Jurnal LK-III Revisi
Jurnal LK-III Revisi
Advancetraining
HIMPUNANMAHASISWAISLAM(HMI)BADKOSULSELBAR
PlatfromHMIdiTengahRitmePerjuanganUmmatIslamIndonesia
RahmatHTais1
HMICabangTernate2
rahmatperwai@gmail.com3
KataKunci:Pergerakan,Islam,Indonesia,HMI
I. Pendahuluan
Perjuangan ummat Islam indonesia dari sebelum kemerdekaan negara kesatuan
republik
indonesia, sampai pada kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia, tidak pernah
surut, sebelum kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia, ummat Islam
memperjuangkan kemerdekaannya melalui organisasi-organisasi politik maupun
organisasi kemasyarakatan, dalam perjuangan itu kemudian melahirkan
organisasi-organisasi seperti, Jam’iyatul Khair, SDI
kemudian
berubah
nama
menjadi
SI,
Al Irsyad Al Islamiyah, Persis, Muhammadiyah, NU, Ma jelis Islam A’la Indonesia
(MIAI), Masyumi dan masih banyak lagi, masing-masing organisasi ini memiliki basis
pemikiran yang berbeda dan konsep yang berbeda pula mengenai,
ekonomi,
politik,
dan
kehidupan bernegara, basis pemikiran organisasi-organisasi ini tidak terlepas dari
tokoh-tokoh pemikir dunia yang mulai menyuarakan kebangkitan Islam pada tahun
1800-an,
seperti
seperti,
Jamaludi
Al-Afgani,
Mohammad
Abduh,
Muhammad
Bin
Abdul
Wahab, Mohammad Ikbal, Mirza Ghulam Ahmad, Syed Ameer Ali, Taba’tabai, Hasan
Al-Banna, Syed Qutub, Mohammad Ali, Ali Abdul Raziq1 dan masih banyak lagi,
beberapa organisasi Islam di indonesia memiliki geneologi pemikiran yang
jelas
dengan
para pimikir ini, yang kemudian sangat mempengaruhi cara pandang mereka tentang
hubungannegaradanagama.
dilarang pada era Presiden Sukarno akan dibangun kembali oleh kalangan modernis
Islam. Harapan untuk bangun kembali bagi Partai Masyumi tidaklah mengada-ada,
karena rezim Orde Baru telah membebaskan tokoh-tokoh Masyumi yang telah
dipenjarakan oleh Sukarno, seperti Muhammad Natsir, Syafruddin Prawiranegara,
MohammadRoem,KasmanSingodimejo,PrawotoMangkusasmitodanBuyaHamka.
Sayangnya,
suasana
romantisme
yang
terbangun
antara
umat
Islam
dan
pemerintah Orde
Baru tidak berjalan lama, karena Soeharto sebagai pemimpin baru Indonesia memiliki
pandangan tersendiri terhadap Islam dan telah menyiapkan berbagai kebijakan politik
yang
tidak
berpihak
pada
umat
Islam
Indonesia.
Diberlakukannya
asas
tunggal
Pancasila
pada
tahun
1985
adalah
merupakan
puncak
deIslamisasi
rezim
Orde
Baru
terhadap
Islam
sebagaiideology.2
Semenjak reformasi tahun 1998, bisa dikatakan aspirasi politik masyarakat Islam kian
terbuka dan tumbuh dalam peta politik nasional Seiring terus berlangsungnya iklim
perubahan
yang
dimulai
dari
era
reformasi,
nilai-nilai
Islam
(sebagai
ushuliyyah)
menjadi
perbincangan dan prinsip yang lebih mengakar dalam masyarakat Islam di Indonesia,
khususnya apa yang selama ini disebut sebagai tumbuhnya gerakan keagamaan yang
cenderung
fanatis
dan
fundamentalistik.
Pemahaman
yang
fundamentalistik
kian
hari
kian
tumbuh dalam
idealisme
di
sebagian
masyarakat
Islam
di
Indonesia.
