Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Masalah dalam pembentukan kebiasaan makan

Disusun oleh :

Amelia Sapitri (1021211002)

Diar Laula Hoerudin (1021211005)

PROGRAM STUDI D3 GIZI FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MOHAMMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA

TAHUN 2021
Kata pengantar

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sosio Antropolgi dengan Judul “Masalah-
masalah pembentukan kebiasaan makan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga Makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatas nya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhiran, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaaat bagi kita semua.
Jakarta, 26 Oktober 2021

Amelia Sapitri
Diar Laula Hoerudin
Daftar Isi

Kata pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar isi……………………………………………………………………………………….....
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………………
2.1 Masalah dalam pembentukan kebiasaan makan………………………………………
Daftar pustaka……………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Makhluk hidup memerlukan asupan makanan untuk kelangsungan hidupnya, manusia


termasuk di dalamnya, juga membutuhkan makanan tersebut agar selalu hidup sehat sempurna
sehingga dapat melaksanakan berbagai pekerjaan atau kegiatan selama hidupnya. Untuk itu
dibutuhkan berbagai jenis makanan yang mengandung zat gizi yang cukup sebagai sumber
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Untuk memenuhi agar zat gizi seseorang tersebut
cukup gizi maka diperlukan kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan makan adalah suatu istilah
untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan dan
makan, seperti tata krama makan, pola makanan yang dimakan, frekuensi dan porsi makanan,
kepercayaan dan penerimaan terhadap makanan (misalnya pantangan dan rasa suka atau tidak
suka terhadap makanan), distribusi makanan di antara anggota keluarga, dan cara pemilihan
bahan makanan yang hendak dimakan. Kebiasaan makan seseorang dapat diketahui dengan
melihat konsumsi makanan sehari-hari orang tersebut.
Kebiasaan Makan Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan
yang akan membentuk pola perilaku makan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam
memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain (Khomsan, 2004).
Kebiasaan makan adalah sebuah perilaku yang dilakukan individu atau kelompok terhadap
suatu makanan yang sering dimakan. Kebiasaan makan dalam suatu kelompok akan
memberikan dampak pada status gizi masyarakat setempet. Oleh karena itu, dalam program
perbaikan gizi harus diupayakan agar kebiasaan makan yang baik dapat dilakukan guna
menunjang program pemerintah dalam diversifikasi pangan. Sedangkan kebiasaan makan yang
jelek harus diganti dengan ide-ide baru untuk menunjang tercapainya gizi masyarakat.(Abd.
Kadir A,2016)
Kebiasaan makan yang sering menyantap makanan siap saji akibat gencarnya iklan dan
ajakan teman yang dapat mempengaruhi status gizi anak karena makanan instan seperti mie
instan ini cenderung rendah serat, rendah vitamin serta mineral, tapi tinggi kalori, tinggi lemak
serta tinggi garam natrium serta kolestrol.( Suhardjo,C,2003)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah dalam pembentukan kebiasaan makan

1.PANTANGAN
A.Pengertian pantangan makan
Pantang atau tabu ialah suatu larangan untuk mengkonsumsi jenis makanan tertentu
karena terdapat ancaman bahaya terhadap orang yang melanggarnya.Pada kenyataannya
hukuman ini tidak selalu terjadi. Pantangan merupakan sesuatu yang diwariskan dari leluhur
melalui orangtua, terus ke generasi-generasi di bawahnya. Hal ini menyebabkan orang tidak tau
lagi kapan suatu pantangan atau tabu makanan dimulai dan apa sebabnya. Seringkali nilai sosial
ini tidak sesuai dengan nilai gizi makanan .Suatu kelompok masyarakat yang mempunyai
seperangkat pengetahuan, nilai, gagasan, norma dan aturan sebagai konsep dasar dari
kebudayaanya, akan mewujudkan bentuk-bentuk perilaku dalam kehidupan sosial. Dipandang
dari aspek budaya, ada 7 hal pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan, yaitu tradisi, sikap
fanatisme, etnosentris, perasaan bangga pada statusnya, norma, nilai dan unsur budaya yang
dipelajari pada tingkat awal proses sosialisasi. Banyak praktek-praktek budaya yang
berpengaruh secara negatif terhadap perilaku kesehatan masyarakat, seperti kepercayaan
untuk pantang terhadap suatu makanan tertentu . Seseorang yang sehat dianggap memiliki
keseimbangan antara panas dan dingin. Faktor panas dan dingin dapat masuk ke dalam tubuh
melalui makanan.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PANTANGAN MAKAN


