudkan untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di

masa yang akan datang dan meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance). Lebih lanjut Bab VI, Paragraf III juga

menyebutkan bahwa UU BUMN juga dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan

pengawasan berlandasakan pada prinsip efisiensi dan produktivitas guna meningkatkan

kinerja dan nilai (value) BUMN, serta menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan

pengeksploitasian di luar asas GCG. Dengan demikian, dari Penjelasan Umum tersebut

nampak bahwa UU BUMN memberikan aturan yang dapat digunakan sebagai pedoman

untuk mengelola 62 Persero secara baik berdasarkan pada prinsip-prinsip GCG yaitu

transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.

40

4. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) dalam Undang-Undang Pasar Modal (Perseroan

Terbatas Terbuka)
Perseroan terbuka (selanjutnya disebut PT.Tbk) adalah suatu PT yang sahamnya

dijual ke masyarakat luas melalui bursa dalam rangka sebagai salah satu cara untuk

memupuk modal dengan jalan menghimpun modal dari masyarakat melalui bursa saham.

Itulah yang dewasa ini dikenal dan disebut-sebut sebagai PT “go public”, atau yang lebih

tepat sebagai “PT yang melakukan penawaran umum” (public offering) atau yang

dinamakan pula sebagai “Perseroan Terbuka”.

5. Penerapan Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good

Corporate Governance) dalam Perundang-Undangan Perbankan

(Perusahaan Perbankan)

Krisis keuangan yang melanda Indonesia tahun 1997-1998 telah mendorong

terjadinya reformasi dan timbulnya berbagai inisiatif untuk memperkuat ekonomi nasional

dan kerjasama regional termasuk kerjasama di ASEAN tahun 2015. Kerjasama tersebut

diantaranya meliputi kerjasama di bidang tata kelola perusahaan atau corporate governance.

41
C. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam

Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di

Indonesia

1. Pengertian dan Jenis Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Perseroan

Terbatas

Istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI)

pada tahun 1963. Stakeholder didefinisikan sebagai “any group or individual who can affect

or be affected by the achievement of an organization’s objective bahwa stakeholder

merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi oleh proses pencapaian

tujuan organisasi. Tanggung jawab perusahaan yang semula fokus pada indikator ekonomi

(economic focused) dalam laporan keuangan, saat ini telah bergeser dan lebih

memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder, baik internal

maupun eksternal. Pihak-pihak terkait dimaksud terdiri atas pihak internal yang bertugas

mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur dan lain-

lain. Idealnya pihak internal yang mungkin terdiri dari direktur, para pekerja dan manajemen

akan menerima gaji dan imbalan lainnya dalam jumlah yang wajar; sementara para pemegang

saham seharusnya menerima pengembalian (return) atas modal yang mereka investasikan.

42
Tata hubungan yang sedemikian itulah yang ingin diwujudkan oleh corporate

governance.

2. Peran dan Tanggung Jawab “Internal Stakeholder” dalam Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)

Organ dan struktur tata kelola perusahaan terdiri dari RUPS, dewan komisaris dan

direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Kepengurusan PT

di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard system) yaitu dewan komisaris dan

direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya

masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan (fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab

untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,

dewan komisaris dan direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi dan nilai-

nilai perusahaan.138 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung

jawabnya, dewan komisaris wajib membentuk paling kurang: Komite Audit, Komite

Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Berikut ini tugas masingmasing

organ dan struktur-strukur organ GCG:

43
a. Peran dan Tanggungjawab Rapat Umum Pemegang Saham

RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk

mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam

perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan. Keputusan yang diambil RUPS harus didasarkan pada

kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang

saham tidak dapat melakukan intervensi dalam tugas, fungsi dan wewenang dewan

komisaris dan direksi,

b. Peran dan Tanggungjawab Dewan Komisaris Dewan komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dan memastikan bahwa

perusahaan melaksanakan GCG.

c. Peran dan Tanggungjawab Direksi Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan

bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing

anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan

pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing

anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-

masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara.

44
d. Peran dan Tanggungjawab Karyawan Karyawan merupakan sumber daya manusia

(selanjutnya disebut SDM) bagi perusahaan merupakan asset yang tak ternilai

harganya. Maju mundurnya perusahaan sangat bergantung pada kualitas SDM yang

dimiliki. Bahkan daya saing perusahaan sangat ditentukan oleh adanya SDM yang

andal. Banyak perusahaan yang bangkrut dan akhirnya ditutup karena kurang

memperhatikan aspek SDM. Sebaliknya, banyak perusahaan yang berkembang pesat

karena kepedulian yang tinggi terhadap peningkatan kompetensi SDM.