Bahkan
pemahaman
2
D
armawijaya:IslamDanKekuasaanOrdeBaru:MembacaKembaliPolitikDe-IslamisasiSoeharto(Sosiologi
Reflektif,Volume10,N0.1Oktober2015)
itu kemudian menjadi
sebentuk
gerakan
massif
yang
melandasi
munculnya
Ormas-ormas
keIslamanbaru.3
Untuk
melihat
keterkaitan perjuangan
HMI
dengan
dinamika
gerakan
ummat
Islam
indonesia,
kita
harus menelusuri sejarah berdirinya HMI, dan secara tersurat terformulasikan dalam rumusan
tujuan
pertama
HMI,
yaitu
“ 1.
mempertahankan
NKRI
dan
mempertinggi
derajat
rakyat
Indonesia
2.
Meneggkan
dan
mengembangkan
ajaran
Islam.
Tentu
penegasan
tujuan
ini
adalah
sebuah
upaya
untuk keluar dari kondisi bangsa, agama dan rakyat saat itu yang mengalami, 1. Penjajahan
belanda
atas
indonesia
dan
tuntunan
perang
kemerdekaan,
2.
Kesenjangan
dan
kejumudan
ummat
Islam dalam pengetahuan,
pemahaman,
penghayatan,dan
pengamalan
ajaran
Islam,
3.
Kebutuhan
dan pemahaman dan penghayatan keagamaan, 4 muncul polarisasi politik, 5.
Berkemnya
faham
dan ajaran komunis, 6. Kedudukan perguruan
tinggi
dan
dunia
kemahasiswaan
yang
strategis,
7.
Kemajemukanbangsaindonesia,dan8.Tuntunsnmodrnisasidantantanganmasadepan.4
Kemudian selanjutnya dalam rangka merespon dinamika Ummat dan bangsa HMI merubah
tujuannya Pada kongres dibandung, oktober 1955, tujuan HMI menjadi “ikut
mengusahakan terbentuknya
manusia
akademis.
Pencipta
dan
pengabdi
yang
bernafaskan
Islam”. Dan pada kongres HMI di palembang, oktober 1971, redaksi tujuan HMI
diperbaiki menjadi, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
ALLAHSWT”.
Aktivitas
HMI
yang
berdialektika
dengan
kehidupan
bangsa
indonesia
yang
di
dalamnya
terdapat
mayoritas
ummat
Islam,
mengharuskan
HMI
harus
berperan
secara
seimbang
antara
menciptakan
kaderummatdankaderbangsa.
II. MetodePenelitian
Metode Penelitian menggunakan Mentode penelitian Studi Pustaka, yang sumber informasi dan
datanyadiambildaribukudankaryaIlmiahsepertiJurnalyangberhubungandengantulisanini.
3
IsmatillahA.Nu’ad:GerakanIslamKonteksLokalDanGlobal;ResponPemikiranSosialPolitikDan
EkonomiAktivisGerakanIslamDiIndonesia,(UniversitasParamadinaJakarta: VolumeIXNomor1Januari-
Juni2016)
4
.AgusSalimSitompul,PemikiranHimpunanMahasiswaIslam(HMI)tentangkeIslaman-Keindonesiaan
1947-1997,
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. Studi pustaka
merupakan metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan
informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
foto-foto,
gambar,
maupun
dokumen
elektronik
yang
dapat
mendukung
dalam
proses
penulisan.”Hasil
penelitian
juga
akan
semakin
kredibel
apabila
didukung
foto-foto
atau
karya
tulis
akademik
dan
seni
yang
telahada.”(Sugiyono,2005:83).
III. HasilPenilitian
Hasil penitian dari tulisan ini menunjukkan bahwa, dalam sejarah pergerakan ummat
Islam Indonesia, selalu terjadi pertentangan
antara
kelompok
Islam
dan
kelompok
yang
menamakan dirinya sebagai sekuler, Kaitanya Himpunan
Mahasiswa
Islam
HMI
dalam
pola pergerakannya, HMI selalu berusaha menjaga keseimbangan dan tidak mau
terpolarisasi dalam gerakan Islam
tertentu
dengan
basis
ideologi
tertentu,
dalam
konsep
pergerakannya HMI tidak mempertentangkan antara pancasila dan Islam, justru HMI
memandang pancasila sebagai doktrin Islam, sebagaimana yang terdapat dalam
Mukaddimah HMI, kaitannya dengan tujuan HMI dan di Kongritkan pergerkan itu
Status,FungsidanPeranHMI.