1.Budaya
Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan
rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh
kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya
dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang
dilakukan manusia memerlukan belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya.
Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya .
2.Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat membagi budaya menjadi 7 unsur : yakni sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,
sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang
membentuk budaya secara keseluruhan.
3. Aspek Sosial
A.Umur : Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan
golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan
usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
kanker, dan lain-lain.
B. Jenis Kelamin: Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki
banyak menderita kanker prostat.
C.Pekerjaan: Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan
petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah
dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri, misal dipabrik
tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan
debu.
D.Sosial Ekonomi: Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya
penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi
tinggi, dan sebaliknya 49 malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status
ekonominya rendah.

2.KEPERCAYAAN ATAU AGAMA DAN ADAT KEBIASAAN


A. Pengertian
Antropologi tertarik pada kebudayaan dan pendekatan holistik. Pendekatan holistik
berarti cara melihat atau memandang sesuatu sebagai suatu kebulatan yang utuh. Walaupun
banyak jenis binatang hidup berkelompok, tetapi hanya manusialah yang memilki
kebudayaan. Makanan mencerminkan karakteristik lingkungan. Karena lambung telah terbiasa
diisi dengan nasi. Makanan yang dikonsumsi merupakan bagian dari kebudayaan. Makanan
yang diolah dari bahan-bahan mentah adalah sebuah bentuk kebudayaan. Makanan dalam
pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih luas dari sekedar sumber nutrisi. Terkait
dengan kepercayaan, status, prestise, kesetiakawanan dan ketentraman. Makanan memiliki
banyak peranan dalam kehidupan sehari-hari suatu komunitas manusia. Makanan selain
penting bagi kelangsungan hidup kita, juga penting bagi pergaulan sosial, yang mempunyai
simbolik antara lain sebagai berikut:
1.Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial: Makanan sebagai ungkapan ikatan sosial:
Barangkali di setiap masyarakat, menawarkan makanan (dan kadang-kadang minuman)
adalah menawarkan kasih sayang, perhatian, dan persahabatan. Menerima makanan
yang ditawarkan adalah mengakui dan menerima perasaan yang diungkapkan dan untuk
membalasnya.
2. Makanan sebagai ungkapan dari kesetia-kawanan kelompok: Makanan sering dihargai
sebagai lambang-lambang identitas suatu bangsa atau nasional. Namun tidak semua
makanan mempunyai nilai lambang seperti ini. Makanan yang mempunyai dampak yang
besar adalah makanan yang berasal atau dianggap berasal dari kelompok itu sendiri dan
bkan yang biasanya dimakan di banyak negara yang berlainan atau juga dimakan oleh
banyak suku bangsa.

3. Simbolisme pantangan makan dan bahasa : Pada tingkatan yang berbeda, bahasa


mencerminkan hubungan-hubungan psikologis yang sangat dalam di antara makanan.
Makanan dalam konteks kultur nilai-nilai budaya meliputi, pilihan rasional terhadap
jenis makanan, cara memasak, kesukaan dan ketidaksukaan, kearifan
kolektif, kepercayaan, dan pantangan-pantangan yang berkaitan dengan
produksi, persiapan dan konsumsi makanan. Karena itu, suatu sistem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakukan manusia. Clyde Kluckhohn
mengatakan semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, mengalami
lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yaitu: a. Hakekat hidup b. Hakekat karya
c. Hakekat kedudukan dalam ruang atau waktu; d. Hakekat hubungan dengan alam
sekitar e. Hakekat hubungan dengan sesamanya.
Makan menggunakan tangan umumnya digunakan masyarakat di Asia (terkecuali di
China, Jepang, Korea dan Vietnam). Tangan adalah alat utama untuk mengambil dan menyuap
makanan ke dalam mulut. Jika ada benda yang membahayakan, tanganlah yang akan memberi
tanda seperti duri, tulang ikan atau tulang ayam. Soal kotoran pada tangan tidak akan timbul
karena adat istiadat menyarankan sebelum makan diwajibkan terlebih dahulu mencuci tangan
dan hanya tangan kanan saja yang diajarkan untuk menyentuh makanan. Hikmah tangan adalah
bahwa jari-jemari manusia mengandungi sejenis kimia yang akan memudahkan mencernakan
makanan didalam perut. Ini terbukti apabila orang tua di jaman dulu melarang kita menyentuh
makanan yang mau disimpan dengan tangan karena akan menjadi basi.
3. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi Penduduk

a. Makanan sebagai identitas kelompok

presefsi bahwa nasi adalah makanan utama bagi manusia sudah sangat melekat erat
dalam pemikiran kita, padahal masing-masing tempat atau daerah memiliki makanan utamanya
sendiri. Seperti di Papua ada papeda, masyarakat Madura mengkonsumsi jagung sebagai
makanan utamanya. Ada juga roti sebagai makanan utama di budaya barat.

Apa yang kita makan menunjukkan banyak hal tentang siapa diri kita, serta tentang
budaya dari keberadaan kita. Makanan adalah medium dari masyarakat untuk menyatakan
tentang dirinya. Ungkapan ” we are what we eat” dan ”we are what we don’t eat”
menunjukkan suatu identitas dalam budaya dari satu komunitas, bahkan secara lebih luas dapat
menunjukkan identitas suatu bangsa. Lebih tajam lagi, ungkapan dari Jean Anthelme Brillat-
Savarin, “Tell me what you eat, I’ll tell you who you are”. Jean Anthelme Brillat-Savarin (1 April
1755-2 February 1826) seorang pengacara Perancis dan politisi, namun memperoleh ketenaran
sebagai epicure dan gastronomer.

Selain mengandung budaya dominan dan budaya tandingan, makanan pun menjadi
bagian dari budaya populer. Bakso merupakan makanan populer bagi perempuan. Traktir
makanan sebagai makanan khusus untuk kelompok tertentu. Makanan sub kultural misalnya
daging babi bagi kalangan nasrani, ketupat bagi kalangan muslim di hari lebaran, dodol bagi
Cina dihari imlek, coklat menjadi icon budaya dalam menunjukan rasa cinta dan kasih.
Bardasarkan talaahan ini, makanan mengandung makna sebagai:

a. Identitas arus budaya utama (dominan culture), artinya harus ada dan menjadi
kebutuhan utama masyarakat.

b. Budaya tandingan (counterculture), yaitu menghindari arus utama akibat adanya


kesangsian atau ketidak sepakatan dengan budaya arus utama, dan

c. Makanan sebagai identitas budaya bagi suatu kelompok tertentu (subculture)

B. makanan sebagai keunggulan etnik

Makanan tradisional dan akvitasnya memiliki nilai budaya yang bermakna, karena dapat
menjadi identitas dan ciri khas daerah yang bersangkutan. Saat ini, makanan tradisional dan
akvitasnya dijadikan komoditas gaya hidup yang dikemas dengan menonjolkan identitas lokal
sehingga menarik untuk dipasarkan dalam industri kuliner yang dipasarkan dan ditawarkan
melalui media-media yang dekat dengan gaya hidup masyarakat masa kini. Makanan tradisional
dan akvitasnya menjadi sebuah pengalaman tersendiri yang kaya akan simbolisasi. Makanan
dan tradisi makan bertransformasi dan beradaptasi dengan gaya hidup masa kini untuk
menghasilkan sesuatu yang berbeda dan menarik namun tetap beridentitas lokal.

