PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu,
pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar
proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2013). Selain itu,
pemberian ASI dapat menurunkan risiko kematian bayi. Kita ketahui bahwa
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan di suatu
negara.
Di negara berkembang, lebih dari 10 juta bayi meninggal dunia pertahun,
2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat
dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian
ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat
yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian
balita, yaitu sekitar 13% (Sentra Laktasi Indonesia, 2007).
Masih menurut Sentra Laktasi Indonesia (2007), pemberian makanan
pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar
6%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perilaku memberikan ASI secara
eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka
kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia,
2007).
Walaupun bayi umur 0 – 6 bulan mengalami pertumbuhan yang pesat,
namun sebelum mencapai usia 6 bulan, sistem pencernaan bayi belum mampu
berfungsi dengan sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain
ASI. ASI merupakan gizi bayi terbaik, sumber makanan utama dan paling
sempurna bagi bayi usia 0 – 6 bulan. ASI mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan seorang bayi yaitu energi, laktosa, lemak, protein, mineral,
immunoglobulin, lisosin dan laktoferin. WHO merekomendasikan untuk
memberikan ASI eksklusif selama 4 – 6 bulan.
1
2
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan ada 170 juga anak
mengalami gizi kurang dari seluruh dunia. Sebanyak 3 juta anak diantaranya
meninggal tiap tahun akibat kurang gizi dan berdasarkan studi keodkteran yang
dilakukan di salah satu Negara maju yaitu Eropa menunjukkan angka kesakitan
dan kematian bayi yang diberikan ASI lebih rendah daripada yang diberi susu
formula, dengan angka kematian mencapai 5 per 1.000 kelahiran hidup.
(Dosriana, 2012)
Di ASEAN jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) di Negara tetangga
seperti Malaysia telah mencapai 41 per 100.000 kelahiran hidup dan Thailand 44
per 100.000 kelahiran hidup serta Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, di
Asia Tenggara, mendominasi lebih dari 75% total kematina anak dibawah 5
tahun (Dosriana, 2012).
Di Indonesia diketahui bahwa hampir semua bayi (96,3%) pernah
mendapat ASI rata-rata pemberian ASI hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian MP-ASi mulai diberikan pada usia dini. Pada usia > 6 bulan
harus sudah diperkenalkan dan diberi makanan pendamping ASI karena produksi
ASI mulai menurun dan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologis untuk tumbuh
kembang anak (Simanjuntak, 2011).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Utara pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah bayi keseluruhan umur 0-6 bulan
sebanyak 64.137 sedangkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 45.815 bayi. (Profil Dinkes Kabupaten Sikka, 2015).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Latowu Kabupaten Kolaka Utara
Tahun 2017 yaitu sebanyak 425 kelahiran dan semua ibu dianjurkan untuk
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya kecuali yang mempunyai masalah
dalam persalinannya, misalnya preeklampsia.
Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telah artikel penelitian secara
sistemik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI
eksklusif tersebut dari 4 – 6 bulan menjadi 6 bulan (Fikawati dan Syafiq, 2013).
ASI terbukti melindungi anak terhadap berbagai penyakit infeksi seperti
diare, ISPA, dan lain-lain. Meningkatnya pemberian ASI di seluruh dunia
3
Di Inggris, berdasarkan data yang didapat pada tahun 2000, sebanyak 30%
ibu-ibu di Inggris sama sekali tidak memberikan ASI kepada bayinya dan
sebanyak 58% menukar secara penuh dengan susu formula pada saat bayi usia 4 –
10 minggu (Novianda, 2013).
Target pencapaian ASI eksklusif menurut Indonesia Sehat adalah 80%
(Fikawati dan Syafiq, 2013). Program-program atau kebijakan-kebijakan telah
dilakukan pemerintah untuk mencapai target ini seperti Kebijakan ASI Eksklusif
dan Inisiasi Menyusui Dini. Angka ini terlihat terlalu tinggi karena trend ASI
eksklusif justru menurun.
Salah satu prakondisi yang menyebabkan pemberian ASI eksklusif menurun
adalah masih kurangnya pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan. Khususnya
ibu-ibu yang mempunyai bayi dan tidak menyusui bayi secara eksklusif.
