CITA
JAYA RAYA KOTA TANJUNGPINANG
HENDRA
100569201138
Hendrasos6@gmail.com
ABSTRAK
Kesetaraan dan ketidakadilan gender banyak sering terjadi pada kaum buruh terutama
pada buruh perempuan yang sering mendapatkan perlakuan diskriminasi terhadap majikan.
Secara umum, buruh perempuan yang bekerja di pabrik tobong bata kerap mengalami
diskriminasi dalam penerimaan upah, pembagian kerja, asuransi maupun layanan lainnya.
Untuk itu buruh perempuan yang bekerja menjadi buruh mempunyai peran sebagai pencari
nafkah tambahan. Adapun bentuk-bentuk diskriminasi gender antara lain marginalisasi
(Peminggiran), subordinasi (Penomorduaan), stereotip (pelabelan), violence (kekerasan) dan
double burde (beban kerja).
Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui kesetaraan dan ketidakadilan gender pada
buruh perempuan yang ada di pabrik tobong bata. Metodelogi dalam skripsi ini menggunakan
kualitatif dengan tipe deskriptif . Teori yang digunakan dengan variable dan indicator yang
diterapkan dalam melaksanakan pengukuran dilapangan, sehingga tidak terjadi perbedaan
penafsiran dalam menganalisa dalam penelitian ini. Adapun yang dijadikan sebagai informan
dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. Setelah data terkumpul maka data dalam penelitian ini
dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kesetaraan dan ketidakadilan gender kerap
mendapatkan perlakuan diskriminasi terutama pada buruh perempuan yang bekerja di pabrik
tobong bata karena merupakan perlakuan yang tidak adil terhadap individu tertentu yang
disebabkan oleh kecenderungan manusia dengan membeda-bedakan yang satu dengan yang
lainnya baik dalam penerimaan upah dan pembagian kerja. Yang disebabkan bahwa buruh
perempuan adalah sebagai pencari nafkah tambahan bukan nafkah utama. Adapun sebagai
permasalahan dalam kesetaraan dan ketidakadilan gender pada buruh perempuan disebabkan
adanya marginalisasi, pelabelan, subordinasi, kekerasan dan beban ganda.
ABSTRACK
Equality and gender discrimination often occurs in many of the workers, especially
the women workers who often get discriminated against the employer. In general,
women workers working in a brick factory tobong often experience discrimination in
the admission of wages, the division of labor, insurance and other services. For the
women workers who work as laborers have a role as a secondary earner. As for other
forms of gender discrimination among others marginalization (marginalization),
subordination (Penomorduaan), stereotypes (labeling), violence (violence) and double
Burde (workload).
The purpose in this study to determine equality and gender inequity on women
workers in the factory tobong brick. Methodology in this thesis using qualitative and
descriptive. The theory used with variables and indicators which are applied in
carrying out measurements in the field, so there is no difference in the interpretation of
the analyzes in this study. As for who serve as informants in this study as many as seven
people. Once the data is collected, the data in this study were analyzed with descriptive
qualitative data analysis techniques.
The conclusion of this study is equality and gender inequalities often get
discriminated against, especially on women workers working in factories tobong brick
because of an unfair treatment against certain individuals due to the human tendency to
discriminate against one another both in receipt of wages and division of labor. Caused
that women workers are as earner is not the main provider. As for as problems in
equality and gender inequity on women workers due to their marginalization, labeling,
subordination, violence and double burden.
