Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH

Khutbah Idul Adha: Kurban dan Kelekatan


Sosial di Tengah Pandemi
Kamis 30 Juli 2020 19:30 WIB

Khutbah Pertama:
 
‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫أ‬ ‫ا‬
ِ ْ َ ْ َ َ ِ َ ْ َ ‫َت ا‬
ِ ِّ َ َ ‫ُ ُ ْورِ ا َ ْ ُ ِ َ و‬ ْ ِ ِ ِ ُ ‫َب ا ْ َ َ ِ ْ َ َ ْ َ ُه ُ و َ َ ْ َ ِ ْ ُ ُ و َ َ ْ َ ْ ِ ُه ُ و َ َ ُ ْبُ ا ِ َ ْ ِ و َ َ ُ ْذ‬
ِّ ‫ا َ ْ َ ْ ُ ِ ّ ِ ر‬
ُ ‫ن ُ َ ّ ًا َ ْ ُه‬
ّ َ ‫َ َ ِ ْ َ َ ُ و َا َ ْ َ ُ ا‬ ُ ‫َ ُ و َ َ ْ ُ ْ ِ ْ َ َ َ دِيَ َ ُ ا َ ْ َ ُ ا َ ْن َ ا ِ َ ا ِ ّ ا ُ و َ ْ َه‬ ّ ِ ُ َ َ ُ ‫ا‬
: ِ ‫ َ َ ِ َ د َ ا‬:ُ ْ َ ّ َ ‫َة ُ و َا ّ َم ُ َ َ َ ِ ِّ َ ُ َ ّ ٍ و َ َ َ ءَا ِ ِ و َا َ ْ َ ِ ِ و َ َ ْ َ ِ َ ُ ا ِ َ َ ْ ِم ا ِّ ْ ِ ا‬ ّ ‫وَر َ ُ ْ ُ ُ و َا‬
ّ َ َ ‫ َا َ ّ َ ا ّ ِ ْ َ ا َ َ ُ ا ا ّ ُ ا ا‬:ِ ْ ِ َ ْ ‫ن ا‬ِ ‫ل ا ُ َ َ َ ِ ا ْ ُ ْآ‬ َ َ َ‫ِ َ ْ َ ا ِ و َ َ َ ِ ِ َ َ ّ ُ ْ ُ ْ ِ ُ ْن‬ ِ ْ َ َ ‫ا ُ ْو ِ ْ ُ ْ و‬
‫ا ِ ّ و َا َ ْ ُ ْ ُ ْ ِ ُ ْن‬ ّ ُ ْ ُ َ َ َ‫ُ َ ِ ِ و‬

ADVERTISEMENT

 
Allahu Akbar 3x Walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin Ha dzakumullah

Di tengah situasi pandemi saat ini kita harus memiliki hubungan sosial yang baik
dengan keluarga, saudara, tetangga maupun karib kerabat lainnya. Sebagai makhluk
sosial, manusia harus hidup bermasyarakat dengan saling memberi manfaat antara satu
dengan lainnya. Jika tidak, maka kita akan ditimpa kehinaan dan keresahan dimana
pun kita berada. Hal ini ditegaskan dalam rman Allah :

ِ ّ ‫َ َ ْ ِ ُ ٱ ِّ ّ ُ أ ْ َ َ ُ ِ ُ ٓ ۟ا إ ّ ِ َ ْ ٍ ّ ِ َ ٱ ّ ِ و َ َ ْ ٍ ّ ِ َ ٱ‬
‫س‬ َْ ِ ُ

"Mereka ditimpa kehinaan dimana saja berada, kecuali jika mereka menjalin hubungan baik
kepada Allah dan menjalin hubungan baik kepada manusia (QS. Ali-Imran : 112)
ADVERTISEMENT 

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk sosial yang harus bergaul dan
bermasyarakat, hidup berdampingan dengan sesama, bahu membahu, tolong menolong
dan bahkan saling mensejahterakan.

