Anda di halaman 1dari 6

Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No.

1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI: 10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11

Prevalensi Dan Intensitas Infeksi Trypanosoma Evansi Pada Kuda Di Desa


Kabaru, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur
(PREVALENCE AND INTENSITY OF TRYPANOSOMA EVANSI INFECTION IN HORSE at
THE KABARU VILLAGE, SUBDISTRICT RINDI, EAST SUMBA REGENCY)
Mersy Rambu Maramba Ndiha1, Ida Ayu Pasti Apsari2, I Made Dwinata2
1
Praktisi Dokter Hewan di Sumba, 2Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana, Jalan PB. Sudirman Denasar, Bali
Email: rambumn@gmail.com
ABSTRAK
Penyakit Surra merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi.
Kejadian trypanosomiasis dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kondisi geografis, keberadaan
vektor, cara pemeliharaan dan kondisi fisologis hewan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
prevalensi dan intensitas infeksi T. evansi pada kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi. Sampel yang
digunakan berupa darah dari 100 ekor kuda yang diambil dari Desa Kabaru. Pengambilan darah
dilakukan melalui vena jugularis dan dibuat preparat ulas darah tipis yang diwarnai dengan Giemsa
10%. Preparat ulas darah yang telah diwarnai diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi T. evansi dan intensitasnya dihitung jumlah rata-rata T. evansi per 10 (sepuluh)
lapang pandang. Hasil penelitian didapatkan 8% sampel terinfeksi T. evansidengan intensitas infeksi
13-71 parasitrata-rata sebesar 34.5 ± 22.7. Prevalensi infeksi berdasarkan jenis kelamin didapatkan
pada kuda jantan sebesar 12% dan betina sebesar 6.7%. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin
dengan prevalensi infeksi T. evansi.
Kata kunci: prevalensi; intensitas; T. evansi; kuda; Desa Kabaru.
ABSTRACT
Surra is a parasitic disease caused by Trypanosoma evansi. The incidence of trypanosomiasis
was influenced by geographical conditions, management system, vector, and host. The aim of this
research is to determine the prevalence and intensity of T. evansi infection in horse in Kabaru village,
subdistrict Rindi. The sample used was blood from 100 horses taken from Kabaru Village. Blood
collected was done through a jugular vein and a thin blood smear were made then stained with
Giemsa 10%. Preparations of blood smear were examined under microscope to determine the T.
evansi infection and intensity were calculated on average number of T. evansi in 100 red blood cells.
The result showed that 8% of blood sample infected by T. evansi with the infection intensity of 13-71
parasites with an average number of 34.5 ± 22.7. The prevalence of sex-based infections was found in
males at 12% and females at 6.7%. There was no significant difference in prevalence of T.
evansiinfection between male and female horse.
Keywords: prevalence; intensity; T. evansi; horse; Kabaru village.
PENDAHULUAN Timur. Disamping memiliki nilai sosial
Peternakan merupakan sektor budaya, ternak kuda juga mempunyai nilai
penting dalam menunjang perekonomian ekonomis sebagai salah satu sumber
di Kabupaten Sumba Timur. Kuda pendapatan masyarakat peternak yang
merupakan salah satu ternak yang banyak memberikan kontribusi signifikan terhadap
diternakkan oleh masyarakat Sumba Timur Pendapatan Asli Daerah (Pemerintah
selain sapi, dan kerbau. Berdasarkan data Daerah Kabupaten Sumba Timur, 2015).
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba PAD Sumba Timur dapat berkurang
Timur, pada tahun 2015 populasi kuda di apabila ada wabah penyakit yang
Kabupaten Sumba Timur sebanyak 32.355 menyerang ternak seperti penyakit Surra
ekor. Ternak kuda merupakan bagian dari yang menyebar luas di beberapa
kehidupan masyarakat Kabupaten Sumba kecamatan di Kabupaten Sumba Timur.

70
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.

