Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembelajaran

Sebelum penulis menjelaskan pengertian Ahlussunnah Wal Jama‟ah

(Aswaja), terlebih dahulu penulis akan menjelaskan beberapa pengertian

tentang belajar. Pemahaman tentang makna belajar akan jelas, apabila diawali

dengan pemahaman tentang pengertian belajar.

Pengertian belajar secara etimologi berarti berusaha untuk

memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan.10 Sedangkan

pengertian belajar secara terminologi adalah sebagai perubahan tingkah laku

pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu

dan individu dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu

berinteraksi dengan lingkungannya.11 Di sisi lain, ahli pendidikan modern

merumuskan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan

dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang

baru, berkat pengalaman dan latihan.12 Pendapat yang lain, bahwa belajar

secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat

interaksi individu dengan lingkungan.

Dengan demikian, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang

mengikuti suatu proses pertumbuhan sebagai hasil penyesuaian diri secara

terus menerus yang berasal dari pengaruh luar. Secara sederhana dapat

10
Agustin Risa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Serba Jaya, tt), 19.
11
Moh Uzer Usman dan Setiawati, Lilis, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2001), 4.
12
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2002), 42.

12
diambil pengertian bahwa belajar adalah proses perubahan di dalam diri

manusia.

Setelah memahami pengertian belajar, penulis akan menguraikan

pengertian pembelajaran. Secara bahasa, Pembelajaran berarti proses atau

cara menjadikan orang belajar.13 Selanjutnya secara istilah, di dalam Undang-

undang Negara Republik Indonesia tentang sistem Pendidikan Nasional

Nomor 20 Tahun 2003 pada pasal 1 ayat 20 pengertian pembelajaran

dinyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.14

Selanjutnya, pengertian belajar juga disampaikan oleh pakar

pendidikan seperti E. Mulyasa, Pembelajaran adalah proses interaksi antara

peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku

kearah yang lebih baik.15 Kemudian, menurut Zainal Aqib menyatakan

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur

manusiawi, materiil, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.16

Pada hakikatnya, pembelajaran adalah suatu usaha sadar dari seorang

guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.17

13
Agustin Risa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Serba Jaya, tt), 19.
14
Ngainun Naim dan Ahmad Fatoni, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Yokyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008), 66.
15
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya Offset, 2003), 100.
16
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, (Surabaya: Insan Cendikia, 2002), 41.
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), 17.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah usaha sadar orang dewasa yang sistematis, terarah, yang

bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasar menuju

perubahan tingkah laku dan kedewasaan anak didik, baik diselenggarakan

formal maupun non formal.

Setelah memahami pengertian belajar maupun pembelajaran,

kemudian penulis akan menjabarkan pengertian Ahlussunnah Wal jama‟ah

(Aswaja). Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah secara etimologi terdiri dari

empat kata, 1) kata “Ahlun” berarti “golongan atau kelompok”, 2) kata “as

Sunnah” artinya “ajaran Nabi yang meliputi Qouliyah (ucapan), fi’liyah

(tingkah laku), dan Taqririyah (persetujuan)”, 3) kata “Wa” huruf athof

berarti “dan”, 4) kata “al Jam‟ah” berarti “kumpulan atau kelompok Nabi

dari Sahabat Nabi”. Jadi, yang dimaksud Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Aswaja)

adalah golongan atau orang-orang yang selalu setia mengikuti atau berpegang

teguh pada sunnah Rasulullah SAW sebagai yang dipraktikkan bersama

sahabat.18

Selanjutnya, pengertian Ahlussunnah Wal jama‟ah (Aswaja) secara

terminologi telah disebutkan dalam hadits Nabi;

‫ص َح ِاب‬ ِ
ْ َ‫َما اَنَا َعلَْيو اَلْيَ ْوَم َوا‬

Artinya : Apa yang aku berada di atasnya sekarang bersama sahabat-


sahabatku.19

18
PW LP Ma’arif NU Jatim, Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an MI Kelas 6, (Surabaya, 2006), 1.
19
M. Ali Anwar, Materi Ke-NU-an, (Tulungagung: 2003), 23.
Berkaitan dengan pengertian Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Aswaja)

Ahmad Shiddiq berpendapat bahwa Ahlussunnah Wal Jama‟ah (Aswaja)

adalah golongan pengikut yang setia pada Ahlussunnah, yakni ajaran Islam

yang diajarkan dan diamalkan Rosulullah SAW bersama sahabatnya pada

zaman itu.20

Kesimpulan dari pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja)

adalah ajaran Islam yang murni sebagaimana diajarkan dan diamalkan oleh

Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.

