Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN WAHAM

29 November – 4 Desember 2021

Oleh:
Miftakhul Jannah, S.Kep
NIM. 2030913320054

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
DIAGNOSIS KEPERAWATAN WAHAM

29 November – 4 Desember 2021

Oleh:
Miftakhul Jannah, S.Kep
NIM 2030913320054

Banjarbaru, 29 November 2021


Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dhian Ririn Lestari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Sai’ah, S.Kep., Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19850823 200803 2 002
A. Pengertian
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak
sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara
logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah
kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham curiga adalah keyakinan seseorang
atau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai dirinya,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Kelliat,
2009). Gangguan isi pikir adalah ketidakmampuan individu memproses
stimulus internal dan eksternal secara akurat. Gangguannya adalah berupa
waham yaitu keyakinan individu yang tidak dapat divalidasi atau dibuktikan
dengan realitas. Keyakinan individu tersebut tidak sesuai dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budayanya, serta tidak dapat diubah dengan
alasan yang logis. Selain itu keyakinan tersebut diucapkan berulang kali
(Kusumawati, 2010).
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan menilai dan berespons
pada realitas. Klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan
sehingga muncul perilaku yang sukar untuk dimengerti dan menakutkan.
Gangguan ini biasanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan psikotik lain.
Waham merupakan bagian dari gangguan orientasi realita pada isi pikir dan
pasien skizofrenia menggunakan waham untuk memenuhi kebutuhan
psikologisnya yang tidak terpenuhi oleh kenyataan dalam hidupnya. Misalnya
: harga diri, rasa aman, hukuman yang terkait dengan perasaan bersalah atau
perasaan takut mereka tidak dapat mengoreksi dengan alasan atau logika
(Kusumawati, 2010).
B. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak
Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai
dan menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek,
ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berfikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk, dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek tumpul kurang respons emosional, afek datar, afek tidak sesuai,
reaksi berlebihan, ambivalen.
4. Fungsi motorik
Impulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotipik gerakan
yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang
jelas, katatonia.
5. Fungsi sosial kesepian
Isolasi sosial, menarik diri, dan harga diri rendah.
Dalam tatanan keperawatan jiwa respons neurobiologis yang sering muncul
adalah gangguan isi pikir: waham dan PSP: halusinasi. Tanda dan Gejala
Menurut Direja, (2011) yaitu terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian
pada perawatan diri, ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak
terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara
berlebihan.
D. Klasifikasi Waham
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja
(2011) yaitu :
1. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahawa dirinya memiliki kekuatan khusus
atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan “Saya ini pejabat di kementrian
semarang!” “Saya punya perusahaan paling besar lho “.
2. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. “ Saya adalah tuhan yang bisa
menguasai dan mengendalikan semua makhluk”.
3. Waham curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang yang mau merugikan atau
mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapai tidak sesuai dengan
kenyataan. “ Saya tahu mereka mau menghancurkan saya, karena iri
dengan kesuksesan saya”.
4. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau sebagian tubuhnya terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
“ Saya menderita kanker” Padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel
kanker pada tubuhnya.
5. Waham nihlistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan
berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan “ ini saya berada di
alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh nya”.
E. Fase Waham
Menurut (Yosep.2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :
1. Fase of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi
pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.
Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta
dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan
sudah melampaui kemampuannya.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah
suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan
untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa
sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga
perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak
merugikan orang lain.
4. Fase envinment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol
diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak
ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan
menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.
F. Rentang Respon Waham (Yosep.2009),
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan proses pikir:
Persepsi akurat illusi Waham
Emosi konsisten Reaksi emosional Halusinasi
dengan pengalaman berlebihan dan kurang Kerusakan emosi
Perilaku social Perilaku tidak sesuai Perilaku tidak sesuai
Hubungan sosial Menarik diri Ketidakteraturanisolasi
sosial
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Faktor predisposisi
1) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal berikut
(Direja, 2011) :
- Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik paling
berhubungan dengan perilaku psikotik.
- Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
 Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
 Ketidakseimbangan antara dopamin dan
neurotransmitter lain
 Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi telah diupayakan untuk
mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia. Sudah
ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan secara
terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak
identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada
pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka
kejadian skizofrenia yang tinggi.
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori
psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab
gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya
(keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai
penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa diasingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham (Direja, 2011).
b) Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
- Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
proses informasi
- Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan perilaku individu
(Direja, 2011).
2. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Waham

Menarik Diri

Harga Diri Rendah


3. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Waham
c. Menarik Diri
d. Harga Diri Rendah
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Individu Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi tanda dan gejala waham 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
2. Bantu orientasi realita : panggil nama, orientasi keluarga dalam merawat pasien
waktu, orang dan tempat / lingkungan. 2. Jelaskan pengertian waham, tanda dan
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi gejala serta proses terjadinya waham
4. Bantu pasien memenuhi kebutuhan realistis (gunakan booklet)
5. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan 3. Jelaskan cara merawat : tidak disangkal,
kebutuhan tidak diikuti / diterima (netral)
4. Latih cara mengetahui kebutuhan pasien
dan mengetahui kemampuan pasien.
5. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berikan pujian. membimbing pasien memenuhi
2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki kebutuhannya, beri pujian.
3. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian 2. Latih cara memenuhi kebutuhan pasien
4. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan dan 3. Latih cara melatih kemampuan yang
kegiatan yang telah dilatih dimiliki pasien
4. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kegiatan yang dilakukan pasien, dan berikan pujian membimbing pasien memenuhi
2. Jelaskan tentang obat yang diminum (jelaskan 6 benar kebutuhan pasien dan membimbing
obat, jenis, guna, dosis, frekuensi, kontinuitas minum pasien melaksanakan kegiatan yang telah
obat) dan tanyakan manfaat yang dirasakan pasien. dilatih, beri pujian.
3. Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan 2. Jelaskan obat yang diminum oleh pasien
kegiatan yang telah dilatih serta obat dan cara membimbingnya
3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
yang telah dilatih dan minum obat, beri pujian. membimbing pasien memenuhi
2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya. kebutuhan pasien, membimbing pasien
3. Diskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
yang akan dilatih. Kemudian latih dan minum obat, berikan pujian
4. Masukan pada jadwal pemenuhan kebutuhan, 2. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM, tanda
kegiatan yang telah dilatih, dan minum obat. kambuh dan rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan memberikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
yang dilatih, dan minum obat. Beri pujian. membimbing pasien memenuhi
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri kebutuhan pasien, membimbing pasien
3. Nilai apakah frekuensi munculnya waham bekurang. melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Apakah waham terkontrol. dan minum obat, berikan pujian
2. Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol ke RSJ / PKM
DAFTAR PUSTAKA

Direja. S.N. Ade Herma. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Iyus, Yosep (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Keliat, B A & Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta : EGC
Kusumawati, Farida danYudi Hartono. 2010. Buku Ajar KeperawatanJiwa.
Jakarta: SalembaMedika

Anda mungkin juga menyukai