IV. Pembahasan
1. GerakanUmmatIslamIndonesia
Abad ke-20 atau abad ke-14 hijriah di proklamasikan oleh ummat islam seluruh dunia
sebagai abad kebangkitan Islam. Proklamasi ini di latarbelakangi oleh persepsi tentang
keterpurukan peradaban Islam di seluruh
dunia.
Indikatornya
adalah
pertama,
penjajahan
bangsa-bangsa muslim oleh bangsa-bangsa barat. Kedua kemiskinan yang melanda
masyarakat. Keterbelakangan kultural karna tertutupnya pintu ijtihad. Keempat
praktik-praktikpenyimpanganperilakuummatdariajarannyayangmurniatauautentik.
Melihat situasi itu, berhadapan dengan kejayaan Islam pada abad pertengahan, pemikir
modern
abad
ke-20
asal
india,
Syed
Ameer
Ali
mempertanyakan:
“mengapa
ummat
Islam
Mundur, sedangkan ummat lain mengalami kemajuan?” Jawabannya adalah: “karna
ummat Islam telah meninggalkan Al-Qur’an.” Persepsi itu di jawab dengan munculnya
pemikir-pemikir, baik dari kalangan ulama maupun cendikiawan didikan barat, dengan
slogan
“kembali
kepada
Al-Qur’an
dan
sunnah”
para
pemikir
itu
melontarkan
pandangan
mereka sendiri, seperti Jamaludi Al-Afgani, Mohammad Abduh, Muhammad
Bin
Abdul
Wahab, Mohammad Ikbal, Mirza Ghulam Ahmad, Syed Ameer Ali, Taba’tabai, dan
belakangan
muncul
tokoh
pemikir
yang lebih
muda,
seperti
Hasan
Al-Banna,
Syed
Qutub,
MohammadAli,AliAbdulRaziq.
Awal Gerakan Islam Indonesia berbentuk Aktivisme yang di tandai dengan berdirinya
Serikat Dagang Islam(SDI) pada tahun 1909, di bogor dan jakarta, yang di
pimpin
oleh
seorang priyayi muslim, Tirtoadisurjo dan tahun 1919 di solo yang di dirikan oleh Haji
Samanhudi. Berdirinya SDI boleh di sebut sebagai gejala indijenus, yaitu karna
merupakan
reaksi
terhadap
dominasi
ekonomi
oleh
kaum
tionghoa
di
indonesia.Tetapi
tak
lama kemudian, pada tahun 1913,SDI berganti nama menjadi Serikat Islam
(SI),
setelah
pimpinan
SDI
diambil
alih
oleh
H.O.S
Tjokroaminoto.
Pergantian
nama
itu
bukan
sekedar
pergantian
nama,
meainkan
corak
gerakan,
dari
gerakan
ekonomi
menjadi
gerakan
politik
yang
di
arahkan
kepada
perjuangan
membentuk
bangsa
dan
mencapai
kemerdekaan.
Pada
tahun1916Tjokroaminotomelahirkankonseptentangnationataubangsa5.
Gerakan kaum muslim Indonesia itu kemudian mendapat tantangan gerakan lain yang
mendasarkan
diri
pada
ideologi.
Yang
pertama
dari
soisalisme
atau
komunisme yang
pada
mulanya
menyusup
ke
dalam
SI
menjadi
SI
merah
dan
pada
tahun
1923
memisahkan
diri
dari menjadi partai komunis indonesia (PKI). Kedua adalah gerakan nasionalisme yang
dipimpin oleh cendikiawan sekuler didikan sekolah dan lembaga pendidikan tinggi
belandadibawahpimpinanseokarnopadatahun1927.
2. PemikiranUmmatIslamIndonesia
Pemikiran
Islam
yang
berkembang
secara
global
telah
ikut
mempengaruhi
perkembangan
pemikiran ummat Islam di Indonesia, diantara adalah Muhammadiyah didirikan pada
1992, yang menawarkan dua aspek pembaharuan. Pertama pembaharuan teologi, yaitu
pemurnian ajaran Islam dari praktik-praktik tradisional, seperti takhayul, bid’ah dan
khurafat,
menuju
pada
paham
tauhid
yang
semurni-murninya.