B. Dasar dan Tujuan Pembelajaran

1. Dasar Pembelajaran

Pendidikan dan pembelajaran memiliki dasar dalam

pelaksanaannya. Dasar pelaksanaan pembelajaran tidak dapat dipisahkan

dari dasar yuridis maupun dasar religius, sebagaimana pembelajaran mata

pelajaran yang lain.

a. Dasar Yuridis diantaranya:

1) Dasar Ideal adalah dasar dari falsafah Negara Pancasila yaitu sila

pertama dari Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Sila di atas mengandung pengertian bahwa warga Negara

Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau

tegasnya harus beragama.

2) Dasar Konstitusional adalah Dasar Pelaksanaan pembelajaran

bersumber pada UUD 1945 Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2, yaitu:

20
Ibid, 23.
Ayat 1 : “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

Esa”.

Ayat 2 : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya itu”.21

Pasal di atas memberikan jaminan kepada warga Negara untuk

memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama yang

dipeluknya.

3) Dasar Operasional, dasar pelaksanaan pembelajaran Aswaja

adalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 BAB VI pasal 30 ayat 2

berbunyi:

“Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan

nilai-nilai ajaran agamanya dan atau menjadi ahli ilmu agama”.22

b. Dasar Religius, dasar yang bersumber dari ajaran Islam.23 Sumber

utama ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah (Hadits), yang

mana dalam kedua sumber itu terdapat banyak ayat yang berisi

tentang pembelajaran, salah satu diantaranya adalah:

21
Tpn. Amandemen Lengkap UUD 1945, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, tt), 24.
22
Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, Kumpulan Undang Undang dan Peraturan
Pemerintah tentang Pendidikan, (Jakarta; 2007), 20.
23
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Impelementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004), 133.
1) Dasar Al-Qur’an

ِْ ‫ك الَّ ِذى َخلَ َق () َخلَ َق‬ ِ


َ ُّ‫اْلنْ َسا َن ِم ْن َعلَ َق () إِقْ َرأْ َوَرب‬
)( ‫ك ْاْلَ ْكَرُم‬ َ ِّ‫اقْ َرأْ بِ ْس ِم َرب‬

ِْ ‫الْ ِّذى َعلَّم بِالْ َقلَ ِم () َعلَّم‬


)( ‫اْلنْ َسا َن َما ََلْ يَ ْعلَ ْم‬ َ َ

Artinya: 1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan; 2.Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah; 3.Bacalah, dan Tuhanmu-lah Yang
Maha Mulia; 4.Yang mengajar (manusia) dengan pena;
5.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (Q.S. Al-Alaq: 1-5)24

2) Dasar Hadits

)‫بَلِّغُوا َع ِِّّن َولَ ْو اَيَةً (رواه البخاري‬

Artinya: Sampaikanlah dari ajaranku walaupun hanya satu


ayat.” (H.R. Bukhori)25

‫ص َح ِاب‬ ِ َ‫ما اَن‬


ْ َ‫اعلَْيو الْيَ ْوَم َوا‬
َ َ

Artinya: “Mereka yang selalu setia mengamalkan apa yang aku


perbuatkan hari ini dan para sahabatku”.26

Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa

setiap kegiatan harus memiliki dasar pijakan yang kuat.

2. Tujuan Pembelajaran

Berbicara tentang Pembelajaran, maka tidak jauh beda dengan

tujuan Pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang

24
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsir Perkata, (Banten: Kalim, 2010), 598.
25
Imam Bukhori, Shohih Bukhori, (Beirut: Darr Al Kaff, 2009), 142.
26
M. Ali Anwar, Materi Ke-NU-an, (Tulungagung: 2003), 23.
bercorak Islami. Apabila dicermati, sebenanya pembelajaran telah

memiliki visi dan misi yang ideal, yaitu “rahmatan lil „alamin”.

Pengertian dari Rahmatan lil „alamin adalah membangun kehidupan

dunia yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan

harmonis.27 Untuk mewujudkan Rahmatan lil „alamin, pembelajaran

Aswaja berupaya untuk membangun manusia yang utuh sesuai dengan

ajaran Islam, baik jasmaniah maupun rohaniah dalam mencapai

kehidupan yang damai di dunia dan akhirat, sebagaimana yang

diamalkan oleh Rosululah SAW dan para sahabat dulu.

Di samping itu, Pembelajaran bertujuan untuk pembetukan sikap-

sikap yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, diantaranya:

a. Sikap Tawasuth dan Istidlal, yaitu sikap moderat yang berpijak

pada prinsip keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk

pendekatan dengan Tatharruf (ekstrim).

b. Sikap Tasamuh, yaitu berarti sikap toleran yang berintikan

penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan

identitas budaya masyarakat.

c. Sikap Tawazun, yaitu sikap seimbang dan berkhidmat demi

terciptanya keserasian hubungan antara sesama umat manusia dan

antara manusia dengan Allah SWT.28

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran adalah menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian,


27
Hujair AH, Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia,
(Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2003), 142.
28
Soelaiman Fadeli, dan Mohammad Subhan, Antologi NU, (Surabaya: Khalista, 2007), 13.
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan serta pengalaman peserta didik sehingga menjadi muslim

yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

berdasarkan ajaran Rosulullah SAW.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelajaran

Islam sangat menjunjung pendidikan dan pembelajaran. Di dalam

pembelajaran, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan

pembelajaran. Faktor-faktor itu adalah:

1. Anak didik adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Tiap

individu memerlukan bantuan lain (pengajaran) untuk membimbing

pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan tahap/tugas

perkembangan anak (development task), sehingga terjadi perbedaan

individual.

2. Pengajar adalah yang mampu melaksanakan tindakan mengajar dalam

satu situasi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Individu

tersebut adalah orang dewasa yang bertanggung jawab, sehat jasmani dan

rohani, mampu berdiri sendiri dan menanggung resiko dari segala

perbuatannya. Selain itu juga harus jujur, sabar, susila, ahli, terampil,

terbuka, adil, luas cakrawala pandangannya dan kasih sayang.29

3. Lingkungan pembelajaran merupakan tolak ukur bagi seluruh kegiatan

pembelajaran, penetapan materi, metode pembelajaran, dan evaluasi yang

aka dilakukan. Secara umum, tujuan pembelajaran membantu

29
Departemen Pendidikan Nasional, Wawasan Kependidikan, (Jakarta: Dirjendiknasmen, 2003), 16.
perkembangan potensi fisik, emosi, sikap, moral, pengetahuan dan

keterampilan anak semaksimal mugkin agar menjadi manusia dewasa

yang bertanggung jawab.

4. Alat pembelajaran berupa kebendaan adalah sebagai sarana belajar

mengajar.30

D. Implementasi Pembelajaran

Pembelajaran merupakan salah satu wahana pemberian pengetahuan,

bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar dapat memahami,

meyakini, menghayati, dan mengamalkan atau melaksanakan sesuatu yang

diajarkan.

Di dalam pembelajaran, terdiri dari tiga kegiatan yang harus

dilakukan oleh seorang guru, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran.

1. Perencanaan Pembelajaran

Beberapa tahap kegiatan yang dilakukan dalam merencanakan

pembelajaran, yaitu:

a. Membuat analisis meteri pelajaran (AMP), yaitu salah satu bagian

dari rencana pembelajaran yang berkaitan materi pembelajaran yang

berkaitan dengan materi pelajaran dan strategi penyajian dan

pencapaiannya. Menganalisis materi antara lain mengkaji dan merinci

butir-butir isi pokok bahasan/sub pokok bahasan khususnya pesan-

30
Ibid., 17.
pesan isi pelajaran dalam kurikulum. Melalui analisis materi pelajaran

yang diharapkan:

1) Terjabarkannya pokok bahasan dan sub pokok bahasan.

2) Terpilihnya sarana/media pembelajaran yang cocok.

3) Tersedianya alokasi waktu yang sesuai dengan lingkup,

kedalaman dan keluasan materi.

b. Membuat program tahunan, yaitu sebagian program inti dari program

pembelajaran dengan cara memuat alokasi waktu untuk setiap pokok

bahasan dalam satu tahun pelajaran. Program tahunan ini menjadi

acuan untuk membuat program semester.

c. Membuat program semester, yaitu bagian dari program pembelajaran

yang memuat alokasi waktu untuk setiap satuan bahasan pada setiap

semester. Melalui program semester ini diharapkan:

1) Ada acuan untuk membuat satuan pelajaran

2) Ada acuan kalender kegiatan pembelajaran

3) Ada upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan waktu belajar

efektif yang tersedia.

