Anda di halaman 1dari 41

KKUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANG ISTIDROJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH
TERHADAP HAMBANYA., (DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN,
SERTA CONTOH KASUS).
3. DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA
4. KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA
5. SIFAT TAKDIR DAN KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA
6. KEWAJIBAN AMAR MAKRUF – NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-
DALILNYA
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
PendidikanAgama Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun oleh:

Nama : Muhamad Malikurrohim


NIM : F1B021133
Prodi/Kelas : Teknik Elektro / kelas D

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan tema “ Kajian Islam”, tepat pada waktunya.

Sholawat dan Salam kepada junjungan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam,
beserta keluarganya, para sahabatnya dan semua umatnya yang selalu istiqomah sampai akhir
zaman.

Terima kasih penulis sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos
sebagai dosen pengampu mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Universitas Mataram yang telah
dengan ikhlas dan sabar membimbing dan menyampaikan ilmu yang sangat bermanfaat.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat baik kepada diri saya sendiri ataupun
kepada orang lain. Penulis sadar bahwa makalah ini penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi penyempurnaan makalah
ini.

Penyusun, Mataram 04 Desember 2021


Nama : Muhamad Malikurrohim
NIM : F1B0211

ii
DAFTAR ISI
JUDUL COVER.............................................................................................................i
KATA PENGHANTAR.................................................................................................ii
BAB I
ISTIDROJ...................................................................................................................... 4

1. Pengertian istidroj...............................................................................................4
2. Konsep istidroj.....................................................................................................6
3. Dalil mengenai istidroj.........................................................................................7

BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN...........................................................................................................10

1. Dalil beserta penjelasannya.................................................................................10

BAB III
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA...........................13

1. Pengertian Riba...................................................................................................13
2. Hukum Riba........................................................................................................14
3. Macam-macam Riba...........................................................................................15
4. 10 macam bahaya dosa riba baik di dunia maupun di akhirat.............................15

BAB IV
KEUTAMAAN SHODAQOH DAN DALIL-DALILNYA........................................18

1. pengertian shodaqoh............................................................................................18
2. hukum bershodaqoh............................................................................................19
3. orang yang wajib bershodaqoh............................................................................19
4. keutamaan dan manfaat shodaqoh.......................................................................20
5. keutamaan sedekah saat musibah datang.............................................................23

BAB V
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA.............................24

1. Sifat Takdir Kematian Beserta Dalilnya..............................................................24

BAB VI
KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI
MUNKAR......................................................................................................................28

1. pengertian amar ma’ruf nahi mungkar................................................................28


2. hukum amar ma’ruf nahi mungkar......................................................................31
3. derajat kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar.....................................................32
4. hukum meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar..............................................37
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................40

3
BAB I
ISTIDRAJ

1.1 PENGERTIAN ISTIDRAJ

Istidraj berasal dari kata ‘daraja’ dalam bahasa Arab yang berarti
naiksatu tingkatan ke tingkatan berikutnya. Istidraj lebih dikenal sebagai
istilah azab yang berupa kenikmatan yang sengaja diberikan Allah SWT
kepada seseorang. Jadi, Allah SWT menguji hamba-hambanya yang lalai
dalam beribadah dengan melimpahkan mereka kenikmatan dunia. Padahal,
segala hal yang dinikmati tersebut adalah suatu jebakan.

Dalam tafsir Al Ahzar jilid 3, istidraj artinya dikeluarkan dari garis lurus
kebenaran tanpa disadari. Allah SWT memperlakukan apa yang dia kehendaki,
dibukakan segala pintu, hingga orang tersebut lupa diri. Ibaratnya tidak ingat
bahwa sesudah panas pasti ada hujan, sesudah lautan tenang gelombang pasti
datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga
tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya


pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal
yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah
SWT.

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa


menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang
dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika
semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam
penyesalan yang terlambat.

Mengutip jurnal berjudul Istidraj dalam Alquran Perspektif Imam Al-


Qurthubi karya Diana Fitri Febriani, Istidraj adalah nikmat yang diberikan

4
Allah kepada orangorang yang membangkang terhadap-Nya. Ini merupakan
hukuman dari Allah agar orang tersebut terus terjerumus dalam kesesatan.

Al-Munawi dalam Faidh Al-QadirSyarh Al-Jami Al-Shaghir


mengatakan, perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa
harta, anak, dan kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut
semakin gencar dalam berbuat maksiat. Akhirnya Allah berikan hamba
tersebut istidraj (jebakan) berupa dibukanya pintu kenikmatan lain dan hamba
tersebut merasa senang dan nyaman dengan kemaksiatannya disertai dengan
hilangnya keinginan bertaubat, apalagi menyesali perbuatannya. Ibnu Katsir
dalam tafsirnya menggambarkan bentuk kehidupan hamba dalam istidraj ini
adalah dibukanya berbagai pintu rezeki dan sumber penghidupan (kedudukan,
jabatan, kehormatan) hingga terperdaya dan beranggapan diri mereka di atas
segala-galanya.

Pekerjaan dan rezeki yang berlimpah yang kamu dapatkan merupakan


ujian sesungguhnya dari Allah SWT. Karena, Allah SWT ingin melihat,
apakah dengan rezeki yang kamu dapatkan itu akan membuat kamu semakin
lalai dan meninggalkan ibadah, atau dapat membuatmu ingat kepada Allah
SWT sebagai Sang Maha Pemberi Rezeki. Ciri lain mengalami istidraj adalah
merasakan ketenangan. Di sini, ketenangan yang dimaksud di sini adalah
merasa baik-baik saja dan tidak merasa bersalah atau gelisah saat lalai
menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan yang sifatnya maksiat. Sakit
merupakan nikmat yang diberikan Allah SWT. Saat sakit, dosa-dosa
berguguran dan doa dikabulkan. Namun, jika merasa jarang sakit dan sering
melakukan maksiat atau kurang beribadah, bisa jadi itu juga merupakan
istidraj. Karena sesungguhnya, sakit merupakan ujian dari Allah SWT agar
hambanya selalu mengingat-Nya dan memohon kesembuhan pada-Nya.

Istidraj adalah semacam perangkap bagi manusia di mana mereka yang


durhaka kepada Allah tampak semakin makmur, jaya, dan sejahtera. Tetapi
sejatinya peningkatan kemakmuran yang terus beranjak naik bahkan melimpah

5
itu sejatinya adalah uluran atau semacam penundaan untuk azab Allah yang
pada gilirannya lebih dahsyat menimpa yang bersangkutan. Istidraj adalah
ujian tersembunyi di balik sebuah anugerah Allah. Istidraj terambil dari kata
‘daraj’ (angsuran), seperti anak kecil yang mulai berjalan selangkah demi
selangkah. Terambil dari kata ini juga adalah anak tangga di mana seseorang
dapat naik ke atas. Sama halnya dengan orang yang diistidraj. Ia dicekal
melalui nikmat sedikit demi sedikit tanpa sadar.

Jadi saya bisa menarik kesimpulan bahwa Isrtidraj merupakan cara Allah
SWT meunjukkan kasih-Nya bahwasannya Allah sengaja memberi nikmat
untuk memberi ujian hamba-Nya apakah bersyukur terhadap nikmat yang Ia
berikan.

1.2 KONSEP ISTIDRAJ

Ada lima tahapan yang akan dialami umat jika tidak mengindahkan
ajaran Islam sebagai sebuah istidraj :
a. Falamma nasuu maa dzukkiru (ketika hamba melupakan
peringatan-peringatan agama). Al Thabari dalam tafsirnya
berkomentar mengenai hamba melupakan perintah agama
adalah meninggalkan perintah Allah yang disampaikan
Rasulnya. AlRaghib al-Asfahani menjelaskan, melupakan itu
timbul karena disebabkan oleh hati yang lemah disertai dengan
kelalaian yang disengaja. Artinya, melupakan itu bukan berarti
tidak tahu, tidak ingat atau tidak sadar, tapi juga dalam bentuk
kesengajaan, mungkin karena dianggap ajaran Islam itu tidak
sesuai dengan konteks masyarakat modern atau alasan-alasan
sejenisnya.
b. Fatahna ‘alaihim abwaba kulli syai’ (Kami pun membuka
semua pintu kesenangan untuk mereka hamba). Diantara
bentuk-bentuk kesenangan duniawi yang hamba dapatkan
adalah dimudahkan mendapatkan rezeki melimpah di dunia.