Kedua
pembaharuan
sosial,
dengan gerakan pendidikan dan pelayanan sosial. Pemikiran Muhammadiyah yang
terpengaruh oleh Pemikiran Muhammad Abdul Wahab, dengan gerakan purisifikasi
menuju Islam autentik atau Salafiyah ternyata mendapat tantangan dari kalangan
tradisional,
karna
mereka
khawatir
terhadap
terjadinya penggusuran
terhadap
tradisi
Islam
Indonesia yang dinilai sebagai kekayaan kultural dan intelektual yang telah mengakar
dalam budaya Indonesia. Pada tahun 1926 lahir Nahdatul Ulama (NU) yang berarti
5
M.DawamRaharjo:MerayakanKemajemukanKebebasandanKengsaan,(2010edisipertamacetakanke-i)
Hlm-11
“Kebangkitan
Ulama”,
yang
bertujuan
untuk
mempertahankan
doktrin
Ahl Al-Sunnah
Wa
Al-Jama’ah(Aswaja)yangdilaksanakandalamlembagapendidikantradisionalpesantren.
Disisi lain, pada dasawarsa 30-an , Mohammad Natsir seorang pemikir muda murid A.
Hasan Bandung, memberikan kontriusi
yang
sangat
penting
dalam
pemikiran
Islam
yang
dihasilkan oleh para filsuf muslim abad pertengahan. Tulisan-tulisan itu memberikan
kontribusi
terhadap
gerakan
renesains
Islam
sebagaimana
telah
terjadi
pada
masa
lampau.
Namun Natsir tidak berbicara mengenai aspek politik dan kenegaraan sampai sesudah
kemerdekaan.
Agagnya
Natsir
baru
baru
berbicara
mengenai konsep
negara
Islam,
setelah
mendapat
ilham
dari
filsuf
muslim pakistan
Mohammad
Ikbal
yang
mengilhami
berdirinya
negara
Islam
pakistan
itu.
Bahkan
dalam
ceramahnya
di
pakistan,
Natsir
justru
berapologi
bahwa pancasila itu adalah sebuah ideologi ummat Islam di Indonesia, walaupun
IndonesiatidakmenamakandirisebagainegaraIslam.
3. PerjuanganPolitikUmmatIslamIndonesia
Pada belahan kedua dasawarsa 50-an, muncul aspirasi negara Islam, ketika terbuka
kesempatan untuk membicarakannya dalam sidang konstituante. Natsir memberikan
pidato kunci tentang
konsep
negara
Islam,
baik
dari
kalangan
modernis
(Muhammadiyah
dan
Partai
Masyumi)
maupun
Kalangan
Tradisionalis
(khususnya
NU
dan
Perti).
Tampak
semua pemimpin Islam sepakat untuk mengusulkan Islam sebagai dasar dasar negara.
Namun yang menolak dari kalangan sekuler lebih banyak lagi, sehingga mencapai
jalan
buntu yang diselesaikan dekrit presiden 5 juli 1956. Tetapi, dalam dekrit presiden itu
piagam jakarta dinyatakan
sebagai
“menjiwai
dan
merupakan
rangkaian
kesatuan
dengan
piagam jakarta”. Dalam pemerintahan demokrasi terpimpin dan orde baru kesepakatan
luhur
itu ternya
dihianati hal
ini
menimbulkan
reaksi
berupa
tuntutan
untuk
menghidupkan
kembalipiagamjakarta.
Partai-partai Islam, terutama partai PPP, pada dasarnya masih ingin menghidupkan
kembali piagam jakarta tersebut. Namun, terdapat dua pola pendapat. Pertama, yang
menghendaki formalisasi piagam jakarta, yaitu penerapan syariat atau hukum Islam,
sebagai keharusan Konstitusional. Kedua, pemasukan unsur syriat kedalam
perundang-undangan dan hukum posituf, melalui proses demokratis, yaitu proses
parlementarian dalam pembentukan undang-undang, misalnyaUU perkawinan, UU
pendidikan,
UU
pengelolaan
Zakat,
UU
wakaf,
UU
Perbankan
dan
UU
moneter,
ketentuan
hukum
pidana
dan
hukum
perdata.
Pola
yang
kedua
tersebut
mengharuskan pembentukan
partai-partaiIslamuntukmendapatkanposisiformaldalambadanlegislatifdanEksekutif.
