Disusun Oleh :
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul, “TATA KELOLA
selesaikan dengan baik. Saya berharap karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang Tata Kelola Perusahaan Perseroan Terbatas ini. Begitu
pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada saya
sehingga karya ilmiah ini dapat saya susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
Demikian karya ilmiah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada karya ilmiah ini, saya mohon
maaf. Saya menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
Nurul Badriyah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………....................................................................…… i
DAFTAR ISI ………………………………...................................................................… ii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………….......................................................… 1
B. Tujuan ………………………………………...................................................………… 8
E. Manfaat ……………………………………………......................................................… 10
2. Konsepsi …………………...………………………......................................................… 14
ii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA …………………...........................................................… 20
C. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) di Indonesia ......................… 32
BAB 3 PEMBAHASAN …………………………………......................................……… 36
E. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris Dalam Laporan Tahunan ....................… 50
BAB 4 PENUTUP …………………………………….........................................………… 69
A. Kesimpulan …………………………………………........................................………… 69
B. Saran ……………………………………………………..................................………… 70
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………….......................................…… 71
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
selanjutnya disebut GCG) dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai salah satu
proses untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang
kepentingan (stakeholders). Penerapan prinsip GCG dalam dunia usaha saat ini
persaingan global.
Seperti diketahui bahwa tujuan perusahaan itu pada dasarnya adalah menaikan
nilai perusahaan. Jika perusahaan itu berbentuk hukum perseroan, maka nilai
perusahaan salah satunya akan diukur dari harga saham perusahaan tersebut di pasar
modal. Tingginya harga saham di pasar modal akan mencerminkan minat masyarakat
terhadap saham tersebut. Hal ini merupakan refleksi dari kinerja perusahaan yang
efisien. Optimasi dari pencapaian tujuan perusahaan yang mengacu pada kepentingan
karena adanya perkembangan sosial dan kemajuan praktik bisnis. Di Amerika GCG
Peck, Maxwel, dan perusahaan besar lainnya. Kasus kecurangan ini melibatkan
manajemen puncak yang berlangsung cukup lama karena lemahnya corporate boards.
(selanjutnya disebut UUPT 2007) merupakan produk hukum utama bagi perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) termasuk juga emiten atau
perusahaan publik yang tunduk di pasar modal. Pada dasarnya, UUPT 2007 telah
mengakomodasi konsep dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dibandingkan
dan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau biasa
disebut OECD) merupakan salah satu organisasi internasional yang sangat aktif
Prinsip-prinsip GCG dari OECD pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 dan
menjadi acuan utama dalam penyusunan code of good corporate governance bagi
Governance (Pedoman Nasional GCG) pertama kali pada tahun 1999 yang kemudian
direvisi pada tahun 2001 dan 2006 oleh Komite Nasional Kebijakan Governance
(selanjutnya disebut KNKG 2006). Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG
2. Asas GCG;
4. Organ perusahaan;
. Pemegang saham;
6. Pemangku kepentingan;
Asas GCG yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 mengandung lima prinsip yaitu
Informasi penting perusahaan yang perlu diketahui oleh publik dapat melalui
pengungkapan laporan tahunan (annual report) perusahaan. Informasi yang ada dalam
laporan tahunan (annual report) menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan
seperti shareholder dan stakeholder. Hal ini dikarenakan laporan tahunan (annual
report) perusahaan merupakan sumber informasi bagi para investor untuk mengambil
keputusan investasi di pasar modal. Selain itu, laporan tahunan (annual report)
perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban pihak manajemen kepada pemegang
keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta
atas pengungkapan tersebut akan memberikan sinyal positif kepada pasar sehingga
report), dimana kewajiban tersebut dipikul oleh direksi sebagai pelaksana segala
juga oleh Pasal 66 UUPT 2007, yang dibantu oleh komisaris yang harus diajukan 5
kepada RUPS dalam jangka waktu 6 bulan setelah tahun buku perseroan berakhir.
laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan
untuk menjalankan suatu amanah maka laporan tersebut tidak memenuhi prinsip GCG
baik yang dikeluarkan oleh KNKG 2006 maupun OECD 2004. Dewan komisaris
sebagai pengawas yang dibantu oleh komite-komite yang menjadi satu kesatuan
penting agar kinerja direksi dalam operasional maupun bentuk pelaporan terhindar
dari kecurangan.
Dalam bab VII Pedoman Umum KNKG tahun 2006 mengenai pernyataan
laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai informasi penting lain yang
beroperasi pada beberapa negara di dunia, yang memiliki standar kualitas operasional
world class (kelas dunia) dalam memproduksi dan mendistribusikan setiap produknya.
Perusahaan menyadari bahwa sumber bahan baku yang digunakan oleh PT. Unilever
Indonesia, Tbk rentan dengan isu nasional. Setengah dari bahan baku PT. Unilever
siapa perseroan membeli, dan bagaimana perseroan bekerja sama dengan mereka,
dapat berimplikasi besar terhadap sumber daya global dan perubahan iklim. Hal ini
juga memiliki dampak sosial yang lebih luas pada pengembangan manusia dan
pendekatan terhadap tanggung jawab sosial dan keberlanjutan diterapkan dari hulu
sampai hilir dan mencakup seluruh mata rantai nilai, dimulai dari pembelian bahan
baku, kegiatan manufaktur dan distribusi, hingga misi sosial brand dan keterlibatan
diwujudkan melalui Unilever Sustainable Living Plan (USLP). Perseroan juga terus
mendukung para pemasok untuk mengadopsi praktek pertanian yang lebih
berkelanjutan.
