Darah Kuda
Darah Kuda
1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11
70
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.
Surra merupakan penyakit parasit surra pada hewan bervariasi, infeksi bisa
yang disebabkan oleh T. evansi dan berlangsung akut, subklinis dan kronis.
ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat Desquesnes (2004) menyatakan bahwa
penghisap darah, yaitu lalat dari genus tanda klinis yang muncul dipengaruhi oleh
Tabanus, tetapi Stomoxys, Haematopota intensitas infeksi T. evansi yang
dan Lyperosia juga dapat menularkan berkembang di sirkulasi darah. Intensitas
protozoa ini. Parasit ini dapat ditemukan infeksi T. evansi sangat tergantung pada
dalam plasma darah dan cairan limfe kekebalan tubuh dan kondisi fisiologis dari
penderita (Coen, 2011).Surra merupakan hospes.
penyakit yang serius pada kuda dan unta di Data terakhir Dinas Peternakan
Afrika dan Asia, menyebabkan turunnya Sumba Timur menyebutkan bahwa
produktivitas, kematian dan kerugian penularan penyakit surra di Kabupaten
anatomi (Tehseen, 2016).Surra merupakan Sumba Timur mulai ditemukan sejak bulan
salah satu penyakit parasit darah yang Agustus 2010 yang menyerang ternak
penting dan secara sporadik menyebar di kuda dan kerbau, sedangkan pada ternak
beberapa wilayah Indonesia, baik pada sapi tidak ditemukan gejala Surra maupun
area tropis maupun subtropics (Lehane, dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dinas
2005). Kuda dan unta termasuk hewan Peternakan Kabupaten Sumba Timur
yang paling peka terhadap infeksi T. (2012) melaporkan bahwa kasus Surra di
evansi yang dapat menyebabkan mortalitas Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara
tinggi. Sapi dan babi dapat menderita Timur terjadi pada tahun 2010 – 2011.
penyakit ini, tetapi tanda klinis yang Kasus tersebut mengakibatkan 4268 ekor
muncul kurang parah dibandingkan unta ternak (kuda 1608, kerbau 2464, sapi 196)
dan kuda (Desquesnes et al., 2013; Eyob terjangkit penyakitsurra. Kematian akibat
dan Matios, 2013). Sedangkan domba, surra di pulau Sumba tersebut dilaporkan
kambing, dan rusa memiliki kerentanan sebanyak 1760 ekor, terdiri dari kuda 1159
yang rendah terhadap infeksi T. evansi ekor, kerbau 600 ekor dan sapi satu ekor.
(Metanawey-El et al., 2009). Sapi dan
MATERI DAN METODE
kerbau dapat bertindak sebagai reservoir.
Kerbau menunjukkan parasitemia lebih Materi
lama dan lebih tinggi daripada sapi Objek penelitian yang digunakan
sehingga kerbau diduga merupakan dalam penelitian ini adalah kuda di Desa
sumber penularan yang potensial bagi Kabaru, dengan jumlah sampel sebanyak
ternak sapi maupun kuda (Mastra, 2011). 100 ekor. Bahan-bahan yang digunakan
Prevalensi T. evansi paling tinggi dalam penelitian ini yaitu sampel darah
dilaporkan pada kuda berkisar 73% kuda, alkohol 75%, kapas, kertas tisu,
dibanding kerbau dan sapi di Brazil methanol, geimsa 10% dan minyak emersi.
(Harrera et al., 2004). Total sebanyak 101 Alat–alat yang digunakan dalam penelitian
sampel darah diambil dari peternakan sapi ini yaitu, jarum hisap (multi drawing
perah di India menunjukkan prevalensi needle), holder, tabung vakum, objek
infeksi T. evansi berdasarkan pemeriksaan glass, mikroskop dan kamera.
ulas darah 6.9% sedangkan dengan deteksi Metode
PCR mencapai 46.5% (Bal, 2014). Laha Teknik pengambilan darah pada kuda
dan Sasmal (2008) menemukan prevalensi dilakukan dengan cara vakum.
sebesar 12.74% pada kuda di bagian timur Pengambilan sampel darah dilakukan
India.Penelitian yang dilakukan di pulau melalui vena jugularis. Pembuluh darah
Sumbawa menemukan prevalensi T. evansi dibendung dan daerah yang akan diambil
pada sapi, kerbau, dan kuda masing- darahnya dibersihkan menggunakan kapas
masing sebesar 15.45%, 26.13%, dan yang telah dibasahi dengan alkohol 75%.
