Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

APLIKASI TEORI BELAJAR KOGNITIF DALAM


PEMBELAJARAN

Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu :Anggita Oktaviani Putri, S.Si, M.Pd

IAI AL-QOLAM
MALANG

Disusun oleh :
Rahmatul Khoiriyah (22108401491021)
Muhammad Umar Faruq (22108401491029)
Asroful Anam (22108401491010)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QOLAM
2021/2022
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran........................................3
BAB III...........................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah yang senantiasa memberikan taufiq, rahmat, serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ‘’Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran’’ banyak rintangan
membentang dalam proses mengerjakannya, tapi kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami sampaikan terima kasih pula kepada dosen pengampu. Yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi dukungan kontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Kami meyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami menantikan kritikan dan saran yang membangun guna
menjadi makalah yang sempurna. Harapan kami semoga laporan ini bisa bermanfaat
bagi penulis khususnyan dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.

Penyusun

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau


menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau
menemukan. Aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus
atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga
melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Struktur mental individu tersebut berkembang sesuai dengan tingkatan perkembangan
kognitif seseorang. Semakin tinggi tingkat perkembangan kognitif seseorang, semakin
tinggi pula kemampuan dan keterampilan dalam memproses berbagai informasi atau
pengetahuan yang diterimanya dari lingkungan. Kognitif sangat berperan dalam
penerapan praktik dalam pembelajaran umum, dengan memberikan pemahaman,
menerapkan dalam berbagai cara, sehingga menjadi automatisasi. Yang dimulai dari
kognitif-afektif dan melahirkan automatisasi dalam gerak. Dalam kegiatan
pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik
minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan beru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki siswa(Rovi :2016).
Oleh karena itu, Teori Kognitif ini sangat cocok untuk perkembangan
pendidikan di Indonesia. Belajar juga merupakan proses berubahnya tingkah laku
yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungannya. Banyak
ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mengenai proses
belajar tersebut. Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar
yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah
memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam
proses belajar. Aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus
atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga
melibatkan kegiatan mental di dalam diri individu yang sedang belajar.
Pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar
bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku
sebagai pemberi informasi. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang dari
tindakan. Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi
terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi dapat membantu memperjelas
1
pemikiran menjadi lebih logis. Oleh karena itu, pengajar harus mengetahui berbagai
karakteristik setiap individu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam teori belajar kognitif?
2. Apa saja strategi yang digunakan dalam teori belajar kognitif?

C. TUJUAN
1. Untuk menambah wawasan tentang teori belajar kognitif.
2. Agar bisa digunakan sebagai dasar dalam metode pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran

Teori belajar kognitif memandang bahwa pengetahuan tidak dapat


dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Akan tetapi, siswa harus
aktif secara mental dan fisik membangun struktur kognitif pengetahuannya
berdasarkan tingkat kematangan kognitif yang dimilikinya. Aktivitas secara fisik pada
siswa berarti secara aktif membangun konsep pengetahuannya melalui aktivitas
pengalaman fisik secara konkret. Pembelajaran dalam pandangan kognitif lebih
menekankan proses yang berpusat pada siswa serta berorientasi pada pembentukan
pengetahuan dan penalaran siswa. Hal ini disebabkan misi dari pembelajaran secara
kognitif adalah meningkatkan dan membangun kemampuan siswa dalam
memperoleh, menganalisis, dan mengolah informasi secara cermat serta
menumbuhkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Oleh sebab itu, ada
beberapa konsep dasar yang perlu diperhatikan oleh guru terkait pelaksanaan
pembelajaran berdasarkan teori kognitif.

a. Hal-Hal yang Penting Diperhatikan di dalam Teori Kognitif

Teori belajar kognitif menuntut adanya integrasi pengetahuan struktur kognitif


yang dimiliki siswa sebelumnya dengan pengalaman baru sebagai proses belajar
siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif
antara lain :
a) Guru menyediakan berbagai pengalaman belajar bagi siswa secara
konkret.
b) Guru menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar bagi siswa.
c) Guru berusaha mengintegrasikan materi dan proses pembelajaran
dengan situasi yang realistik dan relevan dalam kehidupan nyata siswa,
d) Guru berusaha mengintegrasikan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai media pembelajaran,
e) Guru melibatkan siswa aktif secara fisik, emosional, dan social