Pada akhir 2015, lebih dari 5.500 petani kedelai hitam telah mendaftar ke
Unilever Sustainable Agriculture Code, yang diluncurkan pada tahun 2014, dan lebih
dari 31.500 petani kedelai kuning telah mulai mempraktekkan cara bertani yang
Bursa efek Indonesia, PT. Unilever Indonesia, Tbk secara konsisten menerapkan
standar tertinggi dalam tata kelola perusahaan disetiap aspek operasionalnya. Sebagai
bagian dari Unilever global, PT. Unilever Indonesia, Tbk mempelajari berbagai
pengalaman dan inovasi dalam menerapkan praktek bisnis terbaik, dan sebagai
pengetahuan ini. Pada tahun 2015, Perseroan terus memantau efektivitas kerangka tata
(internal control). Perseroan yakin bahwa kedua kerangka tersebut telah memadai.
PT. Unilever Indonesia, Tbk telah berkomitmen untuk secara teratur meninjau
praktek tata kelola Perusahaan sesuai dengan kerangka kerja dan peraturan yang
dengan mengadopsi rekomendasi dari Kode Etik Nasional Tata Kelola Perusahaan
yang baik dan ASEAN Corporate Scorecard. Untuk alasan ini Perseroan telah
menempatkan struktur tata kelola Perusahaan yang kuat yang terdiri dari beberapa
elemen yang saling terkait termasuk kontrol internal, kerangka kerja manajemen
kebijakan tata kelola perusahaan salah satunya menyesuaikan praktek tata kelola
agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik
dan peraturan Otoritas Jasa Keuangan terkait laporan tahunan. Dengan adanya
beberapa regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yang didalamnya terdapat
ketentuan tentang implementasi prinsip GCG yang wajib diterapkan oleh perseroan.
tahunan atas implementasi GCG pada perseroan terbuka dipandang perlu dilakukan
penelitian sehingga saya memilih laporan tahunan 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk
sebagai objek dari penelitian saya dan judul dalam tesis ini: “Implementasi Prinsip
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Terhadap Laporan
Tahunan Perseroan Terbuka (Studi Annual Report Tahun 2015 PT. Unilever
Indonesia, Tbk)”
B. Perumusan Masalah
2. Bagaimana pembagian tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi
GCG?
3. Bagaimanakah implementasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good
10
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk menganalisis pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta
direksi atas pembuatan laporan tahunan (annual report) dengan memenuhi prinsip-
prinsip GCG.
Yang Baik (Good Corporate Governance) terhadap laporan tahunan (annual report)
D. Manfaat Penelitian
diharapkan akan membawa sejumlah manfaat yang berguna secara teoritis dan
1. Secara Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi akademisi maupun sebagai bahan perbandingan bagi
11
tugas dan tanggung jawab dewan komisaris serta direksi atas laporan tahunan (annual
perseroan terbuka.
para akademisi, organ perseroan, lembaga independen, masyarakat umum dan rekan
dengan materi tesis peneliti, serta menjadi masukan bagi pihak-pihak yang ingin
1. Kerangka Teori
Dalam dunia ilmu hukum, teori menempati kedudukan yang penting sebagai
sarana untuk merangkum serta memahami masalah secara lebih baik. Hal-hal yang
semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa disatukan dan ditunjukkan kaitannya
12
masalah yang dibicarakan. Solly Lubis memberikan pengertian kerangka teori adalah
pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau
permasalahan yang dapat menjadi bahan perbandingan dan pegangan teoritis, hal
mana dapat menjadi masukan eksternal bagi penulis. Teori berfungsi untuk
menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifikasi atau proses tertentu terjadi.
Pembahasan dalam penelitian ini adalah meneliti implementasi prinsip GCG terhadap
laporan tahunan (annual report) tahun 2015 oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berikut
ini disajikan beberapa teori yang relevan terkait dengan praktik GCG di Indonesia dan
babak baru lahirnya teori agency. Teori ini pertama kali diungkapkan oleh Jensen
dan Meckling pada tahun 1976. Sifat dasar manusia terkait dengan teori keagenan
yaitu manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia
13
antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat
cost). Asumsi teori ini menyatakan bahwa pemisahan antara kepemilikan dan
lainnya untuk dan atas nama pemilik, karena adanya perbedaan kepentingan
pengelola agar mentaati kontrak yang telah disepakati, sehingga dengan adanya
14
prinsip-prinsip GCG.
3) Dalam teori agensi (angency theory) ini juga menyatakan bahwa agen
tingkah laku yang wajar dan adil dalam memimpin perusahaan. Dalam
baiknya, jujur, dengan itikad baik, dan demi kepentingan PT. Hal sesuai dengan
maksud dan tujuan PT sebagaimana terdapat di dalam anggaran dasar setiap PT.
15
tingkah laku dan premis. Teori agensi mencoba untuk menjalin hubungan yang
formal antara prinsipal dan agen atau pihak-pihak yang berkepentingan. Suatu
sosiologi. Suatu model alternatif dari perilaku dan motivasi manajerial adalah
termotivasi pada tujuan individu tetapi lebih ditunjukan pada tujuan untuk
kepentingan organisasi.
dan anggaran dasar perusahaan, jika terjadi kegagalan perusahaan atas tindakan
organ diluar dari ketentuan tersebut maka organ yakni direksi dan dewan
komisaris menyalahgunakan kepercayaan serta amanah yang diberikan oleh
principals.
16
Beberapa model yang dapat dipilih oleh agent dan principal dalam pengambilan
(economics focused) dalam laporan keuangan, saat ini telah bergeser dan lebih
wujud pemenuhan pemegang saham (shareholder) dan tidak dapat dilepaskan dari
17
report) 2015 PT. Unilever Indonesia, Tbk, maka angency theory, stewardship theory,
stakeholder theory perlu didukung oleh teori tentang GCG. Pemahaman terhadap
rangka implementasi GCG. Agar GCG dapat diterapkan, perlu ada struktur yang
menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan atas dasar prinsip
UUPT 2007, dimana disebutkan bahwa perseroan memiliki tiga organ, yaitu “direksi”
18
Ketiga organ perusahaan tersebut harus ada secara bersamaan, dan tidak dapat
dibentuk secara bertahap. Penerapan GCG perlu didukung oleh adanya lingkungan
yang kondusif serta peraturan yang dapat mengakomodir GCG. Tentunya kerangka
ini perlu mendapatkan dukungan penuh dari regulator. Dengan adanya kerangka
hukum yang dapat menunjang pelaku usaha serta dengan adanya penerapan hukum
yang konsisten, maka pelaku usaha dapat lebih mudah dalam menerapkan GCG.
sehingga kerangka dasar penerapan GCG dapat dikembangkan dari kerangka hukum
tersebut. Secara ringkas, penerapan GCG dapat ditempuh dalam beberapa tahapan
melaksanakan GCG oleh semua anggota direksi dan dewan komisaris, serta
yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;
19
memiliki dari semua pihak di dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan
berkelanjutan atas penerapan GCG, maka akan sulit untuk mengukur efektivitas dan
sudah sejauh mana penerapan GCG dilakukan secara konsisten. Hasil penilaian ini
tentunya perlu dilaporkan kepada pemegang saham dalam RUPS, dan dituangkan
dalam laporan tahunan (untuk perusahaan publik). Hal ini diperlukan agar fungsi
pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham dan juga stakeholder lainnya
2. Konsepsi
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan tersebut diatas, maka perlu
a. Audit merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
pernyataan tersebut.
20
b. Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) adalah sebagai
system hokum dan praktik untuk menjalankan kewenangan dan kontrol dalam
kegiatan bisnis perusahaan. Kegiatan itu meliputi hubungan khusus antara pemegang
lainnya (seperti pegawai, masyarakat lokal, dan pelanggan dan pihak supplier).
Kewajaran (Fairness).
d. Perseroan Terbatas , yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang
Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir
untuk menemukan solusi atas masalah, sehingga dapat diketahui bahwa motede
21
Pemilihan suatu metodologi yang baik suatu penelitian tergantung kepada sasaran
penelitian, bahan yang tersedia, kondisi yang meliputi kegiatan penelitian, dan
terutama jenis informasi yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
menjawab isu hukum yang dihadapi.40 Metode yang dilakukan dalam penelitian
undangan yang berlaku seperti melihat kedudukan, tugas dan tanggung jawab
22
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Deskriptif artinya ini bertujuan untuk
atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi. Serta
menganalisis fakta-fakta secara cermat dengan aturan hukum positif yang telah
tetapi ditujukan pula untuk menganalisis prinsip GCG yang tertuang di dalam
peraturan pasar modal terkait laporan tahunan PT.Tbk yang menjadi tanggung
2. Sumber Data
Sumber-sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan
a. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
tahunan.
23
Indonesia Tbk, Piagam Audit PT. Unilever Indonesia Tbk, Unilever Living
Sustainability Plan.
24
lebih mendalam terhadap bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus
d. Wawancara yaitu ,
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-
25
Indonesia, Tbk.
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Corporate Governance)
Kata ”governance” berasal dari bahasa Perancis yaitu “gubernance” yang berarti
pengendalian. Kemudian kata tersebut digunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau
jenis organisasi yang lain menjadi corporate governance. Dalam bahasa Indonesia corporate
governance diterjemahkan sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.46 Dalam
penulisan ini, istilah corporate governance dan GCG tersebut dipergunakan secara bergantian.
Secara lengkap, GCG pada dasarnya merupakan suatu konsep yang menyangkut struktur
perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian beban tanggung jawab
dari masing-masing unsur yang membentuk struktur perseroan. Konsep GCG ini juga
menyangkut mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur
perseroan tersebut serta hubunganhubungan antara unsur-unsur dari struktur perseroan itu.
27
Di Indonesia, stuktur corporate governance diatur dalam UUPT 2007. Secara umum,
system. Perbedaan mendasar terletak pada kedudukan dewan komisaris yang tidak langsung
membawahi direksi. Hal ini sesuai dengan aturan dalam UUPT 2007 bahwa anggota dewan
direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Pasal 94 ayat 1 dan Pasal 105 ayat 1). Selain
itu, kedudukan anggota dewan komisaris juga diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Pasal
111 ayat 1 UUPT 2007). Dengan demikian maka baik anggota direksi maupun anggota
dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS. Struktur corporate governance yang
menempatkan dewan komisaris dan dewan direksi sejajar berdampak pada kurang efektifnya
Tuntutan atas adanya penerapan GCG juga merupakan salah satu isu untuk menarik
minat masuknya pemodal asing ke dalam pasar modal suatu negara. Sehingga makin baik
suatu negara menerapkan prinsip-prinsip yang ada dalam GCG menjadi indikasi adanya
perlakuan yang baik terhadap pemodal.59 Penerapan GCG ini memiliki tujuan, yaitu:
organ perusahaan, mendorong pemegang saham, anggota dewan komisaris dan anggota
28
beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut dapat berupa kombinasi dari pendekatan hukum
dan penggunaan instrumen peraturan; atau penggunaan pedoman dan prinsip yang bersifat
instrument peraturan, mengenai aspek yuridis dari GCG dapat diatur dalam Undang-Undang
teknis atau peraturan pelaksana. Dalam prakteknya saat ini, PT.Tbk dilakukan assessment
(penilaian) akan praktek GCG di perusahaan. Pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa
Keuangan pada tahun 2013 menunjuk lembaga institusi tata kelola yakni Indonesian Institute
for Corporate Direectorship (selanjutnya disebut IICD) sebagai penilai praktek GCG di
PT.Tbk. IICD sebagai kapasitasnya sebagai Domestic Ranking Body ASEAN Corporate
Development (OECD)
29
prinsip GCG dari OECD pertama kali diluncurkan pada tahun 1999 dan menjadi acuan utama
dalam penyusunan code of good corporate governance bagi negara-negara di seluruh dunia.
Banyak Institusi International, seperti World Bank, International Monetary Fund (IMF), dan
governance OECD sebagai benchmark bagi penilaian kondisi corporate governance di suatu
negara. Berdasarkan hasil diskusi dan konsultasi dengan pihak-pihak yang relevan serta
(MEA). Untuk itu, ada kebutuhan dan dorongan untuk meningkatkan praktik-praktik bisnis
tata kelola perusahaan, merupakan salah satu cara untuk memacu kinerja finansial dan
30
prinsip-prinsip yang dikeluarkan oleh OECD, maka pada bulan November 2004, Pemerintah
menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang terdiri dari
Sub-Komite Publik dan SubKomite Korporasi. Dengan telah dibentuknya KNKG, maka
pertama kali pada tahun 1999 yang kemudian direvisi pada tahun 2001 dan 2006. Pedoman
GCG 2006 yang dikeluarkan oleh KNKG meliputi beberapa hal sebagai berikut: Penciptaan
situasi kondusif untuk melaksanakan GCG; Asas GCG; Etika bisnis dan pedoman perilaku;
pedoman GCG; Pedoman praktis penerapan GCG. Asas GCG yang dikeluarkan oleh KNKG
31
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
Pelaksanaan:
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas,
akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian
32
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
Pelaksanaan:
organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi,
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
33
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
perusahaan (by-laws).
34
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
kepentingan (conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
35
serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
Undangan di Indonesia
Secara teoritis konsep GCG bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi,
melainkan di Indonesia menjadi fenomena baru dalam tata kelola perusahaan di Indonesia
semenjak pasca krisis moneter tahun 1997-1998. Krisis yang melanda Indonesia ini tidak
36
sehingga tidak memiliki keunggulan atau daya saing yang kuat di pasar internasional, bahkan
kondisi internal perusahaan masuk dalam kualifikasi tidak sehat76 . Penelitian Asian
Development Bank (ADB) dalam The Asia Recovery Report pada tahun 2001 terhadap 5
negara Asia yaitu Korea, Malaysia, Philipina, Thailand, termasuk Indonesia, yang terkena
imbas besar dari krisis ekonomi mengungkapkan bahwa tata kelola pemerintahan (corporate
governance) yang buruk merupakan salah satu penyebab utama ketidakstabilan ekonomi yang
akhirnya berdampak pada terjadinya krisis ekonomi tahun 1997-1998. Agar peristiwa
dan skandal dalam perusahaan, serta dapat membantu perusahaan keluar dari krisis ekonomi
globalisasi, mengikuti perkembangan ekonomi global dan pasar dunia yang kompetitif,77
karena penerapan GCG membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus, lebih jelas
37
Berbagai organisasi yang memelopori pentingnya praktik tata kelola perusahaan yang
baik di Indonesia antara lain, Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD),
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Forum for Corporate Governance in
Indonesia (FCGI), Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) dan Lembaga Komisaris dan
Direksi Indonesia (LKDI). Organisasi tersebut bertujuan untuk mempromosikan kepedulian
terhadap tata kelola dengan mengadakan seminar dan konferensi, membantu perusahaan
melakukan penilaian praktik tata kelola, serta menyediakan indeks persepsi tata kelola secara
tahunan.
Perseroan merupakan subjek hukum di mana perseroan sebagai sebuah badan yang
dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Oleh karena itu,
sebagai badan hukum perseroan terbatas mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dengan
kekayaan pengurusnya. Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukanlah perbuatan para
pengurusnya atau pejabatnya, tetapi yang harus dilihat adalah perseroannya, karena yang
mempunyai organ yang terdiri dari RUPS, dewan komisaris dan direksi.
39
Negara
Sebagaimana telah dijelaskan, Persero merupakan salah satu jenis Badan Usaha
Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN) dan karenanya Persero tunduk pada Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut UU
BUMN) yang diundangkan dan mulai berlaku pada tanggal 19 Juni 2003. Sebagaimana
disebutkan dalam Penjelasan Umum UU BUMN, Bab VI, Paragraf II, Pembentukan UU
BUMN tersebut antara lain dimaksudkan untuk memenuhi visi pengembangan BUMN di
masa yang akan datang dan meletakkan dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate governance). Lebih lanjut Bab VI, Paragraf III juga
menyebutkan bahwa UU BUMN juga dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan dan
kinerja dan nilai (value) BUMN, serta menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan
pengeksploitasian di luar asas GCG. Dengan demikian, dari Penjelasan Umum tersebut
nampak bahwa UU BUMN memberikan aturan yang dapat digunakan sebagai pedoman
untuk mengelola 62 Persero secara baik berdasarkan pada prinsip-prinsip GCG yaitu
40
Terbatas Terbuka)
Perseroan terbuka (selanjutnya disebut PT.Tbk) adalah suatu PT yang sahamnya
dijual ke masyarakat luas melalui bursa dalam rangka sebagai salah satu cara untuk
memupuk modal dengan jalan menghimpun modal dari masyarakat melalui bursa saham.
Itulah yang dewasa ini dikenal dan disebut-sebut sebagai PT “go public”, atau yang lebih
tepat sebagai “PT yang melakukan penawaran umum” (public offering) atau yang
(Perusahaan Perbankan)
terjadinya reformasi dan timbulnya berbagai inisiatif untuk memperkuat ekonomi nasional
dan kerjasama regional termasuk kerjasama di ASEAN tahun 2015. Kerjasama tersebut
diantaranya meliputi kerjasama di bidang tata kelola perusahaan atau corporate governance.
41
C. Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam
Indonesia
Terbatas
Istilah stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI)
pada tahun 1963. Stakeholder didefinisikan sebagai “any group or individual who can affect
merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi oleh proses pencapaian
tujuan organisasi. Tanggung jawab perusahaan yang semula fokus pada indikator ekonomi
(economic focused) dalam laporan keuangan, saat ini telah bergeser dan lebih
maupun eksternal. Pihak-pihak terkait dimaksud terdiri atas pihak internal yang bertugas
mengelola perusahaan dan pihak eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur dan lain-
lain. Idealnya pihak internal yang mungkin terdiri dari direktur, para pekerja dan manajemen
akan menerima gaji dan imbalan lainnya dalam jumlah yang wajar; sementara para pemegang
saham seharusnya menerima pengembalian (return) atas modal yang mereka investasikan.
42
Tata hubungan yang sedemikian itulah yang ingin diwujudkan oleh corporate
governance.
Organ dan struktur tata kelola perusahaan terdiri dari RUPS, dewan komisaris dan
direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif. Kepengurusan PT
di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard system) yaitu dewan komisaris dan
direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya
untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
dewan komisaris dan direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi dan nilai-
nilai perusahaan.138 Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya, dewan komisaris wajib membentuk paling kurang: Komite Audit, Komite
Pemantau Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi. Berikut ini tugas masingmasing
43
a. Peran dan Tanggungjawab Rapat Umum Pemegang Saham
RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk
mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam
kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang
saham tidak dapat melakukan intervensi dalam tugas, fungsi dan wewenang dewan
c. Peran dan Tanggungjawab Direksi Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan
anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan
44
d. Peran dan Tanggungjawab Karyawan Karyawan merupakan sumber daya manusia
(selanjutnya disebut SDM) bagi perusahaan merupakan asset yang tak ternilai
harganya. Maju mundurnya perusahaan sangat bergantung pada kualitas SDM yang
dimiliki. Bahkan daya saing perusahaan sangat ditentukan oleh adanya SDM yang
andal. Banyak perusahaan yang bangkrut dan akhirnya ditutup karena kurang
undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan
memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan masyarakat.
Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi untuk dapat
45
2) Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam
konsisten.
Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena
dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial
terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem
keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan
46
BAB III
PEMBAHASAN
Laporan tahunan adalah media perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder
yang berisikan laporan atas segala kegiatan perusahaan selama satu tahun, termasuk atas
tahunan disampaikan oleh direksi kepada para pemegang saham dalam RUPS sebagai
gambaran kinerja dan perkembangan PT selama satu tahun. Laporan tahunan merupakan
perusahaan) oleh manajemen suatu badan usaha dan merupakan sumber informasi yang
signifikan dalam mencapai sarana akuntabilitas publik. Laporan tahunan dibuat oleh
terlindungi.
47
Manfaat dari laporan tahunan terdapat dari informasi yang ada dalam laporan tahunan
(annual report) menjadi dasar utama bagi para pengambil keputusan seperti shareholder dan
stakeholder. Hal ini dikarenakan laporan tahunan (annual report) perusahaan merupakan
sumber informasi bagi para investor untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.
Selain itu, laporan tahunan (annual report) perusahaan menjadi laporan pertanggungjawaban
pihak manajemen kepada pemegang saham atas pengelolaan sumber daya perusahaan.
Laporan tahunan dapat membangun citra dan reputasi perusahaan karena laporan merupakan
Laporan tahunan dapat menjadi alat komunikasi pemasaran yang efektif karena
banyaknya investor yang mempelajari laporan tahunan sebelum melakukan investasi dalam
perusahaan. Pemberian informasi salah satunya didapat dari laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan pada prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari pasar modal. Informasi yang berdasarkan prinsip keterbukaan akan dapat
fakta materil atau tidak merata, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa
juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang-
orang tertentu.