Kurangnya pengetahuan masyarakat yang berpengaruh terhadap rendahnya
prevalensi pemberian ASI eksklusif dibuktikan oleh banyak penelitian, seperti
penelitian The American Academy of Pediatrics (2005) dan Ozelci, dkk (2006)
dalam Rachmadewi (2009) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
menjadi kendala yang dihadapi dalam praktek ASI eksklusif adalah kurangnya
pengetahuan ibu.
Menurut WHO yang dikutip dalam Roesli (2013), susu formula adalah susu
yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak
menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang
air besar. Gangguan lainnya seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit. Penelitian
yang dilakukan oleh Kerkhof (2003) yang dikutip dalam Roesli (2013) pada 76
anak di Belanda dengan penyakit alergi kulit dan 228 anak tanpa penyakit alergi
kulit menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif hanya 3 bulan pertama
terbukti memiliki efek perlindungan terhadap penyakit kulit.
Baik tenaga kesehatan maupun masyarakat luas masih banyak yang berpikir
bahwa susu formula memiliki kualitas gizi yang sama baiknya atau bahkan lebih
baik dari ASI, sehingga sering kita dengar, sebagian masyarakat mengatakan
dengan bangga bahwa buah hatinya minum susu dengan merk tertentu dimana
semakin mahal harga sebuah produk susu formula maka semakin tinggi derajat
5
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu
formula pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas Latowu Kabupaten Kolaka
Utara Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu
formula pada bayi usia 0 – 6 bulan di puskesmas Latowu Kabupaten
Kolaka Utara Tahun 2019
b. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu
formula pada bayi usia 0 – 6 bulan di puskesmas Latowu Kabupaten
Kolaka Utara Tahun 2019
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada pasca neonates bayi
akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
2. Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang
Kebutuhan dasar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Asuh (Kebutuhan Fisik–Biomdis)
Kebutuhan asuh meliputi sebagai berikut :
1) Nutrisi yang adekuat dan seimbang
2) Perawatan kesehatan dasar. Untuk mencapai kesehatan dasar yang
optimal, perlu beberapa upaya misalnya imunisasi, control ke
Puskesmas atau Posyandu secara berkala, perawatan bila sakit.
3) Pakaian
4) Perumahan
5) Higiene diri dan lingkungan
6) Kesegaran jasmani
b. Asih (Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Kebutuhan asih meliputi :
1) Kasih sayang orang tua
2) Rasa aman
3) Harga diri
4) Dukungan/dorongan
5) Mandiri
6) Rasa memiliki
c. Asah (Kebutuhan Stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari dunia luar berupa
latihan atau bermain. Pemberian stimulus sudah dapat dilakukan sejak
masa prenatal, kemudian lahir dengan cara menyusui bayi pada ibunya
sedini mungkin.
Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psiko
sosial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan
(Nursalam, 2013)
C. Tinjauan Variabel yang Diteliti
17
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh
kembang seluruh kemampuan dan perilaku manusia. Dengan pengetahuan
manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan
seseorang. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide
teknologi baru (Notoatmojo, 2012).
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan yang
menghasilkan sesuatu yang biasanya berupa materi.
(www.tugassekolah.com)
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh
setiap orang demi kelangsungan hidupnya atau untuk memenuhi berbagai
macam kebutuhan hidupnya. Setiap orang malakukan pekerjaan salah
satunya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, karena kebutuhan pokok
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak bisa di tunda-tunda.
Kebutuhan tersebut misalnya pokok seperti makan, minum, pakaian,
pendidikan dan lain-lain. Untuk mendapat memenuhi berbagai
kebutuhannya makan manusia membutuhkan uang, dan umumnya uang di
dapatkan dari bekerja, saat ini banyak sekali pekerjaan yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan uang.
Jadi yang dimaksud pekerjaan adalah aktivitas utama yang
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam arti yang
sempit pekerjaan yaitu suatu aktivitas yang dapat menghasilkan uang.
Sedangkan dalam segi ekonomi pekerjaan yaitu semua aktivitas yang
18