Anda di halaman 1dari 3

Tugas Tutorial 3

1. a). Manipulasi pasar menurut Pasal 91 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608) adalah melakukan tindakan, baik
langsung maupun tidak langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau
menyesatkan mengenai kegiatan perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa
Efek.
Pasal 90 UUPM menyatakan bahwa, dalam melaksanakan kegiatan perdagangan efek
setiap pihak dilarang sacara langsung atau tidak langsung : 1. Menipu atau rnengelabui
pihak lain dengan menggunakan sarana atau cara apapun 2. Turut serta menipu atau
mengelabui pihak lain. 3. Membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material
atau tidak mengungkapkan fakta yang material agar pamyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud
untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain
dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli atau rnenjual efek.
Penipuan (angka 1 dan 2) sebagaimana dimaksud oleh pasal 90 sebenarnya dapat
dianggap sama seperti penipuan dalam tindak pidana umum. Hal ini karena kejahatan
mengenai efek ini telah juga diatur dalam ketentuan-ketentuan KUHP (Pasal 378, 390,
391, dan 392). Tetapi karena penipuan di Pasar Modal lebih punya potensi untuk
menimbulkan kekacauan ekonomi secara luas dan hilangnya keparcayaan masyarakat
terhadap perskonomian suatu negara maka UUPM memperlakukannya secara khusus
antara lain dengan ancaman hukuman yang Iebih tinggi terhadap jenis kejahatan ini.
(maksimal 10 tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 15 Milyar).
b). Contoh dari manipulasi pasar :
Kasus PT Sarijaya yang dilatar belakangi oleh Penyelewengan dana 8.700 orang
nasabahnya sebesar 245 milyar rupiah yang dilakukan oleh Komisaris Utama PT Sarijaya
Permana Sekuritas yang bernama Herman Ramli. Penyalahgunaan dana tersebut
dilakukan dengan cara menggunakan 17 rekening fiktif untuk menampung dana nasabah
yang pada mulanya ditujukan untuk melakukan perdagangan di pasar saham. Akan tetapi
dana yang terkumpul di rekening tersebut dipindahkan ke rekening yang lainnya untuk
tujuan yang tidak ada kaitannya dengan jual beli saham. Pada dasarnya sebagai
pemegang saham dan komisaris, Herman Ramli seharusnya tidak mempunyai
kewenangan untuk melakukan pemindahan dana tersebut. Tetapi ternyata Herman Ramli
memiliki akses untuk melakukan tindakan itu.

2. a). Berdasarkan Putusan KPPU Nomor 22/KPPU-I/2016. Berawal dari adanya dugaan
pelanggaran pada Pasal 15 Ayat 3 dan Pasal 19 huruf a dan b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
yang dilakukan oleh PT. Tirta Investama (Terlapor I) dan PT. Balina Agung Perkasa
(Terlapor II) yang dilaporkan oleh para pedagang ritel dan eceran di wilayah Jabodetabek
melapor ke kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) adalah suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh
dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.10 Objek Perkara adalah Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) Air Mineral yang di produksi oleh Terlapor I (Danone Indonesia)
yang dipasarkan oleh Terlapor II di wilayah Cikampek, Cikarang, Bekasi, Babelan, Pulo
Gadung, Sunter, Prumpung, Kiwi, Lemah Abang, Rawagirang Cibubur, dan/atau
Cimanggis atau setidak-tidaknya di wilayah jangkauan pemasaran Terlapor II pada tahun
2016. Terlapor I dan Terlapor II secara bersama-sama pernah menyampaikan himbauan
lisan kepada para pedagang Star Outlet (SO) mulai dari akhir tahun 2015 sampai dengan
pertengahan tahun 2016, Terlapor I melalui Key Account Excecutive dan Terlapor II
melalui bagian penjualan.
Adanya bukti dokumen mengenai Form Sosialisasi Pelanggaran SO yang memerintahkan
bahwa penjual yang menjadi SO dari produk Terlapor I bersedia untuk tidak menjual
produk air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merek Le Minerale, dan bersedia
menerima konsekuensi sanksi dari Terlapor I berupa penurunan harga ke Wholeseller
apabila menjual produk kompetitor sejenis dengan merek Le Minerale. Form Sosialisasi
SO tersebut wajib ditandatangani oleh pedagang SO lengkap dengan nama pemilik dan
nomer telepon. Dan penyebaran form sosialisasi dilakukan baik secara bersama-sama
maupun sendiri-sendiri oleh pegawai Terlapor I dan/atau Terlapor II.
Lalu ditemukannya bukti komunikasi e-mail terdapat komunikasi antara pegawai
perusahaan Terlapor I dengan Terlapor II mengenai tindakan degradasi toko SO dengan
pertimbangan toko SO masih menjual produk kompetitor. Dengan adanya bukti berupa e-
mail penurunan status SO pada pedagang, tindakan Terlapor I dan Terlapor II dengan
membuat programprogram tersebut diatas adalah perilaku anti persaingan yang bertujuan
untuk mengikat para pedagang toko SO untuk Loyal dan tidak menjual produk
kompetitor (Le Minerale). Tindakan Terlapor I dengan Terlapor II dimaknai sebagai
perbuatan bersama (concerted action) yang dapat dikualifikasikan sebagai perjanjian
tidak tertulis.
Mengenai harga barang dan potongan harga menurut Peraturan Komisi Nomor 5 Tahun
2011 mengenai Pedoman Pasal 15, diuraikan bahwa harga adalah biaya yang harus
dibayar dalam suatu transaksi barang dan/atau jasa sesuai kesepakatan antara pihak di
pasar bersangkutan. Berdasarkan peraturan tersebut disebutkan bahwa potongan harga
merupakan insentif yang diberikan oleh seorang produsen kepada distributor ataupun
distributor kepada pengecernya, dimana harga lebih murah dari harga yang dibayarkan.
Fakta dari pedagang SO adanya larangan kepada para pedagang untuk tidak menjual
produk kompetitor (Le Minerale) dengan sanksi degradasi status dari SO menjadi
wholeseller (eceran) berimbas pada harga pembelian atau pengambilan barang.
Perbedaan harga SO dengan harga Wholeseller memiliki selisih sebesar 3%.
b). Betapa pentingnya persaingan usaha di Indonesia harus sehat, dalam perkara ini
dijelaskan bahwa pelaku terlapor telah merugikan pelaku usaha lain serta akan
berdampak pada masyarakat luas. Karena selain karena amanat undang-undang namun
juga dikarenakan persaingan usaha tidak sehat memiliki dampak kepada pelaku usaha
lain dan berimbas pada kemakmuran rakyat. Yang dimana dampak tersebut telah
menderogasi dan menyebabkan Negara Indonesia gagal untuk menjadi negara
kesejahteraan yang mana Negara Indonesia telah bercita-cita untuk memakmurkan
rakyatnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai