SENI BUDAYA
SEKECO
Jl. Telaga Biru No.1 Kec.Taliwang Kab.Sumbawa Barat Nusa Tenggara Barat
Kata Pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat rahmat-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul sejarah sakeco.Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen.. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Setiap daerah pasti memiliki ciri khas masing-masing akan kebudayaan baik dalam segi kesenian maupun adat istiadat. Kesenian
dapat dijadikan sebagai media komunikasi dan dakwah pada masa penyebaran agama Islam di berbagai daerah di Indonesia.
Kebanyakan kesenian ini merupakan adaptasi kesenian dari Bangsa Arab yang merupakan Bangsa asal agama islam diajarkan.
Para utusan dari Bangsa Arab disebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan agama Islam yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW, kemudian diteruskan oleh para sahabatnya yang berstatus sebagai Khalifah sepeninggal Nabi Muhammad
SAW.
Para utusan ini kemudian menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia, dari Negara yang telah berbudaya tinggi pada
masa itu, seperti Negara-negara Eropa, Amerika dan sederet Negara maju lainnya yang pada masa itu Masuknya Islam ke Eropa
telah dimulai dari sejak berabad-abad yang lalu. Diawali oleh penaklukan negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia,
dan kemudian melalui Sisilia, serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya
hubungan timbal balik antara kedua masyarakat itu. Kehadiran islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi umat Islam dari
negara-negara Islam ke Eropa pasca Perang Dunia Kedua. Kehadiran Islam di Eropa sebenarnya telah dimulai sejak berabad abad
yang lalu. Islam mempunyai pengaruh yang kuat saat itu di Eropa, di buktikan dengan banyaknya buku-buku dan peninggalan
sejarah islam di sana. Tetapi rintangan yang dihadapi juga tidak sedikit, mengingat bangsa Eropa yang merupakan Mayoritas
penganut agaman Kristiani.
Selain Negara yang memiliki kebudayaan tinggi saat itu seperti Eropa, penyebaran agama islam juga menyentuh daerah-daerah
yang masih terisolir dan menjadi mangsa empuk bangsa Eropa untuk mengeruk kekayaan dengan cara menjajah daerah kecil
tersebut. Daerah-daerah kecil itu contohnya adalah cikal bakal dari Negara Indonesia, karna Indonesia terdiri atas rangkaian
pulau-pulau yang yang disekat oleh selat-selat kecil. Walaupun merupakan daerah yang terisolir, namun rakyat Indonesia pada
saat itu telah memiliki kebudayaan local yang tinggi, salah satunya dalam bidang kesenian. Utusan arab melihat potensi ini
kemudian mengasimilasikan teori penyebaran agama islam dengan kesenian yang dimiliki oleh rakyat, tujuannya agar rakyat
lebih cepat menerima pesan atau ajaran yang disampaikan.
Hingga utusan penyebar agama islam ini sampai di pulau Sumbawa yang merupakan salah satu pulau yang ada dirangkaian
kepulauan Nusa Tenggara. Para utusan ini tentu bukanlah utusan arab langsung, tapi merupakan para wali dari pulau Jawa yang
telah mempelajari secara mendalam dari setiap seluk beluk agama islam, baik dari utusan Arab yang datang ke daerahnya,
maupun dengan keinginan sendiri untuk pergi ke Negara Arab untuk langsung mempelajarinya. Para utusan ini mempelajari pola
kebudayaan masyarakat Sumbawa dan mendapatkan cela melalui jalur kesenian, maka terciptalah Sakeco atau Ratib yang
merupakan seni memainkan alat music sembari bernyanyi yang cikal bakalnya telah ada di Negara Arab (Mekkah). Sakeco
awalnya menggunakan bahasa arab yang berisi pujian dan Shalawat pada nabi besar Muhammad SAW. Kemudian berasimilasi
dengan kebudayaan Sumbawa, sehingga sakeco yang kita kenal sampai hari ini sudah menggunakan Bahasa Sumbawa, dan
liriknya sudah bermacam-macam, bukan Cuma bidang keagamaan, tetapi juga pendidikan, budaya, pariwisata daerah, kekayaan
alam, pergaulan muda-mudi dan masih banyak lagi tema lainnya.
II. Rumusan Masalah
III. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalah tentang salah satu pola kebudayaan, yaitu Sakeco,
unsure-unsur yang terkandung di dalamnya dan nilai-nilai budaya apa saja yang ada dalam kesenian Sakeco ini.