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu salah satu

bagian dari program pembelajaran yang memuat satuan bahasan untuk

disajikan dalam beberapa kali pertemuan. Rencana pelaksanaan


pembelajaran menjadi acuan untuk membuat rencana pembelajaran

sehingga kegiatan pembelajaran dapat lebih terarah.31

Selanjutnya, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

hakekatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk

memperkirakan atau memproyeksikan apa yang dilakukan dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan demikian RPP merupakan upaya

untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan

pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan

komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar,

indicator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik; materi standar berfungsi

member makna terhadap kompetensi dasar; indikator hasil belajar

berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan kompetensi

peserta didik; sedangkan penilaian berfungsi mengukur pembentukan

kompetensi, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila

kompetensi standar belum terbentuk atau belum tercapai.32

Sedikitnya terdapat dua fungsi RPP dalam Kurikulum. Kedua

fungsi tersebut adalah fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.

Fungsi Perencanaan (RPP) adalah rencana pelaksanaan pembelajaran

hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan

pembelajaran dengan perencanaan yang matang. Oleh karena itu,

31
Departemen Agama RI, Tuntutan Pembinaan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjenbin bagais,
2000), 18.
32
Junaidi, Materi Peningkatan Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kementerian Agama RI,
2011), 46.
setiap akan melakukan pembelajaran guru wajib memiliki persiapan,

baik persiapan tertulis maupun tidak tertulis.33

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada

satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan

sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berparstisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam

satu kali pertemuan atau lebih. Komponen RPP diantaranya adalah:

a. Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema

pelajaran, jumlah pertemuan.

b. Standar kompetensi, merupakan kualifikasi kemampuan minimal

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau

semester pada suatu mata pelajaran.

c. Kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

33
Ibid, 47.
d. Indikator pencapaian kompetensi, adalah perilaku yang dapat

diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian

kompetensi dalam suatu pelajaran.34

e. Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar.

f. Materi ajar, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang

relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator pencapaian kompetensi.

g. Alokasi waktu, ditentukan dengan keperluan untuk pencapaian KD

dan beban belajar.

h. Metode pembelajaran, digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai KD atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan

kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan

kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.35

i. Kegiatan pembelajaran, terdiri dari:

1) Pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.


34
https://maryammuraith.com/editorial/cara-membuat-rpp-dan-contoh-yang-baik-dan-benar/
35
Dr. Widarto, M.Pd., Penyusunan RPP Pada K13, Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
2014, Yogyakarta, 2014.
2) Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

KD. Kegiatannya meliputi mengamati, menanya,

mengeksplorasi/mengeksperimen

(mengembangkan/mengolah/mempraktikkan), mengasosiasi

(menyimpulkan), mengkomunikasikan.36

3) Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

kesimpulan, penilaian dan reflesksi, umpan balik, dan tindak

lanjut.

j. Penilaian hasil belajar, prosedur dan instrumen penilaian proses

dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian

kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

k. Sumber belajar, penentuan sumber belajar didasarkan pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan

pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.37

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan pendahuluan, kegiatan guru:

36
Dr.H. Nur Fajar Arief, M.Pd, Langkah Penyusunan RPP K13. Workshop Nasional Perencanaan
Pembelajaran K13 PAI, Batu, 22 Desember 2013.
37
Basuki As’adie, Desain Pembelajaran Berbasis PTK, (Ponorogo: Stain Ponorogo Press, 2009), 164-
166.
1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran.

2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai.

4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.38

b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi

proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

1) Eksplorasi, dalam kegiatan eksplorasi guru:

a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan

dalam tentang topic/tema materi yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam tak ambang jadi guru dan belajar

dari aneka sumber.

b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lainnya.

c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik dengan

2) Elaborasi, kegiatan elaborasi guru:

a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

38
Herry Widyatono, Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 069. Tahun ke-13,November 2007), 1045.
b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,

dan lai-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara

lisan maupun tertulis.

c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.39

3) Konfirmasi, kegiatan dari guru:

a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalm bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

peserta didik.

b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan

elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

c) Memfasilitasi peserta didik melakukan reflesksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

c. Kegiatan Penutup, kegiatan guru:

1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/ simpulan pelajaran.

