Anda di halaman 1dari 5

KODE/NAMA MK : HKUM4408/HUKUM ISLAM DAN ACARA PERADILAN AGAMA

1. Kasus tentang hadist


1) Perlu diketahui, Al-Hadis didefinisikan pada umumnya oleh ulama seperti Al-Sunnah
yaitu sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi Mhammad SAW, baik
ucapan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan), siat dan psikis, baik sebelum beliau
menjadi nabi atau sesudah menjadi nabi. Sekiranya hadis Nabi berkeduduka sebagai
sumber sejarah, ciscaya perhatian ulama terhadap penelitian kesahihan hadis akan
lain daripada yang ada sekarang ini. Kedudukan hadis, menurut kesepakatan
mayoritas ulama adalah sebagai salah satu sumber ajaran islam. Akan tetapi, terdapat
juga sekelompok kecil dan kalangan “ulama” dan umat Islam telah menolak hadis
sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Mereka ini biasa dikenal sebutan inkar al-
sunnah. Adanya kelompok yang menolak hadis itu diketahui melalui tulisan-tulisan
al-Syafi’iy. Mereka itu oleh al-Syafi’iy dibagi tiga golongan, yakni golongan
yang menolak seluruh Sunnah, golongan yang menolak sannah, kecuali 'bila
sunnah itu memiliki kesamaan dengan petunjuk Alquran, golongan yang menolak
sunnah yang berstatus ahad. Cukup banyak dalil yang dikemukakan oleh
pengingkar hadis ini, baik berupa ayat Alquran maupun interpretasi terhadap ayat
itu sendiri. Di antara ayat Alquran yang mereka sebutkan adalah Alquran S. al-
Nahl: 89 yang artinya “Dan kami turunkan kepadamu Alkitab (Alquran) untuk
menjelaskan segala sesuatu”. Argument tersebut menurut al-Syafi'iy tidak kuat
karena mereka salah dalam menafsirkan dan memahami maksud kata tibyan
(penjelasan) yang termuat dalam Surat al-Nahl:89 yang mana kata itu
mempunyai beberapa cakupan pengertian, yakni
a. Ayat Alquran secara tegas menjelaskan adanya, berbagai kewajiban,
misalnya kewajiban shalat, puasa, zakat, dan haji; berbagai larangan,
misalnya larangan-larangan berbuat zina, meminum minuman keras,
memakan bangkai, darah, dan daging Babi dan berbagai teknis
pelaksanaan ibadah tertentu, misalnya tata-cara berwudu.
b. Ayat Alquran dalam penjelasannya tentang kewajiban tertentu masih
bersifat global, misalnya kewajiban sholat;dalam hal ini, hadis Nabi
menjelaskan teknis pelaksanaannya
c. Nabi menetapkan suatu ketentuan yang dalam Alquran ketentuan itu tidak
dikemukakan secara tegas. Ketentuan dalam hadis tersebut wajib ditaati,
sebab Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk
menaati Nabi.
d. Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk melakukan ijtihad.
Kewajiban melaksanakan kegiatan ijtihad sama kedudukannya dengan
kewajiban menaati perintah lainnya yang telah ditetapkan oleh Allah bagi
mereka yang memenuhi syarat.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, hadis Nabi merupakan penjelas bagi
ketentuan agama Islam melalui Alquran yang masih bersifat global. Hadits
bukanlah teks suci sebagaimana Al-Quran. Namun, hadits selalu menjadi rujukan
kedua setelah Al-Quran dan menempati posisi penting dalam kajian keislaman.
Mengingat penulisan hadits yang dilakukan ratusan tahun setelah nabi
Muhammad SAW wafat, maka banyak terjadi silang pendapat terhadap
keabsahan sebuah hadits. sehingga hal tersebut memunculkan sebagian kelompok
meragukan dan mengingkari akan kebenaran hadits sebagai sumber hukum.
2) Pada umumnya hadist merupakan salah satu sumber pokok ajaran Islam. Hadits
adalah sumber pokok ajaran Islam yang tentunya dapat memberikan penjelasan lebih
lanjut ajaran Islam yang tercantum dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an dan juga hadist
menjadi sebuah satu kesatuan untuk pedoman umat manusia khususnya umat muslim.
Al-Qur’an dan hadits merupakan pegangan umat muslim agar tidak kehilangan arah
dan mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Fungsi hadits sebagai sumber
hukum Islam tentunya dapat menambah pengetahuan manusia tentang pedoman dan
pegangan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Hadits menjadi salah satu
sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an, dimana jika terjadi suatu perkara yang
belum jelas didalam Al-Qur’an maka hadits bisa menjadi sebuah sandaran berikutnya
setelah Al-Qur’an. Hubungan hadist dengan hukum nasional di Indonesia bergantung
pada siapa yang menggunakan hukum tersebut. Karena agama di Indonesia tidak
hanya agama Islam akan tetapi masih terdapat 5 agama lainnya. Ini merupakan
sebuah sikap toleransi sesame agama dalam satu negara.

