Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

TONSILOFARINGITIS KRONIK
DENGAN
DEVIASI SEPTUM NASI DERAJAT SEDANG

DISUSUN OLEH :

LELLY KURNIA F
01.210.6207
FK UNISSULA

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
2014
STATUS PASIEN

II.1. IDENTITAS PASIEN


 Nama : An. T
 Usia : 14 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Alamat : Ngaliyan
 Pekerjaan : Pelajar

II.2. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Hidung tersumbat dan terasa ada yang mengganjal di
tenggorok.

• Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli THT RSUD dr.Adhyatma tanggal 19 September 2014 pukul
11.00 wib mengeluh hidung tersumbat dan terasa ada yang mengganjal di tenggorok
sudah sejak 2 tahun yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir pasien merasa tidak enak saat
makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke
dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit. Kadang pasien merasakan nafas
berbau

 Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat ISPA : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat tonsillitis : pasien mengakui memiliki amandel kecil sejak
lama, namun pasien membiarkan dan tidak melakukan pengobatan
Riwayat sakit gigi : disangkal

 Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah diobati ke dokter 2x tetapi keluhan yang dirasakan berkurang
namun timbul kembali

 Riwayat Penyakit Keluarga:


Dikeluarga tidak ada yang seperti ini

 Riwayat Sosial Ekonomi


Kesan ekonomi cukup

II.3. PEMERIKSAAN FISIK


Status generalisata
 Kesadaran : Compos mentis
 Aktivitas : Normoaktif
 Sikap : Kooperatif
 Status gizi : Baik

Status lokalis (THT)


Kepala & leher :
• Kepala : mesocephale
• Wajah : simetris
• Leher : pembesaran kelj.limfe (-)

TELINGA
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Bentuk normal Bentuk normal
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
fistula (-) fistula (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Bengkak (-),
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Serumen (+) Serumen (+)
CAE hiperemis (-) hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Membran Intak Intak
putih mengkilat putih mengkilat
timpani
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


Luar: Kanan Kiri
Bentuk Normal Normal
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Inflamasi/tumor (-) (-)

Rhinoskopi Anterior Kanan Kiri


Sekret (-) (-)
Mukosa hiperemis (-) hiperemis (-)
edema (-) edema (-)
basah (-) basah (-)
pucat (-) pucat (-)
Konka Media hipertrofi (-) hipertrofi (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Konka Inferior hipertrofi (-) hipertrofi (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
Tumor (-) (-)
Septum Deviasi (-)
Massa (-) (-)

TENGGOROKAN
Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T3 T3
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Kripte Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (+) (+)
Faring  Mukosa hiperemis (+), dinding rata, granular (-)

II.4. RINGKASAN
o Anamnesis
o Sakit pada tenggorokan (+)
o Disfagia (+)
o Nafas berbau (+)
o Rasa mengganjal di tenggorokan
o Pemeriksaan Fisik
o Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3,
permukaan tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)

II.5. USULAN PEMERIKSAAN


 Darah Lengkap
Parameter Hasil Nilai rujukan

WBC (103/mm3) 19.9 4.0-10.0

RBC (106/mm3) 5.37 3.50 – 5.50

HGB (gr/dl) 15.3 ↑ 11.0 – 15.0

HCT (%) 47.4 36.8 – 48.0

PLT (103/mm3) 449 158 - 458

PCT (%) 0.32 ↑ 0.18 - 0.28

MCV (µm3) 79.4 ↓ 80.0 – 99.0

MCH (pg) 25.5 ↓ 26.0 – 32.0

MCHC (gr/dl) 32.2 32.0 – 36.0

RDW (%) 11.4 ↓ 11.5 – 14.5

MPV ( µm3) 11.7 ↑ 7.4 – 10.4

PDW (%) 15.8 ↑ 10.0 – 14.0

% Lym 8.5 ↓ 20.0 – 40.0

% Mon 5.4 1.0 – 15.0

% Gran 86,1 50.0 – 70.0

# Lym 1.7 0.6 - 4.1

# Mon 1.1 0.1 – 1.8

# Gran 17,1 2.8 – 7.0

 GDS
 Ureum/Creatinin
 SGPT/SGOT
 CT/BT
 Kultur bakteri dan sensitifitas test
 Foto thorax
 Foto craniolateralà ratio adenoid