2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten atau terprogram.

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran.

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling

39
Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 45.
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun

kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan atau proses penilaian

dalam pembelajaran, sehingga dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan

dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Dasar-dasar Firman Allah

SWT berkaitan dengan evaluasi pembelajaran adalah:

)( ُ‫فَ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق َال َذ َّرةٍ َخْي ًرا يََرهُ () َوَم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق َال َذ َّرةٍ َشِّرا يََره‬

Artinya: “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah,


niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang
mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya”. (Q. S. Al-Zalzalah: 7-8)40

Selanjutnya, jika definisi itu dikaitkan dengan pembelajaran

Aswaja, maka yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran Aswaja

adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan

pembelajaran Aswaja guna melihat sejauh mana keberhasilan

pembelajaran Aswaja yang selaras dengan nilai-nilai Aswaja itu sendiri.

Peran evaluasi pembelajaran bukan hanya memberikan informasi

pencapaian hasil belajar, tetapi juga memberikan informasi tentang

komponen kurikulum lainnya. Diantara fungsi dari evaluasi itu adalah:

40
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Tafsir Perkata, (Banten: Kalim, 2010), 600.
a. Fungsi Edukatif, yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

keseluruhan sistem dan / atau salah satu sub sistem pendidikan.

b. Fungsi Institusional, untuk mengumpulkan informasi akurat tentang

input dan outpun pembelajaran, di samping proses pembelajarannya.

c. Fungsi Diagnostik untuk mengetahui masalah-masalah yang sedang

dihadapi oleh siswa dalam belajar.

d. Fungsi Administratif, untuk memberikan sertifikasi terhadap kemajuan

belajar siswa dan untuk kelanjutan studi belajar siswa.

e. Fungsi Kurikuler, menyediakan data informasi yang akurat dan

berdaya guna bagi pengembangan kurikulum.

f. Fungsi Managemen, evaluasi merupakan bagian dari system

manageman yang hasilnya berguna untuk membuat keputusan pada

jenjang pendidikan.41

Tindak lanjut dari kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan

pengadaan tes, yakni:

1. Evaluasi Penempatan (placement test), untuk mengukur kesiapan dan

mengetahui keadaan tingkat kemampuan dan pengetahuan peserta

didik.

2. Evaluasi Formatif (formstif test), untuk memantau kemajuan belajar

peserta didik, dan sebagai umpan balik pendidik dan peserta didik.

3. Evaluasi Diagnostik (diagnostic test), berfungsi untuk mengetahui

masalah yang dialami peserta didik dalam kesulitan belajar.

41
Ngainun Naim dan Achmad Patoni, Materi Penyusunan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (MPDP-PAI), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 46-47.
4. Evaluasi Sumatif (summative test), untuk mengetahui hasil program.42

Selanjutnya, bentuk-bentuk soal untuk mengukur perkembangan

dan kemajuan belajar peserta didik, dapat dibedakan menjadi 2 macam

yaitu:

1. Tes hasil belajar bentuk uraian

Tes uraian (essay test) yang seing dikenal dengan tes subjektif

(subjective test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang

berbentuk pertanyaan atau perintah yang dijawab dengan paparan atau

uraian kalimat yang panjang.43 Bentuk uraian ini, di dalam membuat

soal mudah dan bertujuan untuk melatih peserta didik untuk terbiasa

menguraikan pendapat secara tertulis.

2. Tes hasil belajar bentuk obyektif

Tes obyektif (objective test) adalah salah satu bentuk tes hasil belajar

yang terdiri dari butir-butir soal yang dijawab dengan memilih salah

satu jawaban yang telah dipasangkan pada items. Tes obyektif ini

dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu:

a. Tes obyektif bentuk benar-salah (True-False Test)

b. Tes obyektif bentuk menjodohkan (Matching Test)

c. Tes obyektif bentuk melengkapi (Completion Test)

d. Tes obyektif bentuk Isian (Fill in Test)

e. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choise Test).44

42
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Misaka Galiza,2003), 153-
154.
43
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), 99-100.
44
Ibid, 106-107.
Dalam kerangka (evaluasi) penilaian berbasis kompetensi

dilakukan melalui keterampilan kerja siswa (portofolio), hasil karya

(product), penugasan (project), untuk kerja (performance), tes tertulis

(paper and pencil test).45

Selanjutnya, sasaran dari evaluasi pembelajaran Aswaja itu sendiri

meliputi tiga aspek, yakni: aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif

(sikap), dan aspek psikomotorik (ketrampilan). Dalam mengevaluasi tiga

aspek tersebut, terdapat teknik-teknik yang dapat dilakukan, sebagaimana

teknik evaluasi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Moekijat,

yang mengemukakan bahwa:

“ (1) Evaluasi belajar pengetahuan, dapat dilakukan dengan ujian

tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan; (2) Evaluasi belajar keterampilan,

dapat dilakukan dengan ujian praktek, analisis keterampilan dan analisis

tugas, serta evaluasi oleh peserta didik sendiri; (3) Evaluasi belajar sikap,

dapat dilakukan dengan daftar isian sikap dari diri sendiri, daftar isian

sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, dan skala deferensial

sematik (SDS).”46

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam evaluasi pembelajaran

Aswaja dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi pembelajaran Aswaja pada aspek kognitif (pengetahuan),

evaluasi terhadap kemampuan peserta didik untuk mengingat atau

45
Abdul Rahman Saleh, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), 87.
46
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2005), 170.
mengenali kembali pada bidang pengetahuan/materi yang telah

diberikan oleh pendidik. Teknik evaluasinya berupa ujian tulis, lisan

dan daftar isian pertanyaan tertulis.

2. Evaluasi pembelajaran Aswaja pada aspek Afektif (sikap), evaluasi

terhadap perilaku/sikap peserta didik. Evaluasi ini merupakan

penghayatan dari materi yang telah diberikan, teknik evaluasinya

yakni daftar isian sikap dari diri sendiri, daftar isian sikap yang

disesuaikan dengan tujuan program.

3. Evaluasi pembelajaran Aswaja pada aspek Psikomotorik

(keterampilan), evaluasi terhadap keterampilan atau kemampuan

bertindak peserta didik. Evaluasi ini sebagai pengamalan dari materi

yang telah diterimanya. Teknik yang digunakan yaitu ujian praktek,

analisis keterampilan dan analisis tugas, serta keterampilan oleh

peserta didik sendiri.

Apapun bentuk tes yang diberikan pada peserta didik, maka dalam

pelaksanaan evaluasi harus tetap sesuai dengan prinsip-prinsip atau

persyaratan yang baku dari evaluasi, yakni tes itu harus (1) memiliki

validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur atau dinilai,

terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi standar yang telah

dikaji); (2) mempunyai reabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang

diperoleh peserta didik); (3) menunjukkan objectifitas (dapat mengukur


apa yang dapat diukur, kualitas pelaksanaannya jelas dan tegas); (4)

pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis.47

Berpijak pada uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

evaluasi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari

kegiatan pembelajaran, selain itu evaluasi juga berperan aktif untuk

mengetahui keberhasilan dari pendidik.

E. Pengertian Aswaja (Ahlussunnah Wal jama’ah)

Kata ahlusunnah waljamaah berasal dari bahasa arab yang terdiri dari

tiga suku kata; Ahl (keluarga atau pengikut), as-Sunnah (metode atau

perilaku), dan al-Jamaah (kelompok).48 Secara terminology syar’i definisi

ahlusunnah dapat diuraikan ke dalam dua bagian; pertama adalah Sunnah dan

kedua adalah Jamaah.

Pertama: arti Sunnah, sunnah itu sendiri mempunyai banyak arti, yang

hampir semuanya merupakan lingkaran-lingkaran yang terkadang berbeda-

beda besarnya,yang masing-masing berada di dalam yang lainnya. Arti-

arti itu dari arti yang terluas sampai arti yang tersempit sebagai berikut:

1. Mencakup seluruh isi agama Islam, Al-Qur’an dan Hadits,

mencakup seluruh keadaan Rosululloh dari segi ilmiah dan amaliah

2. Sunnah dalam arti lawannya bid’ah. Arti ini pun bisa mencakup

seluruh ma’na, sebab bid’ah adalah lawannya Al Qur’an dan Al

Hadits

3. Sunnah dalam arti hadits Rasulullah


47
Ibid, 171.
48
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, (Surabaya:Pustaka Progressif,
1997), 46.
4. Sunnah dalam arti ushuluddin yaitu dasar-dasar agama dan aqidah

5. Sunnah dalam arti nafilah atau mustahabbah yang artinya amal-

amal yang kalau dikerjakan diberi pahala dan kalau ditinggalkan

tidak mengakibatkan dosa.