Pada dasawarsa 60-an, muncul isu baru yang diformulasikan sebagai persoalan strategi
dakwah yang di picu pertama-tama oleh buya hamka dalam majalah panji masyrakat
dengan serangkayan artikel sehingga menjadi sebuah isu nasional ummat Islam. Dari
perbincangan itu muncul suatu organisasi atau kelompok pembaharu. Pertama, yang
dimotori oleh oleh orang-orang muda, yaitu A. Marwan, seorang tokoh GPII dari solo,
Sudjoko
Prasodjo,
sularso,
dan
Widji
Saksono, yang berhasil
menarik
tokoh-tokoh
militer,
seperti Letjen Sudirman, Jendral polisi Sutjipto yudodihardjo, dan Letjen Sarbini.
Kelompok ini
melahirkan organisai
yang
bernama
PTDI
(Pengurus Tinggi
Dakwah
Islam).
Di
satu
pihak
organisasi
ini
bisa
menjadi
penghung
ummat
Islam
dengan pemerintah yang
pada
waktu
itu memojokkan
ummat
Islam
lewat
larangan
terhadap masyumi.
Dilain
pihak,
melairkan konsep baru dakwah yang kemudian di kenal sebagai
“da’wah
bi
hal”
(istilah
sebenarnya adalah da’wah bil lisan al-hal), yang menitikberatkan aksi-aksi
kemasyarakatan ke arah perubahan sosial. Pada waktu itu dakwah didefinisikan sebagai
“usuha perubahan masyrakat dari suatu kondisi ke kondisi yang lain yang lebih baik”,
melaluipendekatansosiologisdanpengembanganmasyarakat.
4. PolaGerakanUmmatIslam
Dari wacana yang berlangsung pada masa pergerakan tersebut, dua pola gerakan Islam,
yaitu gerakan politik yang berorentasi pada pembentukan negara Islam atau formalisasi
syariat Islam dan gerakan kultural yang lebih berorentasi
pada
pembentukan
masyarakat
dan peradaban. Belakangan dua pola itu disebut sebagai “Islam Politik dan Islam
Kultural”. Dua pola itu dapat dibedakan, namun sulit di pisah-pisahkan. Bahkan, lebih
tampak sebagai gerakan total, yaitu pembentukan masyrakat dan peradaban dan negara
sekaligus,sepertitampakdalampemikiranNatsir.
Dewasa
ini
ummat
Islam
menghadapi
dikotomi
utama
yang
sudah
beranjak
dari
dikotomi
“Modernis
– Tradisionalis”.
Pertama.
adalah
dikotomi
Islam
politik
versus
Islam
Kultural.
Kedua dikotomi Islam fundamentalis versus Islam Liberal. Ketiga. Dikotomi Islam
autentik atau purifikasi Islam dengan Islam Pribumi. Keempat, dikotomi antara Islam
Formalis dan Islam Substantif. Kelima, dikotomi antara Islam Skriptualis versus Islam
substantif. Seringkali, dengan beberapa isu kelima dikotomi itu sejalan. Misalnya Islam
politik
sejalan
dengan
Islam
fundamentalis,
sedangkan
Islam
Liberal
sejalan
dengan
Islam
Kultural. Islam Skripturalis sejalan dengan Islam formalis. Namun, ada juga kelompok
atau
kecenderungan
Islam
politik
yang
sejalan
dengan
pandangan
Islam
Liberal
atau
masih
ada Islam Liberal yang melakukan gerakan politik, tetapi melalui proses demokratisasi,
seperti tampak
ada
gejala
partai
amanat
nasional
( PAN
)
dan
Partai
Kebangkitan
Bangsa
(PKB) yang menolak paham negara Islam dan formalisasi piagam jakarta umpanya.
Sebaliknya, juga ada kecenderungan fundamentalisme yang menempuh dan
mengutamakan jalan demokrasi, seperti tampak dalam gejala partai keadilan sejahtra
(PKS),
Partai Bulan Bintang (PBB),
Dan
partai
Persatuan
Pembangunan
(PPP)
yang
masih
memperjuangkankembalinyapiagamjakartadalamkonstitusi.