Surra merupakan penyakit parasit surra pada hewan bervariasi, infeksi bisa
yang disebabkan oleh T. evansi dan berlangsung akut, subklinis dan kronis.
ditularkan secara mekanis oleh vektor lalat Desquesnes (2004) menyatakan bahwa
penghisap darah, yaitu lalat dari genus tanda klinis yang muncul dipengaruhi oleh
Tabanus, tetapi Stomoxys, Haematopota intensitas infeksi T. evansi yang
dan Lyperosia juga dapat menularkan berkembang di sirkulasi darah. Intensitas
protozoa ini. Parasit ini dapat ditemukan infeksi T. evansi sangat tergantung pada
dalam plasma darah dan cairan limfe kekebalan tubuh dan kondisi fisiologis dari
penderita (Coen, 2011).Surra merupakan hospes.
penyakit yang serius pada kuda dan unta di Data terakhir Dinas Peternakan
Afrika dan Asia, menyebabkan turunnya Sumba Timur menyebutkan bahwa
produktivitas, kematian dan kerugian penularan penyakit surra di Kabupaten
anatomi (Tehseen, 2016).Surra merupakan Sumba Timur mulai ditemukan sejak bulan
salah satu penyakit parasit darah yang Agustus 2010 yang menyerang ternak
penting dan secara sporadik menyebar di kuda dan kerbau, sedangkan pada ternak
beberapa wilayah Indonesia, baik pada sapi tidak ditemukan gejala Surra maupun
area tropis maupun subtropics (Lehane, dari hasil pemeriksaan laboratorium. Dinas
2005). Kuda dan unta termasuk hewan Peternakan Kabupaten Sumba Timur
yang paling peka terhadap infeksi T. (2012) melaporkan bahwa kasus Surra di
evansi yang dapat menyebabkan mortalitas Pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara
tinggi. Sapi dan babi dapat menderita Timur terjadi pada tahun 2010 – 2011.
penyakit ini, tetapi tanda klinis yang Kasus tersebut mengakibatkan 4268 ekor
muncul kurang parah dibandingkan unta ternak (kuda 1608, kerbau 2464, sapi 196)
dan kuda (Desquesnes et al., 2013; Eyob terjangkit penyakitsurra. Kematian akibat
dan Matios, 2013). Sedangkan domba, surra di pulau Sumba tersebut dilaporkan
kambing, dan rusa memiliki kerentanan sebanyak 1760 ekor, terdiri dari kuda 1159
yang rendah terhadap infeksi T. evansi ekor, kerbau 600 ekor dan sapi satu ekor.
(Metanawey-El et al., 2009). Sapi dan
MATERI DAN METODE
kerbau dapat bertindak sebagai reservoir.
Kerbau menunjukkan parasitemia lebih Materi
lama dan lebih tinggi daripada sapi Objek penelitian yang digunakan
sehingga kerbau diduga merupakan dalam penelitian ini adalah kuda di Desa
sumber penularan yang potensial bagi Kabaru, dengan jumlah sampel sebanyak
ternak sapi maupun kuda (Mastra, 2011). 100 ekor. Bahan-bahan yang digunakan
Prevalensi T. evansi paling tinggi dalam penelitian ini yaitu sampel darah
dilaporkan pada kuda berkisar 73% kuda, alkohol 75%, kapas, kertas tisu,
dibanding kerbau dan sapi di Brazil methanol, geimsa 10% dan minyak emersi.
(Harrera et al., 2004). Total sebanyak 101 Alat–alat yang digunakan dalam penelitian
sampel darah diambil dari peternakan sapi ini yaitu, jarum hisap (multi drawing
perah di India menunjukkan prevalensi needle), holder, tabung vakum, objek
infeksi T. evansi berdasarkan pemeriksaan glass, mikroskop dan kamera.
ulas darah 6.9% sedangkan dengan deteksi Metode
PCR mencapai 46.5% (Bal, 2014). Laha Teknik pengambilan darah pada kuda
dan Sasmal (2008) menemukan prevalensi dilakukan dengan cara vakum.
sebesar 12.74% pada kuda di bagian timur Pengambilan sampel darah dilakukan
India.Penelitian yang dilakukan di pulau melalui vena jugularis. Pembuluh darah
Sumbawa menemukan prevalensi T. evansi dibendung dan daerah yang akan diambil
pada sapi, kerbau, dan kuda masing- darahnya dibersihkan menggunakan kapas
masing sebesar 15.45%, 26.13%, dan yang telah dibasahi dengan alkohol 75%.
13,43% (Mastra, 2011). Manifestasi klinis