6
Hamba tersebut akan dimudahkan mendapatkan kesenangan
duniawi apa saja yang diinginkannya. Dengan kesenangan-
kesenangan tersebut, hamba selalu berbuat maksiat, tidak
memiliki keinginan bertaubat dan kembali ke jalan yang benar.
c. Hatta idza farihu bima utu (Hingga saat mereka gembira dengan
apa yang Allah diberikan). Ketika hamba sedang dalam puncak
kebahagiaan menikmati kesenangan duniawi berupa harta
benda, anak banyak, dan kedudukan tinggi di kalangan
manusia, namun hidupnya masih jauh dari ketaatan, jauh dari
rasa empati pada orang lain, jauh dari masjid dan jauh dari
majelis ilmu.
d. Akhadznahum baghtatan (Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong). Artinya Allah akan menyiksa hamba
tersebut di saat lalai. Qatadah berkomentar, bahwa siksaan yang
menimpa suatu kaum secara tiba-tiba adalah urusan Allah. Dan
tidak sekali-kali Allah menyiksa suatu kaum, melainkan di saat
mereka tidak menyadarinya dan dalam keadaan lalai serta
tenggelam dalam kesenangan.
e. Fa idza hum mublisun (ketika itu mereka terdiam putus asa).
Maksudnya, mereka akan putus harapan dari semua kebaikan.
Hamba tersebut telah terperdaya dengan kesenangan duniawi
dimana Hasan al-Basri mengatakan, siapa yang diberi keluasan
oleh Allah, lalu ia tidak menyadari hal itu merupakan ujian
baginya, maka dia terperdaya. Sama halnya seorang yang
disempitkan oleh Allah, lalu ia tidak menyadari dirinya sedang
diperhatikan oleh Allah, maka dia juga terperdaya.

1.3 DALIL MENGENAI ISTIDRAJ

Allah SWT telah menjelaskan bahaya Istidraj dalam Al-Quran :

‫َل ْنفُ ِس ِه ْم ۗ اِنَّ َما نُ ْم ِل ْي لَ ُه ْم ِليَ ْزدَا د ْۤ ُْوا اِثْ ًما ۗ َولَ ُه ْم‬
َ ‫سبَ َّن الَّ ِذيْنَ َكف َُر ْۤ ْوا اَنَّ َما نُ ْم ِل ْي لَ ُه ْم َخي ٌْر ِا‬
َ ‫َو ََل يَ ْح‬

7
‫عذَا بٌ ُّم ِه ْي ٌن‬
َ

Artinya : “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka,


bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi
mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah
supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang
Menghinakan.” (QS.Ali ‘Imran: 178)

ً‫اب كُ اِل ش َۡىءٍ ؕ َحتّٰٓى اِذَا فَ ِر ُح ۡوا بِ َم ْۤا ا ُ ۡوت ُ ْۡۤوا اَخ َۡذ ٰن ُهمۡ بَ ۡغتَة‬ َ ‫فَلَ َّما نَسُ ۡوا َما ذ ُ اك ُِر ۡوا بِ ٖه فَت َۡحنَا‬
َ ‫علَ ۡي ِهمۡ ا َ ۡب َو‬
‫فَ ِاذَا هُمۡ ُّم ۡب ِلسُ ۡو َن‬

Artinya : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah


diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu
kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa
yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-
konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS.Al An’am: 44).

Artinya : “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang


Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan
kebaikan-kebaikan kepada mereka tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.”
(QS.Al Mu’minun: 55-56)

Artinya : “Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan


hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata:

“Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan


kesenangan“, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan

8
sekonyongkonyong sedang mereka tidak menyadarinya. Dan sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah
mereka kerjakan.”(QS.Al A’raf: 95-96).

Artinya : “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti


Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan),
dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada
mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh.” (QS.Al A’raf: 182-183).

‫ٱل َءاخِ َرةِ زَ يَّنَّا لَ ُه ْم أ َ ْع ٰ َملَه‬


ْ ِ‫ْم فَ ُه ْم يَ ْع َم ُهو َن ُۗإِ َّن ٱلَّذِينَ ََل يُؤْ ِمنُونَ ب‬

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri


akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka,
maka Mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (QS.An Naml: 4)

‫سنَ ْستَد ِْر ُج ُهم ِام ْن َحي‬ ِ ‫ِب بِ ٰ َهذَا ْٱل َحدِي‬
َ ۖ‫ث‬ ُ ‫ث ََل يَ ْعلَ ُمونَ ْۗفَذَ ْرنِى َو َمن يُ َكذا‬
ُ

Artinya : “Maka serahkanlah (ya Muhammad) kepada-Ku (urusan)


orang-orang yang mendustakan Perkataan ini (Al Quran). Nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui,” (QS.Al Qalam: 44)

‫ِى فِتْنَةٌ َو ٰلَك َِّن‬ َ ُ‫عانَا ث ُ َّم ِإذَا خ ََّو ْل ٰنَهُ نِ ْع َمةً ِامنَّا قَا َل ِإنَّ َما ّٰٓ أُوتِيت ُ ۥه‬
َ ‫ع َل ٰى ع ِْل ٍم بَ ْل ه‬ َ َ‫سنَ ض ٌُّر د‬ َ ٰ ‫ٱْلن‬ ِْ ‫س‬ َّ ‫فَإِذَا َم‬
‫أ َ ْكث َ َرهُ ْم ََل َي ْع َل ُمو َن‬

Artinya : “Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami,


kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata,
“Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku”.
Sebenarnya itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka itu tidak mengetahui.”

9
(QS.Az Zumar: 49)

Tidak hanya ayat Al-Qur’an, bahaya istidraj juga diterangkan dalam


hadist yang berbunyi :

1. Rasullulah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Bila


kamu melihat Allah memberi hamba dari (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-
Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa
nikmat yang disegerakan) dari Allah.” (HR. Ahmad 4:145)

2. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda:


“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba (perkara) dunia yang
diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-
Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa
nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw
membaca ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga
apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika
itu mereka terdiam berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)

Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad (28/547) dan Al-
Tabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir (17/330) dan Al-Mu’jam Al-Ausath
(9/110). Hadits ini juga di-hasan-kan oleh al-‘Iraqi dalam Takhrij Al-Ihya’
(4/162). Dua kritikus Hadits modern, Syu’aib Al-Arnauth menilai Hadits ini
hasan dilihat dari jalur lain (hasan li-ghairihi) dan al-Albani dalam Shahih al-
Jami’ (nomor Hadits 561) menilainya shahih.

10
BAB II
DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG
DISEGERAKAN

2.1.DALIL BESERTA PENJELASANNYA

Setiap pribadi manusia akan ditangguhkan dosa yang diperbuatnya


hingga hari kiamat. Namun terdapat tiga dosa besar yang balasannya akan
disegeraka Allah SWT di dunia.
‫ كل ذنوب يؤخر هللا منها ما شاء إلى‬:‫ قال رسة ل هللا صلى هللا عليه وسلم‬, ‫عن نُفيع بن الحارث‬
‫ يعجل لصاحبها في الدنيا قبل الموت‬،‫ إَل البغي وعقوق الوالدين أو قطيعة الرحم‬،‫يوم القيامة‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrah RA, Rasulullah SAW
bersabda,” Setiap dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT
hingga hari kiamat, kecuali al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan
memutuskan silaturahim, Allah akan menyegerakan di dunia sebelum
kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak No 7345).
Kasus Hukuman Yang Disegerakan
Ada 3 Dosa yang disegerakan hukumannya antara lain :
a) Dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim
adalah perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan.
Perbuatan zalim dapat mengotori hati, seperti sombong, dengki,
ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya. Karena itu zalim termasuk
dari dosa besar. Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di
dunia dan siksa pedih di akhirat. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
Alquran:
ّٰٓ
‫ق أ ُ ۟و ٰ َلئِكَ لَ ُه ْم‬
ِ ‫ض ِب َغي ِْر ْٱل َح ا‬
ِ ‫اس َو َي ْبغُونَ فِى ْٱْل َ ْر‬ ْ ‫علَى ٱلَّذِينَ َي‬
َ َّ‫ظ ِل ُمونَ ٱلن‬ َّ ‫ِإنَّ َما ٱل‬
َ ‫س ِبي ُل‬
‫عذَابٌ أَلِي ٌم‬ َ
Artinya : “Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada
manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat
azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

11
b) Orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak
menghormati serta tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap
yang sangat tercela, karena merekalah penyebab keberadaan kita di
dunia ini. Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan
dari Allah SWT di dunia ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan
sikap yang dilakukan anak-anak mereka. Karena itu, sikap ihsan baik
dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu kewajiban agama
sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT:

‫س ًنا ِإ َّما َي ْبلُغ ََّن عِندَكَ ْٱل ِك َب َر أ َ َحدُهُ َما ّٰٓ أ َ ْو‬ ّٰٓ َّ ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ ََّل ت َ ْعبُد ُّٰٓو ۟ا ِإ‬
َ ٰ ‫َل ِإيَّاهُ َو ِب ْٱل ٰ َو ِلدَي ِْن ِإ ْح‬ َ َ‫َوق‬
‫ف َو ََل ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُل لَّ ُه َما قَ ْو ًَل ك َِري ًما‬ ٍ ‫ك ََِلهُ َما فَ ََل تَقُل لَّ ُه َما ّٰٓ أ ُ ا‬

Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah
kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang
mulia.” (QS Al-Isra: 23).

c) Dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orang-


orang yang memutuskan tali persaudaraan. Islam mengancam dan
mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu
Muhammad Jubiar bin Muth’im RA:
Artinya : “Tidak akan masuk surga orang yang memutus
(silaturahim).” (HR Bukhari dan Muslim).

Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena
itu, orang yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan,

12
Islam pun memberikan ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga
sebagai balasannya Sungguh mengerikan.

Dalam pandangan syariat, ujian dan musibah adalah tanda kasih sayang
Allah Ta’ala kepada hamba-Nya. Itu sebabnya dibalik kesulitan selalu ada
hikmah dan berharganya barang. “seberapa berat pertanyaan yang Allah
berikan kepada kita, sebesar itu pula hadiah yang akan Allah berikan kepada
kita di akhirat nanti,” kata ustaz Zulkifli Muhammad Ali.

Dalam hadisnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ُ
‫للجعَلللهارأاذإ ايق ُل‬َّ‫اويَلللهارأاذإوا َّلل‬
ُ

Artinya : “Apabila Allah menghargai hamba-Nya, Allah akan segera


memberi sanksi untuknya di dunia. Dan jika Allah menginginkan kepada
hamba-Nya, Allah akan menahan azab atas akibat dosanya (di dunia), sampai
Allah membalasnya (dengan sempurna) pada hari Kiamat .” (HR. At Tirmidzi
dan Al-Hakim dari Anas bin Malik)

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga pernah


menyampaikan bahwa jika Allah ta’ala mencintai hambaNya, maka Allah
akan memberinya pertanyaan sehingga hamba tersebut semakin bertakwa
kepada Allah ta’ala. ( Syarah Al jami As-

Shagir 1/127). Al-hafizh Ibnu Hajar rohimakumullah,


mengatakan:”Allah selalu memberikan jalan keluar kepada wali wali-Nya dari
setiap cobaan yang dihadapinya. Hanya saja, terkadang jalan yang diberikan
sebagiannya ada yang keluar sebagai pembenahan dari suatu yang tidak layak
dan sebagai tambahan bagi mereka”.Para ulama menjelaskan, musibah
merupakan ujian untuk meninggikan derajat seorang hamba. Hal ini bisa
terjadi pada para nabi maupun rasul. Mereka mendapat musibah, selain untuk
meninggikan derajat, juga memperbesar pahala. Selain itu, juga sebagai

13
qudwah atau teladan bagi yang lainnya untuk bersabar. Dari mush’ab bin
Sa’id, seorang tabi’in, dari ayahnya iya berkata:“wahai Rasulullah, manusia
yang paling berat bertanyanya?” beliau menjawab, “para nabi, kemudian yang
semisalnya dan semisalnya lagi.”(riwayat Tirmidzi Ibnu Majah dan Ad
Darimi)

Selain itu, musibah merupakan hukuman yang disegerakan dalam rangka


membersihkan dosa seorang hamba. Dari Anas bin Malik, nabi shallallahu
alaihi wasallam bersabda;“Jika Allah berkenan kepada hamba, dia akan segera
memberikan hukumannya di dunia. Jika Allah menginginkan kejelekan Anda,
dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan hari hari
raya.” (riwayat Tirmidzi).

BAB III
DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA

3.1.PENGERTIAN RIBA

Riba secara bahasa artinya bertambah/tambahan, bisa juga di artikan


mengembang atau Lebih banyak. Menurut syariat, pengertian riba lebih luas,
yaitu penambahan atau Penundaan. (Meskipun tidak ada penambahan).

3.2.HUKUM RIBA

Hukum riba adalah haram. Berdasrkan al-qur`an dan as-sunnah serta ijma
umat islam. Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Baqarah:278-279, Yang
artinya:

“ Hai orang –orang yang beriman, bertakwalah kepada allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang

14
benar-benar beriman. Jika kamu Tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba).
Maka ketahuilah, bahwa allah dan rasulnya Akan memerangimu dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu Pokok hartamu kamu tidak
menganiaya dan tidak pula dianiaya”

Dosanya adalah mendapat ancaman peperangan dari allah dan rasulnya.


Hanya ini (ribapen) yang mendapat dua ancaman dari dua itu ( Allah dan
Rasulnya). Hal lain yang mendapat ancaman peperangan dari allah yaitu
seperti yang tercantum di hadist arbain, yang berbunyi :
“Barang siapa yang memusuhi waliku,maka aku umumkan perang kepadanya”

Riba itu aniaya/dzalim secara realitasnya, meskipun yang terdzalimi


secara terbantu dan merasa terbantu ini adalah subjektif. Bagaimanapun juga
mengambil tambahan (Dalam perutangan) itu adalah dzalim, meskipun
sukarela kalau tidak sukarela maka itu perampokan/perampasan.

3.3.MACAM-MACAM RIBA

Pada dasarnya, riba terbagi dalam dua macam : riba karena penundaan
dan
riba karena selisih atau kelebihan
 Riba karena penundaan : nasi`ah dapat diartikan dengan tambahan
yang di syaratkan yang diambil/diterima dari orang yang di utangi
sebagai kompensasi dari penundaan pelunasan( termasuk di
dalamnya riba jamaliyah), riba ini bisa terjadi karena penundaan saja
atau penundaan sekaligus dengan tambahan.

 Riba karena selisih : riba fadhl, ini terdapat didalam dunia


perdagangan, tepatnya pada barter, akan tetapi tidak semua barter,
hanya barter pada barang-barang tertentu saja (komoditas ribawi)
yakni barter uang dengan uang atau bahan makanan dengan ada

15
penambahan.

3.4.10 MACAM BAHAYA DOSA RIBA BAIK DI DUNIA MAUPUN DI


AKHIRAT
a. Mendapatkan dosa besar pemakan harta riba akan mendapat
dosa yang besar. Dari Abu Hurairah radliallahu„anhu, dari Nabi
Shalallahu‟alaihi wassalam bersabda; “Satu dirham uang uiba
yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui
bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada
berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari Abdulloh bin
Hanzholah). Betapa besar dosa riba sampai Rasulullah SAW
menyuruh kita untuk menjauhi perkara tersebut. Dan beliau
juga mengatakan bahwa riba termasuk perkara yang akan
membinasakan.

b. Dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan gila pada hari


kiamat nanti seluruh umat manusia dari zaman Nabi Adam
sampai akhir zaman akan dibangkitkan kembali. Tentu saja
dengan keadaan yang berbeda-beda menurut amal ibadah
semasa di dunia. Di hari kiamat, pemakan harta riba akan
dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan gila. Allah SWT
menghinakannya di hari pembangkitan dengan keadaan seperti
berdirinya orang yang kerasukan dan dikuasai setan.
Na‟udzubillahimin dzalik.

c. Disiksa di dalam api neraka neraka adalah tempat peristirahatan


terburuk yang pernah ada. Ia akan disiksa oleh para malaikat
Allah SWT yang selalu patuh terhadap Perintah-Nya.
Terkecuali ketika telah bertaubat dan memohon ampun kepada
Allah SWT. Dan sesungguhnya Dia adalah Dzatang Maha
Pengampun. Allah SWT Berfirman; “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda

16
dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT supaya kamu
mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran 130)
d. Doa tidak akan di kabulkan selain adzab di akhirat, Allah SWT
juga memberikan adzab di dunia bagi pemakan harta riba. Salah
satunya adalah do‟a pelaku riba tidak akan dikabulkan oleh
Allah SWT. Betapa merugi ketika setiap hari sholat
menjalankan Perintah-Nya justru do‟a tidak akan diterima dan
dikabulkan Allah SWT. Dimana lagi kita akan meminta?
Sedangkan sesungguhnya hanya Allah SWT tempat kita
memohon dan berserah diri.
e. Hilangnya keberkahan pada harta tidak akan berkah harta yang
diperoleh dari jalan riba. Itulah kenapa Rasul mengingatkan kita
untuk mencari rezeki dari cara yang baik. Bayangkan ketika
harta hasil riba dibelikan makanan, pakaian,beli rumah dan
keperluan lainnya dan semua itu tiada keberkahan. Allah SWT
Berfirman; “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah.” (QS. Al Baqarah 276). Ini jelas larangan Allah SWT
untuk melakukan riba dan harus memperbanyak sedekah.
f. Allah swt menutuup hati pemakan riba hal ini diterangkan oleh
Allah SWT melalui Firman-Nya; “Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.” (QS. Al Muthaffifin: 14). Hati akan tertutup sehingga
pelaku riba tidak lagi memikirkan mana yang baik dan mana
yang tidak.
g. Sedekah, infak, dan zakat dari harta riba tidak akan diterima
Allah Swt tidak akan diterima di Sisi Allah SWT harta yang
disedekahkan yang didapatkan dari hasil riba. Nabi kita
Muhammad SAW bersabda; “Wahai manusia, sesungguhnya
Allah Itu Maha Baik dan tidak akan menerima sesuatu kecuali
yang baik.” (HR. Muslim II/703 nomor 1015, dari Abu
Hurairah Radliallahu‟anhu). Hadist tersebut menjelaskan ahwa
kita disuruh untuk bersedekah dengan harta yang kita dapat dari