2. Kasus tentang Zakat


1) Bagi seorangn muslin, wajib hukumnya membayar zakat mal beserta zakat fitrah
sendiri yang termasuk dalam rukun islam keempat. Kewajiban zakat bagi umat
muslim yang mampu tercantum jelas dalam Surat at-Taubah pada ayat 60, ayat 71
dan ayat 103. Dalam kasus tertera, Herlan sudah termasuk wajib berzakat karena
hartanya telah mencapai nisab (ukuran) setara dengan 85 gram emas yang dia miliki
selama setahun. Ini merupakan zakat yang bisa ditunaikan oleh Herman disebut
dengan Zakat Mal atau Zakat Harta. Perhitungan besaran zakat mal adalah dengan
mengalikan jumlah harta dengan 2,5 persen, jika harta telah memenuhi syarat nisab
(berapa zakat mal yang harus dikeluarkan). Zakat mal adalah berasal dari kata
bahasa Arab yakni 'maal' yang artinya harta atau kekayaan. Zakat mal ditunaikan di
bulan Ramadhan. Zakat mal artinya zakat yang dikenakan atas segala jenis harta,
yang secara zat maupun substansi perolehannya tidak bertentangan dengan
ketentuan agama. Zakat Mal terdiri atas simpanan kekayaan seperti uang, emas,
surat berharga, penghasilan profesi, aset perdagangan, hasil barang tambang atau
hasil laut, hasil sewa aset dan lain sebagainya.
Dalam kasus Herman, bisa menunaikan zakat setiap bulan setiap mendapatkan
penghasilan yang sudaj mencapai nisab. Ini merupakan zakat penghasilan. Nisab
zakat penghasilan adalah setara 525 kg makanan pokok yang biasa Anda konsumsi.
2) Dalam kasus Herman, mengacu pada harga per 06 November 2021 harga emas di
Divisi Logam Mulia PT. Aneka Tambang Tbk adalah Rp. 950.000 per gram. Dengan
demikian, ukuran nisab zakat mal tahun 2021 ini adalah 85 gram x Rp. 950.000 =
80,75jt. Jadi zakat mal yang harus ditunaikan Herman sebesar Rp. 80,75jt dapat
ditunaikan dibulan Ramadhan. Akan tetapi, dalam kasus herman nilai total asset
simpanan per tahunnya sebesar Rp. 500.000.000, bila total simpanan herman Rp.
500jt maka zakat mal yang harus dibayarkan adalah 2,5% x Rp. 500.000.000 atau
sama dengan Rp. 12.500.000. mengingat besar yang harus dikeluarkan dalam zakat
mal yaitu 2,5% dari total nilai asset.
Dalam zakat penghasilan, herman memiliki penghasilan perbulan sebesar Rp.
15.000.000. Sama halnya dengan zakat mall, besar zakat penghasilan adalah 2,5%
dikalikan dengan penghasilan bruto. Herman memiliki penghasilan Rp 15.000.000
per bulan x 2,5% hasilnya adalah Rp. 375.000. dapat ditunaikan setiap bulan setiap
mendapatkan penghasilan.

3. Kasus Zakat
1) Menurut pendapat saya, pernyataan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dapat
diterima berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat yang menyebutkan bahwa zakat memang dikelola oleh negara layaknya
pengelolaan pajak karena mengingat penghimpunan zakat dan penyalurannya saat
ini masih banyak dilakukan secara informal melalui perorangan, keluarga atau
kerabat. Padahal dalam undang-undangnya dana zakat harus dikeolal oleh negara
melalui lembaga resmi negara seperti Baznas dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Potensi keuangan zakat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim
terbanyak sangat besar dan bisa membangun kekuatan ekonomi syariah apabila
dikelola dengan baik. Dalam Alquran menyebutkan tentang hukum membayar pajak
merupakan wajib namun dalam ketuntuan Undang-Undang masih bersifat opsional
atau Sunnah. Akan tetapi, perlu diingat bahwasanya terdapat konsekuensi dalam
pernyataan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut yaitu harus diberi insentif
bagi yang taat membayar zakat. Insentifnya adalah insentif pajak. Bahwa mereka
yang taat membayar zakat dengan baik, zakatnya bukan mengurangi pendapatan
kena pajak akan tetapi zakatnya mengurangi kewajiban pajaknya. Menurut saya,
perlu adanya tata ulang peraturan pengelolaan zakat dalam undang-undang zakat
yang juga berkaitan dengan pajak.
2) Menurut saya, Pajak dari perspektif hukum merupakan suatu perikatan yang timbul
karena adanya undang-undang yang menyebabkan timbulnya kewajiban warga
negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu kepada negara, negara
mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut harus dipergunakan
untuk penyelenggaraan pemerintahan. Dari pendekatan hukum ini memperlihatkan
bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga menjamin
adanya kepastian hukum, baik bagi fiskus sebagai pengumpul pajak maupun wajib
pajak sebagai pembayar pajak. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan
pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan,
baik rutin maupun pembangunan dan pemungutan pajak dapat dipaksakan. Fungsi
pajak selain sebagai anggaran/kas negara yang diperlukan untuk menutup
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan social.
Sementara zakat dilihat dari perspektif hukum Islam merupakan bentuk hak
pengaturan Allah terhadap umatnya atas harta yang dimiliki untuk dikeluarkan
sebagai bentuk jaminan sosial bagi komunitas masyarakat tertentu sesuai dengan
nisab untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan.
zakat merupakan pajak spiritual yang wajib dibayar oleh setiap muslim dalam
kondisi apapun. Sementara itu jika memperhatikan kesadaran wajib pajak adalah
kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan negara sangat
diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Jadi pada kesimpulannya,
Negara hukum Pancasila mengakomodir hukum yang bersumber dari hukum agama
mengingat bagi bangsa Indonesia beragama merupakan keharusan dan tidak terdapat
tempat bagi masyarakat yang tidak beragama di Indonesia. Terlebih mayoritas
bangsa Indonesia beragama Islam, maka negara wajib menjad fasilitator untuk
terwujudkan hukum agama bagi masyarakat muslim. Kebijakan dalam regulasi
tentang zakat pengurang pajak penghasilan menunjukkan wujud format negara
hukum Pancasila, sehingga memberi gambaran bahwa Indonesia bukan negara
agama, melainkan negara hukum Pancasila yang mengakomodir hukum yang
bersumber dari hukum agama.

Anda mungkin juga menyukai