TONSILOFARINGITIS KRONIK
DENGAN
DEVIASI SEPTUM NASI DERAJAT SEDANG
DISUSUN OLEH :
LELLY KURNIA F
01.210.6207
FK UNISSULA
II.2. ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Hidung tersumbat dan terasa ada yang mengganjal di
tenggorok.
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah diobati ke dokter 2x tetapi keluhan yang dirasakan berkurang
namun timbul kembali
TELINGA
Bagian Auricula Dextra Sinistra
Bentuk normal Bentuk normal
Auricula nyeri tarik (-) nyeri tarik (-)
nyeri tragus (-) nyeri tragus (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Pre auricular nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
fistula (-) fistula (-)
Bengkak (-) Bengkak (-)
Retro auricular
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Bengkak (-),
Mastoid
Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Serumen (+) Serumen (+)
CAE hiperemis (-) hiperemis (-)
Sekret (-) Sekret (-)
Membran Intak Intak
putih mengkilat putih mengkilat
timpani
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)
TENGGOROKAN
Lidah Ulcus (-) Stomatitis (-)
Uvula Bentuk normal, di tengah, hiperemis (-)
Tonsil Dextra Sinistra
Ukuran T3 T3
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Warna Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Kripte Melebar (+) Melebar (+)
Detritus (+) (+)
Faring Mukosa hiperemis (+), dinding rata, granular (-)
II.4. RINGKASAN
o Anamnesis
o Sakit pada tenggorokan (+)
o Disfagia (+)
o Nafas berbau (+)
o Rasa mengganjal di tenggorokan
o Pemeriksaan Fisik
o Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3,
permukaan tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)
GDS
Ureum/Creatinin
SGPT/SGOT
CT/BT
Kultur bakteri dan sensitifitas test
Foto thorax
Foto craniolateralà ratio adenoid
II.9. EDUKASI
Tirah baring
Diet lunak, minum yang banyak
Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)
II.10. PROGNOSA:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionales : dubia ad bonam
II.11.FOLLOW UP
Tanggal 24-7-2013
S : sakit tenggorokan (+), rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 120/80 mmHg, N 76x/min, S 36oC, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hipeemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T3/T3, detritus +, kripte melebar +
A : Tonsilitis kronik pre tonsilektomi
P : Infus RL 20 tpm
Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg)
Analgetik (Asam mefenamat 3x250 mg)
Tanggal 25-7-2013
S : rasa mengganjal saat makan (+)
O :
St generalis dbn
TD 110/80 mmHg, N 80 x/min, S 36,5oC, RR 20x/min
St THT :
Telinga
Sekret -/-, serumen -/-, m timpani intak/intak
Hidung
Sekret -/-, konka hiperemis -/-, konka hipertrofi -/-
Tenggorokan
Uvula ditengah, T0/T0, detritus -, kripte melebar -
A : Tonsilitis kronik post tonsilektomi
P : boleh pulang, kontrol ke poli hari Senin 31/7/2013
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 ANATOMI
III.1.1 FARING
Faring adalah suatu kantung fibromuskular yang berbentuk seperti corong
dibagian atas dan sempit dibagian bawah, dari dasar tengkorak menyambung ke esofagus
setinggi S-6. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar): selaput lendir, fasia
faringobasiler, pembungkus otot, sebagian besar bukofaringeal.
Batas-batas faring :6
O Atas : rongga hidung melalui koana
O Bawah : esofagus melalui aditus laring
O Depan : rongga mulut melalui ismus orofaring
O Belakang : vertebra servikalis
Secara histologis faring terdiri dari :
- Mukosa
- Nasofaring : mukosa bersilia, epitel torak berlapis yang mengandung sel
goblet
- Orofaring & laringofaring : epitel gepeng berlapis dan tidak bersilia
- Palut lendir (Mukous blanket) :
Daerah nasofaring dilalui udara respirasi yang temperaturnya berbeda-
beda (bagian atas nasofaring ditutupi oleh palut lender yang terletak di atas silia
dan bergerak kea rah belakang. Berfungsi menangkap partikel kotoran yang
terbawa oleh udara yang diisap, dan sebagai proteksi (enzim lyzozyme).
- Muskularis : sirkular (melingkar) & longitudinal (memanjang)
OTOT-OTOT
a.Otot sirkular faring (terletak di sebelah luar). Terdiri dari :
m. konstriktor faring superior
m. konstriktor faring media
m. konstriktor faring inferior
Berfungsi untuk mengecilkan lumen faring. Dipersyarafi oleh n.vagus (n.x). Pada
bagian belakang bertemu jaringan ikat: rafe faring (raphe pharyngis).