48
3. Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbatas (Tertutup)
Yang dimaksud dengan PT (Tertutup) adalah PT yang didirikan dengan tidak ada
maksud menjual sahamnya kepada masyarakat luas (bursa). Dengan kata lain, PT itu
didirikan tanpa sedikit pun bertujuan untuk menghimpun modal (asosiasi modal). Beberapa
sarjana menamakan pula bentuk ini sebagai “PT. Keluarga”, disebabkan PT demikian itu
umumnya sahamnya terbatas hanya dimiliki diantara kalangan keluarga. Akan tetapi, tidak
selamanya PT (Tertutup) itu identik dengan PT. Keluarga, tetapi ada pula diantara pemegang
pengesahan laporan keuangan serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris dilakukan
oleh RUPS. Keputusan atas pengesahan laporan keuangan dan persetujuan laporan tahunan
ditetapkan berdasarkan ketentuan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar perseroan. Dalam
hal laporan keuangan yang disediakan akan tidak benar dan/atau menyesatkan, anggota
direksi dan anggota dewan komisaris secara tanggung renteng bertanggung jawab terhadap
pihak yang dirugikan. Anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris dibebaskan dari
tanggung jawab apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya.
Sebaliknya apabila anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris melakukan kesalahan,
tetapi juga tidak bebas dari pertanggung jawaban akibat kesalahan tersebut.
49
Standar Laporan Tahunan Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk) PT.Tbk itu
merupakan salah satu bentuk dari Perseroan Publik, menurut Pasal Pasal 1 angka (8) UUPT
2007, yang dimaksud dengan Perseroan Publik adalah: “Perseroan yang memenuhi kriteria
jumlah pemegang saham dan modal disetor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pasar modal.” Terhadap PT.Tbk sesuai dengan ketentuan pasal 68 ayat
(1) huruf c menyatakan laporan keuangan yang terdapat didalam laporan tahunan terlebih
dahulu disampaikan kepada akuntan pubik sebelum ke RUPS untuk mendapat pengesahan
atas laporan keuangan tersebut. Adapun standar laporan tahunan atas PT.Tbk diberlakukan
Bapepam dan LK X.K.6) 1 agustus 2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
Pada dasarnya konsep itu mengandung dua pengertian. Yang pertama, manejemen kerap kali
organisasi perusahaan.
50
Dalam pengertian yang lebih khusus manajemen diartikan sebagai proses yang
para manajer dalam sebuah organisasi, agar tujuan yang telah ditentukan dapat diwujudkan.
2. Dewan Komisaris
Laporan tahunan mempunyai tujuan utama sebagai bentuk laporan publikasi secara
keadaan laba atau rugi yang dialami perusahaan selama satu tahun yang sedang berjalan.
Karena itulah penerbitan laporan tahunan dilakukan pada akhir tahun atau memasuki awal
tahun tahun berikutnya. Dengan posisinya yang penting bagi strategi publik relation
perusahaan ini maka dalam laporan tahunan juga dimuat berbagai kemungkinan prospek
dalam bisnis serta kemungkinan keuntungan untuk investasi yang bisa diharapkan di masa
depan, yang bisa terjadi tahun depan atau tahun-tahun setelahnya. Karena itulah suatu
kelaziman jika sebuah laporan tahunan dibuat secara baik, rapi, sistematis serta dapat
dipertanggung jawabkan semua isi laporan yang ada di dalamnya. Berdasarkan pasal 67
UUPT 2007 “dinyatakan laporan tahunan perseroan ditandatangani oleh semua anggota
direksi dan anggota dewan komisaris yang menjabat pada tahun buku yang bersangkutan dan
disediakan di kantor Perseroan sejak tanggal panggilan RUPS untuk dapat diperiksa oleh
pemegang saham”.
51
Berdasarkan penjelasan pasal ini, penandatanganan laporan tahunan merupakan
melaksanakan tugasnya. Berkaitan dengan ketentuan tersebut, anggota direksi dan anggota
dewan komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila laporan keuangan yang
terdapat didalam laporan tahunan yang disediakan tidak benar atau menyesatkan. Namun,
apabila terbukti bahwa keadaan tersebut bukan karena kesalahannya, anggota direksi dan
anggota dewan komisaris dapat dibebaskan dari tanggung jawab tersebut. Dewan komisaris
mengenai hubungan antara perseroan dengan para pemangku kepentingan lainnya dalam
3. Komite Audit
Komite audit sebagai bagian dari dewan komisaris memiliki peran dalam pencapaian
tujuan penerapan GCG. Kaitan antara Komite Audit dan corporate governance adalah bahwa
komite audit bertanggung jawab pada tata kelola perusahaan, yaitu memastikan, bahwa
perusahaan telah dijalankan sesuai undangundang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
52
4. Satuan Pengawas Internal
Satuan pengawas internal atau juga biasa disebut di beberapa perusahaan dengan sistem
pengendali internal yang merupakan kumpulan dari pengendalian internal yang terintegrasi,
berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dalam bidang pengawasan
satuan pengawas internal (selanjutnya disebut SPI) perusahaan merupakan pelaksanaan dari
sistem pengawasan perusahaan. Dalam pelaksana tugasnya komite audit bertanggung jawab
untuk pengawasan perusahaan menyangkut pemahaman tentang berbagai hal yang berpotensi
proses 110 pengawasan yang dilakukan satuan pengawas internal. Mulyadi dalam bukunya
menyebutkan bahwa pengawasan internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
manajemen.
5. Auditor Independent
Peraturan pasar modal yang menyangkut akuntan publik atau sering disebut
Pasar Modal.
Passar Modal.