71
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI:10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11

Selanjutnya dilakukan pengambilan darah Data yang diperoleh pada penelitian


menggunakanjarum hisap (multi drawing ini disajikan secara deskriptif dan
needle) dengan holder pada vena jugularis, dianalisis dengan uji Chi-Square.
kemudian tabung vakum dilekatkan pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
jarum dan darah akan mengalir masuk
kedalam tabung. Pembuatan preparat ulas Hasil
darah dilakukan menggunakan duabuah Dari hasil pemeriksaan pada 100
objek glass, dimana ujung salah satu objek sampel darah kuda yang diambil di Desa
glass disentuhkan pada darah yang keluar Kabaru, Kecmatan Rindi, Kabupaten
kemudian ujung objek glass tersebut Sumba Timur ditemukan prevalensi
disentuhkan pada objek glass lainnya sebesar 8% (8/100) terinfeksi T. evansi.
membentuk sudut 450. Selanjutnya kedua
objek glass digeser berlawanan arah secara
cepat sehingga akan terbentuk ulas darah
tipis pada objek glass. Setelah dikeringkan
dengan cara mengangin-anginkan, sediaan
ulas darah difiksasi menggunakan larutan
methanol absolut selama limamenit, dan
diwarnai dengan Giemsa 10% selama ± 50
Gambar1. T. evansi pada Sampel Darah
menit kemudian dibilas menggunakan air
Kuda
mengalir dan dikeringkan. Preparat ulas
Prevalensi infeksi T. evansi
darah yang telah diwarnai kemudian
berdasarkan jenis kelamin, pada kuda
ditetesi dengan minyak emersi dan diamati
jantan sebesar 12% (3/25) dan pada kuda
dibawah mikroskop menggunakan
betina sebesar 6.7% (5/75). Setelah
pembesaran 1000X untuk mengidentifikasi
dianalisis dengan uji Chi-Square,
keberadaan T. evansi. Jika ditemukan
menunjukkan tidak ada hubungan
sampel yang positif dilanjutkan dengan
(P>0,05) antara jenis kelamin dengan
penghitungan jumlah T. evansi per 10
prevalensi infeksi T. evansi (Tabel 1).
(sepuluh) lapang pandang.
Analisis Data
Tabel 1. Prevalensi Infeksi T. evansi pada Kuda Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah sampel Positif Negatif Prevalensi (%) Sign.
Jantan 25 3 22 12
0.395
Betina 75 5 70 6.7
Pembahasan Nadeem et al., (2010) pada kuda di
Dari 8 sampel darah yang positif Pakistan sebesar 2% dan Radita (2017)
terinfeksi T. evansi ditemukan rata-rata pada kuda di Kabupaten Wajo, Sulawesi
intensitas infeksi 13 – 71 parasit T. evansi Selatan sebesar 4% Hal ini berhubungan
per 10 lapang pandang dengan rata-rata dengan pola pemeliharaan kuda di Desa
jumlah T. evansi sebesar 34.5 ± 22.7 Kabaru. Pada umumnya, kuda di
(Tabel 2). Kabupaten Sumba Timur masih dipelihara
Berdasarkan hasil penelitian yang secara tradisional yaitu dengan cara
dilakukan di Desa Kabaru, Kabupaten dilepas di padang gembalaan pada siang
Sumba Timur bahwa prevalensi infeksi T. hari bersamaan dengan ternak lain seperti
evansi pada kuda sebesar 8%. Prevalensi kerbau dan sapi kemudian malamnya
infeksi T. evansi sebesar 8% pada dimasukkan kedalam kandang, ada pula
penelitian ini lebih besar jika dibandingkan yang dibiarkan di padang selama berbulan-
dengan penelitian yang dilakukan oleh bulan (Dinas Peternakan Kabupaten

72
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.