II.6. DIAGNOSIS BANDING


 Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut
 Tonsilitis kronik eksaserbasi akut
 Faringitis kronik eksaserbasi akut

II.7. DIAGNOSIS SEMENTARA


Tonsilofaringitis Kronik eksaserbasi akut

II.8. USULAN TERAPI:


 Medikamentosa
o Infus RL 20 tpm
o Inj. Amoxilin 3x330 mg
o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)
o Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)
 Operatif
o Tonsilektomi

II.9. EDUKASI
 Tirah baring
 Diet lunak, minum yang banyak
 Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)

II.10. PROGNOSA:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionales : dubia ad bonam

II.11.FOLLOW UP
Tanggal 24-7-2013
S : sakit tenggorokan (+), rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 120/80 mmHg, N 76x/min, S 36oC, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hipeemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T3/T3, detritus +, kripte melebar +
A : Tonsilitis kronik pre tonsilektomi
P : Infus RL 20 tpm
Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)
Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)

Tanggal 25-7-2013
S : rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 110/80 mmHg, N 80 x/min, S 36,5oC, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T0/T0, detritus -, kripte melebar -
A : Tonsilitis kronik post tonsilektomi
P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin 31/7/2013

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 ANATOMI

III.1.1 FARING
Faring adalah suatu kantung fibromuskular yang berbentuk seperti corong
dibagian atas dan sempit dibagian bawah, dari dasar tengkorak menyambung ke esofagus
setinggi S-6. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar): selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot, sebagian besar bukofaringeal.
Batas-batas faring :6
O Atas : rongga hidung melalui koana
O Bawah : esofagus melalui aditus laring
O Depan : rongga mulut melalui ismus orofaring
O Belakang : vertebra servikalis
Secara histologis faring terdiri dari :
- Mukosa
- Nasofaring : mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang mengandung sel
goblet
- Orofaring & laringofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia
- Palut lendir (Mukous blanket) :
Daerah nasofaring dilalui udara respirasi yang temperaturnya berbeda-
beda (bagian atas nasofaring ditutupi oleh palut lender yang terletak di atas silia
dan bergerak kea rah belakang. Berfungsi menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara yang diisap, dan sebagai proteksi (enzim lyzozyme).
- Muskularis : sirkular (melingkar) & longitudinal (memanjang)
OTOT-OTOT
a.Otot sirkular faring (terletak di sebelah luar). Terdiri dari :
 m. konstriktor faring superior
 m. konstriktor faring media
 m. konstriktor faring inferior
Berfungsi untuk mengecilkan lumen faring. Dipersyarafi oleh n.vagus (n.x). Pada
bagian belakang bertemu jaringan ikat: rafe faring (raphe pharyngis).

b. Otot Longitudinal (terletak di sebelah dalam). Terdiri dari :


 M. Stilofaring
• untuk melebarkan faring dan menarik laring
• dipersyarafi oleh n.glossofaring (n.ix)
 M. Palatofaring  sebagai otot elevator penting waktu menelan
• mempertemukan istmus orofaring dan menaikkan bagian bawah faring dan
laring (n.vagus)/n.x
Otot Palatum Mole:
1. m. levator veli palatine: sebagian besar palatum mole mempersempit
isthmus faring dan memperlebar ostium tuba eustachius, n.x
2. m. tensor veli palatine: membentuk tenda palatum mole dan mengencangkan
bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius, n.x
3. m.palatoglossus: membentuk arcus anterior faring dan mempersempit isthmus
faring,n.x
4. m. palatofaring: bentuk arkus posterior faring,n.x
5. m.origo-origo orofaring: memperpendek dan menaikkan uvula ke atas, n.x