Keywords: Equality and Gender Inequality, Labour
PENDAHULUAN
wanita tidak terlepas dari upaya mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
Pekerjaan sebagai buruh, Sekarang ini ditemui kenyataan hidup yang ada
bahwa kaum wanita tidak hanya berkiprah didalam rumah saja, tetapi sudah banyak
yang bekerja di luar rumah. Untuk itu dengan tidak adanya kemampuan (skill) dan
Salah satu pabrik yang memperkerjakan buruh perempuan adalah pabrik bata
merah PT.Cita Jaya Raya Tanjungpinang. Berikut jumlah buruh perempuan yang
ada di PT tersebut:
Table 1.1
Pada sisi lain kondisi buruh ini masih sangat memprihatinkan yaitu masih
pada persoalan yang bersifat klasik yaitu seputar masalah kondisi upah yang masih
sangat rendah, hal ini belum lagi di tambah dengan persoalan-persoalan lain seperti
Para buruh perempuan lanjutnya kerap disuruh bekerja melebihi jam kerja
buruh adalah delapan jam”. Dalam hal reproduksi seperti cuti haid dan cuti
Gender tidak hanya akan menjadi sebuah masalah ketika tidak melahirkan
diskriminasi gender karena pada gender hal yang dilakukan oleh laki-laki bisa
dikerjakan oleh perempuan dan begitu juga dengan sebaliknya. Adapun bentuk-
berlebihan. Dalam hal ini peneliti mengambil bentuk diskriminasi yang terjadi pada
stereotip yang terjadi pada ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender pada karyawan
Gender pada saat ini yang terjadi di PT Jaya Cita Raya pabrik bata merah
menjadi pemicu untuk di perbincangkan mengenai isu perempuan dan gender yang
dan diskriminasi.
perempuan, namun ketidak adilan gender itu berdampak pula pada laki – laki.
pabrik terutama pada buruh perempuan yang bekerja di pabrik bata merah yang
Selain steorotip yang terjadi pada ketidakadilan gender pada perempuan yang
bekerja di pabrik bata PT.Cita Jaya Raya adapula bentuk kekerasan yang dialami
oleh perempuan pekerja salah satunya dalam bentuk kekerasan (violence) baik itu
berbentuk fisik maupun psikis. Pada perempuan yang bekerja dalam penelitian ini
tidak mengalami kekerasan secara fisik karena terkait jika melakukan tindak
kekerasan dengan secara fisik akan dikenakan sanksi atau penjara terlebih jika
dan membantu ekonomi keluarga sebagai peran pembantu pencari nafkah kedua.
Dalam hal ini perempuan yang bekerja dipabrik bata juga mempunyai jiwa yang
kuat dan gender juga bisa dilakukan oleh perempuan walaupun dapat dilihat dari
segi pekerjaan yang tergolong berat yang seharusnya dikerjakan laki-laki tetapi bisa
Tabel 1.2
Perbedaan upah buruh laki-laki dan Perempuan
perbedaan upah yang diberikan oleh majikan kepada buruh laki-laki dengan
a. Tujuan Penelitian
Tanjungpinang.
b. Kegunaan Penelitian
Gender.
2. Secara Teoritis : Sebagai bahan informasi dan acuan bagi para pekerja
lingkung masalah penelitian sesuai dengan variable dan indikator yang telah
menganalisa penelitian ini. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
2. Stereotype (Pelabelan)
label atau cap kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu
3. Subordinasi (penomorduaan)
peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain.
4. Violence (kekerasan)
maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah
diterima dari salah satu jenis kelamin yang lebih banyak dibandingkan jenis
1. Jenis Penelitian
apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
2. Lokasi Penelitian
a. Data Primer
b. Data Sekunder
penelitian ini berjumlah 7 orang dengan Kriteria informan dalam penelitian ini
a. 3 orang buruh perempuan yang bekerja di pabrik bata PT.Cita Jaya Raya
c. 1 orang majikan sebagai pemilik pabrik bata merah di PT. Cita Jaya Raya.
a. Observasi
proses yang komplek dan sulit, yang tersusun dari berbagai proses
b. Wawancara
c. Dokumentasi
penelitian.
penelitian ini adalah Analisis Kualitatif. Analisis Kualitatif menurut Miles dan
Hubermen (dalam Sugiyono: 2012) adalah aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya
lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
(conclusion drawing/verification).
pengorganisasian, dan penguratan data kedalam pola dan kategori serta satu uraian
dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang seperti disarankan oleh data.
semua data yang tersedia dari berbagai sumber informan dan sumber pendukung
keabsahan data, dan penafsiran data secara deskriptif tentang ketidaksetaraan dan
alasan gender, seperti pembatasan peran, penyingkiran atau pilih kasih yang
antara laki-laki dan perempuan, maupun hak dasar dalam bidang sosial, politik,
Dalam konsep gender ini dapat simpulkan adalah suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki dan perempuan yang dapat dikonstruksikan secara sosial
perkasa. Menurut Fakih (1997: 7-8) menyatakan “Ciri dan sifat itu sendiri
emosional, lemah , lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat,
ditanamkan sepanjang peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya
menimpa perempuan saja tetapi juga dialami oleh laki-laki. Berikut ini adalah
penting dalam keputusan politik,(3) Streotip atau pelabelan negative, (4) Kekerasan
dan (5) Beban kerja yang berlebihan di pabrik bata Berdasarkan analisisis
ketidakadilan gender yang termanifestasi pada 5 kondisi di atas, bagaimana
lajang dengan asumsi bahwa usia mereka akan produktif dan secara status mereka
menyiapkan jenis-jenis pekerjaan yang tidak berarti dari sisi status dan penghasilan
a. Marginalisasi (pemiskinan)
sebagai kaum buruh, yang berkaitan dengan kemiskinan dan kaum marginal
Ada yang di rumah, tempat kerja, masyarakat, bahkan oleh negara yang
b. Subordinasi (penomorduaan)
kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin
lainnya. Sudah sejak dahulu ada pandangan yang menempatkan kedudukan
dasar pikir streotipe bahwa pekerjaan itu memerlukan tenaga yang kuat,
ketelatenan.
d. Kekesaran (violence)
akan tetapi juga bersifat non fisik misalnya pelecehan seksual sehingga
emosional terusik.
Menurut Sofyan (2011) menyatakan “perempuan itu lemah dan diartikan
kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya
pemilik tubuh, (4) eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi, dan (5)
pajak darinya dan ini juga bentuk ketidakadilan yang diakibatkan oleh sistem
diterima salah satu jenis kelamin yang lebih banyak dibandingkan jenis
kelamin lainnya. Beban ganda juga dapat diartikan sebagai peran dan tanggung
bentuk diskriminasi dan ketidakadilan gender. Dalam suatu rumah tangga pada
umumnya, beberapa jenis kegiatan dilakukan oleh laki-laki, dan beberapa yang
2.2 Buruh
dan kemelaratan.karena buruh dapat diartikan sebagai orang yang bekerja di pabrik
atau orang yang mengandalkan kekuatan fisik dengan mengharapkan upah. Menurut
Karl Marx menyatakan kaum buruh sering disebut kaum proletar diseluruh dunia
untuk bersatu dan secara aktif melawan eksploitasi kelas kapitalis yang selama ini
menghisapnya.
yang bekerja pada orang lain (biasa disebut majikan) dengan menerima upah, bebas
dan pekerjaan yang dilakukan dibawah pimpinan orang lain dan mengesampingkan
persoalan antara pekerjaan dan pekerja. Sedangkan menurut Soepomo (1987: 99)
menyatakan “ buruh atau pekerja yaitu orang –orang yang bekerja pada orang lain
atau pada suatu bidang dengan menerima upah dan barang siapa yang bekerja pada
pekerjaan dibarengi dengan istilah buruh yang memiliki makna yang sama dalam
pasal 1 Angka 3 tentang “ setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
1. Buruh Halus
Merupakan buruh atau pekerja yang bekerjanya pada tempat yang tidak
2. Buruh Kasar
Merupakan pekerja yang bekerja pada tempat yang tidak tetap, hanya
3. Buruh Atasan
antara majikan dan buruh yang telah disepakati dengan sejumlah buruh lain,
lain: buruh borongan, buruh harian dan pekerja atau karyawan bulanan.