Menurut Sugihartono dkk (2007; 115), proses pembelajaran dan pendidikan


dalam pandangan teori belajar kognitif menekankan pada tercapainya beberapa tujuan
pembelajaran dan pendidikan itu sendiri.
1) Menghasilkan individu siswa yang memiliki kemampuan berpikir untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
3
2) Kurikulum dirancang sedemikian rupa agar terjadi proses konstruksi
pengetahuan oleh siswa sendiri dalam belajar.
3) Peserta didik diharapkan aktif dalam kegiatan belajar sesuai karakteristik
dirinya dalam belajar.
4) Guru berperan sebagai mediator, fasilitator, dalam proses konstruksi
pengetahuan siswa.

b. Strategi dan Model Pembelajaran Kognitif

Teori belajar kognitif menekankan proses pembelajaran yang berpusat pada


siswa, Oleh sebab itu, guru bukan sumber utama dalam belajar dan bukan kepatuhan
siswa tanpa alasan terhadap perintah guru. Evaluasi tidak melihat pada hasil yang
dicapai, namun lebih menekankan proses yang dilalui dan dijalani dengan
keberhasilan siswa dalam mengorganisasikan pengetahuan sebagai tujuannya. Selain
itu, evaluasi juga melihat kedalaman, keluasan pemahaman, dan pemakaian bahasa
siswa serta kejelasannya, keruntutan pikiran dalam mengemukakan gagasan lisan dan
tulisan.
Atas dasar semua itu, salah satu metode pembelajaran yang merupakan
aplikasi teori kognitif adalah pembelajaran berbasis masalah (studi kasus). Studi kasus
dapat diterapkan pada beberapa mata pelajaran seperti mengarang, analisis isi buku,
eksperimen, observasi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, proses pembelajaran kelas
tidak didominasi oleh guru, tetapi aktivitas siswa dalam belajar. Menurut Slavin
dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 127-128), strategi-straregi belajar
berdasarkan pendekatan belajar konstruktivisme meliputi top-down processing,
cooperative learning, dan generative learning
a) Top-Down Processing. Strategi ini menuntut siswa untuk belajar dari hal-
hal yang kompleks untuk dipecahkan dan menghasilkan keterampilan-keterampilan
yang dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta menuliskan sebuah kalimat, kemudian ia
disuruh membaca, belajar tata bahasa kalimat, tata tulis serta bagaimana meletakkan
tanda baca. Top-down processing merupakan kebalikan dari bottom-up processing.
b) Cooperative Learning. Strategi ini menekankan proses belajar bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika
mereka mendiskusikannya dengan siswa lain tentang problem yang dihadapi. Strategi
ini menekankan pada lingkungan sosial dalam belajar dan menjadikan kelompok
belajar sebagai tempat memperoleh pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan, dan
menantang pengetahuan yang dimiliki.
c) Generative Learning. Strategi ini menekankan adanya integrasi dan
kesesuaian antara pengetahuan baru dengan skemata yang dimiliki siswa. Dengan

4
demikian, siswa akan lebih mudah melakukan adaptasi ketika menghadapi stimulus
baru. Strategi ini mengajarkan siswa membuat pertanyaan, kesimpulan atau analogi-
analogi terhadap apa yang sedang dipelajari.
Model-model pembelajaran lainnya yang didasarkan pada teori belajar
kognitif-konstruktivisme antara lain discovery learning, reception learning, assisted
learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual
teaching and learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 129-139). Penjabaran singkat
dari masing-masing model pembelajaran tersebut sebagai berikut.
a) Discovery Learning
Model pembelajaran ini dikembangkan Jerome Brunner. Konsep dasar
model pembelajaran ini adalah siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka
sendiri, melalui kegiatan aktif siswa untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dengan didukung pengalaman-pengalaman serta menghubungkan
pengalamannya dengan konsep-konsep yang mereka pelajari dan pendampingan guru.
Dengan melakukan eksperimen, diharapkan siswa dapat menemukan
prinsip-prinsip yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Keuntungan model
ini adalah siswa memiliki motivasi dalam diri mereka untuk menyelesaikan
pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban yang benar atas masalah yang
mereka hadapi. Dengan demikian, siswa belajar untuk mandiri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dan memiliki serta mengembangkan keterampilan berpikir
secara kritis.
b) Reception Learning
Konsep model pembelajaran ini adalah guru mempunyai tugas untuk
menyusun dan merancang situasi pembelajaran. memilih materi yang sesuai bagi
karakteristik siswa, kemudian mempresentasikan atau menyampaikan materi pelajaran
dengan baik yang dimulai dari umum ke spesifik. Intinya adalah adanya perencanaan
pembelajaran yang sistematis terhadap informasi yang berbeda (expository teaching),
yaitu tingkat pemahaman siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari.
Hampir sama dengan discovery learning, model ini memerhatikan beberapa
hal, antara lain 1) membutuhkan keaktifan siswa, 2) menekankan bagaimana
pengetahuan yang sudah ada pada siswa dapat menjadi bagian dari pengetahuan baru,
3) adanya asumsi bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat terus berubah.
Pelaksanaan pengajaran ekspositori berisi tiga prinsip tahapan pembelajaran.
(1) Belajar secara maksimal akan terjadi pada siswa apabila ada potensi
kesesuaian antara skema pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi
atau informasi baru yang akan dipelajari.