5. KehadiranHMIDalamMeresponDinamikaUmmatdanBangsa
Dinamika
keummatan
dan
kebangsaan
di
indonesia
di
mulai
dari
jaman
pra-kemerdekaan
sampai pada Kemerdekaan ikut mempengaruhi alasan berdinya HMI,
sebagaimana
yang
telah dijelaskan diatas dinamika ummat Islam indonesia dari sisi politik, ekonomi
pendidikan dan kebudayaan mengalami kemuduran dengan adanya penjajahan bangsa
eropa pada dunia Islam, dan ummat Islam indonesia tidak terlepas dari penjajahan
tersebut, konsolidasi memperbaiki kehidupan ummat Islam dari sisi politik, ekonomi,
pendidikan dan kebudayaan, telah banyak melahirkan organisasi-organisasi Islam, baik
yang bergerak dalam politik, ekonomi, pendidikan maupun kebudayaan, salah satu
organisasi yang ikut terlibat dalam perbaikan kehidupan ummat adalah, organisasi
Himpuanan
Mahasiswa
Islam,
HMI
sejak
berdirinya
telah
menegaskan
tujuannya
melalui
kongres ke-I di yogyakarta pada november 1947 sebagai berikut: 1. Mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia 2.
Menegagkan dan mengembangkan syariat Islam, dari pernyataan tujuan ini kelihatan,
yang
dijadikan
objek
dan
fokus
adalah
agama,
negara,
dan
rakyat.
Dapat
dipahami,
karna
saat ini rupublik masih dipengaruhi oleh ajaran belanda dan kristenisasi mahasiswa dan
rakyat masih terjajah secara ideologis sehingga mengalami kejumudan intelektual.
Gempuran sekularisasi juga terjadi dalam kehidupan beragama. Pada saat yang sama,
rakyat bersiteng dengan belanda, yang bahkan satu kelahiran HMI masih melakukan
Agresi.
Pada kongres dibandung, oktober 1955, tujuan HMI menjadi “ikut mengusahakan
terbentuknya manusia akademis. Pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam”.
Perubahan ini terjadi karna kesadaran bahwa organisasi sepereti HMI yang
anggota-anggotanya adalah mahasiswa
atau
intelektual,
tidak
tepat
jika
berfungsi
sebagai
organisasi massa, apalagi sebagai kekuatan politik praktis. Maka disepakati untuk
memfungsikan HMI sebagai organisasi Kader, yang bertujuan membina anggota
anggotanya menjadi kader. Oleh sebab itu, fokus dan objek tujuan HMI adalah pribadi
atauindividuanggota.
Pada rumusan selanjutnya mulai terasa bahwa rumusan masih memiliki kekurangan,
belum menyebutkan apa funsi lebih lanjut dari manusi-manusia akademis, pencipta dan
pengabdi yang bernafaskan Islam tersebut, serta dibumi apa insancita ini hidup dan
bergerak. Maka pada kongres HMI di palembang, oktober 1971, redaksi tujuan HMI
diperbaiki menjadi, “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
ALLAHSWT”.Sampaisekarang.6
Dari perjalanan organisasi dan perubahan tujuan tersebut adalah upaya HMI dalam
merespon tantangan jaman dengan menyediakan kader-kader terbaik dalam rangka
mengabdikandirinyauntukAgamabangsadanNegara.
Dinamika politik bangsa indonesia di awal konsolidasi kemerdekaan sampai pada masa
kemerdekaan, terjadi tarik menarik ideogi antra kelompok nasionalis sekuler dan
nasionalis Islam, menjadikan bangsa ini khususnya ummat Islam berada dalam sebuah
dilema
besar
antara
memilih
menjadi
ummat
ataukah
warga
negara,
dalam situasi
itu
HMI
hadir dengan pikiran integralnya yaitu keislaman dan
keindonesian
yang
menyatu
dalam
diri seorang kader HMI dengan terintegrasinya antara pemikiran keIslaman dan
keindonesian HMI diatas titik temu pancasila dalam
kehidupan
bermasyrakat,
berbangsa
dan bernegara yang harmonis. Tidak terdapat kesenjangan antara keislaman dan
keindonesiaan, antara Islam dan pancasila, selaras dengan realitas sosial budaya bangsa
Indonesia dengan ciri utama pertumbuhan, perkembangan dan kemajemukan. Corak
pemikiran keIslaman-keindonesiaan HMI adalah substantif, proaktif, inklusif, integratif,
ilmiah dan modern.7 Pemikiran keIslaman-keindonesiaan adalah ideologi HMI,
menampilkan Islam yang bercorak khas indonesia. Pemikiran itu mampu melakukan
perubahan, sesuai dengan tuntunan kontemporer menuju masyarakat adil makmur yang
6
SaidMunurudin;BintangArasy,TafsirFilosofisdanGnostikTujuanHMI(dicetak;syahkualaUniversityPress
2015)Hlm-34
7
.Prof.DR.H.AgussalimSitompul;44IndidkatorKemunduranHMI(2005PenerbitCvMisakagaliza)Hlm-22
diridhoi ALLAH SWT masa depan indonesia baru seba gaimana yang dicita-citakan
seluruhrakyatindonesia.