merupakan sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam
rendah dan kondisi kerja buruh serta jaminan sosial rendah bagi pekerja
wanita:.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
ketidakadilan gender di PT. Cita Jaya Raya Kota Tanjungpinang kerap mendapatkan
perempuan yang bekerja di pabrik bata merah. Karena perlakuan yang didapatkan
atau mendapat diskriminasi menjadi suatu hal yang merupakan pelayanan yang tidak
adil terhadap individu tertentu yang disebabkan oleh kecenderungan manusia dengan
menerima kondisi kerja yang buruk dan standar upah yang rendah asalkan tetap bisa
bekerja.
Dalam hal ini Ketidaksetaraan dan ketidakadilan Gender pada tempat kerja di
pabrik bata merah ini sering terjadi dan tidak hanya pada pabrik lainnya saja yang
mendapatkan perlakuan yang sama. Karena buruh perempuan yang termaginalisasi
mendapat diskriminasi dapat dilihat dari struktur gaji, cara penerimaan karyawan,
dan pembagian kerja. Pada saat ini Kesetaraan dan Ketidakadilan Gender sering
sering mengalami bagi kehidupan keluarga terutama bagi yang sudah berumah
tangga. Adapun ketidakadilan dan Gender yang dialami oleh pekerja perempuan
yang terjadi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang ditanamkan sepanjang
peradaban manusia dalam berbagai bentuk yang bukan hanya menyimpan kaum
subordinasi, kekerasan dan beban ganda. Gender pada faktor ekonomi keluarga
menuntut perempuan harus ikut bekerja menjadi buruh perempuan dipabrik bata
penerimaan upah, layanan asuransi dan fasilitas jam kerja yang tidak memadai
pekerja perempuan atau buruh perempuan di pabrik bata merah PT.Cita Jaya Raya
membantu ekonomi keluarga sebagai peran pembantu pencari nafkah kedua atau
tambahan karena buruh perempuan mempunyai jiwa yang kuat dan sebagai gender
yang dapat dilihat dari segi pekerjaan yang tergolong berat yang seharusnya
merah. Sehingga, dalam pembagian upah, hendaknya diberikan yang sesuai dengan
yang dikerjakan baik itu pada buruh laki-laki maupun buruh perempuan yang
B. Saran
oleh majikan ataupun buruh laki-laki yang ada di pabrik bata merah di PT. Cita
Jaya Raya agar lebih diperhatikan dalam setiap pekerjaan yang dijalani,
berat dan tidak sepatutnya perempuan diperlakukan seperti itu dan jangan
dan pada setiap pembagian kerja yang relative berat dibandingkan yang lain serta
Rineka Cipta.
INSISTPress.
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta: Kanisius.
Haryanta, Agus Tri & Eko Sujatmiko. 2012. Kamus Sosiologi. Surakarta: Aksarra
Sinergi Media.
Edisi I/2004.
Saptari, Ratna dan Holzner, Brigitte. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial.
Jakarta:Pustaka Utama.
Jakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
: PT Rineka Cipta.
Susilastuti, Dewi, H. Dkk. 1994. Feminisasi Pasar Tenaga Kerja. Yogyakarta: PPK
UGM.
Toha, Halili. 1994. Hubungan Kerja Antara Majikan Dan Buruh : Cetakan II.
Pustaka.
Jurnal:
Grijns, Mies, et al. 1992. Gender, Marginalisasi, dan Industri Pedesaan, Pengusaha,
Pekerja Upahan dan Pekerja Keluarga Wanita di Jawa Barat. Bandung, PSP.
Internet:
Mahardika. Kartika. 2011. Buruh Perempuan dan Peran Suami Dalam Keluarga.
Miha, Rudolfh. 2001. Kehidupan Sosial Ekonomi Buruh Pelabuhan. (Studi Sosiologi