17
jalan yang baik an diridhoi Allah SWT. Dan menjauhi cara
yang haram agar sedekah, infaq dan zakat Kita diterima. Hal ini
akan sangat ironi lagi ketika kita membangun sesuatu yang
ertujuan untuk amal jariah seperti pondok pesantren, masjid,
atau rumah untuk muslim lainnya. Begitu banyaknya amal yang
terbuang sia-sia karena tidak diterima Oleh Allah SWT.
h. Riba bisa menyebabkan krisis ekonomi Juga akan menjadi
penyebab krisis ekonomi dikarenakan merugikan pihak-pihak
korban riba. Seperti contoh seorang rentenir yang
meminjamkan uang dan memberikan bunga yang sangat tinggi
untuk dikembalikan. Ini akan merugikan peminjam. Karena
ketika uang yang dihasilkan dari jerih payah untuk keperluan
sehari-hari justru harus dibayarkan bunga pinjaman.Karena
banyak sekali rentenir yang meminjamkan uang dengan syarat
mengembalikan dengan bunga tinggi. Apalagi jika melakukan
pinjaman untuk beli rumah mewah dan mahal. Berapa banyak
bunga yang akan kita bayar? Alangkah baiknya kita kondisikan
dengan ekonomi yang ada. Seperti halnya beli rumah murah
dan properti sederhana sesuai kebutuhan.
i. Karena riba bisa merusak hubungan persaudaraan menjadi retak
jika riba marak dilakukan, hubungan persaudaraan antar
manusia menjadi retak. Hubungan menjadi renggang
dikarenakan ada pihak yang dirugikan. Bukankah baiknya jika
hubungan persaudaraan dilandasi dengan sifat saling tolong-
menolong? Alangkah mulianya jika sebuah negeri tertentu
membudayakan sesuatu dengan cara syariah. Ini Akan menjadi
salah satu negeri yang damai dan tenteram. Dikarenakan
hubungan antar Manusia yang erat persaudaraannya. Saling
tolong-menolong dan bergotong-royong demi membangun
negeri yang harmonis.
j. Tidak termasuk kedalam golongan yang beriman Allah SWT
Berfirman didalam kitab suci Al-Qur‟an bahwa orang-orang

18
pelaku riba dianggap orang-oang yang tidak beriman. Dalil
tersebut menerangkan sampai-sampai Pelaku riba diperangi
oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Tentu saja terkecuali bagi
hamba-Nya yang bertaubat nasuha dan bersungguh-sungguh
tidak akan mengulanginya Lagi.begitu banyak adzab yang
Allah SWT berikan bagi pelaku riba. Mari kita sama-sama
Berdo‟a dan hanya meminta kepada-Nya agar dijauhi dari sifat
tercela tersebut. Dan pabila kita sudah terjebak dalam riba maka
inilah cara terbebas dari riba. Semoga kita elalu diberikan
kelimpahan Rahmat-Nya. Diberikan jalan untuk mencari rezeki
dari cara yang baik dan diberkahi Allah SWT. Alangkah
baiknya jika kita sama-sama memerangi sifat tersebut dan
menjadikan aib untuk kita semua. Mari budayakan masyarakat
tanpa riba dengan selalu menjunjung tinggi kehormatan dalam
hal pinjam-meminjam maupun jual-beli. Dengan begitu Allah
SWT akan membukakan hati kita menuju jalan yang Ia ridhoi.

BAB IV
KEUTAMAAN SHODAQOH DAN DALIL-DALILNYA

4.1.PENGERTIAN SHODAQOH

Sedekah merupakan ibadah yang istimewa, ia dapat memudahkan kita dalam


menghapus dosa-dosa. Rasulullah SAW pernah bersabda “Sedekah itu dapat menghapus
dosa sebagaimana air itu memadamkan api. (HR. At-Tirmidzi).

4.2.HUKUM BERSHODAQOH

Apa hukum sedekah ? Bersedekah berarti memberikan sesuatu kepada orang lain
dalam rangka kebijakan. Kata sedekah berasal dari bahasa Arab “shadaqoh” yang

19
artinya suatu pemberian dari seorang muslim ke orang lain secara sukarela tanpa ada
batasan waktu dan jumlah harta yang disedekahkan. Sedekah sangat dianjurkan oleh
Nabi Muhammad karena nilai pahalanya besar.

Berbicara mengenai hukum sedekah, menurut hukum islam ada 3 hukum


mengenai sedekah, yaitu:
1. Sunnah, ini maksudnya Allah akan memberi pahala bagi siapapun yang
bersedekah. Sedangkan bagi yang tidak bersedekah, Allah tidak akan
mengazabnya dengan dosa
2. Haram, jika orang yang bersedekah tahu bahwa sedekah yang diberikan akan
digunakan untuk perbuatan maksiat. Maka untuk hal ini diharamkan bersedekah
untuk hal tersebut
3. Wajib, Untuk orang yang mampu maka diwajibkan untuk bersedekah. Selain itu
sedekah juga wajib saat kita sudah bernadzar untuk bersedekah.

4.3.ORANG YANG WAJIB BERSHODAQOH

Siapa saja yang wajib diberi sedekah ? Apakah semua orang bisa menerima
sedekah ? Sedekah paling afdhal diberi kepada golongan orang-orang berikut ini:

1. Sedekah kepada saudara kandung atau kerabat dekat lebih utama sebelum
bersedekah kepada orang lain
2. Sedekah harus diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Kemudian, sedekah juga seharusnya dilakukan secara diam-diam. Selain itu,


kualitas barang yang disedekahkan juga harus dalam kondisi dan kualitas terbaik.
Karena Allah lebih suka pemberian yang baik.

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam lalu


berkata: Wahai Rasulullah, sedekah manakah yang paling agung? Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: Engkau bersedekah ketika engkau engkau sehat
lagi kikir dan sangat memerlukan, engkau takut miskin dan sangat ingin menjadi kaya.

20
Jangan engkau tunda-tunda sampai nyawa sudah sampai di kerongkongan, baru engkau
berpesan: Berikan kepada si fulan sekian dan untuk si fulan sekian. Ingatlah, memang
pemberian itu hak si fulan. (HR. Imam Muslim)

Sedekah merupakan amalan yang dicintai Allah SWT. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya ayat Al-Qur‟an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam
surat Al-Baqarah ayat 271,

“Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al-Baqarah: 271).

4.4.KEUTAMAAN DAN MANFAAT SHODAQOH

1. Sedekah dapat Menghapus Dosa

Keutamaan sedekah yang pertama adalah dapat menghapus dosa. Setiap manusia
pasti tidak bisa lepas dari dosa. Sedekah adalah cara termudah yang Allah berikan untuk
menghapus dosa-dosa kita. Akan tetapi, sedekah yang kita berikan menurut sebagian
ulama hanya dapat menghapus dosa kecil. Sedangkan untuk menghapus dosa besar
harus diikuti dengan taubat.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

‫ال نار ال ماء ت ط فىء ك ما ال خط ي ئة ت ط فىء وال صدق ة‬

Artinya: Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.


(HR. Tirmidzi)

2. Sedekah Tidak Mengurangi Harta

21
Berbeda dengan konsep keuangan manusia, di mana semakin banyak uang
keluar semakin berkurang harta kita. Justru dalam konsep islam, barangsiapa yang
sering mengeluarkan uang untuk sedekah maka ia akan semakin kaya. Allah berjanji
akan melipat gandakan harta orang yang gemar bersedekah dengan niat tulus.

‫ِف‬
ُ ‫ضع‬ َّ ‫سنَابِلَ فِى كُ ِال سُ ۢنبُلَ ٍة ام ِ۟ائَةُ َحبَّ ٍة َو‬
َ ٰ ُ‫ٱَّللُ ي‬ َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ٱَّللِ َك َمث َ ِل َحبَّ ٍة أ َ ۢنبَت‬
َ ‫َت‬ َ ‫َّمث َ ُل ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ أ َ ْم ٰ َولَ ُه ْم فِى‬
َّ ‫سبِي ِل‬
‫علِي ٌم‬ َّ ‫شا ّٰٓ ُء َو‬
َ ‫ٱَّللُ ٰ َو ِس ٌع‬ َ َ‫ِل َمن ي‬

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui. (QS. Al- Baqarah: 261)

Dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda


mengenai keutamaan sedekah adalah tidak akan mengurangi harta, yaitu:

Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf
kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada
orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya. (HR. Muslim)

3. Mendapat Naungan di Hari Akhir

Manfaat besar sedekah selain pahala adalah diberi naungan di hari akhir. Nabi
Muhammad menjelaskan bahwa salah satu golongan yang mendapat naungan di hari
kiamat adalah orang-orang yang gemar bersedekah. Orang yang diberi naungan adalah
orang yang bersedekah dengan tangan kanan, namun tangan kirinya tidak tahu. Artinya,
orang tersebut bersedekah secara diam-diam tanpa diketahui orang lain (tidak riya).

22
4. Keutamaan Sedekah untuk Membuat Hati Tenang

Ketika bersedekah, hati akan tenang karena mengetahui hartanya sudah bersih.
Hak-hak orang lain yang ada di dalam harta kita sudah diberikan, oleh karena itu
terbebaslah tanggung jawab kita kepada harta di depan Allah kelak. Selain itu,
keutamaan sedekah adalah bisa membuat hati senang karena bisa membantu orang yang
membutuhkan.