5
(2) Siswa harus melihat persamaan-persamaan serta perbedaan perbedaan
informasi baru yang akan dan sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya sebelumnya untuk mengetahui dan memahami informasi baru yang akan
dipelajari.
(3) Menguatkan dan pengetahuan siswa dengan cara menambah pengetahuan
baru pada pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
c) Aunted Learning
Vygonsky dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 132),
menyatakan bahwa perkembangan kognitif akan terjadi melalui interaksi dan
percakapan seorang individu atau siswa dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan
teman sebaya, orang dewasa, orangtua, guru atau orang lain dalam lingkungannya.
Dengan demikian, seorang individu tidak sendirian dalam menemukan dan
mempelajari dunianya sebagai bagian proses perkembangan kognitifnya. Bantuan
orang dewasa dalam proses belajar siswa dalam bentuk pemberian bantuan dan
dukungan pada siswa untuk belajar dan memecahkan problem yang disebut
scaffolding (Bruner dalam Baharuddin & Wahyuni, 2007: 132).

Dukungan belajar yang diberikan tersebut dapat berupa isyarat-isyarat,


penjelasan-penjelasan, peringatan-peringatan. dorongan-dorongan, memberikan
contoh, arahan, atau segala bentuk proses pembelajaran yang dapat memandirikan
siswa. Pelaksanaan model ini oleh guru menuntut kemampuan guru untuk membantu
belajar siswa dengan menyampaikan penjelasan penjelasan, menunjukkan
keterampilan-keterampilan, mengajak siswa melalui tahap-tahap dan proses untuk
menyelesaikan sebuah masalah, memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil
kerja siswa sehingga siswa memperoleh masukan untuk evaluasi dan
pengembangannya. Dengan demikian, secara teknik, membantu siswa pada awal dan
selama proses belajar untuk mencapai pemahaman dan keterampilan siswa dan
kemudian secara berlahan lahan bantuan tersebut dikurangi sampai akhirnya siswa
dapat berjalan untuk belajar secara sendiri serta dapat menemukan pemecahan bagi
problem atau tugas yang dihadapinya.
d) Active Learning
Active learning menurut Melvin L Siberman dalam Baharuddin dan Esa Nur
Wahyuni (20074133) merupakan proses belajar aktif yang membutuhkan keterlibatan
mental dan tindakan siswa secara bersama-sama. Pada saat kegiatan belajar aktif,
siswa melakukan sebagian besar kegiatan belajar, dalam bentuk mempelajari gagasan-
gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan atau mempraktikkan apa yang telah
mereka pelajari.

6
e) The Accelerated Learning
Konsep dasar pembelajaran ini adalah pembelajaran dilaksanakan dengan
cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Bobbi DePorter menganggap metode ini
dapat memungkinkan siswa belajar dengan cara yang lebih mengesankan, dengan
upaya normal, dan kegembiraan. Model ini menyatukan unsur-unsur hiburan,
permainan warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional
yang keseluruhannya bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang
lebih efektif bagi siswa.
Dave Meier, pemilik konsep ini, menyarankan agar dalam penerapannya
guru menggunakan pendekatan Somatic. Auditors Visual, dan Intellectual (SAVI)
Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 134-135), somatic dimaksudkan
dengan belajar secara bergerak dan berbuat (learning by moving and doing auditory
adalah belajar dengan cara berbicara dan mendengarkan (learning in talking and
hearing), vimal adalah belajar dengan cara mengamati dan menggambarkan (learning
by observing and picturing), dan intellectual adalah belajar dengan cara pemecahan
masalah dan melakukan refleksi (learning by problem solving and reflecting).
Artinya, semua potensi yang mendukung proses pembelajaran dikombinasikan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan penyampaian materi pelajaran.
f) Quantum Learning
Pembelajaran kuantum mengasumsikan bahwa siswa jika mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan
prestasi dalam belajar yang tidak terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang
tepat, siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Konsep dasar belajar
kuantum adalah proses belajar harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira sehingga pintu masuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan
labih baik. Hal ini disebabkan ada hubungan antara emosi dengan proses belajar
siswa.
Model ini menuntut guru untuk mengubah suasana belajar yang monoton
dan membosankan ke dalam proses belajar yang gembira dan mengasyikkan dengan
memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa secara integral. Praktik pelaksanaan
pembelajaran kuantum adalah dengan cara mengubah macam-macam interaksi di
kelas, hubungan antarsiswa dan guru, dan inspirasi di dalam dan di sekitar momen
belajar mengajar dengan menggabungkan sugestologi. teknik-teknik percepatan
belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu dalam
belajar (Bobbi DePorter & Mike Hernacki dalam Baharuddin & Wahyuni, 2007: 135).
g) Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan

7
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses ini, pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan ini menekankan penilaian
proses dan pelaksanaan strategi pembelajaran daripada hasilnya.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utanu dalam
pembelajarannya, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:
138) Pendekatan ini dapat diterapkan dalam kurikulum dan bidang studi apa saja serta
kondisi kelas yang bagaimanapun, Langkah-langkah penerapannya sebagai berikut:
(1) Tanamkan dan kembangkan pemikiran siswa bahwa mereka akan dapat
belajar dengan lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi atau membangun pengetahuan serta keterampilannya sendiri.
(2) Langsungkan atau laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri (belajar
menemukan) untuk semua topik pembelajaran oleh siswa. (3) Guru mengembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan keterampilan-keterampilan bertanya.
(4) Guru menciptakan masyarakat belajar dalam bentuk kelompok-kelompok
belajar.
(5) Hadirkan model atau media pembelajaran sebagai contoh dalam proses
pembelajaran.
(6) Guru membimbing siswa melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan.
(7) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu
penilaian yang objektif dan komprehensif.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktivitas


belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses
internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah
banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, tidak lagi mekanistik
sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar
lebih bermakna bagi siswa. Sedang kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut:
(1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya.
Siswa mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu; (2) Anak usia
pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda konkrit;
(3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena
hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik;
(4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki;
(5) Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks; dan
(6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan
antara yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.

B. SARAN

Teori Kognitif ini hendaknya di pelajari di sistem pendidikan karena dampak


positivenya sangat banyak. Teori Kognitif ini bermanfaat bagi guru dan juga peserta
didik sehingga terciptanya kegiatan belajar yang efektif dan efisien sehingga
kurikulum yang ada di Indonesia ini berkembang pesat adanya Teori Kognitif

9
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Irham Dan Novan Ardy Wijaya ,2015. Psikologi Pendidikan Teori Dan
Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran
Rovi, 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif Dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Pontianak, hal 15.
Rahyubi, H. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik:
Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Cetakan I. Bandung: Nusa Media. Supandi. 1990. Strategi
Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi.
Proyek Tenaga Kependidikan, hal 15.

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arends, Ricard 1. 2008 a. Learning T to Teach: Belajar untuk Mengajar

Edisi Ketujuh Buku Saru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008 b. Learning to Teach:
Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh Buku Dua. Terj. Helly Prajitno dan Sri Mulyantini
Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buku asli diterbitkan tahun 2007.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan:Edisi Revisi. Jakarta:


Bumi Aksara

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta:

DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2002. Quantum Learning:Membiasakan Belajar


Nyaman dan Menyenangkan. Terj. Alwiyah A. Bandung: Kaifa. Buku asli diterbitkan tahun
1992.

10

Anda mungkin juga menyukai