IAI AL-QOLAM
MALANG
Disusun oleh :
Rahmatul Khoiriyah (22108401491021)
Muhammad Umar Faruq (22108401491029)
Asroful Anam (22108401491010)
JUDUL
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran........................................3
BAB III...........................................................................................................................9
PENUTUP......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10
ii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang senantiasa memberikan taufiq, rahmat, serta
hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ‘’Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran’’ banyak rintangan
membentang dalam proses mengerjakannya, tapi kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami sampaikan terima kasih pula kepada dosen pengampu. Yang telah
membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi dukungan kontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami meyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami menantikan kritikan dan saran yang membangun guna
menjadi makalah yang sempurna. Harapan kami semoga laporan ini bisa bermanfaat
bagi penulis khususnyan dan bagi pembaca pada umumnya. Amin.
Penyusun
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam teori belajar kognitif?
2. Apa saja strategi yang digunakan dalam teori belajar kognitif?
C. TUJUAN
1. Untuk menambah wawasan tentang teori belajar kognitif.
2. Agar bisa digunakan sebagai dasar dalam metode pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
demikian, siswa akan lebih mudah melakukan adaptasi ketika menghadapi stimulus
baru. Strategi ini mengajarkan siswa membuat pertanyaan, kesimpulan atau analogi-
analogi terhadap apa yang sedang dipelajari.
Model-model pembelajaran lainnya yang didasarkan pada teori belajar
kognitif-konstruktivisme antara lain discovery learning, reception learning, assisted
learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan contextual
teaching and learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 129-139). Penjabaran singkat
dari masing-masing model pembelajaran tersebut sebagai berikut.
a) Discovery Learning
Model pembelajaran ini dikembangkan Jerome Brunner. Konsep dasar
model pembelajaran ini adalah siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka
sendiri, melalui kegiatan aktif siswa untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-
prinsip dengan didukung pengalaman-pengalaman serta menghubungkan
pengalamannya dengan konsep-konsep yang mereka pelajari dan pendampingan guru.
Dengan melakukan eksperimen, diharapkan siswa dapat menemukan
prinsip-prinsip yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Keuntungan model
ini adalah siswa memiliki motivasi dalam diri mereka untuk menyelesaikan
pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban yang benar atas masalah yang
mereka hadapi. Dengan demikian, siswa belajar untuk mandiri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dan memiliki serta mengembangkan keterampilan berpikir
secara kritis.
b) Reception Learning
Konsep model pembelajaran ini adalah guru mempunyai tugas untuk
menyusun dan merancang situasi pembelajaran. memilih materi yang sesuai bagi
karakteristik siswa, kemudian mempresentasikan atau menyampaikan materi pelajaran
dengan baik yang dimulai dari umum ke spesifik. Intinya adalah adanya perencanaan
pembelajaran yang sistematis terhadap informasi yang berbeda (expository teaching),
yaitu tingkat pemahaman siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan
dipelajari.
Hampir sama dengan discovery learning, model ini memerhatikan beberapa
hal, antara lain 1) membutuhkan keaktifan siswa, 2) menekankan bagaimana
pengetahuan yang sudah ada pada siswa dapat menjadi bagian dari pengetahuan baru,
3) adanya asumsi bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat terus berubah.
Pelaksanaan pengajaran ekspositori berisi tiga prinsip tahapan pembelajaran.
(1) Belajar secara maksimal akan terjadi pada siswa apabila ada potensi
kesesuaian antara skema pengetahuan yang dimiliki siswa sebelumnya dengan materi
atau informasi baru yang akan dipelajari.
5
(2) Siswa harus melihat persamaan-persamaan serta perbedaan perbedaan
informasi baru yang akan dan sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah
dimilikinya sebelumnya untuk mengetahui dan memahami informasi baru yang akan
dipelajari.
(3) Menguatkan dan pengetahuan siswa dengan cara menambah pengetahuan
baru pada pengetahuan lama yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
c) Aunted Learning
Vygonsky dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 132),
menyatakan bahwa perkembangan kognitif akan terjadi melalui interaksi dan
percakapan seorang individu atau siswa dengan lingkungan di sekitarnya, baik dengan
teman sebaya, orang dewasa, orangtua, guru atau orang lain dalam lingkungannya.
Dengan demikian, seorang individu tidak sendirian dalam menemukan dan
mempelajari dunianya sebagai bagian proses perkembangan kognitifnya. Bantuan
orang dewasa dalam proses belajar siswa dalam bentuk pemberian bantuan dan
dukungan pada siswa untuk belajar dan memecahkan problem yang disebut
scaffolding (Bruner dalam Baharuddin & Wahyuni, 2007: 132).
6
e) The Accelerated Learning
Konsep dasar pembelajaran ini adalah pembelajaran dilaksanakan dengan
cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Bobbi DePorter menganggap metode ini
dapat memungkinkan siswa belajar dengan cara yang lebih mengesankan, dengan
upaya normal, dan kegembiraan. Model ini menyatukan unsur-unsur hiburan,
permainan warna, cara berpikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional
yang keseluruhannya bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman belajar yang
lebih efektif bagi siswa.
Dave Meier, pemilik konsep ini, menyarankan agar dalam penerapannya
guru menggunakan pendekatan Somatic. Auditors Visual, dan Intellectual (SAVI)
Menurut Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni (2007: 134-135), somatic dimaksudkan
dengan belajar secara bergerak dan berbuat (learning by moving and doing auditory
adalah belajar dengan cara berbicara dan mendengarkan (learning in talking and
hearing), vimal adalah belajar dengan cara mengamati dan menggambarkan (learning
by observing and picturing), dan intellectual adalah belajar dengan cara pemecahan
masalah dan melakukan refleksi (learning by problem solving and reflecting).
Artinya, semua potensi yang mendukung proses pembelajaran dikombinasikan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran dan penyampaian materi pelajaran.
f) Quantum Learning
Pembelajaran kuantum mengasumsikan bahwa siswa jika mampu
menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan mampu membuat loncatan
prestasi dalam belajar yang tidak terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang
tepat, siswa dapat meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Konsep dasar belajar
kuantum adalah proses belajar harus mengasyikkan dan berlangsung dalam suasana
gembira sehingga pintu masuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan
labih baik. Hal ini disebabkan ada hubungan antara emosi dengan proses belajar
siswa.
Model ini menuntut guru untuk mengubah suasana belajar yang monoton
dan membosankan ke dalam proses belajar yang gembira dan mengasyikkan dengan
memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa secara integral. Praktik pelaksanaan
pembelajaran kuantum adalah dengan cara mengubah macam-macam interaksi di
kelas, hubungan antarsiswa dan guru, dan inspirasi di dalam dan di sekitar momen
belajar mengajar dengan menggabungkan sugestologi. teknik-teknik percepatan
belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode tertentu dalam
belajar (Bobbi DePorter & Mike Hernacki dalam Baharuddin & Wahyuni, 2007: 135).
g) Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
7
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses ini, pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami sendiri,
bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan ini menekankan penilaian
proses dan pelaksanaan strategi pembelajaran daripada hasilnya.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utanu dalam
pembelajarannya, yaitu konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Baharuddin dan Wahyuni, 2007:
138) Pendekatan ini dapat diterapkan dalam kurikulum dan bidang studi apa saja serta
kondisi kelas yang bagaimanapun, Langkah-langkah penerapannya sebagai berikut:
(1) Tanamkan dan kembangkan pemikiran siswa bahwa mereka akan dapat
belajar dengan lebih bermakna dengan cara belajar sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi atau membangun pengetahuan serta keterampilannya sendiri.
(2) Langsungkan atau laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri (belajar
menemukan) untuk semua topik pembelajaran oleh siswa. (3) Guru mengembangkan
sifat ingin tahu siswa dengan keterampilan-keterampilan bertanya.
(4) Guru menciptakan masyarakat belajar dalam bentuk kelompok-kelompok
belajar.
(5) Hadirkan model atau media pembelajaran sebagai contoh dalam proses
pembelajaran.
(6) Guru membimbing siswa melakukan refleksi di setiap akhir pertemuan.
(7) Guru melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu
penilaian yang objektif dan komprehensif.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Irham Dan Novan Ardy Wijaya ,2015. Psikologi Pendidikan Teori Dan
Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran
Rovi, 2016. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif Dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Pontianak, hal 15.
Rahyubi, H. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik:
Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Cetakan I. Bandung: Nusa Media. Supandi. 1990. Strategi
Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi.
Proyek Tenaga Kependidikan, hal 15.
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arends, Ricard 1. 2008 a. Learning T to Teach: Belajar untuk Mengajar
Edisi Ketujuh Buku Saru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008 b. Learning to Teach:
Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh Buku Dua. Terj. Helly Prajitno dan Sri Mulyantini
Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buku asli diterbitkan tahun 2007.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
10