Vaskularisasi
- Cabang a. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial)
- Cabang a.maksila interna (cabang palatine superior)
Inervasi
- Persarafan motorik dan sensorik berasal dari pleksus faring yang dibentuk
oleh: cabang faring dari n.vagus (n.x), cabang n,glosofaring (n.ix), serabut
simpatis
Sistem limfatik
 Superior : mengalir ke KGB retrofaring dan KGB servikal dalam atas
 Media : mengalir ke KGB jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas
 Inferior : mengalir ke KGB servikal dalam bawah
PEMBAGIAN FARING
1.Nasofaring :
 Batas atas : sinus sphenoid
 Batas bawah : palatum mole
 Batas depan : rongga hidung
 Batas belakang : vertebra servikal I
Bangunan penting yang terdapat didalamnya adalah :
 Adenoid
 Fossa Rosenmuler
 Kantong Rathke
 Torus tubarius
 Koana
 Foramen jugulare
 Bagian petrosus os temporalis
 Foramen laserum
 Muara tuba eustachius
2.Orofaring :
 Batas atas : palatum mole
 Batas bawah : tepi atas epiglotis
 Batas depan : rongga mulut
 Batas belakang : vertebra cervical
Struktur yang terdapat dalam orofaring adalah :
 Dinding posterior faring
 Tonsil palatina
 Fosa tonsil
Fossa Tonsil
- dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior
- batas lateral: m. konstriktor faring superior
- batas atas: kutub atas (upper pole) terdapat fosa supratonsil
 Uvula
 Tonsil lingual
 Foramen sekum
3. Laringofaring (hipofaring)
Superior: tepi atas epiglottis
o Anterior: laring
o Inferior: bagian anterior: cartilage krikoidea dan bagian posterior: porta
esophagus
o Posterior: vertebra servikalis IV-VI
- Struktur:
 Epiglottis
 Valekula (2 buah cekungan yang dibentuk oleh lig.glosoepiglotika medial dan
lateral)
 Sinus piriformis (bagian lateral laringofaring dan di bawah dasarnya berjalan
n.laring superior dan a.carotis)
III.2. TONSIL

tonsil adalah massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1. Tonsil faringal (adenoid)
2. Tonsil palatine membentuk cincing Waldeyer
3. Tonsil lingual
Permukaan tonsil palatine (“tonsil”) bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah
disebut “kriptus”. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa. Di dalam kriptus
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan disebut dengan
detritus. Permukaan lateral melekat pada fasia faring “kapsul tonsil” .

- Vaskularisasi diperoleh dari:


a. a. palatina minor
b. a.palatina asendens
c. cabang tonsil a.maksila eksterna
d. a.faring ascendens
e. a.lingualis dorsal
- a.maksilaris eksterna (a.fasialis): a.tonsilaris dan a.palatina ascenden
- a.maksilaris interna: a. palatine descendes
- a.lingualis: a.lingualis dorsal
- a.pharyngeal ascendes
Tonsil Lingua terletak di dasar lidah dibagi menjadi 2 oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di anterior massa foramen sekum pada apeks sudut
yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

 bawah: dorsal: a.palatina ascendens


 anterior: a.lingualis dorsal
 atas: a.faringeal ascendens dan a.palatina descenden
III.2 DEFINISI

Peradangan pada tonsil palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer (terdiri atas
susunan kelenjar limfe yang terdapat dalam rongga mulut, yaitu :
 Tonsil faringeal (adenoid)
 Tonsil palatina (tonsil faucial)
 Tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)
 Tonsil tuba eustachius
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets) tangan dan ciuman. Dapat terjadi
pada semua umur terutama pada anak-anak
III.3 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Pembagian tonsilitis dibagi menjadi 3, yaitu :

 Tonsilitis akut
Tonsilitis akut dibagi menjadi dua, yaitu tonsilitis viral penyebabnya adalah
EBV, Hemofillus influenzae, dan virus Coxschakie dan tonsilitis bakterial
penyebabnya adalah streptokokus beta hemolyticus, pneumokokus,
streptokokus viridan.
 Tonsilitis Membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah tonsilitis
difteri penyebabnya adalah Corynebacterium diptheriae, tonsilitis septic, angina
plaut vincent dan penyakit kelainan darah seperti leukimia akut, angina
agranulositosis, dan infeksi mononukleosis.
 Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.

III.4 PATOLOGI

Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe

III.5 PATOFISIOLOGI

Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok, makanan
tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang
tidak adekuat)
Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Jaringan limfoid akan menjadi jaringan parut

Kripti melebar

Kripti diisi oleh detritus

Menembus kapsul tonsil

Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran kelenjar
submandibula

Reaksi Inflamasi pada Tonsil dan ada karies gigi


III.5 GEJALA DAN TANDA

Beberapa gejala dan tanda tonsilitis kronik :

 Rasa mengganjal di tenggorok, kering

 tonsil membesar

 permukaan tidak rata

 kriptus melebar berisi detritus

 nafas berbau

III.6 DIAGNOSIS

o Anamnesis pasien merasakan rasa sakit pada tenggorokan, kering, rasa mengganjal
saat makan dan nafas berbau
o Pemeriksaan Fisik saat inspeksi tampak tonsil membesar ditandai dengan adanya
hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tidak rata, kriptus melebar tampak
mengalami stenosis tapi eksudat yang seringkali purulen, atau kadang tampak satu
atau dua kripta membesar seperti gambaran bahan keju atau seperti dempul berisi
detritus
o Pemeriksaan Penunjang :
• Darah rutin
• Kultur bakteri dan sensifitas test

III.7 DIAGNOSIS BANDING

Tonsilitis kronik
Tonsilitis sepsis
Tonsilitis bakteri

III.8 PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa

 Tirah baring
 Diet lunak, minum yang banyak
 Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)

Medikamentosa

 Antibiotik Cefadroxil 3 x 500 mg


 Anti inflamasi Dexamethasone 2 x 0,5 mg dewasa atau 0,08-0,3 anak-anak
 Analgetik Antalgin 3x500 mg
 Antipiretik Paracetamol 3x500 mg

Terapi Operatif :

Tonsilektomi operasi pengangkatan seluruh tonsila palatina

Adenotonsilektomi pengangkatan tonsila palatina dan jaringan limfoid di


nasofaring yang dikenal sebagai adenoid

Indikasi Tonsilektomi

1. Indikasi Absolut
 Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,
disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi
cardiopulmonal
 Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pemberian pengobatan
medis dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut
 Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
 Tonsilitis yang akan dilakukan biopsi untuk px. PA
2. Indikasi Relatif
 Terjadi 3x atau lebih infeksi tonsil pertahun meskipun diberikan obat
yang adekuat
 Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap
pengobatan medik
 Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptococcus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik, kuman resisten terhadap
beta-laktamase.

III.9 KOMPLIKASI
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perikontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, furunkulosis.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45 WIB.
Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir
pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya pasien sudah
pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit. Kadang pasien
merasakan nafas berbau Riwayat penyakit dahulu sebelumnya tidak pernah seperti ini riwayat
infeksi tenggorokan (+), HT, DM, dan penyakit kelainan darah (-). Riwayat pengobatan
pernah diobati ke dokter tapi belum sembuh juga. Riwayat Penyakit Keluarga dikeluarga
tidak ada yang seperti ini
Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3, permukaan
tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)
Maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat diambil diagnosis
sementara yaitu epistaksis anterior. Mekanisme epistaksis dari pasien adalah :
Infeksi tenggorokan berulang

Tonsilitis kronik
Pasien diberikan terapi berupa :
 Medikamentosa
o Infus RL 20 tpm
Mengandung Na, K, Ca, Cl, Basa. Diindikasikan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg).
Mengandung penicilin. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya pada
faringitis akut, tonsilitis bakteri dengan dosis 3x500 mg atau eritromycin
dengan dosis 4x500 mg
o Analgetik (Asam Mefenamat 3x250 mg)
Mengandung Asam mefenamat . Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x500 mg
o Anti Inflamasi (Dexamethason 2 x 0,5 mg)
Mengandung kortikosteroid. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x 0,5 mg atau 8-16 mg IM pada dewasa,
0,08-0,3 mg/kgBB
 Terapi Operatif
o Tonsilektomi

Daftar Pustaka
1. Soepardi, EA et al. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Uniersitas Indonesia. Jakarta

2. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview

3. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
http://www.cjmed.net/html/2006712_43.html?
PHPSESSID=28d51ad055ae04f2529d1241b27c0187 Cheng Fang Ming. 2006.
Efficacy of three therapeutic methods for peritonsillar abscess. Journal of Chinese
Clinical Medicine;2006,7;Vol.1,No.2.

4. Adams et al. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta

5. http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/abses-peritonsiler.html

6. Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai