Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.B.

K
DENGAN POST DEBRIDEMENT FRAKTUR CRURIS TERBUKA DEXTRA
DI RUANG IRINA A ATAS RSUP PROF. DR.R.D. KANDOU MANADO

Clinical Teacher :

Rollly Rondonuwu, M.Kep, Sp.KMB

Clinical Instructur :

Ns. Paula Pelealu, S.Kep

Di Susun Oleh ;

Ni Luh Puspina Sari

7114 4011 9076

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

DIII KEPERAWATAN

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR CRURIS TERBUKA DEXTRA

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan
oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Documentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya
kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku Luckman and
Sorensen’s Medical Surgical Nursing Suatu keadaan diskontinuitas jaringan struktural pada
tulang (Price 1985). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
(Purnawan junadi 1982).

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Struktur Tulang
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih
punya struktur yang sama. Lapisan yang paling luar disebut Periosteum dimana terdapat
pembuluh darah dan saraf. Lapisan dibawah periosteum mengikat tulang dengan benang
kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke tulang disebut korteks. Karena itu
korteks sifatnya keras dan tebal sehingga disebut tulang kompak. Korteks tersusun solid
dan sangat kuat yang disusun dalam unit struktural yang disebut Sistem Haversian. Tiap
sistem terdiri atas kanal utama yang disebut Kanal Haversian. Lapisan melingkar dari
matriks tulang disebut Lamellae, ruangan sempit antara lamellae disebut Lakunae
(didalamnya terdapat osteosit) dan Kanalikuli. Tiap sistem kelihatan seperti lingkaran
yang menyatu. Kanal Haversian terdapat sepanjang tulang panjang dan di dalamnya
terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui Kanal Volkman.
Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang dan membuang sisa
metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan akhir dari sistem
Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari tulang.Trabekulae ini
terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon yang didalam nya terdapat
bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua
macam yaitu bone marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses
hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam
proses fraktur bisa menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).

Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast
merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru. Osteosit adalah
osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang tua. Sel tulang ini diikat
oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut matriks. Matriks ini dibentuk oleh
benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral, dan substansi dasar (gelatin) yang
berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi, oksigen, dan sampah metabolisme antara
tulang daengan pembuluh darah. Selain itu, didalamnya terkandung garam kalsium
organik (kalsium dan fosfat) yang menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah
dalam tulang antara 200 – 400 ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang
(Black,J.M,et al,1993 dan Ignatavicius, Donna. D,1995).

2. Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan sering
menahan beban berat (Ignatavicius, Donna. D, 1995). Tulang panjang terdiriatas epifisis,
tulang rawan, diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan
tempat menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan
menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena tulang
rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang panjang yang
memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang melebar dari tulang
panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan daerah pertumbuhan tulang
selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan penutup tulang sedang rongga medula
(marrow) adalah pusat dari diafisis (Black, J.M, et al, 1993)

C. ETIOLOGI
1. Trauma langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian
tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah
tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh dengan lengan
dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/
ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan
tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses
penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)

E. MANIFESTASI
1. Nyeri
2. Perubahan bentuk
3. Bengkak
4. Peningkatan temperatur lokal
5. Pergerakan abnormal.
6. Krepitasi
7. Kehilangan fungsi

F. KLASIFIKASI FRAKTUR
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis , dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur.
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi.
b. Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur.
a. Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
1) Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
2) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan
kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
3) Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya
yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan mekanisme trauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah.
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

a. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
b. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga
disebut lokasi fragmen, terbagi atas:
1) Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping).
2) Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
3) Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).
6. Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
7. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
8. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
c. Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan
pembengkakan.
d. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman
sindroma kompartement.

G. KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang
sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu
kuat.

c. Fat Embolism Syndrom


Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah
rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi,
tachypnea, demam.

d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.

e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s
Ischemia.

f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
2. Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karenn\a penurunan
suplai darah ke tulang.

b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan
yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya
pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau
pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

c. Malunion
Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
a. X-Ray: Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau
PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada
indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi.
Perlu disadari bahwa permintaan x-ray harus atas dasar indikasi kegunaan
pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang
harus dibaca pada x-ray: Bayangan jaringan lunak. Tipis tebalnya korteks sebagai
akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi. Trobukulasi ada tidaknya
rare fraction. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
b. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain
tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang
kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
c. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di
ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
d. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
e. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal
dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan
tulang.
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5),
Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap
penyembuhan tulang.
3. Pemeriksaan lain-lain
a. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
b. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
c. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan
fraktur.
d. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
e. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada
tulang.
f. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

I. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu konservatif dan operatif. Kriteria
untuk menentukan pengobatan dapat dilakukan secara konservatif atau operatif selamanya
tidak absolut. Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:
1. Cara konservatif:
a. Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang.
b. Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.
c. Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal.
d. Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.
Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:

- Pemasangan Gips.
- Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal untuk skin traksi
adalah 5 Kg.
2. Cara operatif di lakukan apabila:
a. Bila reposisi mengalami kegagalan.
b. Pada orang tua dan lemah (imobilisasi  akibat yang lebih buruk).
c. Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.
d. Fraktur patologik.
e. Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.
Pengobatan operatif:

- Reposisi.
- Fiksasi.
Atau yang lazim di sebut juga dengan tindakan ORIF (“Open Reduction Internal
Fixation”). Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

- Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan


rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi
terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur
Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya
traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam
dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.

- Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi atau
di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan.
Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal. Fiksasi eksternal
meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan teknik gips atau fiksator
eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan
sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trokhanterik 10-12 minggu,
batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
- Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
 Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
 Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
 Memantau status neurologi.
 Mengontrol kecemasan dan nyeri
 Latihan isometrik dan setting otot
 Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
 Kembali keaktivitas secara bertahap.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN B.K DENGAN MASALAH POST

DEBRIDEMENT FRAKTUR TERBUKA CRURIS

A. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata

1. Nama : Tn. B.K

2. Usia / tanggal lahir : 17 tahun, 26/11/2003

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Airmadidi

5. Suku / Bangsa : Minahasa

6. Status pernikahan : Menikah

7. Agama / keyakinan : Kristen

8. Pekerjaan : Belum bekerja

9. Diagnosa medik : Post debridement fraktur cruris terbuka dextra

10. Tanggal masuk : 26 April 2021

11. Tanggal pengkajian : 03 Mei 2021

\B. Penanggung jawab

1. Nama : Ny. A.P

2. Usia : 17 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Pekerjaan : IRT

5. Hubungan dengan klien : Istri


B. KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri dibagian area fraktur

C. RIWAYAT KESEHATAN

A. Riwayat kesehatan sekarang

Pasien mengatakan nyeri dibagian area fraktur, dan tidak bisa menggerakan kakinya, dan

memerlukan tindakan medis, observasi serta pemenuhan kebutuhan dibantu sebagian atau

seperlunya

B. Riwayat kesehatan lalu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit lainnya

D. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang dianggap

berbahaya

E. Genogram

Genogram :

Genogram 3 Generasi
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal Serumah

: Garis Keturunan

Kesimpulan :

- Tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit lain yang dianggap berbahaya.
- Pasien tinggal serumah dengan keua orangtuanya

F. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum klien

Pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu : 36,6o C

2. Nadi : 66 x/menit

3. Pernafasan : 22 x/menit

4. Tekanan darah : 130/70 mmHg

5. Berat badan : 63 kg

6. Tinggi badan : 170 cm


C. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)

1. Kepala : bentuk bulat, kulit kepala bersih, rambut lurus, berwarna hitam, tidak

mudah rontok, dan tidak ada benjolan

2. Mata : bentuk simetris kanan dan kiri, kongjutiva tidak anemis, dilatasi pupil normal

3. Hidung : bentuk normal dan simetris, tidak terdapat lesi dan sekret

4. Gigi dan Mulut : mulut bersih, tidak ada gigi palsu, tidak terdapat karies gigi,

mukosa kering

5. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe tidak teraba

6. Dada :

- Inpeksi : bentuk dada normal, simetris antara kiri dan kanan

- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan

- Perkusi : sonor

- Auskultasi : suara nafas vesikuler(+)

7. Abdomen

- Inpeksi : bentuk simetris dan datar

- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan

- Perkusi : Tidak adanya asites pada abdomen, timpani

- Auskultasi : terdapat bising usus 12x/menit

8. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan dengan alasan prioritas pasien