Kedua: al-Jama’ah, al-Jamaah adalah sekelompok orang yang berkumpul dan

bersatu diatas kebenaran yang berdasarkan al-Qur’an dan Hadits, dan mereka

adalah para sahabat dan orang-orang yang setia mengikuti mereka walaupun

jumlah mereka sedikit. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ibn Mas’ud

bahwa “Jamaah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun

engkau seorang diri, (jika demikian) maka engkau adalah jamaah ketika itu”.49

Dengan demikian arti jama’ah dalam istilah berarti “persatuan di atas

sunnah” atau “orang orang yang bersatu di atas sunnah”. Demikianlah keadaan

sahabat dalam kehidupan mereka, dari itu jama`ah yang berarti “sahabat” adalah

penafsiran yang benar. Dengan berpegang pada arti-arti di atas, maka tafsiran Al-

Imam Bukhori serta ulama salaf lainnya dari pengikut - pengikut mereka, bahwa

jama`ah adalah “kaum ulama sunnah” termasuk dalam tafsiran-tafsiran yang

benar. Arti jama`ah secara syari`at juga “jama`atul muslimin (Jama`ah Ahlus

Sunnah) yang dipimpin oleh seorang imam”.50

Setelah diketahui definisi Sunnah dan Jamaah baik itu secara etimologi

maupun terminologi.Setidaknya sudah tergambar makna ataupun definisi yang

sebenarnya tentang Ahlussunnah waljamaah. Dan untuk lebih jelasnya, Berikut

ini definisi Ahlussunnah wal jamaah yang jami’ (mencakup semua unsur-
49
Team Ilmiah Eldasi, Ahlusunnah Waljamaah Metode Beragama Para Salaful Ummah, (Pustaka al-
Faruq), 21.
50
Ibid, 22.
unsurnya) dan mani’ (mengeluarkan semua yang bukan unsur-unsurnya):

“Golongan yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah serta pemahaman

dan penerapan para sahabat dalam memahami dan mengamalkan Islam. Termasuk

dalam golongan mereka para sahabat rosul, tabi’in, tabi’it tabi’in, kaum ulama

sunnah dan para pengikut mereka (dari semua lapisan umat) sampai hari kiamat.

Ahlussunnah adalah seluruh kaum muslimin, setelah dikecualikan Ahlul Bid’ah

dan Ahlul Furqoh”.

Definisi ini berdasarkan suatu ketetapan di dalam Islam bahwa ummat

ini terbagi dua golongan yaitu golongan yang berada di atas sunnah wal

jama’ah dan golongan yang berada di jalan bid’ah. Definisi ahlul bid’ah adalah

mereka yang berpegang pada salah satu dasar bid’ah atau orang yang dilumuri

bid’ah dalam kehidupannya, maka semua kaum muslimin yang tidak demikian

adalah Ahlussunnah walaupun dia seorang yang jahil (bodoh). Di waktu yang sama,

sekedar terkadang terjatuh pada suatu bid‟ah tidak menjadikan seseorang itu

sebagai ahlul bid’ah.51

F. Prinsip-prinsip Dasar Ahlussunnah Waljamaah

Para ulama telah menetapkan prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah

Waljamaah. Hal ini berdasarkan Istiqra’ (penelitian) yang mereka lakukan

terhadap teks-teks al-Quran dan Hadits Rasulullah. Berikut ini sebagian besar

prinsip-prinsip dasar Ahlussunnah wal-Jamaah yang pada dasarnya adalah

51
Ibid., 24.
prinsip-prinsip yang diusung oleh agama Islam yang murni, yaitu Islam yang

sebagaimana Allah turunkan kepada Nabi Muhammad:

a) Sumber agama Islam dengan segala seginya adalah wahyu Allah dalam

bentuk Al-Qur’an dan Hadits yang shohih. Dalil prinsip ini, Allah berfirman:

