Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori evolusi diajukan sebagai hipotesa rekaan di tengah konteks pemahaman ilmiah
abad kesembilan belas yang masih terbelakang, yang hingga hari ini belum pernah
didukung oleh percobaan atau penemuan ilmiah apapun. Sebaliknya, semua metode yang
bertujuan membuktikan keabsahan teori ini justru berakhir dengan pembuktian
ketidakabsahannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas beberapa teori evolusi
yang dikemukakan beberapa tokoh dan akan dibahas pula tentang adaptasi dan
hubungannya dengan evolusi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Adaptasi?
2. Apa yang dimaksud dengan Evolusi?
3. Bagaimana Evolusi terjadi?
4. Bagaimana keruntuhan teori Evolusi?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Adaptasi.
2. Mengetahui pengertian Evolusi.
3. Mengetahui proses terjadinya Evolusi dan keruntuhannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Adaptasi

Adaptasi adalah kemampuan makhluk hidup untuk dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan tempat hidupnya agar tetap hidup (survive) dan berkembang biak di lingkungan
alaminya. Adaptasi merupakan proses evolusi yang mana sesebuah populasi mampu
mempersuaikan dirinya dengan habitatnya. Proses ini berlaku selama turun-temurun lamanya,
sebagai satu fenomena biologi yang asas.

Asumsi dasar adaptasi berkembang dari pemahaman yang bersifat evolusionari yang
senantiasa melihat manusia selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
alam sekitarnya, baik secara biologis/genetik maupun secara budaya. Proses adaptasi dalam
evolusi melibatkan seleksi genetik dan varian budaya yang dianggap sebagai jalan terbaik
untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan. Adaptasi merupakan juga suatu proses yang
dinamik karena baik organisme maupun lingkungan sendiri tidak ada yang bersifat
konstan/tetap

B. Macam-macam Adaptasi

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi merupakan penyesuaian makhluk hidup melalui perubahan bentuk


organ tubuh yang berlangsung sangat lama untuk kelangsungan hidupnya. Adaptasi
morfologi mudah diamati, dan biasanya disebabkan karena adanya perbedaan jenis makanan
dan habitat.

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah upaya penyesuaian fungsi alat-alat tubuh makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Biasanya adaptasi fisiologi melibatkan zat-zat kimia tertentu untuk
membantu proses metabolisme tubuh. Adaptasi fisiologi ini dapat terjadi pada semua
makhluk hidup baik hewan, tumbuhan, maupun manusia.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian diri terhadap lingkungan dengan mengubah
tingkah laku supaya dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adaptasi tingkah laku
lebih mudah diamati daripada adaptasi fisiologi. Adaptasi tingkah laku ini biasanya
berhubungan erat dengan makanan, udara dingin, dan sistem pertahanan.
C. Evolusi

Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu
populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini
disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat
yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu
makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi.

Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka
dalam suatu populasi. Menurut Lamarck evolusi terjadi karena adaptasi, sedangkan adaptasi
timbul karena diinginkan, yaitu perubahan struktur atau bentuk yang terjadi karena adanya
keinginan yang timbul dari dalam untuk menghadapi perubahan lingkungan.

Mekanisme utama yang mendorong evolusi:

1. seleksi alam yang merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang
berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum
dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang.
Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang
besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang
mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi
melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini
dengan seleksi alam.
2. Hanyutan Genetik (Bahasa Inggris: Genetic Drift) yang merupakan sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik
dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu
bertahan hidup dan bereproduksi.

Pada tahun 1859 Charles Darwin, On the Origin of Species yang menjelaskan dengan
detail teori evolusi melalui seleksi alam. Darwin mengajukan lima teori perihal evolusi:

1. Bahwa kehidupan tidak tetap sama sejak awal keberadaannya


2. Kesamaan leluhur bagi semua makhluk hidup
3. Evolusi bersifat gradual (berangsur-angsur)
4. Terjadi pertambahan jumlah spesies dan percabangan garis keturunan
5. Seleksi alam merupakan mekanisme evolusi

Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas
ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen)
dengan mekanisme evolusi (seleksi alam).

Evolusi makhluk hidup dapat dibuktikan berdasarkan penemuan fosil. Fosil adalah sisa
makhluk hidup dari zaman purba yang telah membatu dan tertanam dalam lapisan tanah.
Fosil sangat penting sebagai sumber penelitian asal-usul manusia, hewan, dan tumbuhan.
Dari fosil, dapat diketahui jenis makhluk hidup yang pernah hidup pada zaman dahulu,
lamanya hidup, kekerabatannya dengan makhluk hidup sekarang, dan faktor yang
menyebabkan makhluk hidup itu punah.

Selain penemuan fosil, evolusi dapat diketahui dengan cara membandingkan organ tubuh
makhluk hidup. Makhluk hidup yang berbentuk asalnya sama dapat mengalami evolusi
sehingga bentuk organ mengalami perubahan struktur dan fungsi. Organ-organ yang
mengalami perubahan itu disebut homolog.

Namun terbukti bahwa makhluk hidup di Bumi tidak berevolusi melalui kebetulan,
seperti pernyataan para evolusionis, jelaslah bahwa makhluk hidup adalah karya sang
Pencipta. Para ilmuwan pendukung teori evolusi sepakat akan tidak adanya alternatif ketiga.
Salah satunya, Douglas Futuyma, menyatakan “Organisme hanya mungkin muncul di muka
bumi dalam wujud telah terbentuk sempurna,. Jika tidak, berarti organisme telah terbentuk
dari spesies pendahulunya melalui suatu proses perubahan. Jika organisme muncul dalam
wujud telah terbentuk sempurna, pastilah organisme itu diciptakan oleh suatu kecerdasan
Mahakuasa”.

Semua hasil penggalian dan penelitian selama seratus tahun atau lebih bertentangan
dengan pendapat kaum evolusionis yang menyatakan bahwa makhluk hidup muncul secara
tiba-tiba dalam wujud sempurna tanpa cacat, atau dengan kata lain makhluk hidup telah
“diciptakan”. Tidak ada fosil yang dapat disebut sebagai makhluk transisi atau tahap
perantara. Paleontologi menampilkan pesan yang sama dengan cabang ilmu lainnya:
Makhluk hidup tidak berevolusi, tetapi diciptakan. Sebagai hasilnya, pada saat kaum
evolusionis mencoba membuktikan teori mereka yang tidak berdasarkan fakta itu, mereka
justru membuktikan kebenaran penciptaan dengan tangan mereka sendiri.

Ledakan Zaman Kambrium sudah cukup untuk meruntuhkan teori evolusi. Zaman
Kambrium adalah periode waktu dalam ilmu geologi, yang lamanya diperkirakan kurang
lebih 65 juta tahun, sekitar 570 hingga 505 juta tahun yang silam. Tetapi, kemunculan
mendadak berbagai kelompok utama hewan terjadi pada fase yang jauh lebih singkat di masa
Zaman Kambrium ini, yang sering disebut dengan “ledakan Kambrium ”. Stephen C. Meyer,
P. A. Nelson, dan Paul Chien, dalam sebuah artikel yang didasarkan pada pengkajian literatur
terperinci di tahun 2001, menyatakan “ledakan Kambrium terjadi dalam sepenggal waktu
geologis yang teramat sempit, yang lamanya tak lebih dari 5 juta tahun.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kaum agamawan berpendapat bahwa manusia diciptakan secara tiba-tiba dari tanah,
sedangkan kaum ilmuwan berpendapat bahwa manusia tercipta melalui proses evolusi.
Agama itu dimengerti dengan jalan keimanan, suatu fase yang dalam dunia ilmiah sukar
dijelaskan, mungkin lebih mudah dikatakan dengan terminologi suprarasional. Sementara
science mengandalkan pemahamannya lewat cara-cara pengujian melalui siklus hipotesis.
Dengan demikian ilmu pengetahuan tentu lebih sempit dari pada pemahaman agama. Dengan
keyakinan bahwa agama dan sains sebenarnya tidak bertentangan hanya ada satu penjelasan
yang mungkin, yakni kekeliruan manusia dalam memahami/ menterjemahkan firman-Nya,
sebab manusia sebagai makhluk tentu banyak memiliki kekurangan/ keterbatasan. Terlepas
dari diakui atau tidaknya teori evolusi, kita sebagai makhluk hidup tetap melakukan proses
adaptasi untuk menghadapi berbagai perubahan lingkungan.

B. Saran.

Kita sekarang sudah beralih fase dari pemikiran lama yang bersumber dari sebuah
pemikiran ilmiah berubah kefase yang lahir lewat pemikiran ilmiah dan agama, kita tentunya
harus ikut arus pemikiran baru yang telah merontokkan teori lama. Itulah sebuah teori yang
tidak mempunyai sifat permanen, bisa berubah kapan saja bila ada teori baru yang baru
seperti hal perubahan fase dari teori darwin kefase teori harun yahya

Anda mungkin juga menyukai