Vaskularisasi
- Cabang a. karotis eksterna (cabang faring ascendens dan cabang fausial)
- Cabang a.maksila interna (cabang palatine superior)
Inervasi
- Persarafan motorik dan sensorik berasal dari pleksus faring yang dibentuk
oleh: cabang faring dari n.vagus (n.x), cabang n,glosofaring (n.ix), serabut
simpatis
Sistem limfatik
Superior : mengalir ke KGB retrofaring dan KGB servikal dalam atas
Media : mengalir ke KGB jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam atas
Inferior : mengalir ke KGB servikal dalam bawah
PEMBAGIAN FARING
1.Nasofaring :
Batas atas : sinus sphenoid
Batas bawah : palatum mole
Batas depan : rongga hidung
Batas belakang : vertebra servikal I
Bangunan penting yang terdapat didalamnya adalah :
Adenoid
Fossa Rosenmuler
Kantong Rathke
Torus tubarius
Koana
Foramen jugulare
Bagian petrosus os temporalis
Foramen laserum
Muara tuba eustachius
2.Orofaring :
Batas atas : palatum mole
Batas bawah : tepi atas epiglotis
Batas depan : rongga mulut
Batas belakang : vertebra cervical
Struktur yang terdapat dalam orofaring adalah :
Dinding posterior faring
Tonsil palatina
Fosa tonsil
Fossa Tonsil
- dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior
- batas lateral: m. konstriktor faring superior
- batas atas: kutub atas (upper pole) terdapat fosa supratonsil
Uvula
Tonsil lingual
Foramen sekum
3. Laringofaring (hipofaring)
Superior: tepi atas epiglottis
o Anterior: laring
o Inferior: bagian anterior: cartilage krikoidea dan bagian posterior: porta
esophagus
o Posterior: vertebra servikalis IV-VI
- Struktur:
Epiglottis
Valekula (2 buah cekungan yang dibentuk oleh lig.glosoepiglotika medial dan
lateral)
Sinus piriformis (bagian lateral laringofaring dan di bawah dasarnya berjalan
n.laring superior dan a.carotis)
III.2. TONSIL
tonsil adalah massa yang terdiri jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus di dalamnya terdapat 3 macam tonsil, yaitu :
1. Tonsil faringal (adenoid)
2. Tonsil palatine membentuk cincing Waldeyer
3. Tonsil lingual
Permukaan tonsil palatine (“tonsil”) bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah
disebut “kriptus”. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa. Di dalam kriptus
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan disebut dengan
detritus. Permukaan lateral melekat pada fasia faring “kapsul tonsil” .
Peradangan pada tonsil palatina, merupakan bagian dari cicin waldeyer (terdiri atas
susunan kelenjar limfe yang terdapat dalam rongga mulut, yaitu :
Tonsil faringeal (adenoid)
Tonsil palatina (tonsil faucial)
Tonsil lingual (tonsil pangkal lidah)
Tonsil tuba eustachius
Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets) tangan dan ciuman. Dapat terjadi
pada semua umur terutama pada anak-anak
III.3 KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Pembagian tonsilitis dibagi menjadi 3, yaitu :
Tonsilitis akut
Tonsilitis akut dibagi menjadi dua, yaitu tonsilitis viral penyebabnya adalah
EBV, Hemofillus influenzae, dan virus Coxschakie dan tonsilitis bakterial
penyebabnya adalah streptokokus beta hemolyticus, pneumokokus,
streptokokus viridan.
Tonsilitis Membranosa
Penyakit yang termasuk dalam golongan tonsilitis membranosa adalah tonsilitis
difteri penyebabnya adalah Corynebacterium diptheriae, tonsilitis septic, angina
plaut vincent dan penyakit kelainan darah seperti leukimia akut, angina
agranulositosis, dan infeksi mononukleosis.
Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik adalah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak
adekuat, kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
III.4 PATOLOGI
Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini
tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak
proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
III.5 PATOFISIOLOGI
Radang berulang yang dipicu oleh faktor predisposisi (rangsangan kronis rokok, makanan
tertentu, higiene mulut yang buruk, pasien yang biasa bernapas melalui mulut karena
hidungnya tersumbat, pengaruh cuaca dan pengobatan tonsilofaringitis sebelumnya yang
tidak adekuat)
Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis
Kripti melebar
Perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris dan dapat disertai pembesaran kelenjar
submandibula
tonsil membesar
nafas berbau
III.6 DIAGNOSIS
o Anamnesis pasien merasakan rasa sakit pada tenggorokan, kering, rasa mengganjal
saat makan dan nafas berbau
o Pemeriksaan Fisik saat inspeksi tampak tonsil membesar ditandai dengan adanya
hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tidak rata, kriptus melebar tampak
mengalami stenosis tapi eksudat yang seringkali purulen, atau kadang tampak satu
atau dua kripta membesar seperti gambaran bahan keju atau seperti dempul berisi
detritus
o Pemeriksaan Penunjang :
• Darah rutin
• Kultur bakteri dan sensifitas test
Tonsilitis kronik
Tonsilitis sepsis
Tonsilitis bakteri
III.8 PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
Tirah baring
Diet lunak, minum yang banyak
Kumur dengan air hangat (obat kumur : NaCl, Povidon iodin)
Medikamentosa
Terapi Operatif :
Indikasi Tonsilektomi
1. Indikasi Absolut
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,
disfagia berat, gangguan tidur, atau terdapat komplikasi
cardiopulmonal
Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pemberian pengobatan
medis dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut
Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
Tonsilitis yang akan dilakukan biopsi untuk px. PA
2. Indikasi Relatif
Terjadi 3x atau lebih infeksi tonsil pertahun meskipun diberikan obat
yang adekuat
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap
pengobatan medik
Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptococcus yang
tidak membaik dengan pemberian antibiotik, kuman resisten terhadap
beta-laktamase.
III.9 KOMPLIKASI
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara perikontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi
secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis, nefritis
uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, furunkulosis.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke UGD RST dr.Soedjono tanggal 23 Juli 2013 pukul 19.45 WIB.
Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan sudah sejak 2 thn yang lalu. Sekitar 3 bulan terakhir
pasien merasa tidak enak saat makan seperti ada yang mengganjal. Sebelumnya pasien sudah
pernah berobat ke dokter 2x tapi masih merasakan tenggorokan sakit. Kadang pasien
merasakan nafas berbau Riwayat penyakit dahulu sebelumnya tidak pernah seperti ini riwayat
infeksi tenggorokan (+), HT, DM, dan penyakit kelainan darah (-). Riwayat pengobatan
pernah diobati ke dokter tapi belum sembuh juga. Riwayat Penyakit Keluarga dikeluarga
tidak ada yang seperti ini
Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan tonsil dengan ukuran T3-T3, permukaan
tidak rata, warna hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+)
Maka dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka dapat diambil diagnosis
sementara yaitu epistaksis anterior. Mekanisme epistaksis dari pasien adalah :
Infeksi tenggorokan berulang
↓
Tonsilitis kronik
Pasien diberikan terapi berupa :
Medikamentosa
o Infus RL 20 tpm
Mengandung Na, K, Ca, Cl, Basa. Diindikasikan untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
o Antibiotik (Amoxilin syr. 3x250 mg).
Mengandung penicilin. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya pada
faringitis akut, tonsilitis bakteri dengan dosis 3x500 mg atau eritromycin
dengan dosis 4x500 mg
o Analgetik (Asam Mefenamat 3x250 mg)
Mengandung Asam mefenamat . Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x500 mg
o Anti Inflamasi (Dexamethason 2 x 0,5 mg)
Mengandung kortikosteroid. Diindikasikan untuk infeksi bakteri biasanya
pada faringitis akut, dengan dosis 3 x 0,5 mg atau 8-16 mg IM pada dewasa,
0,08-0,3 mg/kgBB
Terapi Operatif
o Tonsilektomi
Daftar Pustaka
1. Soepardi, EA et al. 2008. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Uniersitas Indonesia. Jakarta
2. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
3. http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
http://www.cjmed.net/html/2006712_43.html?
PHPSESSID=28d51ad055ae04f2529d1241b27c0187 Cheng Fang Ming. 2006.
Efficacy of three therapeutic methods for peritonsillar abscess. Journal of Chinese
Clinical Medicine;2006,7;Vol.1,No.2.
4. Adams et al. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta
5. http://kireihimee.blogspot.com/2009/10/abses-peritonsiler.html
6. Snell, Richard, 2006, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Edisi 6, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.