َ ‫ٍ انَّ ِذ‬ٛ
َ ُ‫َ ْع ًَه‬ٚ ٍٚ
ٌٕ َ ْ‫إِ ٌَّ ََْٰ َذا ْانقُز‬
َ ُِ‫ُبَ ِّش ُز ْان ًُ ْؤ ِي‬َٚٔ ‫ أَ ْق َٕ ُو‬َٙ ِْ ِٙ‫َ ْٓ ِذ٘ نِهَّت‬ٚ ٌ‫آ‬

‫زًا‬ِٛ‫ت أَ ٌَّ نَُٓ ْى أَجْ زًا َكب‬


ِ ‫انصَّانِ َحا‬

“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang amat

lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang

mengerjakan amal sholeh bahwa bagi mereka ada pahala yang

besar.”{QS. Al Isro` [17]: 9}52

Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

َٰٗ َ‫ُٕل َٔنِ ِذ٘ ْانقُزْ ب‬


ِ ‫َّللاُ َعهَ َٰٗ َرسُٕنِ ِّ ِي ٍْ أَ ْْ ِم ْانقُ َز َٰٖ فَهِهَّ ِّ َٔنِه َّزس‬
َّ ‫َيا أَفَا َء‬

‫َا ِء‬ُِٛ‫ ٍَْ ْاْلَ ْغ‬َٛ‫ٌٕ ُدٔنَةً ب‬ ِ ِ‫ ٍِ َٔا ْب ٍِ ان َّسب‬ٛ‫َتَا َي َٰٗ َٔ ْان ًَ َسا ِك‬ٛ‫َٔ ْان‬
َ ‫َ ُك‬ٚ ‫ ََل‬ْٙ ‫م َك‬ٛ

َّ ‫ِي ُْ ُك ْى ۚ َٔ َيا آتَا ُك ُى ان َّزسُٕ ُل فَ ُخ ُذُِٔ َٔ َيا َََٓا ُك ْى َع ُُّْ فَا َْتَُٕٓا ۚ َٔاتَّقُٕا‬
ۖ َ‫َّللا‬

ِ ‫ ُذ ْان ِعقَا‬ٚ‫َّللاَ َش ِذ‬


‫ب‬ َّ ٌَّ ِ‫إ‬

52
https://tafsirq.com/17-al-isra/ayat-9
"Apa yang diberikan Rosul kepada kalian maka terimalah dia. Dan apa yang

dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah dan bertaqwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” {QS.Al Hasyr : 7}53

b) Ijma` sahabat adalah hujjah syar’iyyah. Ini berarti bahwa ketika sahabat

telah berijma’ pada suatu masalah dalam agama, maka ijma’ itu harus

diikuti. Siapa yang melanggarnya akan berdosa dan sesat. Ijma’ Sahabat

pada Ahlussunnah adalah

ma’sum, walaupun perorangan mereka tidaklah ma’sum. Ketika

keyakinan mereka pada suatu masalah terbagi atas lebih dari satu, maka kita

harus mengikuti salah satunya dan tidak boleh menentukan keyakinan

lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ َْز‬ٛ‫َتَّبِ ْع َغ‬َٚٔ َٰٖ ‫ ٍََّ نَُّ ْانُٓ َذ‬َٛ‫ق ان َّزسُٕ َل ِي ٍْ بَ ْع ِذ َيا تَب‬
ِ ِ‫ُ َشاق‬ٚ ٍْ ‫َٔ َي‬

‫زًا‬ٛ‫ص‬
ِ ‫ت َي‬ َ ُِ‫م ْان ًُ ْؤ ِي‬ٛ
ْ ‫ٍ َُ َٕنِّ ِّ َيا تَ َٕنَّ َٰٗ ََُٔصْ هِ ِّ َجََُّٓ َى ۖ َٔ َسا َء‬ٛ ِ ِ‫َسب‬

"Dan barangsiapa yang menentang rosul sesudah jelas kebenaran baginya

serta mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia

leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia

ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali".

{QS. An Nisa’ [4]: 115}54

53
https://tafsirq.com/59-al-hasyr/ayat-7
54
Team Ilmiah Eldasi, Ahlusunnah., 31.
c) Pemahaman Al-Qur’an dan Hadits harus sesuai dengan pemahaman sahabat

dan metode pemahaman mereka. Prinsip ini terlalu kuat dan terlalu

penting dalam Dinul Islam. Kepentingan dan keutamaannya didukung oleh

dalil-dalil yang kuat dan jelas sekali.55

55
http://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/viewFile/200/196

Anda mungkin juga menyukai