9. Ekstremitas :

- Atas : simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat edema, ekstermitas atas

dapat digerakan
- Bawah : tidak simetris antara kiri dan kanan, terdapat edema, ekstermitas bawah

tidak bisa digerakan

G. AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Pola Persepsi dan Manajamen Kesehatan

Pasien mengatakan kesehatan itu sangat penting, jadi ketika ada anggota keluarga yang

sakit, akan segera dibawah ke RS atau puskesmas terdekat

2. Pola Nutrisi Metabolik

1. Keadaan sebelum sakit :

- pasien mengatakan makan teratur dengan nasi, lauk, dan sayur, frekuensi makan 3 kali

sehari, porsi makan dihabiskan

- pasien mengatakan minum teratur sesuai kebutuhan tubuhnya

2. Keadaan sejak sakit :

- pasien mengatakan makan teratur 3 kali sehari, porsi makan dihabiskan, terkadang

nafsu untuk makan menurun

- pasien mengatakan minum teratur sesuai kebutuhan tubuhnya

3. Pola Eliminasi

1. Keadaan sebelum sakit :

- pasien mengatakan BAB lancar, dengan frekuensi sekali sehari, dengan kriteria

berwarna coklat, kadang lunak dan keras

- pasien mengatakan BAK lancar, dengan frekuensi 3-4 kali sehari, dengan kriteria

berwarna kuning pekat


2. Keadaan sejak sakit :

- pasien mengatakan BAB menggunakan pempers dengan frekuensi sekali dalam

sehari

- pasien mengatakan BAK menggunakan kateter, dengan output urine 500 cc/hari

berwarna kuning pekat

4. Pola Aktivitas

1. Keadaan sebelum sakit : pasien mengatakan aktif dalam beraktivitas sehari-hari


2. Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasa
dikarenakan sakit yang dialaminya, dan beberapa aktivitas pasien dibantu oleh
keluarga

No Jenis kegiatan Mandiri Dibantu Dibantu total


sebagian
Makan v
1.
2. Mandi v
3. Berpakaian v

4. Kerapian v
5. BAB v
6. BAK v

5. Pola Istirahat dan Tidur


1. Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien biasanya jarang mengalami masalah
tidur, biasanya pola tidur pasien 24.00-07.00 (7 jam), pasien dikatakan jarang
untuk tidur diwaktu siang hari
2. Keadaan sejak sakit
Keluaga mengatakan pasien biasanya tidur jam 21.00-07.00. Pasien juga
mengatakan bahwa pada waktu tidur dimalam hari, pasien sering terbangun
6. Pola Kognitif Perseptual
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mengetahui akan identitasnya, mampu
berbicara normal, memori baik masih dapat mengingat, penciuman peraba,
pendengaran masih baik, pasien mengatakan semuanya masih berjalan dengan
baik atau normal, pasien mengatakan jarang memeriksakan kesehatannya di
pelayanan kesehatan
2. Keadaan sejak sakit
Tidak adanya gangguan atau masalah dalam memori karena pasien mengenal
akan anggota keluarga yang menjaganya, mengetahui apa yang terjadi sebelum
pasien dirawat di rumah sakit, mampu berbicara secara normal ketika diajak
komunikasi dengan perawat, pasien mengatakan selama dirawat, pasien
memperhatikan masalah kesehatannya
7. Pola Konsep Diri
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan merasa bahwa dirinya berarti bagi keluarga maupun orang
terdekatnya.
2. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang dari rumah sakit, pasien juga
mengatakan untuk tidak mengulangi membawa motor dengan kecepatan tinggi
dan akan memakai helm ketika mengendarai motor.
8. Pola Peran-Hubungan

1. Keadaan sebelum sakit


Pasien mengatakan bahwa pasien berstatus sebagai seorang suami didalam
keluarga dan tinggal bersama keluarganya
2. Keadaan sejak sakit
Pasien dirawat dirumah sakit dengan dijaga oleh istri, hubungan didalam keluarga
baik dengan adanya perhatian selama proses perawatan pasien
9. Pola Seksualitas-Reproduksi
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien sudah menikah, seksualitas masih aktif
2. Keadaan sejak sakit
Seksualitas menurun karena pasien sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit
10. Pola Koping-Toleransi Stress
1. Keadaan sebelum sakit
Keluarga mengatakan jika terdapat masalah didalam keluarga pasien biasanya
mengungkapkan kepada keluarga mengenai masalah yang biasanya dihadapi
2. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan menerima kondisi kesehatan yang dialaminya saat ini, dan
berharap akan adanya kesembuhan sehingga pasien bisa kembali pulih dan
beraktifitas
11. Pola Keyakinan dan Kepercayaan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan beragama Kristen Protestan dan mengikuti berbagai kegiatan
keagamaan
2. Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan tidak dapat mengikuti kegiatan ibadah karena dirawat dirumah
sakit, pasien berdoa untuk kesehatan dan penyakit yang dialami agar memeproleh
kesembuhan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1). Hasil Laboratorium (26-04-21)

Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan


HEMATOLOGY
Leuosit 10.8 4.0 – 10.0 10^3µL
Eritrosit 2.96 4.70 – 6.10 10^6µL
Hemoglobin 9.0 13.0 – 16.5 g/dL
Hematokrit 27.2 39.0 – 51.0 %
Trombosit 136 150 – 450 10^3µL
MCH 30.4 27.0-35.0 Pg
MCHC 33.1 30.0-40.0 g/dL
MCV 91.9 80.0-100.0 fL

ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Data Subjektif Agen Pencedera Fisik (D.0077)
 Pasien mengatakan (Trauma) Nyeri Akut
merasa nyeri pada
kakinya di area fraktur
P : Nyeri dirasakan
ketika digerakan atau
disentuh
Q : Nyeri dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
atau tertekan
R : Nyeri terjadi pada
dibagian area fraktur
cruris terbuka dextra,
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan
hilang timbul atau
tidak menetap

Data Objektif
 Pasien tampak
meringis
 Pasien tampak takut
menggerakan kakinya
 Pasien tampak gelisah
ketika area fraktur
dibersihakan atau
diganti perban untuk
fiksasi
 Pasien tampak lemah
 Pasien telah dilakukan
Tindakan post
debridement

Data Subjektif Kerusakan integritas tulang (D.0054)


 Pasien mengatakan Gangguan Mobilitas Fisik
tidak bisa
menggerakan kedua
kakinya
 Pasien mengatakan
susah untuk
beraktifitas
 Pasien mengatakan
merasa nyeri pada
kedua kakinya di area
fraktur

Data Objektif
 Pasien tampak lemah
 Pasien telah dilakukan
Tindakan post
debridement
 Terdapat fraktur cruris
2 x 4 cm terbuka
dextra
 Tampak area fraktur
pada kaki difiksasi
 Pasien tampak
terbaring ditempat
tidur

Data Subjektif Faktor mekanis (Post (D.0129)


- Pasien mengatakan Debridement Fraktur Cruris Gangguan Integritas
merasakan gatal Terbuka Dextra) Kulit/Jaringan
disekitar area fraktur

Data Objektif
 Pasien telah dilakukan
Tindakan post
debridement
 Terdapat fraktur cruris
2 x 4 cm terbuka
dextra
 Tampak area luka post
operasi berwarna
kemerahan
 Tampak area luka post
debridement
mengeluarkan cairan
 Leukosit 10.8

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ditandai dengan :


Data Subjektif
 Pasien mengatakan merasa nyeri pada kedua kakinya di area fraktur
P : Nyeri dirasakan ketika digerakan atau disentuh
Q : Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk atau tertekan
R : Nyeri terjadi pada bagian post debridement fraktur cruris terbuka dextra
S : Skala nyeri 6
T : Nyeri dirasakan hilang timbul atau tidak menetap
Data Objektif
 Pasien tampak meringis
 Pasien tampak takut menggerakan kakinya
 Pasien tampak gelisah ketika area fraktur dibersihakan atau diganti perban untuk
fiksasi
 Pasien tampak lemah
 Pasien telah dilakukan Tindakan post debridement

2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan integritas tulang ditandai


dengan :
Data Subjektif
 Pasien mengatakan tidak bisa menggerakan kedua kakinya
 Pasien mengatakan susah untuk beraktifitas
 Pasien mengatakan merasa nyeri pada kedua kakinya di area fraktur
Data Objektif
 Pasien tampak lemah
 Pasien telah dilakukan Tindakan post debridement
 Terdapat fraktur cruris 2 x 4 cm terbuka dextra
 Tampak area fraktur dikaki difiksasi
 Kekuatan otot ekstremitas bawah 1/1
 Pasien tampak terbaring ditempat tidur

3. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Faktor mekanis (Post


Debridement Fraktur Cruris Terbuka Dextra,) ditandai dengan :
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan merasakan gatal disekitar area fraktur
Data Objektif :
 Pasien telah dilakukan Tindakan post debridement
 Terdapat cruris 2 x 4 cm terbuka dextra
 Tampak area luka post operasi berwarna kemerahan
 Tampak area luka post debridement mengeluarkan cairan
 Leukosit 10.8

INTERVENSI KEPERAWAAN

ND Tujuan dan KH Rencana tindakan


X
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238)
selama 3 x 24 jam, diharapkan tingkat Observasi
nyeri menurun dengan kriteria hasil :  Identifikasi lokasi, karakeristik,
Tingkat nyeri (L.08066) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Keluhan nyeri menurun (5) dan skala nyeri
- Gelisah menurun (5) Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)


selama 3 x 24 jam, diharapkan mobilitas Observasi
 Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik meningkat dengan kriteria hasil :
fisik lainnya
Mobilitas fisik (L.05042)  Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Pergerakan ekstremitas meningkat pergerakan
(5)  Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
- Kekuatan otot meningkat (5) Terapeutik
- Nyeri menurun (5)  Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis, pagar tempat tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
 Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis duduk ditempat
tidur duduk disisi tempat tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi)

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka (I.14564)


selama 3 x 24 jam, diharapkan integritas Observasi
kulit dan jaringan meningkat dengan  Monitor karakteristik luka
kriteria hasil : Terapeutik
Integritas kulit dan jaringan (L.14125)  Bersihkan dengan cairan NaCl atau
 Kerusakan jaringan menurun (5) pembersih nontoksik sesuai
 Kerusakan lapisan kulit menurun kebutuhan
(5)  Pasang balutan sesuai jenis luka
 Nyeri menurun (5)  Pertahankan teknik streril saat
melakukan perawatan luka
Edukasi
 Ajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotic

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NDX Hari/ Waktu Implementasi Evaluasi


tangg
al
1. Senin 09.30 Identifikasi lokasi, karakeristik, S:
03/06 durasi, frekuensi, kualitas,  Pasien mengatakan nyeri
/2021 intensitas dan skala nyeri pada kedua kaki
 Pasien mengatakan nyeri
dirasakan ketika disentuh
atau digerakan saat luka
dibuka untuk dibersihkan
 Pasien mengatakan nyeri
dirasakan seperti ditusuk-
tusuk, dengan skala 6
 Pasien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul
O:
 Pasien tampak meringis
ketika kedua kaki
disentuh atau balutan
luka dibuka untuk
dibersihkan
A : Masalah Nyeri akut belum
teratasi sesuai dengan kriteria
hasil
P : Intervensi dilanjutkan

2. 09.40 Identifikasi adanya nyeri atau S:


keluhan fisik lainnya  Pasien mengatakan sulit
untuk menggerakan
kedua kaki akibat fraktur
 Pasien mengatkan akan
terus menggerakan
bagian ekstremitas atas
atau menggerakan kedua
tangan
 O : Pasien tampak
menggerakan kedua
tangan
A : Masalah mobilitas fisik
belum teratasi sesuai dengan
kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan

3. 09.45 Monitor karakteristik luka S:


09.50 Bersihkan dengan cairan NaCl  Pasien mengatakan
atau pembersih nontoksik sesuai merasa nyaman setelah
kebutuhan luka dibersihkan
10.00 Pasang balutan sesuai jenis luka O:
Pertahankan teknik streril saat  Tampak luka telah
melakukan perawatan luka dibersihkan dengan kasa
steril dan NaCl
 Luka post debridement
dibagian fraktur cruris
dextra telah ditutup
dengan kasa dan hypafix
 Luka tampak
mengeluarkan cairan
sekitar 6 sampai 7 tetes,
berbau khas luka
 Kaki tampak difiksasi
atau menggunakan
backslab/gips
A : Masalah Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan belum teratasi
sesuai dengan kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan

1 Selas 14.40 Identifikasi lokasi, karakeristik, S :


a durasi, frekuensi, kualitas,  Pasien mengatakan nyeri
04/05 intensitas dan skala nyeri hanya dirasakan ketika
. /2021 14.55 Berikan teknik nonfarmakologis perban luka dibuka,
untuk mengurangi rasa nyeri
dibersihkan dan
15.00 Jelaskan strategi meredakan nyeri digerakan
 Pasien mengatakan nyeri
skarang dalam skala 5
 Pasien mengatakan telah
memutar music untuk
didengarkan sebagai
pengalihan nyeri dan
menarik nafas dalam
O:
 Pasien tampak
mempraktikan tarik napas
dalam
 Pasien tampak memutar
music sesuai anjuran
 Pasien tampak meringis
nyeri ketika luka fraktur
dibersihkan
A : Masalah Nyeri akut belum
teratasi sesuai dengan kriteria
hasil
P : Intervensi dilanjutkan

2. 15.30 Identifikasi adanya nyeri atau S :


keluhan fisik lainnya  Pasien mengatakan sudah
15.35 Identifikasi toleransi fisik bisa menggerakan kedua
melakukan pergerakan tangan secara bebas
15.40 Fasilitasi aktivitas mobilisasi  Pasien mengatakan akan
dengan alat bantu (mis, pagar mulai mencoba melatih
tempat tidur)
15.45 Fasilitasi melakukan pergerakan, untuk menggerakan area
jika perlu badan
15.50 Jelaskan tujuan dan prosedur  Pasien mengatakan kedua
mobilisasi kaki masih terasa kaku
15.55 Anjurkan melakukan mobilisasi O :
dini  Pasien tampak mengikuti
atau menggerakan badan
miring kanan/miring kiri
 Pasien tampak bisa
menggerakan kedua
tangan secara bebas
 Pasien tampak mengikuti
setiap anjuran gerak
latihan yang diberikan
A : Masalah mobilitas fisik
belum teratasi sesuai dengan
kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan
3. 16.00 Monitor karakteristik luka S:
 Pasien mengatakan
17.45 Kolaborasi pemberian antibiotic merasa nyeri saat luka
dibersihkan
 Pasien mengatakan
merasa nyaman setelah
luka dibersihkan
O:
 Tampak luka telah
dibersihkan dengan kasa
steril dan NaCl
 Tampak luka
mengeluarkan cairan saat
ditekan sekitar 3 sampai
5 tetes, berbau khas luka
 Kedua kaki tampak
difiksasi atau
menggunakan
backslab/gips
A : Masalah Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan belum teratasi
sesuai dengan kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan
1. Rabu 14.55 Identifikasi lokasi, karakeristik, S:
05/05 durasi, frekuensi, kualitas,  Pasien mengatakan hanya
/2021 intensitas dan skala nyeri nyeri ketika kedua kaki
digerakan
15.00 Ajarkan teknik nonfarmakologis
 Pasien mengatakan nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan masih
15.15 Kolaborasi pemberian analgetik bisa ditahan dengan skala
4
 Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan boleh
ditangani dengan menarik
nafas dalam
O:
 Pasien tampak meringis
ketika area fraktur di
sentuh
 Pasien tampak nyaman
ketika luka selesai
dibersihkan
A : Masalah Nyeri akut belum
teratasi sesuai dengan kriteria
hasil
P : Intervensi dilanjutkan

2. 15.20 Monitor kondisi umum selama S :


melakukan mobilisasi  Pasien mengatakan bisa
15.25 Libatkan keluarga untuk menggerakan tubuh
membantu pasien dalam bagian atas
meningkatkan pergerakan  Pasien mengatakan kedua
15.30 Ajarkan mobilisasi sederhana kaki terasa kaku hanya
yang harus dilakukan (mis duduk bagian jari-jari kaki yang
ditempat tidur duduk disisi tempat bisa digerakan
tidur, pindah dari tempat tidur ke O :
kursi)  Pasien tampak mengikuti
instruksi menggerakan
anggota tubuh bagian atas
 Pasien tampak bisa
menggerakan bagian jari-
jari kedua kaki
A : Masalah mobilitas fisik
belum teratasi sesuai dengan
kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan

3. 15.35 Monitor karakteristik luka S:


15.40 Ajarkan prosedur perawatan luka  Pasien mengatakan
secara mandiri merasa nyeri saat luka
dibersihkan atau disentuh
 Pasien mengatakan
setelah luka dibersihkan
terasa nyaman
O:
 Luka akibat fraktur
terbuka tampak
dibersihkan
 Luka tampak
mengeluarkan cairan
sedikit ketika ditekan
sekitar 1 atau 2 tetes
A : Masalah Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan belum teratasi
sesuai dengan kriteria hasil
P : Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai