SISWA
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Literasi Matematika
Oleh
KELOMPOK 5
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Literasi Matematika dengan judul
Matematika Siswa” dan tentunya agar dapat menjadi sumber pengetahuan dari
pembaca.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Literasi Matematika Bapak Ahmad Farham Majid, S.Pd.,M.Pd yang telah
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kata sempurna
dalam beberapa hal. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya nantinya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Penulis menyampaikan permohonan maaf jika terdapat banyak kesalahan.
KELOMPOK V
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembahasan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
A. PISA 5
B. TIMSS 7
C. Kemampuan Matematika Siswa 9
D. Rekomendasi Hasil Studi PISA dan TIMSS untuk Meningkatkan Kemampuan
Matematika Siswa 17
BAB III PENUTUP 29
A. Kesimpulan 29
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada sumber daya alam yang
melimpah. Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini, daya saing bangsa Indonesia di
manusia yang bermutu hanya dapat diwujudkan dengan pendidikan yang bermutu.
Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang tidak dapat
ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa
Indonesia.
cenderung masih rendah adalah hasil penilaian internasional tentang prestasi siswa.
Survei Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun
skor naik menjadi 411 dibandingkan 403 pada tahun 1999, kenaikan tersebut secara
statistik tidak signifikan, dan skor itu masih di bawah rata-rata untuk wilayah
ASEAN. Prestasi itu bahkan relatif lebih buruk pada Programme for International
Student Assessment (PISA), yang mengukur kemampuan anak usia 15 tahun dalam
literasi membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Program yang diukur setiap
tiga tahun, pada tahun 2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari
40 negara sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia. Indonesia
mengikuti TIMSS pada tahun 1999, 2003 dan 2007 (dan sekarang, 2011, sedang
berlangsung) dan PISA tahun 2000, 2003, 2006, 2009 dengan hasil tidak
peserta dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah 496.
Prestasi pada TIMSS 2007 lebih memprihatinkan lagi, karena rata-rata skor siswa
kelas 8 kita menurun menjadi 405, dibanding tahun 2003 yaitu 411. Rangking
Indonesia pada TIMSS tahun 2007 menjadi rangking 36 dari 49 negara. Hasil TIMSS
dan PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu
faktor penyebab antara lain siswa Indonesia pada umumnya kurang terlatih dalam
PISA. Hal itu setidaknya dapat dicermati dari contoh-contoh instrumen penilaian
hasil belajar yang didesain oleh para guru matematika SMP (Sekolah Menengah
BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) pada tahun 2007. Silabus yang disusun
kurang dikaitkan dengan konteks kehidupan yang dihadapi siswa dan kurang
dalam menyelesaikannya.
Jika kita mencermati buku-buku teks matematika untuk siswa yang digunakan
di sekolah-sekolah, termasuk buku-buku yang sudah lolos dari penilaian BSNP, maka
tidak mudah untuk menemukan soal-soal latihan yang karakteristiknya seperti soal -
soal di TIMSS dan PISA. Padahal, buku-buku tersebutlah yang banyak digeluti siswa
meningkatkan kemampuan matematika siswa kita. Salah satu unsur kunci adalah
peningkatan mutu guru, sebagaimana ditekankan dalam berbagai literatur dan hasil
B. Rumusan Masalah
berikut ini :
saja yang perlu diusulkan untuk melakukan pembenahan dalam hubungannya dengan
peningkatan mutu pendidikan berdasarkan hasil studi internasional ( PISA dan
TIMSS ) ?
C. Tujuan
Indonesia berdasarkan hasil – hasil studi internasional ( PISA dan TIMSS ) serta
PEMBAHASAN
siswa sekolah berusia 15 tahun. Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang
berpartisipasi dalam program PISA. Manfaat yang diperoleh siswa sebagai partisipan
adalah untuk mengaplikasikan konsep dari materi yang telah diterima di sekolah ke
dalam masalah kehidupan seharihari melalui soal-soal yang dirilis oleh PISA (Aini,
2014).
Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000/2001,
2003, dan 2006. Dalam setiap periode, diujikan tiga domain (membaca, matematika,
dan sains) yang penekanannya berbeda dalam setiap periode. Penekanan pada tahun
literasi matematika, dan tahun 2006 kemampuan literasi sains. Program siklus tiga
mengenai kemajuan prestasi siswa dari waktu ke waktu. Dari segi peserta, pada PISA
2000 diikuti oleh 43 negara (28 negara OECD dan 15 negara Non-OECD); PISA
2003 diikuti oleh 41 negara (30 negara OECD dan 11 negara Non-OECD); dan PISA
2006 diikuti oleh 57 negara (30 negara OECD dan 27 negara Non-OECD). Rencana
PISA 2009 akan diikuti oleh 66 negara (30 negara OECD dan 36 negara Non-OECD)
PISA adalah studi yang dikembangkan oleh beberapa negara maju di dunia yang
(OECD). PISA dilakukan setiap tiga tahun oleh Organisasi untuk Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan (OECD). PISA ini memonitoring hasil sistem dari sudut
capaian belajar siswa di tiap negara peserta yang mencakup tiga literasi yaitu: literasi
sains (scientific literacy). Tujuan umum dari PISA adalah untuk menilai sejauh mana
siswa berusia 15 tahun di negara OECD dan negara lainnya telah memperoleh
kemahiran yang tepat dalam membaca, matematika dan ilmu pengetahuan untuk
peserta bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah untuk
mengetahui posisi prestasi literasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan prestasi
literasi siswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena
itu, hasil studi di harapkan dapat digunakan sebagai masukkan dalam perumusan
(PISA) adalah upaya melihat sejauh mana program pendidikan di negara kita
berkembang dibanding negara-negara lain di dunia. Hal ini menjadi sangat penting
dilihat dari kepentingan anak-anak kita di masa depan yang akan datang sehingga
Indonesia telah mengikuti studi PISA sejak tahun 2000 hingga 2009 dan
terakhir adalah pada tahun 2012 ini. Hasil yang diperoleh Indonesia pada studi PISA
B. TIMSS
dan sains. Studi ini diselenggarakan oleh International Association for the Evaluation
Studi ini didesain untuk menyediakan informasi yang diperlukan bagi para
policy markers, pengembang kurikulum, dan peneliti agar mereka memahami secara
ini diikuti oleh sekitar 40 negara di dunia. Data dalam studi dikumpulkan melalui tes,
kuisioner, videotapes, analisis kurikulum, dan konteks matematika dan sains. Jenis
komparatif internasional yang komprehensif dalam matematika dan sains Studi ini
dilakukan setiap 4 tahun sekali, dan pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995.
Tujuan TIMSS adalah untuk mengetahui kemampuan pelajar kelas IV dan kelas VIII
dalam mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam di beberapa negara
peserta.(Hera & Sari, 2015) Indonesia pertama kali mengikuti TIMSS pada tahun
1999 dan terus mengikuti studi ini hingga tahun 2019. Hasil TIMSS 2019 akan keluar
belajar siswa dalam bidang Matematika dan Sains. TIMSS dilakukan secara rutin
setiap 4 tahun sekali, yaitu tahun 1995, 1999, 2003, 2007, 2011 dan 2015. Indonesia
termasuk salah satu negara yang menjadi objek TIMSS pada empat periode terakhir.
berhadapan dengan sejumlah siswa yang tidak dipilih secara khusus berdasarkan
kecerdasannya, maka di antara mereka terdapat siswa yang pandai, sedang, dan
lemah. Menurut Poerwadarminta (2005) kemampuan berasal dari kata “mampu” yang
(2008), “kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan
yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.” (Pesona & Yunianta, 2018).
matematika.
Sumarno (2012) menyatakan bahwa pada pembelajaran matematika
yang menunjukkan saling keterkaitan unsur-unsur dasar dengan struktur yang lebih
secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri, misalkan pengetahuan seseorang
mengelompokkan tingkat kemampuan siswa pada lima level berbeda dan bersifat
hirarkis, yaitu:
yang terkait dalam menyelesaikan suatu tugas, atau tidak menggunakan data
tunggal)
bersama-sama
suatu tugas
5. level 4: extended abstract. siswa yang dapat menghasilkan prinsip umum dari
data terpadu yang dapat diterapkan untuk situasi baru (mempelajari konsep
dimiliki oleh para pelajar, utamanya kelas IV dan kelas VIII sebagai objek penilaian
TIMSS.
1. kelas IV
kemampuan matematis yang diharapkan dimiliki oleh para pelajar, utamanya kelas IV
a. Pada materi bilangan siswa diharapkan mampu: menuliskan bilangan yang terdiri
bilangan hingga 4 angka (secara langsung atau soal cerita sederhana), melakukan
operasi pembagian dan perkalian bilangan hingga 3 angka (secara langsung atau
menyelesaikan soal cerita sederhana yang melibatkan 2 atau lebih operasi hitung,
soal yang berkaitan dengan satuan hitung (panjang, berat, volume, dan waktu),
antar garis dan sudut, memahami sifat bangun datar dan bangun ruang.
c. Pada materi data siswa diharapkan mampu memahami data yang disajikan (dalam
2. VIII
(Ina V S Mullis et al., 2011) menjelaskan bahwa melalui TIMSS terdapat
beberapa kemampuan matematis yang diharapkan dimiliki oleh para pelajar kelas
VIII.
hitung bilangan (secara langsung dan soal cerita), mengurutkan berbagai bentuk
langsung atau soal cerita), menyelesaikan operasi hitung pecahan (pecahan biasa
dan pecahan desimal secara langsung maupun soal cerita), memahami konsep
b. Pada materi aljabar siswa diharapkan mampu: menentukan nilai variabel suatu
cerita), memahami konsep garis miring dan perpotongan antar garis lurus.
c. Pada materi geometri diharapkan mampu: menentukan hubungan antara sudut dan
yang dimiliki, memahami segitiga dan segiempat yang kongruen dan sebangun,
d. Pada materi data dan peluang siswa diharapkan mampu: memahami satu atau
lebih sumber data, memahami prosedur yang tepat dalam mengumpulkan dan
menyajikan data, memahami data yang disajikan (mean, median, modus, dan
Mullis, Michael O. Martin, Pierre Foy, 2015). Kemampuan tingkat pertama adalah
NILAI KEMAMPUAN
625 ● Siswa dapat menerapkan pemahaman dan pengetahuan mereka
dalam berbagai situasi yang relatif kompleks dan menjelaskan
alasannya.
● Siswa dapat memecahkan berbagai masalah kompleks yang
melibatkan bilangan bulat.
(tingkatan), level 6 sebagai tingkat pencapaian yang paling tinggi dan level 1 yang
yang dicapai siswa. Secara lebih rinci level-level yang dimaksud tergambar pada
matematika siswa
dilaksanakan mulai tahun 2000. Tetapi sampai saat ini hasil studi PISA masih juga
20% saja dari siswa kita yang menjawab dengan benar, sementara 80% menjawab
salah.
Adapun hasil perolehan Indonesia dalam PISA dapat dilihat pada Tabel 1.
berikut :
Indonesia dari banyaknya jumlah negara yang ikut serta dalam PISA masih dalam
peringkat terakhir. Hal ini menyebabkan negara Indonesia masih harus meningkatkan
masih jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti Taiwan, Korea Selatan,
bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal PISA siswa masih kurang
baik, dikarenakan siswa masih banyak menjawab salah. Dan diperoleh informasi
bahwa dari hasil penelitian yang dilaksanakan di SMP S Al-Hikmah dapat diambil
a. Pada level kemampuan matematis ini dari 6 siswa hanya 3 siswa saja yang
mampu menjawabnya atau setara dengan 50%, sehingga masih kurangnya siswa
b. Pada level kemampuan matematis di level 2 sudah 66,7% siswa yang dapat
menjawab dengan benar, sehingga pada level ini siswa sudah mampu dalam
yang telah disajikan pada soal dan siswa juga mampu dalam mengerjakan soal
c. Pada level kemampuan matematis dalam level 3 hanya terdapat 50% siswa saja
yang dapat mengerjakannya dengan benar. Dan pada soal level ini peneliti
Jadi hanya separuh siswa saja yang mampu mengerjakan soal pada level
d. Pada level kemampuan matematis dalam level 4 hanya 2 siswa saja yang dapat
matematis ini berarti siswa masih belum mampu untuk dapat bekerja secara
efektif dengan model dan juga belum dapat memilih serta mengintegrasikan
e. Pada level kemampuan matematis dalam level 5 siswa masih kurang mampu
dalam mengerjakannya, karena pada soal level ini siswa masih salah dalam
menjawabnya dan tidak ada yang benar. Berarti pada level ini mendapat
persentase 0% dan siswa tidak dapat bekerja dengan model untuk situasi yang
f. Pada level kemampuan matematis pada level 6 hanya 33,3% siswa yang mampu
menjawabnya dari 4 orang siswa dan mendapat 6 skor dari keseluruhan skor pada
Level literasi siswa masih banyak yang berada pada level 1. Jika kita
bandingkan antara pengertian literasi matematika dengan tujuan PISA tampak adanya
bersaing dengan siswa negara lain. Kemampuan matematika siswa Indonesia berada
pada tingkatan kognitif knowing yang merupakan tingkatan terendah menurut kriteria
dari (Mullis et al) dalam (Sari, 2015). Siswa Indonesia belum dapat menerapkan
internasional seperti yang dilansir oleh TIMSS. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia
berada di peringkat 35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan
rata-rata skor internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di
peringkat 36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, hasil studi TIMSS
2011, Indonesia berada diperingkat 38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata
386, sedangkan skor rata-rata internasional 500 (P4TK, 2011). Dan hasil terbaru,
yaitu TIMSS 2015 Indonesia berada di peringkat 44 dari 49 negara (Nizam, 2016)
tingkat: rendah (low 400), sedang (intermediate 475), tinggi (high 550) dan lanjut
(advanced 625) dari data di atas sehingga posisi Indonesia berada pada tingkat
rendah. Bahkan di hasil TIMSS 2011 menempatkan Indonesia pada posisi rendah
dimana peringkat Indonesia bahkan berada di bawah Palestina, negara yang selama
ini dalam kondisi perang. Hasil pencapaian TIMSS 2011 (Rosnawati dalam Hadi
Laporan hasil studi TIMSS 2003 dan PISA 2000 secara umum menyimpulkan
bahwa:
Kemamapuan Matematika
perlu dioptimalkan dengan cara membiasakan pemberian soal PISA (Sasongko et al,
2016). Sering diberikannya soal-soal seperti PISA akan melatih dan meningkatkan
meningkatkan peringkat Indonesia dalam studi PISA (Purnomo & Dafik, 2015). Hasil
PISA yang baik akan menunjukkan literasi matematika siswa baik pula.
matematika guru dapat menerapkan soal-soal PISA yang telah dikembangkan oleh
peneliti lain. Soal yang telah dikembangkan memiliki efek potensial terhadap
mengerjakan soal ini siswa akan terbiasa menghadapi soal PISA dan kemampuan
Dalam laporan hasil studi PISA untuk penilaian tahun 2000 dan TIMSS untuk
penilaian tahun 2003 yang diterbitkan oleh Puspendik Tahun 2006 telah diuraikan
kepada guru, dan kepada masyarakat, POMG, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah,
LSM dalam bidang pendidikan. Isi rekomendasi dalam laporan hasil studi PISA dan
TIMSS pada intinya sama. Bila dicermati, rekomendasi tersebut masih relevan
sampai dengan saat ini. Beberapa rekomendasi sudah ditindaklanjuti, namun beberapa
lainnya masih harus terus direalisasikan dan ditindaklanjuti. Berikut ini rekomendasi
tersebut.
1) Hasil studi TIMSS maupun PISA dari ketiga bidang (matematika, sains, dan
membaca) yang masih berada pada posisi ranking bawah dari negara peserta
2) Perlunya pemberian kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat
hubungannya dengan aspek konten, kognitif, motorik, dan sikap serta aspek
konteks. Materi pembelajaran siswa sebaiknya dipilih hal yang esensial dan
4) Standard dan praktek penilaian hasil belajar siswa secara nasional yang
diperbaiki. Mengacu pada soal TIMSS 2003, dapat ditunjukkan bahwa soal
pilihan ganda pun dapat mengukur kemampuan bernalar siswa dan pemecahan
masalah.
5) Perlunya diupayakan pengadaan buku teks dan fasilitas kelas (media dan cara
pemanfaatannya), hal ini terkait dengan kondisi kepemilikan buku yang masih
rendah di kalangan siswa dan keterbatasan media belajar di sekolah-sekolah.
untuk berani mencoba hal-hal yang dianggap rumit untuk dapat lebih
disederhanakan.
tersebut, diperlukan adanya pengetahuan yang luas bagi para guru di kelas
untuk menerapkannya.
4) Perlunya dilakukan pembenahan dalam hal penilaian hasil belajar siswa se
penilaian tidak hanya dalam bentuk tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda
tetapi juga dalam bentuk yang lain, seperti tes uraian, self test, dan lain
sebagainya, sehingga soal tidak hanya semata-mata berupa pilihan ganda saja.
Apabila diperlukan bentuk soal pilihan ganda, maka perlu dibuat sebaik-
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan makalah ini adalah:
yang bertujuan untuk mengukur prestasi literasi membaca, matematika, dan sains
siswa sekolah berusia 15 tahun secara internasional peserta bagi Indonesia. Trend In
tentang kecenderungan atau arah dan perkembangan matematika dan sains. Studi ini
Achievement (IEA). Kedua program tersebut merupakan program yang dapat menilai
perbedaan objek yang dinilai dimana PISA berfokus pada siswa 15 tahun ke atas
TIMSS tergolong masih lemah. Beberapa rekomendasi dalam laporan hasil studi
PISA dan TIMSS pada intinya sama. Bila dicermati, rekomendasi tersebut masih
relevan sampai dengan saat ini. Beberapa rekomendasi sudah ditindak lanjuti, namun
beberapa lainnya masih harus terus direalisasikan dan ditindak lanjuti. Berdasarkan
hasil penilaian kemampuan matematika siswa Indonesia dalam studi PISA dan
secara nasional dan sehari-hari di kelas dengan mengukur keterampilan teknis baku,
B. Saran
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini belum mencapai kata sempurna
dalam beberapa hal. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar kedepannya dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya, sehingga pembuatan makalah ini menjadi tolak ukur dari perbaikan yang
akan dilakukan untuk menjadikan makalah layak di baca dan nikmati oleh para
pembaca sesuai dengan ketentuan materi yang dituankan pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mathematics and Science Study). Prosiding Seminar Nasional & Call For
562–569.
Internasional, H. S., & Tjalla, A. (2005). Potret Mutu Pendidikan Indonesia Ditinjau
dari. 3, 1–22.
Ulya, H., Rahayu, R., Kartono, K., & Isnarto, I. (2019). Kemampuan Matematis
Matematika, 55.