Anda di halaman 1dari 18

MODEL PEMBELAJARAN MENYIMAK KELASB RENDAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah


Model-model pembelajaran bahasa Indonesia SD

DOSEN PENGAMPU : IIS APRINAWATI , M.Pd

Disusun oleh :
Dina Rozalita 1986206017
Mila Prihatina 1986206041
Sri Defy Rahmawati 1986206052
Serli Trianita 1986206081
Sriwildani 1986206091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
bertemakan “Meningkatkan Kemampuan Menyimak”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah  Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas Tinggi . Dalam Penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Bangkinang, Oktober 2021

PENULIS

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

ii
B. Rumusan masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3

A. Pengertian Model Pembelajaran...................................................................3

B. Model pembelajaran menyimak yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar...3


BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyimak sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
tujuan untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan oleh pembicara melalui ujaran. Dalam
kegiatan sehari-hari, menyimak adalah salah satu kegiatan yang sangat
penting selain keterampilan yang lainnya. Kegiatan menyimak juga dapat
menambah ilmu atau wawasan yang belum dimiliki di antaranya melalui
radio, tv, atau langsung dari nara sumbernya. Oleh karena itu, pengajaran
menyimak mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan menyimak yang baik adalah
kondisi awal untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran bahasa
Indonesia mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak murid sekolah
dasar belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Muhaimin
(2006) yang dicapai murid dalam proses-belajar mengajar di mana murid
yang terlibat dalam kegiatan, yang mampu menyimak secara baik dan benar
mempunyai persentase yang masih rendah. Indikasi ini menandakan masih
rendahnya kemampuan menyimak murid tersebut terlihat pula hasil yang
diperoleh dalam ulangan semester misalnya. Daya serap murid pada semua
mata pelajaran dari seluruh murid dalam suatu kelas masih banyak nilai di
bawah nilai standar 7,5. Ini berarti penguasaan murid terhadap mata pelajaran
juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh, hal tersebut di atas ternyata (salah satu)
disebabkan oleh kurangnya kemampuan murid menyimak materi pelajaran.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada kesenjangan antara hasil
pengajaran menyimak dengan target ideal, yaitu tercapainya kemampuan
optimal murid dalam menyimak

1
Sebaiknya guru dalam melakukan proses belajar-mengajar harus
mempunyai kompetensi dan menguasai metode, pendekatan, atau teknik
sebab apabila guru tidak memiliki kemampuan tersebut di atas maka proses
pembelajaran yang dilaksanakan akan gagal. Artinya konsep yang akan
disampaikan atau yang harus dikuasai siswa tidak jelas. Oleh karena itu,
dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan teori model pembelajaran
menyimak yang harus dikuasai oleh seorang guru Bahasa Indonesia agar saat
melakukan proses pengajaran dapat berhasil dengan baik.

B. Rumusan masalah
1. Apa saja model-model pembelajaran menyimak di sekolah Dasar?
2. Bagaimana langkah kegiatan pembelajaran dalam masing-masing model
pembelajaran menyimak di sekolah Dasar

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui macam-macam model-model pembelajaran menyimak
di sekolah Dasar.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah kegiatan dalam model pembelajaran
menyimak di sekolah Dasar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.

B. Model pembelajaran menyimak yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar


1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievment
Divisions (STAD)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Persiapan pembelajaran
b. Penyajian materi
c. Belajar kelompok
d. Tes
e. Penentuan skor peningkatan individual
f. Penghargaan kelompok
Langkah-langkah pembelajarannya yaitu :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 atau 5 orang
secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin).
b. Guru menyajikan materi pelajaran.
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat
menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti. Tugas itu harus dikuasai oleh setiap anggota
kelompok.

3
d. Guru memberikan kuis/ u. pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada
saat menjawab tidak boleh saling membant
e. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki
skor tertinggi.
Kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD), antara lain sebagai berikut :
a. Pelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi
pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan
siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat,
belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal
yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan
dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-
Achievment Divisions (STAD), antara lain sebagai berikut:
a. Pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.
b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir tidak
dapat berlatih belajar mandiri.
c. Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga
target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.

4
d. Pembelajaaran kooperatif tidak dapat menerapkan materi pelajaran
secara cepat.
e. Penilaian terhadap individu, kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya
2. Word Square
Model pembelajaran word square adalah model pembelajaran
yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian
dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model
pembelajaran word square adalah salah satu dari model pembelajaran
inovatif yang merupakan pengembangan dari metode ceramah.
Model pembelajaran word square terdiri dari dua kata yaitu word
adalah kata dan square adalah lapangan persegi, jadi model pembelajaran
word square adalah suatu model pembelajaran yang memadukan dengan
permainan pencarian atau mencari kunci jawaban berdasarkan pertanyaan
yang sudah ada dan kata yang dicari dapat diperoleh dari huruf yang
telah tersedia secara menurun dan mendatar. Model pembelajaran word
square juga dapat meningkatkan peserta didik untuk berpikir efisien dan
kritis serta cermat dan teliti dalam mencari kata yang telah tersedia pada
kotak. Langkah-langkah model pembelajaran word square adalah sebagai
berikut:
a. Buatlah kotak sesuai keperluan.
b. Buat soal sesuai indicator pembelajaran.
c. Sampaikan materi.
d. Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
e. Peserta didik disuruh menjawab soal, kemudian mengarsir huruf
dalam kotak sesuai jawaban.
f. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

Kelebihan model pembelajaran word square, antara lain sebagai


berikut :

5
a. Meningkatkan ketelitian, kritis, mendorong pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran dan berpikir efektif siswa. Karena siswa
dituntun untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli
dalam mencari jawaban yang ada dalam lembar kerja.
Kekurangan model pembelajaran word square, antara lain sebagai
berikut :
a. Siswa hanya menerima bahan materi dari guru dan tidak dapat
mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut
mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa
masing masing.
3. Snow Ball Throwing (Lemparan Bola Salju)
Model ini dapat memotivasi siswa belajar dalam mengembangkan
pikirannya melalui kertas-kertas (HVS warna yang jumlahnya tergantung
kebutuhan) sebagai media untuk menuangkan gagasan sesuai instruksi
guru. Langkah-langkah :
a. Guru membuka pelajaran dengan apersepsi
b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran
c. Siswa mendengarkan teks berita yang diperdengarkan oleh guru
d. Siswa mencatat hal-hal yang pentingmengenai pokok isi berita yang
didengar
e. Guru menyediakan kertas yang berisi pertanyaan sebagai bola salju
f. Guru melemparkan bola dan siswa menjawab dan menulis nama
pada bola salju
g. Guru mengumpulkan bola dan membacakan jawaban siswa
h. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
Kelebihan model pembelajaran snow ball throwing (lemparan
bola salju), antara lain sebagai berikut :
a. Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti
bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

6
b. Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberikesempatan utk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain.
c. Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa
tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.
d. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
e. Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun
langsung dalam praktek.
f. Pembelajaran menjadi lebih efektif.
g. Ketiga aspek yaitu aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat
tercapai.
Kekurangan model pembelajaran snow ball throwing (lemparan
bola salju), antara lain sebagai berikut:
a. Sangat  bergantung  pada kemampuan siswa  dalam memahami
materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat
dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi
yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan.
b. Ketua kelompok yang  tidak  mampu  menjelaskan  dengan  baik
tentu  menjadi  penghambat bagi anggota lain untuk  memahami
materi sehingga diperlukan waktu yang  tidak  sedikit  untuk siswa
mendiskusikan materi pelajaran.
c. Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga
siswa saat berkelompok kurang  termotivasi untuk bekerja sama. tapi
tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan
pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok.
d. Memerlukan waktu yang panjang.
e. Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar.
f. Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid.
4. Pertanyaan dari Siswa (Questions Students Have)
Model ini dapat memotivasi siswa untuk dapat melatih
keterampilan mendengarkan. Belajar membuat pertanyaan dan

7
menganalisis pertanyaan tersebut dari tingkat kepentingannya untuk
dibahas dalam kelas. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan
modelpertanyaan dari siswa yaitu:
a. Guru mengondisikan siswa dalam kelas untuk siap dalam pelajaran
boleh dengan bernyanyi atau bertepuk tangan
b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang
akan dicapai
c. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar
d. Guru menyajikan simulasi wawancara atau rekaman dari radio/TV
atau menonton tayangan TV.
e. Siswa mendengar dan mencatat hal-hal penting
f. Setiap siswa  menuliskan soal yang berkaitan dengan materi
pelajaran (tidak perlu menuliskan nama).
g. Setelah semua selesai membuat pertanyaan masing-masing diminta
untuk memberikan kertas yang berisi pertanyaan kepada teman di
samping kirinya. Dalam hal ini, jika posisi duduk siswa adalah
lingkaran, akan terjadi gerakan perputaran kertas searah jarum jam.
Jika posisi duduk mereka berderet sesuai dengan posisi mereka
asalkan semua siswa dapat giliran untuk membaca semua pertanyaan
dari teman-temannya.
h. Pada saat menerima kertas dari teman di sampingnya, siswa diminta
untuk membaca pertanyaan yang ada. Jika pertanyaan itu juga ingin
dia ketahui jawabannya, maka dia harus memberi tanda centang, jika
tidak ingin diketahui atau tidak menarik, berikan langsung pada
teman di samping kiri. Dan begitu seterusnya sampai semua soal
kembali kepada pemiliknya,
i. Ketika kertas pertanyaan tadi kembali kepada pemiliknya, siswa
diminta untuk menghitung tanda centang yang ada pada kertasnya.
Pada saat ini carilah pertanyaan yang mendapat tanda centang paling
banyak.

8
j. Siswa bersama Guru menjawab/membahas soal yang paling banyak
ceklisnya. Bisa kelompok A menjawab kelompok B atau sebaliknya.
k. Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran pertanyaan dari siswa (questions
students have), antara lain sebagai berikut :
a. Pelaksanaan proses pembelajaran ditekankan pada keaktifan belajar
siswa dan keaktifan guru dalam menciptakan lingkungan belajar
yang serasi dan menantang pola interaksi siswa.
b. Siswa termotivasi dalam belajar dan siswa akan mendapat
kemudahan dalam menerima dan memahami materi yang diajarkan
karena terjadi timbal balik antara guru dan siswa.
c. Mendapat partisipasi siswa melalui tulisan, sehingga sangat baik
bagi siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan,
keinginan, dan harapan-harapan melalui percakapan.
d. Siswa tidak hanya mendengarkan tetapi perlu membaca, menulis,
berdiskusi dan mendorong siswa untuk berfikir dalam memecahkan
suatu soal dan menilai penguasaan siswa tentang bahan pelajaran,
membangkitkan minat siswa sehingga akan menimbulkan keinginan
untuk mempelajarinya juga menarik perhatian siswa dalam belajar.
e. Dapat menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran, memperkuat dan memperlancar stimulus respon
siswa, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan mampu
memberi kesan yang mendalam pada diri siswa.
f. Guru lebih mengetahui dimana letak ketidakpahaman siswa, karena
semua siswa sudah mengajukan pertanyaan dan akan didiskusikan.
Kekurangan model pembelajaran pertanyaan dari
siswa (questions students have), antara lain sebagai berikut :
a. Memakan waktu yang banyak.
b. Tidak semua materi pelajaran bisa digunakan model
pembelajaran question students have, misalnya: pada materi

9
pelajaran singkat karena tidak terlalu banyak pertanyaan yang akan
diajukan siswa.
5. Model A B C Games
Model ABC Games dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
aktif dan menyenangkan. Siswa diajak berlomba menemukan jawaban
secara mandiri dan secara bersama-sama. Langkah-Langkahnya yaitu :
a. Guru mengkondisikan kelas dengan tebak-tebakan yang lucu
b. Guru menginformasikan tujuan pembelajara. Contoh Mampu
menganalisis laporan perjalanan
c. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok (A, B, C) dan mintalah
masing-masing kelompok memberi  nama kelompoknya
d. Guru memperdengarkan teks laporan perjalanan. Siswa mencatat
hal-hal penting
e. Setiap kelompok menyiapkan anggotanya untuk mengikuti games
f. Guru menyiapkan pertanyaan yang ditulis pada kartu
g. Guru meminta siswa yang mewakili kelompok untuk maju ke depan
kelas. Guru menyiapkan flipchard atau papan tulis yang akan
digunakan siswa menulis jawaban
h. Guru memperlihatkan soal kepada siswa. Soal belum bias
diperlihatkan pada siswa lainnya
i. Siswa yang mengikuti lomba harus menjawab soal sendiri dan tidak
bias dibantu kelompoknya. Kalu tidak bias menjawab baru minta
bantuan pada kelompoknya.
j. Soal selanjutnya digantikan oleh siswa yang lain
k. Guru menilai jawaban siswa
l. Guru menyimpulkan materi pembelajaran 
Kelebihan model pembelajaran model A B C games, antara lain
sebagai berikut :
a. Memotivasi siswa untuk belajar dengan aktif dan menyenangkan.
b. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkompetensi.
c. Pembelajaran menjadi efektif.

10
Kekurangan model pembelajaran model A B C games, antara lain
sebagai berikut :
a. Siswa yang nakal akan membuat keributan.
b. Kelas terasa kurang nyaman kerena kegaduhan yang dibuat
kelompok lain.
6. Get A Star (Raihlah Bintang)
Model ini memotivasi siswa untuk mengembangkan kompetensi
baik secara perorangan ataupun kelompok. Tiap siswa dalam kelompok
dapat menjawab kuis dan meraih skor sebanyak-banyaknya untuk
kemenangan kelompok. Langkah-langkah :
a. Guru membuka pembelajaran (menyanyikan Lagu)
b. Menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajaran. Contoh
menyimpulkan isi informasi yang didengan melalui tuturan tidak
langsung (rekaman atau teks yang dibacakan)
c. Guru membentuk kelompok sesuai kondisi kelas dan member nama
d. Guru memperdengarkan teks dan siswa mencatat hal-hal penting
e. Setiap kelompok membuat pertanyaan (banyaknya soal teegantung
kondisi dan waktu dalam kelas) setiap pertanyaan ditulis di kertas
dan disimpan dalam kotak
f. Guru membacakan soal dan siswa berlomba menjawab untuk
kemenangan kelompoknya
g. Guru member symbol bintang pada kelompok setiap jawaban yang
benar
h. Pada akhir pelajaran guru memberikan nilai dan reward
i. Guru dan siswa merefleksi materi pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran get a star (raihlah bintang) yakni
seorang guru bisa memotivasi siswa dalam belajar dan membuat siswa
aktif untuk menjawab pertanyaan sehingga proses pembelajaran di kelas
menjadi hidup dan interaktif serta tidak monoton dan searah melainkan
pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan dan bermakna.

11
Kekurangan model pembelajaran get a star (raihlah bintang),
antara lain sebagai berikut :
a. Memerlukan waktu yang banyak.
b. Sering kali terjadi keributan ketika menjawab pertanyaan
Keberhasilan menyimak bergantung  pada dua kondisi.  Pertama,
guru harus memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis, pembicara
yang efektif dan menggunakan strategi serta teknik yang efektif pula.
Kedua, setiap murid yang berpartisipasi dalam diskusi harus memiliki
informasi tertentu yang akan disampaikan kepada teman-temannya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat sejumlah model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai
alternatif oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran di kelas. Model
model tersebut meliputi model pembelajaran keterampilan mendengarkan,
model pembelajaran keterampilan menulis, model pembelajaran keterampilan
membaca, dan model pembelajaran keterampilan berbicara.
Pengaplikasian model -model tersebut di kelas harus disesuaikan
dengan standar isi mata pelajaran.     

B. Saran
Melalui pembelajaran model menyimak di Sekolah Dasar ini,
diharapkan sebagai calon seorang guru dapat memahami dan
mengaplikasikan dalam pembelajaran nantinya di sekolah sehingga tercapai
tujuan yang diharapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta : Direktorat Jenderal


Pendidikan Tinggi.

14

Anda mungkin juga menyukai