ADVERTISEMENT

Namun Ma’asyiral Muslimin Ha dzakumullah..

Pada kenyataannya hal ini berbeda jauh dengan kenyataan alias, jauh panggang dari api.
Masyarakat tampak semakin individualistik, egois, materialistis, cuek dan bahkan
opportunis. Dekat bila memerlukan dan menjauh ketika tidak membutuhkan,
na’udzubillah min dzaalik!

Di tengah pandemi Covid-19 ini, masyarakat merasakan dampak sosial dan ekonomi
yang dahsyat. KDRT meningkat, kriminalitas merajalela, dan keuangan pun sangat
bermasalah. Jangankan beli paket data untuk anaknya yang sekolah online, untuk makan

keseharian pun mereka kepayahan.

Banyak juga anggota keluarga, karib kerabat dan tetangga kita dirundung kesusahan,
dan serba sendirian menghadapi cobaan. Al-hasil, kita pun merasa hidup terasing di
tengah kerumunan banyak orang. Sungguh memprihatinkan.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin Ha dzakumullah

Di tengah kehidupan bermasyarakat dibutuhkan kelekatan sosial yang bisa saling


mengisi, berbagi dan melengkapi satu sama lain. Berdiri sama tinggi, duduk sama
rendah, cepat kaki, ringan tangan, ringan sama dijinjing berat sama dipikul adalah
pribahasa-pribahasa yang menggambarkan pentingnya kelekatan sosial.

Dalam Islam, kelekatan sosial ini dikenal dengan kata qaraba (dekat) yang kemudian
diserap dalam bahasa Indonesia menjadi akrab, karib dan kerabat yang menunjukkan
kedekatan yang istimewa. Seperti termaktub dalam QS An-Nahl ayat 90,

َ ْ ُ ْ ‫ن و َ َء ِ ذِي ا‬
ِ َ ْ ْ ‫ل و َا‬
ِ َِْْ ُ ُ َ َ ّ ‫نا‬
ّ ‫إ‬

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat”.

Menurut Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy-Syaukani dalam Kitab Fath al-Qadir
hal. 798, ayat ini mengandung petunjuk tentang wajibnya seseorang untuk memberi
bantuan kepada kerabatnya sebagaimana Allah SWT menyuruh untuk menegakkan
keadilan dan berbuat kebajikan.

Untuk menciptakan kelekatan sosial ini, ibadah kurban menjadi sarana ampuh untuk
mewujudkannya baik untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarub ilallah) maupun 
kedekatan kepada manusia (taqarub ilannas). Sehingga ibadah kurban mengandung dua
dimensi yakni dimensi spiritual-transendental sebagai konsekwensi dari kepatuhan
kepada Allah dan dimensi sosial humanis yang nampak dalam pola pendistribusian
hewan kurban untuk mereka yang berhak (mustahiq).

Sementara untuk mewujudkan kelekatan sosial melalui ibadah kurban ini, ada tiga hal
yang dapat dilakukan yakni pertama peduli sesama dalam bentuk berbagi daging
qurban, kedua  memberikan pesan dan harapan yang tinggi dengan menyebarkan syiar
Islam dan ajakan untuk berkurban, dan ketiga memberikan kesempatan untuk 
berpartisipasi dan berkontribusi melalui sinergi kepanitiaan dan partisipasi aktif dalam
meraih pahala dan fadhilah kurban.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin Ha dzakumullah

Penyembelihan hewan kurban merupakan simbol pendekatan spiritual seorang hamba


kepada Tuhannya dan sekaligus pendekatan sosial kemanusiaan dengan sesamanya.
Pemaknaan seperti inilah yang memberikan spirit dari esensi yang akan menemukan
relevansinya dengan kondisi yang sulit seperti sekarang ini.