53
c. Peraturan Nomor X.J.1 tentang Laporan Kepada Bapepam Oleh Akuntan.
dapat diberikan Kantor Akuntan Publik (selanjutnya disebut KAP) mencakup, tetapi tidak
a. Jasa Audit Laporan Keuangan Jasa audit atas laporan keuangan ialah melakukan audit
umum atas laporan keuangan untuk memberikan pernyataan pendapat tentang kewajaran
laporan keuangan suatu entitas ekonomi dihubungkan dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum mencakup pernyataan Standar
Indonesia dan standar atau praktik akuntansi yang berlaku umum (sepanjang yang belum
diatur dalam PSAK). Pernyataan pendapat yang diberikan oleh auditor independent
b. Jasa Audit Khusus Di samping audit umum atas laporan keuangan, KAP juga
memberikan jasa audit khusus, sesuai dengan kebutuhan. Audit khusus dapat memberikan
audit atas akun atau pos laporan keuangan tertentu yang dilakukan dengan menggunakan
prosedur yang disepakati bersama, audit laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu
basis akuntansi komprehensif. Selain proses akuntansi yang berlaku umum, audit atas
54
c. Jasa Atestasi Jasa atestasi diberikan KAP berkaitan dengan penerbitan laporan yang
memuat suatu kesimpulan tentang keandalan asersi (pernyataan) tertulis yang menjadi
tanggung jawab pihak lain, dilaksanakan melalui pemeriksaan, review dan prosedur yang
disepakati bersama. Asersi yang menjadi obyek dalam penegasan atestasi dapat berupa
melaksanakan program ini KAP tunduk pada standar Atestasi dalam SPAP.
d. Jasa Review Laporan Keuangan Review laporan keuangan merupakan suatu jasa yang
diberikan KAP untuk memberikan keyakinan terbatas yang diberikan KAP untuk
memberikan keyakinan terbatas bahwa tidak terdapat modifikasi matrial yang harus
dilaksanakan agar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum atas basis akuntansi komprehensif lainnya. Review dilakukan melalui prosedur
pengajuan pertanyaan dan analisis dengan berpedoman pada Standar Jasa Akuntansi dan
e. Jasa Kompilasi Laporan Keuangan KAP dapat melakukan kompilasi laporan keuangan
berdasarkan catatan data keuangan serta informasi lainnya yang diberikan manajemen suatu
entitas ekonomi. Dengan kompilasi ini, KAP tidak memberikan pernyataan pendapat
mengenai kewajiban laporan keuangan atas suatu keyakinan apapun terhadap laporan
tersebut.
55
Tanggung jawab atas laporan keuangan sepenuhnya tetap berada pada manajemen entitas
ekonomi yang bersangkutan. Pelaksanaan kompilasi laporan keuangan oleh KAP dilakukan
berpedoman pada Standar Jasa Akuntansi dan Review yang terdapat dalam SPAP.
f. Jasa Konsultasi Jasa konsultasi yang diberikan KAP mencakup berbagai bentuk dan
bidang sesuai dengan kompetensi Akuntan Publik. Jasa yang diberikan KAP bervariasi
mulai dari jasa konsultan umum kepada manajemen, perancangan sistem dan implementasi
pelaksanaannya merger dan akuisisi. Dalam pemberian jasa konsultasi ini KAP berpegang
g. Jasa Perpajakan KAP juga memberikan jasa professional dalam bidang perpajakan. Jasa
yang diberikan mencakup tetapi tidak terbatas pada konsultasi umum perpajakan,
RUPS adalah organ yang tidak dapat dipisahkan dari perseroan. Melalui RUPS
kontrol terhadap kepengurusan yang dilakukan Direksi maupun terhadap kekayaan serta
56
RUPS harus dilakukan dengan tepat dan transparan. Pengambilan keputusan RUPS harus
dilakukan secara wajar dan transparan dengan memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk
menjaga kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas
pada:
a. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri
dari orang-orang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan.
dan Direksi, perlu dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan dengan GCG.
Kualitas laporan yang disajikan oleh direksi sudah tentu wajib memenuhi standar
ketentuan yang berlaku umum serta dilakukan dengan prinsip fiduciary duty. Laporan yang
wajib mendapatkan persetujuan dari RUPS yang merupakan kewenangannya adalah laporan
tahunan sedangkan laporan keuangan yang menjadi bagian dari laporan tahunan wajib
mendapatkan pengesahan dari RUPS serta laporan tugas pengawasan dewan komisaris.
Beranjak dari ketentuan pasal 78 ayat (3) UUPT 2007 dalam RUPS tahunan dikatakan bahwa
terdapat di dalam Pasal 66 ayat (2) UUPT 2007 dalam jangka waktu yang ditentukan oleh
UUPT yakni paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku berakhir.
57
Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan
yang diharuskan oleh perusahaan sesuai dengan aturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan
yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-
LK), yang kini diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan) Nomor: KEP-347/BL/2012 tentang
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Sedangkan
voluntary disclosure merupakan penyampaian informasi yang dilakukan secara sukarela oleh
Pasal 1 angka (4), (5) dan (6) UUPT 2007 mengatur definisi yang dimaksud dengan
ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
direksi dan dewan komisaris. Sedangkan direksi adalah organ perseroan yang bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan, serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
58
Direksi PT dalam menjalankan tugasnya mempunyai wewenang yang diatur dalam ketentuan
pengertian direksi dalam PT adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan anggaran dasar. Berikut uraian tugas-tugas yang masih menjadi tanggung jawab
1. Dalam laporan tahunan salah satunya memuat laporan keuangan, dimana kewajiban
untuk menyerahkan laporan keuangan untuk di audit dan memuat pernyataan mengenai
pertanggung jawaban atas laporan yang dibuat oleh Direksi. Sebelum laporan disampaikan ke
RUPS dan Bapepam-LK maka Direksi wajib menyerahkan neraca dan laba rugi yang terdapat
di laporan keuangan kepada audit independent KAP. Pasal 66 ayat (4) UUPT 2007: “Neraca
dan laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a bagi Perseroan yang wajib diaudit, harus disampaikan kepada Menteri sesuai
Peraturan Nomor X.K.6, tentang Laporan Keuangan Tahunan yang telah diaudit wajib
disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia serta wajib memuat
59
a. Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
2) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud wajib ditandatangani oleh Direktur Utama dan
seorang Direktur yang membawahi bidang akuntansi atau keuangan, dan bermeterai cukup
dan;
3) Surat pernyataan wajib dilekatkan pada laporan keuangan yang disampaikan kepada
Bapepam;
4) Mengenai bentuk tanggung jawab atas laporan yang disajikan maka ditentukan Direksi
Emiten atau Perusahaan Publik secara tanggung 127 renteng bertanggung jawab atas
pernyataan yang dibuat sebagaimana dimaksud pada angka 2 peraturan ini termasuk kerugian
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usaha perusahaan pada seluruh
tingkatan dan jenjang manajemen. Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan
perseroan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT 2007 yaitu dalam hal
baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi.
60
Dewan komisaris juga bertanggung jawab kepada RUPS dan tugas presiden komisaris
adalah mengkoordinasikan kegiatan dewan komisaris. Secara kolektif tugas dewan komisaris
adalah melakukan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang dilakukan oleh direksi
perusahaan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam. Dewan
komisaris secara terus menerus memantau efektivitas kebijakan perusahaan, kinerja dan
proses pengambilan keputusan oleh direksi, termasuk pelaksanaan strategi untuk memenuhi
harapan para pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya. Hasil pengawasan
disertai kajian dan pendapat dewan komisaris disampaikan dalam RUPS sebagai bagian dari
penilaian kinerja direksi. Dalam pasal 116 ayat (1) huruf c menyebutkan tugas dewan
komisaris ialah memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama
tahun buku yang baru lampau kepada RUPS, dikaitkan dengan tugas dewan komisaris maka
elemen dari tugas pengawasan dewan komisaris dalam laporan tahunan adalah:
Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun
buku Perseroan berakhir. Jelas dalam pasal ini peran serta dewan komisaris yang
menjadi salah satu tugasnya ialah “menelaah” laporan tahunan yang telah
61
Melalui laporan direksi dan komite audit, dewan komisaris memantau dan
laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS. Dewan komisaris
Laporan pertanggungjawaban dewan komisaris ini akan menjadi bagian dari laporan
tahunan yang akan disetujui bersama oleh para pemegang saham di dalam RUPS.
laporan tugas pengawasan dewan komisaris dilakukan oleh RUPS sebagaimana sesuai
komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng apabila laporan keuangan yang
disediakan tidak benar atau menyesatkan. Namun, apabila terbukti bahwa keadaan
tersebut bukan karena kesalahannya, anggota direksi dan anggota dewan komisaris
62
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konvensional Di Indonesia.
63
Selain diatur dalam peraturan perundang-undangan GCG juga diatur dalam
pemegang saham publik atau investor. Sebab, hanya Direksi yang dapat
kesalahan dan informasi yang tidak benar dan kesalahan yang material
64
Direksi juga harus memperhatikan, berpegang dan berpedoman pada
maksud dan tujuan anggaran dasarnya (ultra vires) sebagai dasar dalam
65
perusahaan lainnya berdasarkan ketentuan dan regulasi yang berlaku serta
akurat dan dapat diperbandingkan serta dapat diakses oleh pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
tahunan 2015 atas kejelasan struktur organisasi dan tugas serta tanggung
GCG yang dikeluarkan oleh OECD 2004 dan KNKG 2006 Perseroan
66
c. Prinsip Tanggung Jawab (Responsibility), Implementasi prinsip
jawab sosial selama tahun 2015 sudah menerapkan apa yang diminta
untuk secara teratur meninjau praktek tata kelola perusahaan sesuai dengan
67
d. Prinsip Kemandirian (Independency), Perseroan dikelola secara
dengan setara dan wajar sesuai manfaat dan kontribusi yang Perseroan
terima, jelas terlihat bahwa PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak membeda-
68
B. SARAN
nilainilai prinsip GCG hendaknya semakin disambut baik oleh manajemen dan
pelaku usaha dengan baik. Konsistensi penerapan prinsip GCG pada badan
2. Dalam menerapkan nilai-nilai GCG, keyakinan yang kuat akan manfaat dari
penerapan GCG yang baik akan menjadi motivasi setiap unsur manajemen
pada internal perusahaan namun juga membawa good image dan kepercayaan
69
Melalui penerapan yang konsisten, tegas dan berkesinambungan dari
perusahaan dalam satu tahun beroperasional. Hal ini tidak lain untuk
serta memberikan citra yang baik bagi calon investor dan patuh terhadap
dasar GCG.
70
DAFTAR PUSTAKA
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Hukum Perdata
INTERNET
http://bismar.wordpress.com/2009/12/23 /,.
Daniri, Achmad Mas, Angela Indrawati Simatupang, “Langkah Jitu Peenerapan GCG Yang
Efektif”, http://madani-ri.com/web/?p=103 ,.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6890/penerapan-igood-corporategovernance-i-
sebagai-budaya-perusahaan#_ftn5, .
2007”, artikel di Newsletter, edisi No. 23/VI/Desember 1995 Etty Retno Wulandari (Advisor
Senior Otoritas Jasa Keuangan), dalam Diskusi Panel Universitas Trisakti “Transformasi
71