BAB II
ISI
A. Pengertian Sakeco
Sakeco merupakan kesenian yang banyak di gemari oleh orang sumbawa, alatnya berupa dua buah rabana dan di mainkan oleh
dua orang seniman penabuh dengan membawa syair berbahasa sumbawa yang di namakan lawas. Alat yang di gunakan itu
terbuat dari kayu kamboja (kayu jepun) yang salah satu bagiannya di tutup dengan kulit kambing yang telah di keringkan dan di
ikat dengan rotan dan kawat.
Pada dasarnya sakeco ini berasal dari ratib, ratib ini berasal dari bahasa Arab yang artinya hiburan yang pada umumnya di
mainkan oleh 4 orang tetapi sekarang hanya di mainkan oleh 2 orang saja dengan menggunkaan alat musiknya yang di sebut
dengan rabana,serta di mainkan sambil membawakan lagu-lagu berbahasa arab yang di ambil dari kitab HADRAH dan
mengandung puji-pujian kepada Allah dan Rasul-Nya.
B. Sejarah Sakeco
Ratib awalnya masuk ke sumbawa ini di bawa oleh orang islam yang berasal dari Hindia belakang yaitu Bujarab dekat negeri
Arab yaitu Mekkah, ratib ini mulai masuk pada, ratib ini berasal dari bahasa Arab yang artinya hiburan yang pada umumnya di
mainkan oleh 4 orang tetapi sekarang hanya di mainkan oleh 2 orang saja.
Ratib awalnya masuk ke sumbawa ini di bawa oleh orang islam yang berasal dari hindia belakang yaitu Bujarab dekat negeri Arab
yaitu Mekkah, ratib ini mulai masuk pada zaman pemerintahan kerajaan hindu yaitu kerajaan Majapahit di mana para seniman
sumbawa selalu bertolak dari tradisi lama dalam membabarkan karyanya untuk di olah dan di padukan dengan unsur seni yang
datangnya belakangan.
Melalui seni inilah orang islam berhasil masuk ke daerah sumbawa dan nenyebarkan agama islam sehingga membuat kerajaan
hindu runtuh. Dengan menetapnya orang islam yang membawa ratib tersebut membuat ratib berkembang menjadi sakeco
dengan cara di padukan dengan syair-syair yang berbahasa sumbawa yang biasa di sebut lawas.
Pada umumnya sakeco ini di bawakan pada acara pengantin, khitanan, dan upacara-upacara adat dan dahulu orang menjadikn
sakeco ini sebagai mata pencaharian,tetapi sekarang hanya di gunakan sebagai hiburan saja.
Unsur pada suatu kebudayaan sangatlah penting, karna merupakan struktur yang akan membuat suatu kebudayaan menjadi
dinamis, dan akan terus mengalami kemajuan dalam setiap unsur tersebut, karna setiap unsur akan mewakili lapisan-lapisan
masyarakat yang menganut kebudayaan tersebut. Adapun unsur-unsur kebudayaan dari Sakeco adalah sebagai berikut:
Sakeco masuk ke Sumbawa berawal dari salah satu taktik para utusan atau wali untuk menyebarkan agama islam. Maka lirik-lirik
yang terkandung di dalam sakeco ini sudah tentu berisi Do’a-do’a pada Allah SWT dan Shalawat pada Nabi Muhammad SAW.
Maka sakeco ini akan sangat diaggap sacral lantaran lirik yang dimilikinya, sehingga untuk menampilkan sakeco tidaklah di
sembaran tempat, melainkan pada upacara keagamaan, perkawinan, khitanan dan acara adat lainnya.
Dengan diadakannya sakeco di upacara keagamaan, perkawinan serta khitanan, itu menandakan bahwa sakeco telah memiliki
sistem tersendiri dalam masyarakat, ditandai dengan adanya pengorganisasian sakeco sebagai perangkat seni yang dimiliki oleh
masyarakat Sumbawa, sehingga bisa menjadi identitas dari masyarakat Sumbawa.
c. Sistem Pengetahuan
Sakeco merupakan media penyampai pesan dari utusan yang akan menyampaikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat,
sehingga didalam liriknya harus terdapat pengetahuan tentang agama islam. Serta di anjurkan kata-kata yang dipakai untuk
merangkai lirik haruslah mudah dipahami sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh para pendengarnya.
d. Bahasa
Terjadi asimilasi dan akulturasi bahasa dalam penerapan sakeco. Karna pada awalnya bahasa yang digunakan dalam sakeco yang
awalnya bernama Ratib menggunakan bahasa Arab, maka dalam perkembangannya untuk menyatu dengan masyarakat
Sumbawa, maka bahasa yang digunakanpun harus menggunakan bahasa Sumbawa. Karna mayoritas masyarakat Sumbawa
belum begitu mengerti dengan bahasa Arab maupun Bahasa Indonesia, maka opsi paling tepat adalah menggunakan bahasa
Sumbawa. Selain agar masyarakat tertarik, diharapkan juga agar mengerti materi yang disampaikan dapat dimengerti dengan
mudah. Adapun contoh lirik Sakeco sebagai berikut:
Harapan
Sia menong
Ka balong pariwisata
Lamen balong
Sila ete
Ara lenge pina genang
Tu puji wisata
Menyambut parawisata
Welcome To Indonesia
Selamat
Datang
Saudaraku . . . .
Tu Sumbawa barat
No turoa ketinggalan
Ka tau ksb
Sakeco merupakan kesenian yang merupakan seni tarik suara yang di lakukan oleh 2 sampai 4 orang bahkan lebih yang diiringi
dengan instrument Rebana. Sakeco menjadi taktis utusan penyebar agama islam pada masyarakat yang menyukai kesenian tarik
suara yang diiringi musik. Selain seni tarik suara, dalam sakeco juga ditampilkan kesenian berbusana, yang tak lain adalah busana
khas masyarakat Sumbawa yang dilengkapi dengan Saputobo yang di kenakan di kepala.
Sekelompok orang yang bisa melantunkan lirik-lirik sakeco, sambil memainkan alat music rebana, akan sangat dibutuhkan jika
ada suatu keluarga dalam masyarakat Sumbawa akan melakukan hajatan seperti pernikahan atau khitanan. Maka dari itu
mereka akan mengundang sekelompok orang yang bisa bersekeco atau mungkin sakeco merupakan bidang kesenian yang telah
digelutu secara professional oleh sekelompok orang tersebut. Maka untuk mengundan grup sakeco ini, keluarga yang akan
mengadakan hajatan haruslah memberi imbalan yang setimpal bagi para pemain sakeco, sehingga sebagai pemain sakeco,
peluang untuk mendapat mata pencaharian hidup baik sebagai pemasukan utama maupun sampingan akan terbuka lebar
seiring dengan intensitas penyelenggaran upacara keagamaan maupun adat seperti perkawinan dan khitanan (besunat).
Sakeco mengalami peningkatan baik dari segi teknologi maupun peralatan. Dari segi teknoligi misalnya, penyelenggaraan sakeco
telah dilengkapi dengan pengeras suara, sehingga jarak sakeco agar terdengar dari jarak yang cukup jauh bisa terwujud,
sehingga masyarakat yang ingin mendengan isi sakeco tidak harus berada di dekat acara, melainkan bisa mendengarnya
ditempat tertentu, selain itu sakeco ini telah ada dalam bentuk rekaman atau kaset, sehingga kita bisa mendengarnya kapanpun
dan dimanapun. Kemudian dari segi peralatan yang digunakan, bukan hanya rebana saja, tetapi telah menggunakan seruling
daan di modoifikasi juga dengan gendang (rebana dalam bentuk lebih besar).
Suatu kebudayaan haruslah memiliki nilai, karna nilai yang dikandungnya itu dapat menjadikan suatu budaya itu memiliki
kelebihan dibandingkan dengan budaya lainnya. Begitu pula dengan sakeco yang memiliki nilai-nilai yang dapat menjadi
kelebihannya disbanding dengan budaya yang lain. Saya dapat mengklasifikasikan nilai-nilai kebudayaan pada sakeco
dikarenakan telah mengklasifikasikan terlebih dahulu unsur-unsur kebudayaan dalam sakeco. Adapun nilai-nilai kebudayaan
dalam sakeco adalah sebagai berikut:
a. Sosial
Sakeco merupakan media penyampai pesan, dari para utusan yang menyebarkan agama islam pada para penduduk Sumbawa,
sehingga ketika proses penyampaian tersebut terjadi interaksi sosial dalam masyarakat. Ditambah juga dengan adanya sakeco
sampai saat ini, dikarenakan sakeco sudah diorganisasi sedemikian rupa agar tetap eksis di dalam masyarakat dan tidak
tenggelam oleh kesenian yang lebih modern, walaupun kesenian-kesenian itu memiliki misi yang sama seperti sakeco. Bahasa
juga memiliki peranan penting dalam Sakeco, karna bahasa adalah media utama yang digunakan para pelakon sakeco dalam
menyampaikan pesan, maka digunakanlah bahasa asli Sumbawa agar masyarakat tertarik dan mudah mengerti dengan pesan
dalam sakeco.