Sumba Timur. 2015). Kuda yang darah. Prevalensi infeksi T. evansi pada
diternakkan bersama dengan kerbau dan penelitian ini juga lebih rendah
sapi menjadi salah satu faktor penyebab dibandingkan dengan penelitian dilakukan
terjadinya infeksi T. evansi pada kuda, oleh (Mueeid, 2010) pada kuda di Pakistan
dimana kerbau dan sapi dapat bertindak sebesar 16%, Harrera et al. (2004) pada
sebagai reservoir infeksi T. evansi. Dadi- kuda di Pantanal Brazil sebesar 73% dan
Mamud et al. (2012) mengatakan bahwa Silva et al, (2016) pada kuda di Marajo
tingginya infeksi parasit dapat disebabkan Island, Brazi sebesar 8.23%. Hal ini
oleh manajeman lingkungan pemeliharaan kemungkinan berhubungan dengan kondisi
yang buruk. Pengambilan sampel yang geografis di Desa Kabaru, Kecamatan
dilakukan pada musim kemarau juga Rindi, Kabupaten Sumba Timur
mempengaruhi prevalensi pada penelitian yangterletak disepanjang pantai utara
ini. Padang penggembalaan berbukit, memiliki curah hujan yang
biasanyamenghasilkan hijauan yang sangat rendah dan tidak merata, dimana
melimpah di musim hujan, dan musim musim kemarau relatif lebih panjang
kemarau mengalami kekeringan. Pada dibandingkan musim hujan. Dengan
musim kemarau terjadi keterbatasan pakan kondisi geografis yang demikian
bagi ternak, akibatnya ternak kurus dan merupakan tempat yang kurang potensial
kekurangan nutrisi. Kekurangan nutrisi bagi perkembangan vektor penyebar T.
merupakan salah satu faktor yang evansi (Tabanus, Stomoxys, Haematopota,
mempengaruhi infeksi T. evansi (Reid Lyperosia). Hal ini dinyatakan oleh
2002). Desquesnes et al. (2013) bahwa status
Tabel 2. Intensitas Infeksi T. evansi pada epidemiologik dan kondisi geografis dapat
Kuda di Desa Kabaru, Kecamatan Rindi, mempengaruhi kejadian penyakit Surra di
Kabupaten Sumba Timur suatu wilayah.Disamping itu waktu
Sampel Jumlah T. evansi/10 pengambilan sampel yang dilakukan pada
lapang pandang musim kemarau juga kemungkinan
1 13 mempengaruhi prevalensi pada penelitian
2 32 ini. Selama musim hujan akan terjadi
3 6 peningkatan jumlah vektor dibandingkan
4 58 dengan musim kemarau. Menurut Herczeg
5 71 et al. (2015) bahwa curah hujan,
6 17 kelembapan udara dan sinar matahari
7 46 berpengaruh terhadap banyaknya vektor
8 33 khusunya Tabanus sp di alam. Vektor
Rata-rata 34.5 ± 22.7 membutuhkan suhu udara disekitarnya
paling tidak 180C untuk terbang. Suhu
Prevalensi infeksi T. evansi sebesar optimal bagi Tabanus sp untuk terbang
8% pada penelitian ini lebih rendah jika minimal 310C - 350C. Suhu rata-rata di
dibandingkan dengan penelitian yang kabupaten Sumba Timur umumnya,
dilakukan oleh Mastra (2011) secara 22,50C - 31,730C (Badan Pusat Statistik
serologis pada kuda di Pulau Sumbawa Kabupaten Sumba Timur). Rendahnya
sebesar 13.43%. Hal ini dikarenakan prevalensi infeksi T. evansi pada penelitian
perbedaan kondisi geografis di daerah inikemungkinan berhubangan dengan saat
tersebut dan metode penelitian yang pengambilan sampel darah, dimana ternak
digunakan. Lokasi pengambilan sampel di Desa Kabaru berada dalam masa
pada penelitian yang diakukan oleh Mastra pengobatan penyakit Surra (Dinas
(2011) banyak dijumpai sungai dan hutan Peternakan Kabupaten Sumba Timur,
dimana kondisi lingkungan seperti ini 2016).
digemari oleh vektor lalat-latat pengisap

73
Buletin Veteriner Udayana Volume 10 No. 1: 70-75
pISSN: 2085-2495; eISSN: 2477-2712 Pebruari 2018
Online pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet DOI:10.24843/bulvet.2018.v10.i01.p11