6. MisiHMIDalamIntegrasiKeIslamandanKeindonesiaan
Hal
ini
kemudian
ikut
mempengaruhi
dialektika
pemikiran
ummat
Islam
antara
menerima
Pancasila sebagai dasar negara atau memperjuangkan
konsep
Islam
tentang
dasar
negara
republik
Indonesia,
konsekuensi
dari
dilema
itu
melahirkan
dua
pola
gerakan
Islam,
yaitu
gerakan politik yang berorentasi
pada
pembentukan
negara
Islam
atau
formalisasi
syariat
Islam dan gerakan kultural yang lebih berorentasi pada pembentukan masyarakat dan
peradaban. Belakangan dua pola itu disebut sebagai
“Islam
Politik
dan
Islam
Kultural”,
dua
pola
gerakan
ini
tidak
bisa
di
lepas
pisahkan
walaupun
berbeda
dalam
penekanannya,
namunsalingmelengkapi.
Dalam situasi
yang
demikan
itulah
kelahiran
HMI
menjadi
urgensi,
semangat
perjuangan
HMI
yang
di
landasi
dengan
nilai
Islam
yang
kemudian
itu
di
pertegas
didalam
konstitusi
HMI yakni berasaskan Islam, menjadi dasar pijakan, pikiran dan kebijakan organisasi
tanpa melupakan kapan dan dimana implementasi nilai Islam itu di lakukan, kehadiran
sebuah
organisasi
Islam
yang
memilih
mahasiswa
sebagai
penggerak
dan
bereksistensi
di
negara
kesatuan
republik
indonesia
merupakan
sebuah
keharusan
selain
sebagai
tanggung
jawabseorangmahasiswaIslamdalammengimplementasinilaiIslam.
V. Keseimpulan&Saran
1. Kesimpulan
Hubungan konstitusi HMI secara inetegral adalah sebuah petunjuk perjuang yang
strategis, dan ditafsirkan menggunakan nilai Islam yang tertuang dalam Nialai Dasar
Perjuangan.
2. Saran
Kader HMI dalam perjuangannya ditengah realitas sosial yang semakin komleks, harus
memahami betul terkait dengan identitasnya sebagai kader ummat dan kader bangsa,
sehingga dalam merespon perubahan pergerakan ummat dan bangsa seorang kader tidak
terjebak pada fenomena gerakan yang bersifat temporal dan tidak fisioner, untuk itu
disarankankepadasetiapkaderuntukmemahamikembalitentang:
a. Memahami misi keislaman HMI kaitannya dengan tujuan HMI dan realitas sejarah
perjalananummatIslamIndonesia
DaftarPustaka
AgusSalimSitompul,PemikiranHimpunanMahasiswaIslam(HMI)tentang
keIslaman-Keindonesiaan1947-1997,
M.
Dawam Raharjo : Merayakan
Kemajemukan Kebebasan dan Kengsaan, (2010 edisi
pertama
cetakanke-i)
Said Munurudin; Bintang Arasy, Tafsir Filosofis
dan
Gnostik
Tujuan HMI
(di
cetak;syah kuala
UniversityPress2015)
Prof. DR. H. Agussalim Sitompul; 44 Indidkator Kemunduran HMI
(2005
Penerbit Cv
Misaka
galiza)Hlm-22
Ismatillah A. Nu’ad : Gerakan Islam Konteks Lokal Dan Global; Respon Pemikiran Sosial
Politik Dan Ekonomi Aktivis Gerakan Islam Di Indonesia, (Universitas Paramadina Jakarta:
VolumeIXNomor1Januari-Juni2016)