13,43% (Mastra, 2011). Manifestasi klinis
71
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI:10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11
72
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.
Sumba Timur. 2015). Kuda yang darah. Prevalensi infeksi T. evansi pada
diternakkan bersama dengan kerbau dan penelitian ini juga lebih rendah
sapi menjadi salah satu faktor penyebab dibandingkan dengan penelitian dilakukan
terjadinya infeksi T. evansi pada kuda, oleh (Mueeid, 2010) pada kuda di Pakistan
dimana kerbau dan sapi dapat bertindak sebesar 16%, Harrera et al. (2004) pada
sebagai reservoir infeksi T. evansi. Dadi- kuda di Pantanal Brazil sebesar 73% dan
Mamud et al. (2012) mengatakan bahwa Silva et al, (2016) pada kuda di Marajo
tingginya infeksi parasit dapat disebabkan Island, Brazi sebesar 8.23%. Hal ini
oleh manajeman lingkungan pemeliharaan kemungkinan berhubungan dengan kondisi
yang buruk. Pengambilan sampel yang geografis di Desa Kabaru, Kecamatan
dilakukan pada musim kemarau juga Rindi, Kabupaten Sumba Timur
mempengaruhi prevalensi pada penelitian yangterletak disepanjang pantai utara
ini. Padang penggembalaan berbukit, memiliki curah hujan yang
biasanyamenghasilkan hijauan yang sangat rendah dan tidak merata, dimana
melimpah di musim hujan, dan musim musim kemarau relatif lebih panjang
kemarau mengalami kekeringan. Pada dibandingkan musim hujan. Dengan
musim kemarau terjadi keterbatasan pakan kondisi geografis yang demikian
bagi ternak, akibatnya ternak kurus dan merupakan tempat yang kurang potensial
kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi bagi perkembangan vektor penyebar T.
merupakan salah satu faktor yang evansi (Tabanus, Stomoxys, Haematopota,
mempengaruhi infeksi T. evansi (Reid Lyperosia). Hal ini dinyatakan oleh
2002). Desquesnes et al. (2013) bahwa status
Tabel 2. Intensitas Infeksi T. evansi pada epidemiologik dan kondisi geografis dapat
Kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, mempengaruhi kejadian penyakit Surra di
Kabupaten Sumba Timur suatu wilayah.Disamping itu waktu
Sampel Jumlah T. evansi/10 pengambilan sampel yang dilakukan pada
lapang pandang musim kemarau juga kemungkinan
1 13 mempengaruhi prevalensi pada penelitian
2 32 ini. Selama musim hujan akan terjadi
3 6 peningkatan jumlah vektor dibandingkan
4 58 dengan musim kemarau. Menurut Herczeg
5 71 et al. (2015) bahwa curah hujan,
6 17 kelembapan udara dan sinar matahari
7 46 berpengaruh terhadap banyaknya vektor
8 33 khusunya Tabanus sp di alam. Vektor
Rata-rata 34.5 ± 22.7 membutuhkan suhu udara disekitarnya
paling tidak 180C untuk terbang. Suhu
Prevalensi infeksi T. evansi sebesar optimal bagi Tabanus sp untuk terbang
8% pada penelitian ini lebih rendah jika minimal 310C - 350C. Suhu rata-rata di
dibandingkan dengan penelitian yang kabupaten Sumba Timur umumnya,
dilakukan oleh Mastra (2011) secara 22,50C - 31,730C (Badan Pusat Statistik
serologis pada kuda di Pulau Sumbawa Kabupaten Sumba Timur). Rendahnya
sebesar 13.43%. Hal ini dikarenakan prevalensi infeksi T. evansi pada penelitian
perbedaan kondisi geografis di daerah inikemungkinan berhubangan dengan saat
tersebut dan metode penelitian yang pengambilan sampel darah, dimana ternak
digunakan. Lokasi pengambilan sampel di Desa Kabaru berada dalam masa
pada penelitian yang diakukan oleh Mastra pengobatan penyakit Surra (Dinas
(2011) banyak dijumpai sungai dan hutan Peternakan Kabupaten Sumba Timur,
dimana kondisi lingkungan seperti ini 2016).
digemari oleh vektor lalat-latat pengisap
73
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI:10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11
74
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.