Prevalensi infeksi T. evansi 6.7%. Sedangkan berdasarkan jenis


berdasarkan jenis kelamin, yaitu kuda kelamin pada kuda jantan sebesar 12% dan
jantan sebesar 12% dan kuda betina kuda betina sebesar 6.7%. Tidak ada
sebesar 6.7 %. Setelah dianalisis hubungan antara jenis kelamin dengan
menggunakan Chi-Square, diperoleh tidak prevalensi infeksi T. evansi. Intensitas
ada hubungan (P>0,05) antara jenis infeksi T. evansi pada sampel yang positif
kelamin dengan prevalensi infeksi T. ditemukan 13-71 parasit per 10 lapang
evansi. Penelitian pada unta yang pandang dengan rata-rata jumlah T. evansi
dilakukan oleh Bhutto (2010) di Pakistan sebesar 34.5 ± 22.7.
dan Kassa (2011) di Ethiopia juga
Saran
menunjukkan hasil yang sama. Hal ini Perlu dilakukan penelitian lebih
kemungkinankarena kuda jantan maupun lanjut untuk mengetahui pengaruh vektor
kuda betina memiliki paparan yang hampir dalam penularan infeksi T. evansi pada
sama dengan vektor lalat di area kuda sehingga dapat dilakukan suatu
penggembalaan. Perbedaan prevalensi strategi pengendalian dan pencegahan
pada kudajantan dan betina dipengaruhi infeksi T. evansi. Perubahan pola
oleh ketahanan dari inang itu sendiri. Reid pemeliharaan kuda dengan memperhatikan
(2002) menyatakan bahwa prevalensi manajemen kebersihan lingkungan yang
penyakit Surra sering kali tidak berkaitan baik juga perlu dilakukan untuk
dengan klinis penyakit, harus ada faktor meminimalisir terjadinya infeksi T. evansi.
lain yang terlibat, seperti hewan
kekurangan nutrisi, stress akibat UCAPAN TERIMA KASIH
dipekerjakan terlalu berat, patogenitas Penulis mengucapkan terima kasih
parasit dan strain parasit. kepada Dinas Peternakan Kabupaten
Intensitas infeksi T. evansi pada Sumba Timur yang telah membantu dan
penelitian ini ditemukan 13 – 71 parasit memfasilitasi penulis dalam pengambilan
per 10 lapang pandang dengan rata-rata sampel penelitian.
jumlah T. evansi sebesar 34.5 ± 22.7.
Intensitas infeksi pada penelitian ini DAFTAR PUSTAKA
berhubungan dengan kondisi kuda yang Bal MS, Amrita S, Ashuma, Balwinder
digunakan sebagai sampel, dimana KB, Kaur P and Singla LD. 2015.
beberapa kuda hanya menunjukkan tanda Detection and Management of Latent
klinis secara umum kelemahan, lesu, Infection of Trypanosoma evansi in a
penurunan berat badan dan ada pula yang Cattle Herd. Indian J. Anim. Res.
menunjukkan tanda klinis berupa edema 48(1): 31-37.
pada abdomen. Hal ini sesuai dengan yang Bhutto B, Gadahi JA,Shah G, Dewani P
dikemukakan Desquesnes (2004) bahwa and Arijo AG. 2010. Field
tanda klinis yang muncul dipengaruhi oleh Investigation on the Prevalence of
intensitas infeksi T. evansi yang Trypanosomiasis in Camels in Relation
berkembang di sirkulasi darah. Intensitas to Sex, Age, Breed and Herd Size. Pak.
infeksi T. evansi pada dasarnya tergantung Vet. J. 30(3): 175-177.
pada kekebalan tubuh dan kondisi Coen PG, Luckins AG, Davison HC, and
fisiologis dari hospes. Woolhouse MEJ. 2001. Trypanosoma
SIMPULAN DAN SARAN evansi in Indonesian buffaloes:
evaluation of simple models of natural
Simpulan immunity to infection. Epidemiol.
Prevalensi infeksi T. evansi pada Infect. 126: 111-122.
kuda di Desa Kabaru, Kabupaten Sumba Dadi-Mamud NJ, Kabir MA, Dibal DM,
Timur sebesar 8%. pada kuda jantan Rajab MH. 2012. Study on
sebesar 12% dan kuda betina sebesar Prevalenceof Haemoparasites of