Secara sosiologis antropologis, ketaatan dan ketulusan Nabi Ibrahim melaksanakan


perintah Allah untuk mengurbankan anaknya merupakan simbol keteladanan sosial
paling tinggi walaupun akhirnya Nabi Ismail as diganti dengan hewan sembelihan.
Penggantian kurban manusia dengan hewan ini sendiri merupakan apresiasi dan
aktualisasi janji Allah untuk memberi balasan yang terbaik pada orang yang bertakwa
dan berbuat baik. Allah ber rman:
 
َ ِ ِ ْ ُ ْ ‫ َ َ ٰ ٌ َ َٓ إ ْ َ ٰ ِ َ َ َ ٰ ِ َ َ ْ ِى ٱ ْ ُ ْ ِ ِ َ إ ّ ُۥ ِ ْ ِ َ دِ َ ٱ‬. َ ِ ِ َ ْ ‫ و َ َ َ ْ َ َ َ ْ ِ ِ ٱ‬. ٍ ِ َ ٍ ْ ِ ِ ُ ٰ َ ْ َ َ َ ‫و‬
ٰ
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk
Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)
"Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman". (QS. As-Sha at: 107-111)

Allahu Akbar 3x Walillahilhamd. Ma’asyiral Muslimin Ha dzakumullah

Dalam perspektif lain, ibadah kurban juga menegaskan bahwa ajaran Islam ingin
menyelamatkan manusia dari tradisi yang tidak menghargai manusia dan kemanusiaan.
Ibadah kurban juga bertujuan menghilangkan sifat buruk binatang yang terkadang
muncul pada manusia diganti dengan sifat saling menyayangi dengan wujud saling
berbagi.

Dalam konteks ini, ibadah kurban menjadi simbol perlawanan terhadap setan dan hawa
nafsu (sifat-sifat kebinatangan), yang hadir lewat sikap menzalimi demi menghalalkan
segala cara. Nilai-nilai yang dapat disikapi dari ritual kurban, yaitu pembelajaran
ketika Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor hewan, tersirat makna agar
manusia tidak lagi menginjak-injak harkat dan derajat manusia dan kemanusiaan.

Ulama besar Imam Al Ghazali mengatakan bahwa penyembelihan hewan kurban
menyimbolkan penyembelihan sifat kehewanan manusia. Oleh karena itu, qurban
semestinya bisa pula mempertajam kepekaan dan tanggung jawab sosial (social
responsibility). Dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk berkurban diharapkan
timbul rasa kebersamaan di masyarakat. Sebagai sebuah simbol, perintah kurban
haruslah bertransformasi ke ranah kehidupan yang lebih luas.

Ibadah kurban tidak akan menemui esensinya jika hanya dipahami sebagai ibadah ritual
tahunan saat menjelang Idul adha saja tanpa menumbuhkan semangat rela berkorban
untuk mensyiarkan agama Allah. Sehingga apapun bentuknya, sebuah pengorbanan, baik
berupa harta, ilmu, pikiran dan tenaga yang dapat memberikan manfaat untuk orang
lain jika dilakukan dengan kesungguhan hati dan keikhlasan semata karena Allah dapat
mengantarkan seseorang menjadi lebih dekat kepada Tuhannya.

Ibadah kurban tidak hanya dituntut untuk menjaga ketaatan secara individual kepada
Allah, tetapi juga dituntut menghadirkan kemanfaatan bagi sesama. Rasulullah saw
bersabda :

‫س‬ ‫ا سا‬

“Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.”
(HR. Bukhari)

Semoga kurban di tengah pandemi ini, memberikan pelajaran berharga untuk kita
semua. Mari maksimalkan syiar kurban di lingkungan kita dan rajutlah jala ukhuwah
dengan saling mengakrabkan satu dengan lainnya. Dengan keakraban dan kelekatan
sosial inilah kita bisa saling tolong menolong dan meringankan beban penderitaan
kita. Kiranya kita tetap dalam lindungan Allah agar terhindar dari virus Corona. Amin
ya rabbal alamin

ُ َ َ ‫ت و َا ِّ ْ ِ ا ْ َ ِ ْ ِ و َ َ َ ّ ْ ِ ِ ّ ْ و َ ِ ْ ُ ْ ِ و‬
ِ َ ‫ِ َا‬ ْ ُ ِ ّ ِ ‫ن ا ْ َ ِ ْ ِ و َ َ َ َ ِ و َا‬ِ ‫َ رَك َ ا ُ ِ و َ َ ُ ْ ِ ا ْ ُ ْآ‬
ْ ِ ّ ‫ا ِ ّ ُ ُ َ ا ّ ِ ْ ُ ا ْ َ ِ ْ ُ َ ْ َ ْ ِ ُوْا ا ِ ّ ُ ُ َا ْ َ ُ ْر ُ ا‬

Khutbah Kedua:

ِ ِ ‫ِ َ ِ ْ ًا و َ ُ ْ َ نَ ا‬
ُ ‫ُ ْ َة ً و َ أ ْ ْ ً َ ا َ َ ا ّ ا ُ ا‬ ُ ْ َ ْ ‫ا وَا‬ ْ َ ْ َ ‫×( ا ُ ا‬4) ْ َ ْ َ ‫×( ا ُ ا‬3) ْ َ ْ َ ‫ا ُ ا‬
ُ ْ َ ْ ‫ا َ ْ َ ْ ا ُ ا َ ْ َ ْ وَ ِ ا‬
 
‫ن َ ِّ َ َ‬
‫َ َ ِ ْ َ َ ُ و َا َ ْ َ ُ ا َ ّ‬ ‫َ ا ِ َ َ ا ِ ّ ا ُ و َ ْ َه ُ‬ ‫ِ َ َ ا ِ ْ َ ِ ِ و َا ّ ْ ُ َ ُ َ َ َ ْ ِ ْ ِ ِ و َا ِ ْ ِ َ ِ ِ و َا َ ْ َ ُ ا َ ْن‬ ‫َْ ُ‬
‫‪‬‬ ‫اَ ْ‬
‫ِ ْ ًا ا َ ّ َ ْ ُ‬ ‫َ ِّ ِ َ ُ َ ّ ٍ وِ َ َ ا َ ِ ِ و َا َ ْ َ ِ ِ و َ َ ِ ّ ْ َ ْ ِ ْ ً‬ ‫ُ َ ّ ًا َ ْ ُه ُ وَر َ ُ ْ ُ ُ ا ّا ِ ا ِ َ رِ ْ َا ِ ِ ا ُ ّ َ ّ ِ َ َ‬
‫ِ َ ِِ ُِ ْ ِ ِ‬ ‫ن ا ّ ا َ َ َ ُ ْ ِ َ ْ ٍ َ َأ ِ ْ ِ ِ َ ْ ِ ِ و َ َ َ ِ َ‬ ‫س ا ِ ّ ُ اا َ ِ ْ َ ا َ َ َ و َا ْ َ ُ ْا َ ّ َ َ و َا ْ َ ُ ْا ا َ ّ‬ ‫َ َا َ ّ َ ا ّ ُ‬
‫َ ِّ ِ َ‬ ‫ا َ ّ َ ا ّ ِ ْ َ آ َ ُ ْا َ ّ ْا َ َ ْ ِ و َ َ ِّ ُ ْا َ ْ ِ ْ ً ا ُ ّ َ ّ ِ َ َ‬ ‫ن ا َ و َ َ ِ َ َ ُ ُ َ ّ ْنَ َ َ ا ّ ِ‬ ‫ل َ َ َ اِ ّ‬ ‫وَ َ َ‬

‫ْض ا ّ ُ ّ َ ِ ا ْ ُ َ َ ء ِ ا ّا ِ ِ ْ َ ا َ ِ‬ ‫ل َ ِّ ِ َ ُ َ ّ ٍ و َ َ َ ا َ ْ ِ ِ َ وَر ُ ُ ِ َ و َ َ ِ َ ِ ا ْ ُ َ ّ ِ ْ َ و َار َ‬ ‫ُ َ ّ ٍ وَ َ َ آ ِ‬


‫ن ا ِ َ َ ْ ِم ا ِّ ْ ِ و َار َ‬
‫ْض َ ّ َ َ ُ ْ‬ ‫َ ْ ٍو َ ُ َ و َ ُ ْ َ ن و َ َ ِ و َ َ ْ َ ِ ّ ِ ا ّ َ َ ِ و َا ّ ِ ِ ْ َ و َ َ ِ ِ ا ّ ِ ِ ْ َ َ ُ ْ ِ ِ ْ َ ٍ‬
‫‪ َ َ ِ َ ْ َ ِ .‬ا َ ْر َ َ ا ّا ِ ِ ْ َ‬
‫ات ا ُ ّ ا َ ِ ّ ا ْ ِ ْ َم َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ و َأذِ ّ‬
‫ل‬ ‫َت ا َ َ ْ ء ُ ِ ْ ُ ْ وَا ْ َ ْ َ ِ‬
‫َت وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ‬
‫ا َ ُ ّ ا ْ ِ ْ ِ ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ‬
‫ل ا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ و َ د َ ّ ِ ْ ا َ ْ َاءَا ِّ ْ ِ‬
‫َ َ َ‬ ‫ا ِّ ْك َ وَا ْ ُ ْ ِ ِ ْ َ و َا ْ ُ ْ ِ َ دَك َ ا ْ ُ َ ِ ّ ِ ّ َ و َا ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ا ِّ ْ َ و َا ْ ُلْ َ ْ‬
‫و َا ْ ِ َ ِ َ ِ َ ا ِ َ َ ْم َ ا ِّ ْ ِ ا ُ ّ ا ْد َ ْ َ ّ ا ْ َ َء َ وَا ْ َ َء َ و َا ّ َزِ َ‬
‫ل وَا ْ ِ َ َ و َ ُ ْء َ ا ْ ِ ْ َ ِ وَا ْ ِ َ َ َ َ َ َ ِ ْ َ و َ َ‬
‫َب ا ْ َ َ ِ ْ َ ر َ ّ َ آ ِ َ ِ ا ّ ْ َ َ َ َ ً و َ ِ ا ْ ِ َة ِ‬ ‫ن اْ ُ ْ ِ ِ ْ َ ّ ً َ ر ّ‬ ‫ّ ً و َ َ ِ ِ ا ْ ُ ْ َا ِ‬ ‫َ َ َ َ ْ َ َ ِ َ ا ِ ْ ُو ِ ْ ِ ّ‬
‫‪ ً َ َ َ .‬و َ ِ َ َ َابَ ا ّ رِ ر َ ّ َ َ َ ْ َ ا َ ْ ُ َ َ و َا ِ ْن َ ْ َ ْ ِ ْ َ َ و َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ّ ِ َ ا ْ َ ِ ِ ْ َ‬
‫َِ ُ ُ ْ ََّ ُ ْ‬ ‫ء ِ وَا ْ ُ ْ َ ِ وَا ْ َ ْ‬ ‫َ ِ اْ َ ْ‬ ‫ن و َ ْ ء ِ ذِى ا ْ ُ ْ َ و َ َ ْ َ‬ ‫ل وَا ْ ِ ْ َ ِ‬ ‫ن ا َ َ ُ ُ َ ِْ َ ْ ِ‬ ‫ِ َ د َا ِ ! ا ِ ّ‬
‫َ َ ّ ُ ْونَ و َا ْذ ُ ُواا َ ا ْ َ ِ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ ْ و َا ْ ُ ُ ْوه ُ َ َ ِ َ ِ ِ َ ِ ْد ُ ْ و َ َ ِ ْ ُ ا ِ ا َ ْ َ ْ‬

‫‪Rakimin Al-Jawiy, Dosen Psikologi Islam UNUSIA Jakarta‬‬

‫‪TAGS:‬‬ ‫‪khutbah jumat‬‬ ‫‪kurban‬‬ ‫‪pandemi‬‬

Anda mungkin juga menyukai