b. Religi
Sakeco dari awal memang merupakan media dakwah para utusan untuk menyampaikan ajaran agama islam. Jadi tentu saja
unsure religi atau keagamaan sangat kental dalam sakeco ini. Dakwah sangatlah penting bagi setiap agama, bukan dari agama
islam saja, karna dakwah merupakan penyampaian baik secara lisan maupun tulisan tentang suatu ajaran agama kepada para
penganutnya ataupun calon penganutnya. Tentunya para penyampai pesan ini haruslah orang yang mengerti tentang agama dan
bukannya orang yang menebak-nebak sehingga bisa menyesatkan orang banyak. Begitu pula dengan sakeco, orang yang akan
menyampaikan pesan bukan hanya mengerti, tetapi juga harus mempunyai keahlian melantunkan nyanyian yang diiringi dengan
musik.
c. Pendidikan
Sakeco digunakan sebagai media untuk memperoleh pengetahuan tentang agama, yang pada awal kemunculannya lebih banyak
menampilkan tema tentang ajaran agama, tetapi sakeco juga mengikuti perkembangan zaman, maka tema-tema yang
ditampilkan juga bervariatif, seperti tentang pendidikan, kekayaan alam, pariwisata daerah, sehingga dengan adanya sakeco ini
bisa menjadi sarana pendidikan pada para pendengarnya untuk lebih mengetahui tentang daerah Sumbawa
d. Ekonomi
Jika ada suatu keluarga yang akan melaksanakan hajatan, baik itu pernikahan maupun khitanan, pihak keluarga kan berusaha
untuk mengundang para pemain sakeco dan tentunya akan menyiapkan imbalan atas jasa para pemain sakeco ini. Karna lirik
yang mereka mainkan bukan sembarang lirik, lirik tersebut menggambarkan perasaan keluarga yang mengadakan hajatan dan
juga sebagai penyemarak acara, karna dengan mengundang sakeco, maka hajatan menjadi ramai karna banyaknya masyarakat
yang tertarik pada sakeco selain dari menghormati undangan pemilik hajatan. Maka sakeco ini bisa menjadi ladang bisnis bagi
para pemain sakeco, dan diharapkan dengan adanya imbalan tersebut bisa menambah semangat para pemain sakeco untuk
terus berkarya dan menciptakan karya aransemen terbaru.
BAB III
Penutup
a. Kesimpulan
Sakeco merupakan kebudayaan asli Sumbawa, yang sekarang ini Sumbawa telah terbagi menjadi 2, yaitu Sumbawa Besar dan
Sumbawa Barat. Sakeco ini tetap menjadi bagian di dalam kedua daerah tersebut. Cuma yang membedakan adalah bahasanya,
tetapi perbedaanya tidak terlalu signifikan dan juga logat yang berbeda. Sakeco tetap memegang misi awalnya sebagai
penyampai pesan di dalam masyarakat Sumbawa. Adapun unsure yang terkandung dalam sakeco adalah Unsur religi dan
upacara keagamaan, system dan organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian
hidup, serta system teknologi dan peralatan. Sedangkan untuk nilai yang terkandung didalamnya adalah nilai sosial, religi,
pendidikan dan ekonomi.
b. Saran
Sakeco merupakan seni budaya milik masyarakat Sumbawa, jadi sudah semestinya masyarakat Sumbawa harus menjaga
kelestarian Sakeco ini, karna dewasa ini sakeco telah berada di ambang kepunahan menurut H. Sarirang, H.H yang merupakan
tokoh yang telah menggeluti sakeco lebih dari 40 tahun, jadi beliau sangat mengerti tentang eksistensi sakeco hingga saat ini.
Jadi tugas kita sebagai generasi muda haruslah melestarikan sakeco ini, mulai dari mengenalnya, menonton pagelarannya di
acara-acara, dan mulai melakukan tindakan-tindakan nyata untuk melestarikannya dengan cara mempelajarinya, walaupun
untuk memainkan sakeco ini memerlukan keterampila khusus. Tapi paling tidak kita menyukai seni khas daerah kita sendiri.