74
Buletin Veteriner Udayana Ndiha et al.

Pigeon (Columbia livia) in Lapai- Laha R, and Sasmal NK. 2008. Endemic
Nigeria. IJABR. 4(1&2): 121–127. status of Trypanosoma evansi infection
Desquesnes M. 2004.Livestock in a horse stable of eastern region of
Trypanosomoses and their Vectors in India – a field investigation. Trop.
Latin America. Centre de coopération Anim. Health Prod. 40(5): 357–361.
internationaleen recherche Lehane MJ. 2005. The Biology of Blood-
agronomique pour le développement Sucking in Insects. Cambridge
(CIRAD)/Élevage et médecine University Press.
vétérinaire tropicale (EMVT). ISBN: Mastra IK. 2011. Seroprevalensi
92-9044-634-X. Trypanosomiasis di Pulau Sumbawa,
Desquesnes M, Philippe H, De-Hua L, Nusa Tenggara Barat. Bul. Vet.
Alan D, Zhao-Rong L, and Sathaporn 23(79).
J. 2013. Trypanosoma evansi and Metanawey-El, NadiaTM, El-Beih M,
Surra: A Review and Perspectives on Abdel El-Aziz., Hassanane, MS and
Origin, History, Distribution, Abd El- Aziz TH. 2009. Comparative
Taxonomy, Morphology, Hosts, and Studies on Diagnosis of Trypanosoma
Pathogenic Effects. Bio. Med. Res. Int. evansiin Experimentally Infected
2013:22. Goats. Global Vet. 3(4): 348-353.
Eyob E, and Matios L. 2013. Review on Muieed MA, Chaudhary ZI, Shakoori AR.
camel trypanosomosis (surra) due to 2010. Comparative studies on the
Trypanosoma evansi: Epidemiology sensitivity of polymerase chain
and host response. J. Vet. Med. Anim. reaction (PCR) and microscopic
Health. 5(12): 334-343. examination for the detection of
Herczeg T, Dénes S, Miklós B, András B, Trypanosoma evansi in horses. Turk. J.
Mónika G, Róbert F and Gábor H. Vet. Anim. Sci. 34(6): 507-512.
2015. The effect of weather variables Nadeem A, Asim A, Zafar IC, Kamran A,
on the flight activity of horseflies Khalid S, Nisar A, Ishtiaq A and Habib
(Diptera: Tabanidae) in the continental UR. 2010. Indirect fluorescent
climate of Hungary. Parasitol. Res. antibody technique based prevalence
114: 1087–1097. of Surra in equines. Pak. Vet. J. 31(2):
Herrera HM, Da´vilab AMR, Noreka A, 169-170.
Abreuc UG, Souzab SS, D’Andread Radita Besse Dewisari Nur. 2017. Deteksi
PS, Jansena AM. 2004. Enzootiology Trypanosoma evansi pada Kuda
of Trypanosoma evansi in Pantanal, (Equss caballus) di Kabupaten Wajo.
Brazil. Vet. Parasitol. 125: 263–275. Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan
Tehsheen S, Jahan N, Desquesnes M, universitas Hasanuddin.
Shahzad MI, Qamar MF. 2016. Field Reid SA. 2002. Trypanosoma evansi
investigation of Trypanosoma evansi control and containment in Australasia.
and comparative analysis of diagnostic Trends. Parasitol. 18(5): 219-224.
tests in horses from Bahawalpur, Silva JAD, DomicianoI TO, MontãoI DP,
Pakistan. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 41: Sousa PGS, Ramos LL, Paredes LJA,
288-293. MonteiroI SG, Rivero GRC, Júnior
Kassa T, Tadesse E and Hassen. 2011. ASPB, Duarte Cerqueira IABVD.
Prevalence of camel Trypanosomosis 2016. Reemerging of natural infection
and its vectors in Fentale district, by Trypanosoma evansi in horses in
South East Shoa Zone, Ethiopia. Vet. Arari, Marajó Island, Brazil. Ciência
Arhc. 81: 611-621. Rural, Santa Maria. ISSN 1678-4596.

75

Anda mungkin juga menyukai