Pigeon (Columbia livia) in Lapai- Laha R, and Sasmal NK. 2008. Endemic
Nigeria. IJABR. 4(1&2): 121–127. status of Trypanosoma evansi infection
Desquesnes M. 2004.Livestock in a horse stable of eastern region of
Trypanosomoses and their Vectors in India – a field investigation. Trop.
Latin America. Centre de coopération Anim. Health Prod. 40(5): 357–361.
internationaleen recherche Lehane MJ. 2005. The Biology of Blood-
agronomique pour le développement Sucking in Insects. Cambridge
(CIRAD)/Élevage et médecine University Press.
vétérinaire tropicale (EMVT). ISBN: Mastra IK. 2011. Seroprevalensi
92-9044-634-X. Trypanosomiasis di Pulau Sumbawa,
Desquesnes M, Philippe H, De-Hua L, Nusa Tenggara Barat. Bul. Vet.
Alan D, Zhao-Rong L, and Sathaporn 23(79).
J. 2013. Trypanosoma evansi and Metanawey-El, NadiaTM, El-Beih M,
Surra: A Review and Perspectives on Abdel El-Aziz., Hassanane, MS and
Origin, History, Distribution, Abd El- Aziz TH. 2009. Comparative
Taxonomy, Morphology, Hosts, and Studies on Diagnosis of Trypanosoma
Pathogenic Effects. Bio. Med. Res. Int. evansiin Experimentally Infected
2013:22. Goats. Global Vet. 3(4): 348-353.
Eyob E, and Matios L. 2013. Review on Muieed MA, Chaudhary ZI, Shakoori AR.
camel trypanosomosis (surra) due to 2010. Comparative studies on the
Trypanosoma evansi: Epidemiology sensitivity of polymerase chain
and host response. J. Vet. Med. Anim. reaction (PCR) and microscopic
Health. 5(12): 334-343. examination for the detection of
Herczeg T, Dénes S, Miklós B, András B, Trypanosoma evansi in horses. Turk. J.
Mónika G, Róbert F and Gábor H. Vet. Anim. Sci. 34(6): 507-512.
2015. The effect of weather variables Nadeem A, Asim A, Zafar IC, Kamran A,
on the flight activity of horseflies Khalid S, Nisar A, Ishtiaq A and Habib
(Diptera: Tabanidae) in the continental UR. 2010. Indirect fluorescent
climate of Hungary. Parasitol. Res. antibody technique based prevalence
114: 1087–1097. of Surra in equines. Pak. Vet. J. 31(2):
Herrera HM, Da´vilab AMR, Noreka A, 169-170.
Abreuc UG, Souzab SS, D’Andread Radita Besse Dewisari Nur. 2017. Deteksi
PS, Jansena AM. 2004. Enzootiology Trypanosoma evansi pada Kuda
of Trypanosoma evansi in Pantanal, (Equss caballus) di Kabupaten Wajo.
Brazil. Vet. Parasitol. 125: 263–275. Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan
Tehsheen S, Jahan N, Desquesnes M, universitas Hasanuddin.
Shahzad MI, Qamar MF. 2016. Field Reid SA. 2002. Trypanosoma evansi
investigation of Trypanosoma evansi control and containment in Australasia.
and comparative analysis of diagnostic Trends. Parasitol. 18(5): 219-224.
tests in horses from Bahawalpur, Silva JAD, DomicianoI TO, MontãoI DP,
Pakistan. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 41: Sousa PGS, Ramos LL, Paredes LJA,
288-293. MonteiroI SG, Rivero GRC, Júnior
Kassa T, Tadesse E and Hassen. 2011. ASPB, Duarte Cerqueira IABVD.
Prevalence of camel Trypanosomosis 2016. Reemerging of natural infection
and its vectors in Fentale district, by Trypanosoma evansi in horses in
South East Shoa Zone, Ethiopia. Vet. Arari, Marajó Island, Brazil. Ciência
Arhc. 81: 611-621. Rural, Santa Maria. ISSN 1678-4596.
75