5. Sedekah untuk Menyembuhkan Orang Sakit

Sedekah adalah penyembuh untuk orang sakit. Tidak hanya bisa menyembuhkan
penyakit orang lain, namun juga bisa menyembungkan sakit kita. Rasullah bersabda
bahwa barang siapa yang memelihara harta bendanya dengan cara mengeluarkan zakat,
obatilah penyakitmu dengan sedekah. Saat membantu orang yang sedang sakit dengan
cara memberinya uang untuk membeli obat, juga akan membantu mereka sembuh dan
kita terbebas dari penyakit berbahaya. Rasulullah bersabda:

‫داووا مرضاكم تالصدقة‬

Sembuhkanlah orang-orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah. (HR.


Al- Dailami)

6. Memadamkan Murka Allah

Nabi Muhammad bersabda bahwa barang siapa yang suka bersedekah, maka
akan memadamkan murka Allah Ta‟ala. Selain itu, sedekah juga akan menghindari
seseorang

Dari kematian yang buruk. Untuk itu, keutamaan dan manfaat sedekah adalah
bisa memadamkan amarah Allah sehingga akan aman di dunia dan akhirat.

‫الصدقة تطفئ غضة الرب وتدفع ميتة السوء‬

23
Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka Allah dan menolak mati jelek
(su’ul khotimah). (HR. Tirmidzi)

7. Terhindar dari Keburukan

Keutamaan sedekah yang besar untuk kehidupan kita adalah bisa melindungi
dari musibah. Sedekah yang diberikan akan melindungi kita dari musibah yang akan
datang kepada kita. Keburukan yang ditimpa bisa berupa penyakit, kehilangan barang
berharga, kesulitan dalam bekerja, dan lainnya. Oleh karena itu, seringkali sedekah
disarankan untuk dilakukan orang yang sedang berikhtiar atau mengusahakan sesuatu
hal dalam hidup.

‫الصدقة تس ُّد سثعين تاتا من السوء‬

Sedekah menutup 70 pintu keburukan. (HR. Thabrani)

8. Keutamaan Sedekah untuk Memperpanjang Umur

Keutamaan dan manfaat sedekah lainnya adalah dapat mempanjang umur.


Dalam sebuah riwayat Rasulullah bersabda sedekah akan mengilangkan bala‟
(musibah) dan menambah umur. Oleh karena itu, buat kamu yang ingin panjang umur,
kuncinya bukan hanya menjaga kesehatan dan pola makan, namun juga rajin
bersedekah.

4.5.KEUTAMAAN SEDEKAH SAAT MUSIBAH DATANG

Salah satu golongan orang yang berhak menerima sedekah adalah orang yang
membutuhkan. Saat wabah penyakit atau musibah bencana alam datang, banyak korban
yang membutuhkan uluran tangan kita. Donasi adalah cara sedekah terbaik dan
termudah yang harus kamu lakukan. Bayangkan saja, orang-orang yang mendapat

24
Penghasilan harian, ketika tidak bisa bekerja, mereka pasti tidak bisa menafkahi
anak dan istrinya.

Selain itu, relawan dan petugas medis yang bekerja sepenuh tenaga menolong
korban wabah dan musibah tentu membutuhkan bantuan dari segi dana, makan dan
minuman, serta dukungan moril. Saat wabah penyakit datang tentu saja banyak orang
akan merasa kesulitan mencari nafkah. Oleh karena itu, saat musibah datang ini adalah
waktu yang tepat untuk semakin banyak bersedekah.

Jika dilihat dari keutamaan sedekah di atas, sedekah dapat menyembuhkan


penyakit, membuat hati bahagia, menghapus dosa, dan menambah rezeki. Semoga
dengan semakin banyak orang bersedekah, musibah atau wabah penyakit yang datang
segera pergi.

BAB V
SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA

5.1.SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALILNYA

Sifat-sifat dari kematian yang perlu diketahui antara lain:

1. Pasti Allah berfirman dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Anbiya ayat


35 yang berbunyi
ِ ‫كُ ُّل نَ ْف ٍس ذَآئِقَةُ ْال َم ْو‬
‫ت‬
Artinya, “ Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Al-Anbiya: 35)

2. Tiba-tibaKematian bisa datang kapan saja dan dimana, sebagaimana


hamba yang bertaqwa kepada Allah hendaknya kita mempersiapkan
segalanya.

25
3. Memaksa Allah berfirman dalam Surah Al-Imran ayat 154 yang
berbunyi
َ ‫ُوركُ ْم َو ِليُ َم ِح‬
‫اص َما‬ ِ ‫صد‬ َّ ‫ِي‬
ُ ‫َّللاُ َما فِي‬ َ ‫اج ِع ِه ْم َو ِليَ ْبتَل‬
ِ ‫ض‬َ ‫علَ ْي ِه ُم ْالقَتْ ُل إِلَى َم‬ َ ‫قُ ْل لَ ْو كُ ْنت ُ ْم فِي بُيُوتِكُ ْم لَبَ َرزَ الَّ ِذينَ كُت‬
َ ‫ِب‬
‫ُور‬
ِ ‫صد‬ ِ ‫علِي ٌم بِذَا‬
ُّ ‫ت ال‬ َّ ‫فِي قُلُوبِكُ ْم َو‬
َ ُ‫َّللا‬

Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-orang


yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.
Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada pada hati kalian dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS.
Ali Imran:154)

4. Mengejar Allah berfirman dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 8 yang


berbunyi

‫ش َهادَةِ فَيُنَباِئُكُم ُۗ اۗقُ ْل إِ َّن ْال َم ْوتَ الَّذِي تَف ُِّرونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُمَلَقِيكُ ْم ث ُ َّم ت ُ َرد‬ ِ ‫عال ِِم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫بِ َما كُنت ُ ْم ت َ ْع َملُونَ و َن إِلَى‬

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya,


maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan kembali
kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada
kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

5. Ghaib Allah berfirman dalam Surah Luqman ayat 34

‫غدًا َو َما تَد ِْري نَ ْفس‬ ُ ‫س َماذَا ت َ ْكس‬


َ ‫ِب‬ ْ ‫ع ِة َويُنز ُل ْال َغيْثَ َويَ ْعلَ ُم َما فِي‬
ٌ ‫اْلر َح ِام َو َما تَد ِْري نَ ْف‬ َ ‫َّللا ِع ْندَهُ ع ِْل ُم السَّا‬
َ َّ ‫إِ َّن‬
‫بِأ َ ا‬
ِ‫ي‬
‫ير‬
ٌ ِ‫علِي ٌم َخب‬
َ ‫َّللا‬ ٍ ‫أ َ ْر‬
َ َّ ‫ض ت َ ُموتُ ِإ َّن‬

Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang


hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.

26
Luqman: 34)

6. Kematian tidak dapat dipercepat dan ditunda Allah berfirman dalam


Surah Al-Munafiqun ayat 11 yang berbunyi

ٌ ‫سا ِإذَا َجآ َء أ َ َجلُ َها َوهللاُ َخ ِب‬


‫ير ِب َما ت َ ْع َمل‬ ً ‫ُۗولَن يُ َؤ ِ اخ َر هللاُ نَ ْف‬
َ ‫و َن‬

Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang


apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)

Dan Allah juga berfirman dalam Surah Al-Araf ayat 34 yang berbunyi

‫عةً َوَل‬ َ َ‫َۗو ِلكُ ِال أ ُ َّم ٍة أ َ َج ٌل فَإِذَا َجاء أ َ َجلُ ُه ْم َلَ يَ ْست َأْخِ ُرون‬
َ ‫سا‬ َ ‫يَ ْست َ ْق ِد ُمو َن‬

Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda
atau mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

Setiap orang pasti akan merasakan kematian, walaupun arti “merasakan” itu
tidak sama dengan yang dipersepsi oleh orang yang hidup. Kematian adalah salah satu
bagian dari kehidupan yang pasti dijalani, sama seperti kelahiran. Bedanya adalah yang
pertama menandai akhir dari suatu kehidupan, sedangkan yang terakhir menandai awal
dari suatu kehidupan. Kelahiran dan kematian bisa diandaikan seperti ujung dari seutas
tali yang bernama kehidupan, berbeda titik tetapi terentang sepanjang usia. Di
tengahnya itulah kehidupan yang ada dan berada.
Manusia tidak akan pernah mengerti hakikat kehidupan jika ia tidak mau
mengingat arti dan hakikat kematian. Allah berfirman,“Tiap-tiap yang berjiwa pasti
akan merasakan mati” (QS Ali-Imran 185). Berdasarkan firman Allah ini telah jelas
bahwa manusia pasti akan menghadapi kematian kapan pun, di mana pun dan dalam
keadaan apa pun. Orang yang pintar adalah orang yang bisa mengingat mati dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan mengingat kematian manusia akan lebih bijak dan
berhati-hati dalam meningkatkan keimanan dan ketawaan pada Allah SWT. Rasululah

27
SAW bersabda,”Banyak-banyaklah mengingat mati sebab mengingat mati itu
menhapuskan dosa dan mengkikis ambisi seseorang terhadap dunia serta cukuplah mati
sebagai pemberi peringatan.” (HR Bukhori Muslim)
Di antara faedah yang akan didapatkan oleh orang-orang yang senantiasa
mengingat mati adalah melembutkan hatinya untuk bersegera memohon ampun atas
dosa-dosanya dan bertobat kepada Allah. Dengan mengingat kematian dengan
sendirinya akan menimbulkan ketidaksenangan terhadap dunia dan akan mendorong
manusia untuk melakukan persiapan di kehidupan akhirat, sedangkan kelalaian terhadap
maut akan mendorong manusia untuk tenggelam dalam kehidupan di dunia.
Rasulullah SAW bersabda,”Kematian adalah hadiah yang sangat berharga bagi
orang yang beriman.” (HR Muslim)
Oleh karena itu, sambutlah kematian dengan sukacita karena ia mengakhiri
penderitaan. Namun, jangan senang dahulu, karena ia hanya mengakhiri penderitaan
yang ada di dunia, tetapi apa yang telah Anda perbuat di dunia akan
dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Dunia ini ibarat sebuah penjara bagi orang
yang beriman, dan surga bagi orang yang mendambakan dunia.
Fenomena maut adalah salah satu fenomena yang paling jelas dan pasti bagi
makhluk hidup. Semuanya ingin mempertahankan hidupnya. Semut kecil yang
diremehkan manusia pun melawan jika hidupnya terancam.

Ada dua tipe manusia dalam menyambut kematian. Ada yang pesimistis dan ada
yang optimistis. Manusia yang pesimistis menganggap kematian itu adalah suatu yang
berat

Dan menyeramkan, sehingga orang tersebut lebih memilih tidak memikirkannya


dan berusaha menghindarinya agar bisa merasakan kebahagian setiap saat yang
dilaluinnya.
Ketakutan akan kematian adalah sebuah persepsi yang salah. Sebagaimana
persepsi sewaktu kita lahir dan keluar dari rahim ibu, kita juga menangis sedih.
Ternyata setelah kita melalui kehidupan di dunia ini, kita juga enggan dan takut
berpisah. Memang begitulah janji Tuhan, karena setelah kematian itu ada kehidupan

28
yang jauh lebih indah dan mengasyikkan.
Bagi manusia yang optimistis, ia menganggap kematian itu bukan akhir dari
segalanya. Mereka menganggap meninggalkan dunia hanya berpindah dari satu tempat
ke tempat yang lain.
Bagi orang-orang tertentu, kematian haruslah dihadapi dengan suatu persiapan
agar bisa memasuki suatu dunia lain dengan damai. Kematian, bagi mereka, adalah
suatu istirahat terakhir dalam damai. Itulah mungkin di batu nisan orang yang telah mati
ditulis rest in peace (RIP).
Kematian adalah suatu peristirahatan menuju kedamaian. Damai adalah
kelanjutan dan padanan dari mati, karena kematian akan menuju kedamaian. Dan
kedamaian adalah dambaan setiap orang, yang jika tidak ditemukan di dunia orang
hidup, mungkin bisa ditemukan di “dunia” orang mati

BAB VI
KEWAJIBAN MENEGAKKAN AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR

6.1. PENGERTIAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat


Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan
penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

ِ ‫هلل َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل ْال ِكت َا‬


‫ب‬ َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬
ِ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ ِمنُونَ ِبا‬ ْ ‫كُنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل َّن‬
َ‫لَ َكانَ َخي ًْرا لَّ ُه ْم ِام ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأ َ ْكث َ َرهُمُ ْالفَا ِسقُون‬

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali
Imron :110]
Demikian pula, Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafikin
dengan hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

29
َّ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َويُ ِقي ُمونَ ال‬
َ ‫صَلَة‬ َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ ِمنُو َن َو ْال ُمؤْ ِمنَاتُ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَآ ُء بَ ْع‬
ٌ ‫ع ِز‬
ُۗ‫يز َح ِكي ُم‬ َ َ‫الزكَاة َ َويُطِ يعُونَ هللاَ َو َرسُولَهُ أ ُ ْوَلَئِك‬
َ َ‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم هللا ُ إِ َّن هللا‬ َّ َ‫َويُؤْ تُون‬

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian


mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“.[At-
Taubah:71]

Ketika membawakan kedua ayat diatas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah


berkata,”Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan, umat Islam adalah
umat terbaik bagi segenap umat manusia. Umat yang paling memberi manfaat dan baik
kepada manusia. Karena mereka telah menyempurnakan seluruh urusan kebaikan dan
kemanfaatan dengan amar ma’ruf nahi mungkar. Mereka tegakkan hal itu dengan jihad
di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka. Inilah anugerah yang sempurna bagi
manusia. Umat lain tidak memerintahkan setiap orang kepada semua perkara yang
ma’ruf (kebaikan) dan melarang semua kemungkaran. Merekapun tidak berjihad untuk
itu. Bahkan sebagian mereka sama sekali tidak berjihad. Adapun yang berjihad -seperti
Bani Israil- kebanyakan jihad mereka untuk mengusir musuh dari negerinya.
Sebagaimana orang yang jahat dan dzalim berperang bukan karena menyeru kepada
petunjuk dan kebaikan, tidak pula untuk amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini
digambarkan dalam ucapan Nabi Musa Alaihissallam.

ِ َ‫علَى أَدْب‬
‫اركُ ْم فَت َنقَ ِلبُوا خَاس ِِرينَ َقالُوا‬ َ ‫َب هللاُ لَكُ ْم َوَلَ ت َْرتَدُّوا‬ َ َّ‫ض ْال ُمقَد‬
َ ‫سةَ الَّتِي َكت‬ َ ‫يَاقَ ْو ِم ادْ ُخلُوا اْْل َ ْر‬
َ‫َل ِن مِن‬َ ‫اخلُونَ قَالَ َر ُج‬ ِ َ‫سى ِإ َّن فِي َها قَ ْو ًما َجب َِّارينَ َو ِإنَّا لَن نَّدْ ُخلَ َها َحتَّى يَ ْخ ُر ُجوا ِم ْن َها فَإِن يَ ْخ ُر ُجوا ِم ْن َها فَإ ِ َّنا د‬ َ ‫يَا ُمو‬
َ‫علَى هللاِ فَت ََو َّكلُوا ِإن كُنتُم ُّمؤْ مِ نِين‬ َ ‫اب فَإِذا َ دَخ َْلت ُ ُموهُ فَإِنَّكُ ْم غَا ِلبُونَ َو‬
َ ‫علَ ْي ِه ُم ْال َب‬ َ ُ‫الَّذِينَ َيخَافُونَ أ َ ْن َع َم هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َما ادْ ُخلُوا‬
َ‫سى ِإنَّا لَن نَّدْ ُخلَ َهآ أ َ َبدًا َما دَا ُموا فِي َها فَاذْهَبْ أَنتَ َو َربُّكَ فَقَا ِتآلَ ِإنَّا هَاهُنَا قَا ِعد ُون‬
َ ‫قَالُوا َيا ُمو‬

Artinya: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan
Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh),

30
maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. Mereka berkata,”Hai Musa,
sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa. Sesungguhnya
kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika
mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. Berkatalah dua orang
diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas
keduanya,”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu. Maka bila kamu
memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. Mereka berkata,”Hai Musa,
kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua,
sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. [Al-Maidah : 21-24]
Demikian pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫يل هللاِ قَا َل ه َْل‬ َ ‫ث لَنَا َم ِل ًكا نُّقَات ِْل فِي‬


ِ ِ‫سب‬ ْ َ‫ي ٍ لَّ ُه ُم ا ْبع‬
‫سى إِذْ قَالُوا ِلنَبِ ا‬
َ ‫إل مِن بَنِى إِس َْراءِ يلَ مِن بَ ْع ِد ُمو‬ ِ ‫أَلَ ْم ت ََر إِلَى ْال َم‬
ِ َ‫سبِي ِل هللاِ َوقَدْ أ ُ ْخ ِرجْ نَا مِن ِدي‬
‫ارنَا َوأ َ ْبنَآئِنَا فَلَ َّما‬ َ ‫علَ ْيكُ ُم ْال ِقت َا ُل أََلَّ تُقَاتِلُوا َقالُوا َو َمالَنَآ أََلَّ نُ َقاتِ َل فِي‬ َ ‫س ْيت ُ ْم إِن كُت‬
َ ‫ِب‬ َ ‫ع‬ َ
َ‫ظا ِلمِين‬ َ ُ ‫علَ ْي ِه ُم ْال ِقت َا ُل ت ََولَّ ْوا ِإَلَّ قَلِيَلً ِام ْن ُه ْم َوهللا‬
َّ ‫علِي ُمُۗ ِبال‬ َ ‫كُت‬
َ ‫ِب‬

Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil


(sesudah Nabi Musa wafat) ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka,
“Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang (di bawah pimpinannya) di
jalan Allah”. Nabi mereka menjawab,”Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan
berperang, kamu tidak akan berperang”. Mereka menjawab,”Mengapa kami tidak mau
berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung
halaman kami dan dari anak-anak kami”. Maka tatkala perang itu diwajibkan atas
mereka, merekapun berpaling, kecuali beberapa orang saja diantara mereka. Dan Allah
Maha Mengetahui orang-orang yang dzalim“. [Al-Baqarah:246]
Mereka berperang lantaran diusir dari tanah air beserta anak-anak mereka.
Sudah demikian ini, mereka pun masih melanggar perintah. Sehingga tidak dihalalkan
begi mereka harta rampasan perang. Demikan juga tidak boleh mengambil budak-budak
tawanan perang. Demikianlah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam.
Dia menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai salah satu tugas penting Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan beliau diutus untuk itu, sebagaimana firman Allah

31
Subhanahu wa Ta’ala.

ِ‫ي يَ ِجد ُْونَهُ َم ْكت ُ ْوبًا ِع ْندَهُ ْم فِ ْي الت َّ ْو َراةِ َواْ ِْل ْن ِج ْي ِل يَأ ْ ُم ُرهُ ْم بِ ْال َم ْع ُر ْوف‬ ْ ‫ي اْل ُ امِي ال ِذ‬ َّ َ‫ال ِذيْنَ يَتَّبِعُ ْون‬
َّ ‫الرسُ ْو َل النَّ ِب‬
‫علَ ْي ِه ْم‬ ْ ‫ع ْن ُه ْم إِص َْرهُ ْم َواْْل َ ْغَلَلَ الَّتِي كَان‬
َ ‫َت‬ َ ‫ض ُع‬ َ َ‫ع َل ْي ِه ُم ْال َخ َبائِثَ َوي‬َ ‫ت َويُ َح ِ ار ُم‬ ِ ‫طياِبَا‬َّ ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َويُحِ ُّل َل ُه ُم ال‬َ ‫َويَ ْن َهاهُ ْم‬
َ‫ي أ َ ْنزَ لَ َم َعه ُ أ ُ ْولَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُح ْون‬
ْ ‫ص ُر ْوهُ َواتَّبَعُ ْوا النُّ ْو َر الَّ ِذ‬ َ َ‫عزَ ُر ْوهُ َون‬ َ ‫فَالَّ ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا َو‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh
mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-
belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya,
memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung“. [Al- A’raaf : 157).

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan orang-orang yang selalu


mewarisi tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, bahkan
memerintahkan umat ini untuk menegakkannya, dalam firman-Nya.

َ َ‫َو ْلتَكُن امِنكُ ْم أ ُ َّمةُُۗ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Al-Imron:104]
Tugas penting ini sangat luas jangkauannya, baik zaman atau tempat.
Meliputi seluruh umat dan bangsa dan terus bergerak dengan jihad dan penyampaian ke
seluruh belahan dunia. Tugas ini telah diemban umat Islam sejak masa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sekarang hingga hari kiamat nanti.

6.2. HUKUM AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kewajiban yang dibebankan Allah

32
Subhanahu wa Ta’ala kepada umat Islam sesuai kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil
Al Qur’an dan As-Sunnah serta Ijma’ para Ulama.
Dalil Al Qur’an
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

‫عو َن ِإلَى ْال َخي ِْر َو َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال َم ْع ُروف‬


ُ ْ‫ۗو ْلتَكُن امِنكُ ْم أ ُ َّمةُُۗ َيد‬
َ ِ َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِل ُحون‬
َ َ‫َو َي ْن َه ْون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung“.[Al-Imran:104].

Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini,”Maksud dari ayat ini,
hendaklah ada sebagian umat ini yang menegakkan perkata ini”. Dan firman-Nya.

‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َهو‬ ْ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ ِمنُونَ بِاهللِْۗكُنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ َ َ‫ن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah“.
[Al-Imran :110].

Umar bin Khathab berkata ketika memahami ayat ini,”Wahai sekalian manusia,
barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah menunaikan syarat Allah
darinya”.
Dalil Sunnah

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

‫ان‬
ِ ‫اْلي َم‬
ِ ‫ف‬ ْ َ ‫سانِ ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َوذَلِكَ أ‬
ُ ‫ض َع‬ َ ‫“ َم ْن َرأَى ِم ْنكُ ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَ ِيا ْرهُ ِب َي ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِب ِل‬

Atrinya: “Barang siapa yang melihat satu kemungkaran, maka rubahlah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya dan jika tidak mampu maka dengan
hatinya, dan itu selemah-lemahnya iman“. [HR Muslim].

33
Sedangkan Ijma’ kaum muslimin, telah dijelaskan oleh para ulama, diantaranya:
Ibnu Hazm Adz Dzahiriy, beliau berkata, “Seluruh umat telah bersepakat
mengenai kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar, tidak ada perselisihan diantara mereka
sedikitpun”.
Abu Bakr al- Jashshash, beliau berkata,”Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menegaskan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar melalui beberapa ayat dalam Al
Qur’an, lalu dijelaskan Rasulullah n dalam hadits yang mutawatir. Dan para salaf serta
ahli fiqih Islam telah berkonsensus atas kewajibannya”.

An-Nawawi berkata,”telah banyak dalil-dalil Al Qur’an dan Sunnah serta Ijma


yang menunjukkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar” Asy-Syaukaniy
berkata,”Amar ma’ruf nahi mungkar termasuk kewajiban, pokok serta rukun syari’at
terbesar dalam syariat. Dengannya sempurna aturan Islam dan tegak kejayaannya”.
Jelaslah kewajiban umat ini untuk beramar ma’ruf nahi mungkar.

6.3. DERAJAT KEWAJIBAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Amar ma’ruf nahi mungkar sebagai satu kewajiban atas umat Islam,
bagaimanakah derajat kewajibannya? Apakah fardhu ‘ain ataukah fardhu kifayah? Para
ulama berselisih tentang hal ini. Pendapat pertama memandang kewajiban tersebut
adalah fardhu ‘Ain. Ini merupakan pendapat sejumlah ulama, diantaranya Ibnu Katsir,
Az Zujaaj, Ibnu Hazm .Mereka berhujjah dengan dalil-dalil syar’i, diantaranya:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ َ‫َو ْلتَكُن امِنكُ ْم أ ُ َّمةُُۗ يَدْعُونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar;
mereka adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali Imran:104]

34
Mereka mengatakan bahwa kata ‫ م ِْن‬dalam ayat ‫ ِم ْنكُ ْم‬untuk penjelas dan bukan
untuk menunjukkan sebagian. Sehingga makna ayat, jadilah kalian semua umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar. Demikian juga akhir ayat yaitu: َ‫ َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُمُ ْال ُم ْف ِلحُون‬Menegaskan bahwa
keberuntungan khusus bagi mereka yang melakukan amalan tersebut. Sedangkan
mencapai keberuntungan tersebut hukumnya fardhu ‘ain. Oleh karena itu memiliki sifat-
sifat tersebut hukumnya wajib ‘ain juga. Karena dalam kaedah disebutkan: ُۗ ‫َما َلَ يَتِ امۗا‬
ِ ‫ب إَِلَّ بِ ِه فَ ُه َو َو‬
ٌ‫اجب‬ ِ ‫ ْال َو‬Satu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka
ُ ‫اج‬
sesuatu itu hukumnya wajib.

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬


‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ ِمنُونَ بِاهللِ َولَ ْو َءا َمنَ أ َ ْه ُل‬ ِ َّ‫ت لِلن‬ ْ ‫كُنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
َ‫ب لَ َكانَ َخي ًْرا لَّ ُه ْم ِام ْن ُه ُم ْال ُمؤْ ِمنُونَ َوأ َ ْكث َ َرهُمُ ْالفَا ِسقُون‬ ِ ‫ْال ِكت َا‬

Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik“. [Ali
Imran :110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan syarat bergabung


dengan umat Islam yang terbaik, yaitu dengan amar ma’ruf nahi mungkar dan iman.
Padahal bergabung kepada umat ini, hukumnya fardu ‘ain. Sebagaimana firman-Nya:

‫صا ِل ًحا َوقَالَ إِ ان‬ َ ‫عآ إِلَى هللاِ َو‬


َ ‫ع ِم َل‬ َ َ‫نِى مِنَ ْال ُم ْس ِلمِين‬
َ ‫َۗو َم ْن أ َ ْح‬
َ َ‫س ُن قَ ْوَلً ِام َّمن د‬

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri.” [Fushilat :33]

Sehingga memiliki sifat-sifat tersebut menjadi fardhu ‘ain. Sebagaimana Umar

35
bin Al Khathab menganggapnya sebagai syarat Allah bagi orang yang bergabung ke
dalam barisan umat Islam. Beliau berkata setelah membaca surat Ali Imran:110,”Wahai
sekalian manusia, barang siapa yang ingin termasuk umat tersebut, hendaklah
menunaikan syarat Allah darinya” Sedangkan pendapat kedua memandang amar ma’ruf
nahi mungkar fardhu kifayah. Ini merupakan pendapat jumhur ulama. Diantara mereka
yang menyatakan secara tegas adalah Abu Bakr Al-Jashash , Al-Mawardiy, Abu Ya’la
Al-Hambaliy, Al Ghozaliy, Ibnul Arabi, Al Qurthubiy , Ibnu Qudamah , An-Nawawiy ,
Ibnu Taimiyah , Asy-Syathibiy dan Asy-Syaukaniy . Mereka berhujjah dengan dalil-
dalil berikut ini:

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ َ‫َو ْلتَكُن امِنكُ ْم أ ُ َّمةُُۗ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung“. [Ali Imran:104]

Mereka mengatakan bahwa kata ‫ م ِْن‬dalam ayat ‫ ِم ْنكُ ْم‬untuk menunjukkan


sebagian. Sehingga menunjukkan hukumnya fardhu kifayah. Imam Al Jashash
menyatakan,”Ayat ini mengandung dua makna. Pertama, kewajiban amar ma’ruf nahi
mungkar. Kedua, yaitu fardu kifayah. Jika telah dilaksanakan oleh sebagian, maka yang
lain tidak terkena kewajiban”.[19] Ibnu Qudamah berkata,”Dalam ayat ini terdapat
penjelasan hukum amar ma’ruf nahi mungkar yaitu fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain”.

2. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

َ ‫َو َما َكانَ ْال ُمؤْ ِمنُونَ ِل َي ْنف ُِروا كَآفَةً فَلَ ْوَلَ نَف ََر مِن كُ ِال ف ِْرقَ ٍة مِن ُه ْم‬
ِ ‫طآئِفَةٌ لِ َيتَفَقَّ ُهوا فِي ال اِد‬
‫ين َو ِليُنذ ُِروا قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا‬
َ‫َر َجعُوا ِإلَ ْي ِه ْم لَ َع َّل ُه ْم َيحْ ذَ ُرون‬

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka

36
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya“. [At-Taubah : 122]

Hukum tafaquh fiddin (memperdalam ilmu agama) adalah fardhu kifayah.


Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan sekelompok kaum mukminin dan
tidak semuanya untuk menuntut ilmu. Oleh karena itu orang yang belajar dan menuntut
ilmu tersebut yang bertanggung jawab memberi peringatan, bukan seluruh kaum
muslimin. Demikian juga jihad, hukumnya fardhu kifayah. Syeikh Abdurrahman As
Sa’diy menyatakan,”Sepatutnya kaum muslimin mempersiapkan orang yang
menegakkan setiap kemaslahatan umum mereka. Orang yang meluangkan seluruh
waktunya dan bersungguh-sungguh serta tidak bercabang, untuk mewujudkan
kemaslahatan dan kemanfatan mereka. Hendaklah arah dan tujuan mereka semuanya
satu, yaitu menegakkan kemaslahatan agama dan dunianya”

3. Tidak semua orang dapat menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.


Karena orang yang menegakkannya harus memiliki syarat-syarat tertentu. Seperti
mengetahui hukum-hukum syari’at, tingkatan amar makruf nahi mungkar, cara
menegakkannya, kemampuan melaksanakannya. Demikian juga dikhawatirkan bagi
orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar bila tanpa ilmu akan berbuat salah.
Mereka memerintahkan kemungkaran dan mencegah kema’rufan atau berbuat keras
pada saat harus lembut dan sebaliknya.

4. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

ِ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َو َِّلل‬


َ ‫الزكَاة َ َوأ َ َم ُر ْوا ِب ْال َم ْع ُر ْوفِ َونَ َه ْوا‬ َّ ‫ض أَقَا ُم ْوا ال‬
َّ ‫صَلَة َ َو َءات َُوا‬ ِ ‫ال ِذايْنَ إِ ْن َم َّكنَّاهُ ْم فِ ْي اْْل َ ْر‬
‫عاقِبَةُ اْْل ُ ُم ْو ِر‬ َ

Artinya: “(yaitu)orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di


muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat
yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali
segala urusan“. [QS. 22:41]

37
Imam Al Qurthubiy berkata,”Tidak semua orang diteguhkan kedudukannya
dimuka bumi, sehingga hal tersebut diwajibkan secara kifayah kepada mereka yang
diberi kemampuan untuknya” Oleh karena itu Syeikh Islam Ibnu Taimiyah
menyatakan,”Demikian kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini tidak diwajibkan
kepada setiap orang, akan tetapi merupakan fardhu kifayah” Akan tetapi hukum ini
bukan berarti menunjukkan bolehnya seseorang untuk tidak berdakwah, atau beramar
makruf nahi mungkar. Karena terlaksananya fardhu kifayah ini dengan terwujudnya
pelaksanaan kewajiban tersebut. Sehingga apabila kewajiban tersebut belum terwujud
pelaksanaannya oleh sebagian orang, maka seluruh kaum muslimin terbebani kewajiban
tersebut.

Pelaku amar makruf nahi mungkar adalah orang yang menunaikan dan
melaksanakan fardhu kifayah. Mereka memiliki keistimewaan lebih dari orang yang
melaksanakan fardhu ‘ain. Karena pelaku fardhu ‘ain hanya menghilangkan dosa dari
dirinya sendiri, sedangkan pelaku fardhu kifayah menghilangkan dosa dari dirinya dan
kaum muslimin seluruhnya. Demikian juga fardhu ‘ain jika ditinggalkan, maka hanya
dia saja yang berdosa, sedangkan fardhu kifayah jika ditinggalkan akan berdosa
seluruhnya. Pendapat ini Insya Allah pendapat yang rajih. Wallahu a’lam. Amar makruf
nahi mungkar dapat menjadi fardhu ‘ain, menurut kedua pendapat diatas, apabila :

Pertama, ditugaskan oleh pemerintah. Al Mawardi menyatakan,”Sesungguhnya


hukum amar makruf nahi mungkar fardhu ‘ain dengan perintah penguasa”.

Kedua, hanya dia yang mengetahui kema’rufan dan kemungkaran yang terjadi.
An Nawawiy berkata,”Sesungguhnya amar makruf nahi mungkar fardhu kifayah.
Kemudian menjadi fardhu ‘ain, jika dia berada ditempat yang tidak mengetahuinya
kecuali dia”.

Ketiga, kemampuan amar makruf nahi mungkar hanya dimiliki orang tertentu.
Jika kemampuan menegakkan amar makruf nahi mungkar terbatas pada sejumlah orang
tertentu saja, maka amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain bagi mereka. An

38
Nawawi berkata,”Terkadang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain, jika
berada di tempat yang tidak mungkin menghilangkannya kecuali dia. Seperti seorang
yang melihat istri atau anak atau budaknya berbuat kemungkaran atau tidak berbuat
kema’rufan”.

Keempat, perubahan keadaan dan kondisi. Syeikh Abdul Aziz bin Baaz
memandang amar makruf nahi mungkar menjadi fardhu ‘ain dengan sebab perubahan
kondisi dan keadaan, ketika beliau berkata, “Ketika sedikitnya para da’i. Banyaknya
kemungkaran dan kebodohan yang merata, seperti keadaan kita sekarang ini, maka
dakwah menjadi fardhu ‘ain atas setiap orang sesuai dengan kemampuannya”.

6.4. HUKUM MENINGGALKAN AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.


“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa
putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui
batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan mungkar yang mereka
perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” [Al-
Ma’idah/5: 78-79]

Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع ف‬،ِ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َوذَلِكَ َۗ َم ْن َرأَى ِم ْنكُ ْم ُم ْنكَرا ً فَ ْليُغَ ِيا ْرهُ ِب َي ِده‬،ِ‫سانِه‬ ِ ‫ف اْ ِْل ْي َم‬
َ ‫ان ِب ِل‬ ْ َ‫أ‬
ُ ‫ض َع‬
Artinya: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika
tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.”

Dalam sabda lainnya beliau menyebutkan.

‫اس إِذَا َرأ َ ُووا ْال ُم ْنك ََر فَلَ ْم يُ ْنك ُِر ْوهُ أ َ ْوشَكَ أ َ ْن يَعُ َّم ُهمُ هللاُ بِ ِعقَابِ ِه‬
َ َّ‫إِ َّن الن‬

Artinya” “Sesunggunnya manusia itu bila melihat kemungkaran tapi tidak

39
mengingkarinya, maka dikhawatirkan Allah akan menimpakan siksa-Nya yang juga
menimpa mereka.”

Masih banyak lagi hadits-hadits yang semakna dengan ini. Semoga Allah
menunjuki kaum muslimin untuk senantiasa melaksanakan kewajiban yang agung ini
dengan cara yang diridhai-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
https://www.idntimes.com/life/inspiration/dian-arthasalina/arti-istidraj-dan-
tandatandanya/2
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-
dengannikmat-dunia
https://www.republika.co.id/berita/qd73x6366/terjebak-istidraj-kenikmatan-part1
https://umma.id/article/share/id/1002/627344
https://masjidpedesaan.or.id/apa-itu-istidraj/
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-istidraj-lengkap-dengan-ciri-
cirinya1vBe1EkNH6F/full

BAB II
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-
akandisegerakan-allah-swt-di-dunia

BAB III
https://news.detik.com/berita/d-5599775/ini-arti-istidraj-dalam-islam-hati-hati-
dengannikmat-dunia

BAB IV
https://zonabanten.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-232529598/dalil-dan-ciri-
ciriistidraj-azab-terbesar-dari-allah-berwujud-kenikmatan

BAB V

40
https://www.republika.co.id/berita/qm4fk9320/3-dosa-yang-balasannya-akan-
disegerakan-allah-swt-di-dunia-part1)6
https://shariagreenland.co.id/blog/10-macam-bahaya-dosa-riba

BAB VI
https://almanhaj.or.id/2708-amar-maruf-nahi-mungkar-menurut-hukum-islam.html

41

Anda mungkin juga menyukai