3. Peran dan Tanggungjawab “Eksternal Stakeholder” dalam Penerapan Tata

Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)

a. Peran dan Tanggungjawab Pemerintah

Negara dan perangkatnya yakni Pemerintah menciptakan peraturan perundang-

undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law

enforcement). Berikut peran Negara diitinjau dari pedoman pokok pelaksanaannya:

1) Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan berdasarkan sistem hukum nasional dengan

memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan masyarakat.

Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi untuk dapat

melakukan penyempurnaan atas peraturan perundang-undangan secara berkelanjutan.

45
2) Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).

3) Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang

memiliki integritas dan profesionalitas yang tinggi.

4) Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara

konsisten.

5) Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

b. Peran dan Tanggungjawab Masyarakat

Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena

dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial

(social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

C. Peran dan Tanggungjawab Otoritas Jasa Keuangan

OJK berperan mewujudkan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang

terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem

keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat.

46
BAB III

PEMBAHASAN

A. Standar Laporan Tahunan Perusahaan

1. Pengertian dan Unsur-unsur Laporan Tahunan

Laporan tahunan adalah media perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder

yang berisikan laporan atas segala kegiatan perusahaan selama satu tahun, termasuk atas

pencapaian-pencapaian yang didapatkan dan perkembangan perusahaan tersebut. Laporan

tahunan disampaikan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam RUPS sebagai

gambaran kinerja dan perkembangan PT selama satu tahun. Laporan tahunan merupakan

media yang penting untuk menyampaikan corporate disclosure (pengungkapan informasi

perusahaan) oleh manajemen suatu badan usaha dan merupakan sumber informasi yang

penting dalam pengambilan keputusan investasi oleh para pemegang saham.

2. Tujuan dan Manfaat Laporan Tahunan

Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan merupakan suatu komponen yang

signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas publik. Laporan tahunan dibuat oleh

perseroan bertujuan untuk pengungkapan kondisi perusahaan secara transparan dan

akuntabilitas sehingga kepentingan pemegang saham selaku investor serta stakeholder

terlindungi.

47
Manfaat dari laporan tahunan terdapat dari informasi yang ada dalam laporan tahunan

(annual report) menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan seperti shareholder dan

stakeholder. Hal ini dikarenakan laporan tahunan (annual report) perusahaan merupakan

sumber informasi bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

Selain itu, laporan tahunan (annual report) perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban

pihak manajemen kepada pemegang saham atas pengelolaan sumber daya perusahaan.

Laporan tahunan dapat membangun citra dan reputasi perusahaan karena laporan merupakan

bentuk tanggung jawab pihak manejemen perusahaan kepada publiknya.

Laporan tahunan dapat menjadi alat komunikasi pemasaran yang efektif karena

banyaknya investor yang mempelajari laporan tahunan sebelum melakukan investasi dalam

perusahaan. Pemberian informasi salah satunya didapat dari laporan tahunan perusahaan.

Berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan adalah bagian yang tidak

terpisahkan dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat

mengantisipasi kemungkinan shareholder dan stakeholder tidak memperoleh informasi atau

fakta materil atau tidak merata, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa

juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang-

orang tertentu.

48
3. Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbatas (Tertutup)

Yang dimaksud dengan PT (Tertutup) adalah PT yang didirikan dengan tidak ada

maksud menjual sahamnya kepada masyarakat luas (bursa). Dengan kata lain, PT itu

didirikan tanpa sedikit pun bertujuan untuk menghimpun modal (asosiasi modal). Beberapa

sarjana menamakan pula bentuk ini sebagai “PT. Keluarga”, disebabkan PT demikian itu

umumnya sahamnya terbatas hanya dimiliki diantara kalangan keluarga. Akan tetapi, tidak

selamanya PT (Tertutup) itu identik dengan PT. Keluarga, tetapi ada pula diantara pemegang

sahamnya tidak ada hubungan kekerabatan. Persetujuan laporan tahunan termasuk

pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris dilakukan

oleh RUPS. Keputusan atas pengesahan laporan keuangan dan persetujuan laporan tahunan

ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar perseroan. Dalam

hal laporan keuangan yang disediakan akan tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota

direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap

pihak yang dirugikan. Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari

tanggung jawab apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.

Sebaliknya apabila anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris melakukan kesalahan,

tetapi juga tidak bebas dari pertanggung jawaban akibat kesalahan tersebut.

49
Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk) PT.Tbk itu

merupakan salah satu bentuk dari Perseroan Publik, menurut Pasal Pasal 1 angka (8) UUPT

2007, yang dimaksud dengan Perseroan Publik adalah: “Perseroan yang memenuhi kriteria

jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal.” Terhadap PT.Tbk sesuai dengan ketentuan pasal 68 ayat

(1) huruf c menyatakan laporan keuangan yang terdapat didalam laporan tahunan terlebih

dahulu disampaikan kepada akuntan pubik sebelum ke RUPS untuk mendapat pengesahan

atas laporan keuangan tersebut. Adapun standar laporan tahunan atas PT.Tbk diberlakukan

ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan KEP-431/BL/2012 (Penyempurnaan Peraturan

Bapepam dan LK X.K.6) 1 agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau

Perusahaan Publik.

B. Pihak-pihak yang Terlibat dan Penyusunan Laporan Tahunan

1. Manajemen dan Direksi Perusahaan

Manajemen merupakan konsep yang mengandung pengertian yang lebih kompleks.

Pada dasarnya konsep itu mengandung dua pengertian. Yang pertama, manejemen kerap kali

diartikan sebagai kumpulan manajer-manajer atau pemimpin perusahaan dalam suatu

organisasi perusahaan.

50
Dalam pengertian yang lebih khusus manajemen diartikan sebagai proses yang

meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan oleh

para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah ditentukan dapat diwujudkan.

2. Dewan Komisaris

Laporan tahunan mempunyai tujuan utama sebagai bentuk laporan publikasi secara

teratur setiap tahun menjelaskan tentang perkembangan neraca keuangan perusahaan,

keadaan laba atau rugi yang dialami perusahaan selama satu tahun yang sedang berjalan.

Karena itulah penerbitan laporan tahunan dilakukan pada akhir tahun atau memasuki awal

tahun tahun berikutnya. Dengan posisinya yang penting bagi strategi publik relation

perusahaan ini maka dalam laporan tahunan juga dimuat berbagai kemungkinan prospek

dalam bisnis serta kemungkinan keuntungan untuk investasi yang bisa diharapkan di masa

depan, yang bisa terjadi tahun depan atau tahun-tahun setelahnya. Karena itulah suatu

kelaziman jika sebuah laporan tahunan dibuat secara baik, rapi, sistematis serta dapat

dipertanggung jawabkan semua isi laporan yang ada di dalamnya. Berdasarkan pasal 67

UUPT 2007 “dinyatakan laporan tahunan perseroan ditandatangani oleh semua anggota

direksi dan anggota dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan

disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh

pemegang saham”.

51
Berdasarkan penjelasan pasal ini, penandatanganan laporan tahunan merupakan

bentuk pertanggungjawaban anggota direksi dan anggota dewan komisaris dalam

melaksanakan tugasnya. Berkaitan dengan ketentuan tersebut, anggota direksi dan anggota

dewan komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila laporan keuangan yang

terdapat didalam laporan tahunan yang disediakan tidak benar atau menyesatkan. Namun,

apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya, anggota direksi dan

anggota dewan komisaris dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut. Dewan komisaris

dalam melaksanakan tugasnya senantiasa mengupayakan terjalinnya hubungan baik antara

Perseroan dengan para pemangku kepentingan lainnya berdasarkan prinsip kewajaran

(fairness) sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip-prinsip dasar

mengenai hubungan antara perseroan dengan para pemangku kepentingan lainnya dalam

standar perilaku (standart of conduct) atau sering disebut code of conduct.

3. Komite Audit

Komite audit sebagai bagian dari dewan komisaris memiliki peran dalam pencapaian

tujuan penerapan GCG. Kaitan antara Komite Audit dan corporate governance adalah bahwa

komite audit bertanggung jawab pada tata kelola perusahaan, yaitu memastikan, bahwa

perusahaan telah dijalankan sesuai undangundang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan

usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan

kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan.

52
4. Satuan Pengawas Internal

Satuan pengawas internal atau juga biasa disebut di beberapa perusahaan dengan sistem

pengendali internal yang merupakan kumpulan dari pengendalian internal yang terintegrasi,

berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dalam bidang pengawasan

satuan pengawas internal (selanjutnya disebut SPI) perusahaan merupakan pelaksanaan dari

sistem pengawasan perusahaan. Dalam pelaksana tugasnya komite audit bertanggung jawab

untuk pengawasan perusahaan menyangkut pemahaman tentang berbagai hal yang berpotensi

mengandung risiko, pemberdayaan sistem pengendalian internal, serta pemantauan atas

proses 110 pengawasan yang dilakukan satuan pengawas internal. Mulyadi dalam bukunya

menyebutkan bahwa pengawasan internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-

ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen.

5. Auditor Independent

Peraturan pasar modal yang menyangkut akuntan publik atau sering disebut

auditor independent mencakup:

a. Peraturan Nomor VIII.A tentang Pendaftaran Akuntan Yang Melakukan Kegiatan di

Pasar Modal.

b. Peraturan Nomor VII.A. tentang Independensi Akuntan Yang Melakukan Kegiatan di

Passar Modal.

53
c. Peraturan Nomor X.J.1 tentang Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan.

d. Peraturan Nomor X.J.2 tentang Laporan Berkala Kegiatan Akuntan.

Dalam kapasitasnya sebagai auditor independen serta kompetensinya, jasajasa yang

dapat diberikan Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) mencakup, tetapi tidak

terbatas pada yang berikut ini:

a. Jasa Audit Laporan Keuangan Jasa audit atas laporan keuangan ialah melakukan audit

umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan pendapat tentang kewajaran

laporan keuangan suatu entitas ekonomi dihubungkan dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (selanjutnya disebut PSAK) yang dikeluarkan Ikatan Akuntan

Indonesia dan standar atau praktik akuntansi yang berlaku umum (sepanjang yang belum

diatur dalam PSAK). Pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor independent

mengenai kewajaran laporan keuangan, berdasarkan audit yang dilakukannya

b. Jasa Audit Khusus Di samping audit umum atas laporan keuangan, KAP juga

memberikan jasa audit khusus, sesuai dengan kebutuhan. Audit khusus dapat memberikan

audit atas akun atau pos laporan keuangan tertentu yang dilakukan dengan menggunakan

prosedur yang disepakati bersama, audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu

basis akuntansi komprehensif. Selain proses akuntansi yang berlaku umum, audit atas

informasi keuangan untuk tujuan tertentu dan audit khusus lainnya.

54
c. Jasa Atestasi Jasa atestasi diberikan KAP berkaitan dengan penerbitan laporan yang

memuat suatu kesimpulan tentang keandalan asersi (pernyataan) tertulis yang menjadi

tanggung jawab pihak lain, dilaksanakan melalui pemeriksaan, review dan prosedur yang

disepakati bersama. Asersi yang menjadi obyek dalam penegasan atestasi dapat berupa

Proyeksi dan Perkiraan Keuangan, Pelaporan Informasi Keuangan Proforma, Pelaporan

tentang Struktur Pengendalian Internal atas Laporan Keuangan tersebut. Dalam

melaksanakan program ini KAP tunduk pada standar Atestasi dalam SPAP.

d. Jasa Review Laporan Keuangan Review laporan keuangan merupakan suatu jasa yang

diberikan KAP untuk memberikan keyakinan terbatas yang diberikan KAP untuk

memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi matrial yang harus

dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum atas basis akuntansi komprehensif lainnya. Review dilakukan melalui prosedur

pengajuan pertanyaan dan analisis dengan berpedoman pada Standar Jasa Akuntansi dan

Review yang terdapat dalam SPAP.

e. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan KAP dapat melakukan kompilasi laporan keuangan

berdasarkan catatan data keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu

entitas ekonomi. Dengan kompilasi ini, KAP tidak memberikan pernyataan pendapat

mengenai kewajiban laporan keuangan atas suatu keyakinan apapun terhadap laporan

tersebut.

55
Tanggung jawab atas laporan keuangan sepenuhnya tetap berada pada manajemen entitas

ekonomi yang bersangkutan. Pelaksanaan kompilasi laporan keuangan oleh KAP dilakukan

berpedoman pada Standar Jasa Akuntansi dan Review yang terdapat dalam SPAP.

f. Jasa Konsultasi Jasa konsultasi yang diberikan KAP mencakup berbagai bentuk dan

bidang sesuai dengan kompetensi Akuntan Publik. Jasa yang diberikan KAP bervariasi

mulai dari jasa konsultan umum kepada manajemen, perancangan sistem dan implementasi

sistem akuntansi, penyusunan proposal keuangan dan studi kelayakan proyek.,

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan selesi dan rekrutmen pegawai,

smapai pemberian berbagai jasa konsultan lainnya, termasuk konsultasi dalam

pelaksanaannya merger dan akuisisi. Dalam pemberian jasa konsultasi ini KAP berpegang

pada Standar Jasa Konsultasi dalam SPAP.

g. Jasa Perpajakan KAP juga memberikan jasa professional dalam bidang perpajakan. Jasa

yang diberikan mencakup tetapi tidak terbatas pada konsultasi umum perpajakan,

perencanaan pajak, review kewajiban pajak, pengisian “Surat Pemberitahuan Tahunan”180

dan penyelesaian masalah perpajakan.

6. Rapat Umum Pemegang Saham

RUPS adalah organ yang tidak dapat dipisahkan dari perseroan. Melalui RUPS

tersebutlah para pemegang saham sebagai pemilik (eignaar,owner) perseroan melakukan

kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan Direksi maupun terhadap kekayaan serta

kebijakan kepengurusan yang dijalankan manajemen perseroan.

56
RUPS harus dilakukan dengan tepat dan transparan. Pengambilan keputusan RUPS harus

dilakukan secara wajar dan transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk

menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas

pada:

a. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri

dari orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan.

b. Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak laporan Dewan Komisaris

dan Direksi, perlu dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan dengan GCG.

Kualitas laporan yang disajikan oleh direksi sudah tentu wajib memenuhi standar

ketentuan yang berlaku umum serta dilakukan dengan prinsip fiduciary duty. Laporan yang

wajib mendapatkan persetujuan dari RUPS yang merupakan kewenangannya adalah laporan

tahunan sedangkan laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan tahunan wajib

mendapatkan pengesahan dari RUPS serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris.

Beranjak dari ketentuan pasal 78 ayat (3) UUPT 2007 dalam RUPS tahunan dikatakan bahwa

Direksi berkewajiban mengajukan laporan tahunan beserta dokumen-dokumennya yang

terdapat di dalam Pasal 66 ayat (2) UUPT 2007 dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

UUPT yakni paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.

C. Bentuk-bentuk Penyimpangan dalam Laporan Tahunan

57
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada dasarnya dapat dibagi

menjadi dua bagian, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan

sukarela (voluntary disclosure). Mandatory disclosure merupakan penyampaian informasi

yang diharuskan oleh perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan

yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-

LK), yang kini diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan) Nomor: KEP-347/BL/2012 tentang

Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Sedangkan

voluntary disclosure merupakan penyampaian informasi yang dilakukan secara sukarela oleh

perusahaan tanpa diwajibkan dalam suatu aturan yang berlaku.

D. Tugas dan Tanggungjawab Direksi terhadap Laporan Tahunan

Pasal 1 angka (4), (5) dan (6) UUPT 2007 mengatur definisi yang dimaksud dengan

ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada

direksi dan dewan komisaris. Sedangkan direksi adalah organ perseroan yang bertanggung

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta

mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar.

58
Direksi PT dalam menjalankan tugasnya mempunyai wewenang yang diatur dalam ketentuan

perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 1 angka (5) UUPT 2007 menyebutkan bahwa

pengertian direksi dalam PT adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

dengan anggaran dasar. Berikut uraian tugas-tugas yang masih menjadi tanggung jawab

Direksi dalam penyampaian laporan tahunan perusahaan:

1. Dalam laporan tahunan salah satunya memuat laporan keuangan, dimana kewajiban

untuk menyerahkan laporan keuangan untuk di audit dan memuat pernyataan mengenai

pertanggung jawaban atas laporan yang dibuat oleh Direksi. Sebelum laporan disampaikan ke

RUPS dan Bapepam-LK maka Direksi wajib menyerahkan neraca dan laba rugi yang terdapat

di laporan keuangan kepada audit independent KAP. Pasal 66 ayat (4) UUPT 2007: “Neraca

dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”. Dalam ketentuan nomor 2 huruf (i)

Peraturan Nomor X.K.6, tentang Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit wajib

disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia serta wajib memuat

pernyataan mengenai pertanggungjawaban atas Laporan Keuangan, dengan mematuhi

ketentuan yang terdapat didalam pasar modal, diantaranya :

59
a. Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas

Laporan Keuangan dinyatakan bahwa:

1) Direksi Emiten atau Perusahaan Publik wajib membuat surat pernyataan;

2) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud wajib ditandatangani oleh Direktur Utama dan

seorang Direktur yang membawahi bidang akuntansi atau keuangan, dan bermeterai cukup

dan;

3) Surat pernyataan wajib dilekatkan pada laporan keuangan yang disampaikan kepada

Bapepam;

4) Mengenai bentuk tanggung jawab atas laporan yang disajikan maka ditentukan Direksi

Emiten atau Perusahaan Publik secara tanggung 127 renteng bertanggung jawab atas

pernyataan yang dibuat sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini termasuk kerugian

yang mungkin ditimbulkan.

E. Tugas dan Tanggungjawab Dewan Komisaris terhadap Laporan Tahunan

Salah satu tugas utama dewan komisaris adalah memastikan terselenggaranya

pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha perusahaan pada seluruh

tingkatan dan jenjang manajemen. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan

perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT 2007 yaitu dalam hal

melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya,

baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi.

60
Dewan komisaris juga bertanggung jawab kepada RUPS dan tugas presiden komisaris

adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Secara kolektif tugas dewan komisaris

adalah melakukan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang dilakukan oleh direksi

serta memberikan nasihat berkenaan dengan kebijakan direksi dalam menjalankan

perusahaan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam. Dewan

komisaris secara terus menerus memantau efektivitas kebijakan perusahaan, kinerja dan

proses pengambilan keputusan oleh direksi, termasuk pelaksanaan strategi untuk memenuhi

harapan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hasil pengawasan

disertai kajian dan pendapat dewan komisaris disampaikan dalam RUPS sebagai bagian dari

penilaian kinerja direksi. Dalam pasal 116 ayat (1) huruf c menyebutkan tugas dewan

komisaris ialah memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama

tahun buku yang baru lampau kepada RUPS, dikaitkan dengan tugas dewan komisaris maka

elemen dari tugas pengawasan dewan komisaris dalam laporan tahunan adalah:

1. Menelaah Laporan Tahunan. Pasal 66 ayat (1) UUPT 2007:

Direksi menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh

Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun

buku Perseroan berakhir. Jelas dalam pasal ini peran serta dewan komisaris yang

menjadi salah satu tugasnya ialah “menelaah” laporan tahunan yang telah

dipersiapkan oleh direksi sebelum disampaikan kepada RUPS.

61
Melalui laporan direksi dan komite audit, dewan komisaris memantau dan

mengevaluasi pelaksanaan seluruh kebijakan strategis perusahaan, termasuk mengenai

efektivitas penerapan manajemen risiko dan pengendalian internal menelaah dan

menandatangani laporan tahunan, serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

tugasnya kepada RUPS.

2. Membuat Laporan Tugas Pengawasan Pasal 66 ayat (1) UUPT 2007:

Persetujuan laporan tahunan termasuk pengesahan laporan keuangan serta

laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS. Dewan komisaris

sebagai fungsi pengawasan mempunyai tugas untuk mempersiapkan laporan hasil

pengawasannya terhadap pengelolaan bisnis yang telah dilakukan oleh direksi.

Laporan pertanggungjawaban dewan komisaris ini akan menjadi bagian dari laporan

tahunan yang akan disetujui bersama oleh para pemegang saham di dalam RUPS.

RUPS melakukan persetujuan laporan tahunan, pengesahan laporan keuangan, dan

laporan tugas pengawasan dewan komisaris dilakukan oleh RUPS sebagaimana sesuai

dalam Pasal 69 UUPT 2007.

Berkaitan dengan ketentuan tersebut, anggota direksi dan anggota dewan

komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila laporan keuangan yang

disediakan tidak benar atau menyesatkan. Namun, apabila terbukti bahwa keadaan

tersebut bukan karena kesalahannya, anggota direksi dan anggota dewan komisaris

dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut.

62
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan GCG di Indonesia diatur secara secara sporadis dan

pragmentaris karena tersebar dalam sejumlah peraturan perundang-

undangan diantaranya: Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas;UndangUndang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara; Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-

MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada

BUMN;Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal;Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan; Surat Edaran Nomor 15/DPNP/2013 tentang Pelaksanaan Good

Corporate Governance Bagi Bank Umum Kepada Semua Bank Umum

Konvensional Di Indonesia.

63
Selain diatur dalam peraturan perundang-undangan GCG juga diatur dalam

Anggaran Dasar masing-masing Perusahaan yang didukung dalam

instrumentinstrumen pendukung peraturan perusahaan seperti: Corporate

Code of Conduct; Pedoman Prinsip-prinsip Bisnis dan Kebijakan

Perusahaan; Pedoman dan Kode Etik Direksi dan Dewan Komisaris

berupa Piagam Direksi dan Dewan Komisaris; Piagam Komite Audit.

2. Dalam penyampaian laporan tahunan Perseroan yang tunduk selain pada

UUPT 2007, bagi perseroan terbuka juga mengikuti ketentuan di bidang

pasar modal yaitu Peraturan Bapepam No. X.K.6 tentang Penyampaian

Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Secara yuridis Direksi

PT.Tbk memilki tanggung jawab besar. Besarnya tanggung jawab itu

adalah konsekuensi dari jabatannya sebagai pemegang amanah dari

pemegang saham publik atau investor. Sebab, hanya Direksi yang dapat

menjadikan perusahaan publik maju atau mundur sebagai institusi bisnis.

Untuk itulah di dalam rangka mencegah atau menghindari kesalahan-

kesalahan dan informasi yang tidak benar dan kesalahan yang material

dalam pembuatan laporan tahunan dan laporan keuangannya, di samping

harus memperhatikan peraturanperaturan di Pasar Modal.

64
Direksi juga harus memperhatikan, berpegang dan berpedoman pada

maksud dan tujuan anggaran dasarnya (ultra vires) sebagai dasar dalam

pengembangan dan ekspansi usahanya. Dewan Komisaris memiliki tugas

fiduciary untuk bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan dan

menghindari semua bentuk benturan kepentingan pribadi. Kewajiban

Dewan Komisaris serta hal-hal lain yang bertalian dengan Dewan

Komisaris diatur dalam Anggaran Dasar perusahaan serta

ketentuanketentuan lain berdasarkan tata kelola bisnis dimasing-masing

Perusahaan. Selain tanggung jawab dalam pengawasan atas kinerja dan

kebijakan Direeksi, UUPT 2007 menyatakan bahwa Dewan Komisaris

berperan dalam penyampaian laporan tahuanan perusahaan terutama dalam

laporan pengawasan Dewan Komisaris yang mana merupakan suatu

kesatuan dalam dokumen yang disampaikan oleh Direksi yaitu laporan

keuangan dan laporan tahunan.

3. Konsistensi penyampaian laporan tahunan PT. Unilever Indonesia, Tbk

sesuai dengan prinsip GCG, hak ini dapat terlihat dari:

a. Prinsip transparansi (keterbukaan) yang disajikan PT. Unilever

Indonesia, Tbk dalam menyediakan informasi yang sama baiknya kepada

pemegang saham maupun pemangku kepentingan Perseroan adalah dalam

bentuk laporan keuangan, laporan tahunan, serta informasi-informasi

65
perusahaan lainnya berdasarkan ketentuan dan regulasi yang berlaku serta

diinformasikan setidaknya minimal 1 tahun sekali mengungkapkan

informasi Perseroan melakukannya secara tepat waktu, memadai, jelas,

akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang

berkepentingan (stakeholders).

b. Prinsip Akuntabilitas, dapat terlihat dari penyampaian dalam laporan

tahunan 2015 atas kejelasan struktur organisasi dan tugas serta tanggung

jawab masing-masing organ PT. Unilever Indonesia, Tbk sesuai prinsip

GCG yang dikeluarkan oleh OECD 2004 dan KNKG 2006 Perseroan

meyakini bahwa masing-masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi

maupun seluruh jajaran di bawahnya mempunyai kompetensi sesuai

dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan

GCG. Hal ini dibantu dengan adanya keberadaan pedoman pelaksanan

GCG dalam perusahaan serta Kepatuhan terhadap pedoman

GCG;Keberadaam Board Manual yang telah diterapkan oleh PT. Unilever

Indonesia, Tbk serta telah menjadi kesatuan laporan yang terdapatdidalam

laporan tahunan 2015

66
c. Prinsip Tanggung Jawab (Responsibility), Implementasi prinsip

tanggung jawab (resposibility) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk dalam

laporan tahunan 2015. Atas penyajian laporan atas pelaksaanaan tanggung

jawab sosial selama tahun 2015 sudah menerapkan apa yang diminta

peraturanperaturan. Dalam Unilever Sustainable Living Plan (selanjutnya

disebut USLP), perusahaan menetapkan target-target agar perusahaan

dapat tumbuh secara berkelanjutan. Program tanggung jawab sosial

perusahaan (CSR) PT. Unilever Indonesia, Tbk selaras dengan prinsip-

prinsip USLP dan Prinsip Bisnis (CoBP). Kegiatan CSR perusahan

berfokus pada interaksi antara bisnis dengan tantangan-tantangan khusus

yang ada dalam bidang kesehatan, pendidikan, kemiskinan, pengelolaan

sampah, keberlanjutan sumber daya dan perubahan iklim di Indonesia.

Penerapan Pedoman Tata Kelola, Ditegaskan dalam laporan dewan

komisaris PT. Unilever Indonesia, Tbk, perusahaan telah berkomitmen

untuk secara teratur meninjau praktek tata kelola perusahaan sesuai dengan

kerangka kerja dan peraturan yang berlaku, dengan tujuan memaksimalkan

nilai ekonomi bagi para pemangku kepentingan.

67
d. Prinsip Kemandirian (Independency), Perseroan dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. PT Unilever

Indonesia,Tbk menyadari untuk melancarkan pelaksanaan prinsip GCG,

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing

organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi

oleh pihak lain. Kriteria pengangkatan Komisaris Independen Perseroan

telah sesuai dengan Peraturan OJK No.33/POJK.04/2014. Tentang

kewenangan Direksi dan Dewan Komisaris PT. Unilever Indonesia, Tbk

ditunjang dengan Piagam Direksi atas indpendensinya. Piagam direksi

terdiri dari seperangkat prosedur dan pedoman yang bertujuan untuk

memfasilitasi dan membantu proses pengambilan keputusan para Direksi.

e. Prinsip Kewajaran (Fairness), ketegasan akan prinsip kewajaran

Perseroan terdapat dibeberapa Prinsip Bisnis Unilever Indonesia

Kontribusi dalam perlakuan yang wajar sudah semestinya diberikan

dengan setara dan wajar sesuai manfaat dan kontribusi yang Perseroan

terima, jelas terlihat bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak membeda-

bedakan atau mendiskriminasi golongan tertentu.

68
B. SARAN

1. Dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan

pemerintah berdasarkan sifat dari badan usahanya yang mana mengatur

nilainilai prinsip GCG hendaknya semakin disambut baik oleh manajemen dan

pelaku usaha dengan baik. Konsistensi penerapan prinsip GCG pada badan

usaha dengan didukung fiduciary duty organ perusahan dapat meminimalisir

bahkan terhindar dari tindaakan kecurangan (fraud) oleh manajemen terlebih

dalam penyampaian suatu laporan yang merukan bentuk tanggung jawab

perseroan kepada shareholder dan stakwholder. Sehingga yang menjadi tujuan

masing-masing perusahaan yang tertuang didalam anggaran dasar dapat

terlealisasi serta keberlanjutan perusahaan dapat terlaksana dengan baik.

2. Dalam menerapkan nilai-nilai GCG, keyakinan yang kuat akan manfaat dari

penerapan GCG yang baik akan menjadi motivasi setiap unsur manajemen

dalam melaksanakan tanggung jawabnya, karena bukan hanya berdampak

pada internal perusahaan namun juga membawa good image dan kepercayaan

dari eksternal perusahaan.

69
Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari

seluruh pelaku bisnis. Selain wajib berpedoman terhadap peraturan

perundang-undangan juga mengikuti pedoman bagi seluruh manajemen

yang dikeluarkan oleh Perusahan.

3. PT. Unilever Indonesia, Tbk wajib menjaminan pengelolaan perusahaan

dengan komitmen dan konsisten teguh dalam prinsip GCG d terlebih

dalam penyampaian laporan tahunan perusahaan yang merupakan image

perusahaan dalam satu tahun beroperasional. Hal ini tidak lain untuk

menambah dan memaksimalkan nilai perusahaan guna memenangkan

kompetisi global, menghindari fraud dan KKN dan untuk mendorong

terciptanya pengelolaan perusahaan yang efisien, transparan dan konsisten

serta memberikan citra yang baik bagi calon investor dan patuh terhadap

peraturan perundangundangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip

dasar GCG.

70
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor

8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata

INTERNET

Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalam Pengelolaan Perusahaan”,

http://bismar.wordpress.com/2009/12/23 /,.

Daniri, Achmad Mas, Angela Indrawati Simatupang, “Langkah Jitu Peenerapan GCG Yang

Efektif”, http://madani-ri.com/web/?p=103 ,.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6890/penerapan-igood-corporategovernance-i-

sebagai-budaya-perusahaan#_ftn5, .

http://iicd.or.id/Article/Press%20Release%202014_FINAL.pdf, ARTIKEL Bambang

Kesowo, “Fiduciary Duties Direksi Perseroan Terbatas Menurut UndangUndang N. 1 Tahun

2007”, artikel di Newsletter, edisi No. 23/VI/Desember 1995 Etty Retno Wulandari (Advisor

Senior Otoritas Jasa Keuangan), dalam Diskusi Panel Universitas Trisakti “Transformasi

Budaya Korporasi Melalui Good Corporate Governance”,.

71

Anda mungkin juga menyukai