Kuliner tradisional masyarakat daerah memiliki unsur budaya fisik dan non fisik yang
beraneka ragam dan sarat dengan makna. Hal tersebut terlihat dari aneka macam teknologi
tradisional peralatan untuk mengolah bahan makanan dan cara menghidangkannya. Terdapat
lebih dari ribuan resep olahan makanan tradisional yang memiliki cara pengolahan, cara makan,
rasa yang khas dan makna tertentu yang terkandung dalam makanan tersebut. Beberapa jenis
makanan tradisional itu dihadirkan hanya pada saat-saat tertentu seperti upacara-upacara adat
yang dapat dipastikan memiliki makna-makna khusus.
Waktu berganti zaman berkembang, gaya hidup masyarakat pun berubah, aktivitas
makan sehari-hari tidak hanya dilakukan di rumah masing-masing keluarga saja, namun
dilakukan juga di luar sebagai aktivitas primer yaitu memenuhi kebutuhan biologis dan juga
aktivitas sekunder. Muncul restoran yang menyajikan berbagai macam menu makanan dengan
gaya serta ciri khas-nya masing-masing baik dalam rasa maupun suasana, yang salah satunya
yang menghadirkan suasana makan yang bercitarasa khas budaya tradisional etnik (daerah).

C. perubahan produksi pangan

Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan, mengolah,


membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan atau mengubah bentuk pangan.

Perubahan produksi pangan yang dimaksud disini adalah berubahnya proses produksi
pangan, peralatan yang digunakan, asal bahan pangan dan juga keterlibatan masyarakat dalam
pembuatannya.

Proses produksi pangan yang dilakukan secara tradisional memang lebih memakan
waktu yang lama, tetapi kegiatan tersebut menjadi salah satu sarana masyarakat untuk
memperkuat hubungan sosial antar sesama. Sedangkan jika menggunakan teknologi modern
dapat mempermudah dan mempercepat proses produksi pangan tetapi dapat meregangkan
hubungan antar masyarakat karena dalam masa pengerjaannya hanya membutuhkan tenaga
kerja yang jumlahnya relative sedikit.

D. perubahan konsumsi pangan

Konsumsi Pangan adalah sejumlah makanan dan minuman yang dimakan atau diminum
penduduk/seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan hayati.

Perubahan konsumsi pangan dapat di sebabkan oleh banyak faktor. Seperti kesadaran
masyarakat untuk memiliki pola hidup yang sehat atau keterbatasannya waktu untuk
mengkonsumsi makanan maka kelompok ini akan memilih makanan cepat saji, yaitu restoran,
café, pizza hut dan outlet-outlet lainnya. Perubahan pola konsumsi pangan tersebut dapat
menjadikan status gizi menjadi lebih baik ataupun menjadi semakin buruk.

E. perubahan distribusi pangan

Distribusi pangan adalah tersedianya pangan dan pasokan pangan secara merata
sepanjang waktu baik jumlah, mutu, aman dan keragamannya untuk memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat.

Di era modern, peralatan yang digunakan adalah teknologi canggih yang dapat mempermudah
proses distribusi pangan. Alat transportasi yang digunakan pun semakin modern, seperti
pesawat, helikopter, paket kilat, dan sebagainya. Ini adalah rangkaian kegiatan yang membawa
makanan dari petani ke piring. Pemasaran bahkan produk makanan tunggal dapat menjadi
proses rumit yang melibatkan banyak produsen dan perusahaan.

Sebagai contoh, lima puluh enam perusahaan yang terlibat dalam pembuatan satu
dapat dari mie sup ayam. Usaha ini meliputi tidak hanya ayam dan prosesor sayuran tetapi juga
perusahaan-perusahaan yang mengangkut bahan dan orang-orang yang mencetak label dan
pembuatan kaleng. Dengan terjadinya industrialisasi, dan pengembangan industri pengolahan
makanan, yang lebih luas makanan dapat dijual dan didistribusikan di jauh lokasi. Biasanya
toko-toko kelontong awal akan kontra didasarkan toko di mana pembeli kepada toko-penjaga
apa yang mereka inginkan, sehingga tokopenjaga bisa mendapatkannya untuk mereka.
Supermarket membawa mereka self service pendekatan untuk belanja menggunakan shopping
cart, dan mampu menawarkan makanan berkualitas dengan biaya yang lebih rendah melalui
skala ekonomi dan mengurangi biaya staf. Raksasa supermarket menggunakan daya beli yang
besar atas petani dan prosesor, dan pengaruh yang kuat atas konsumen.

4. preferensi dan timbulnya tabu makanan

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pola makan seseorang, antara lain faktor
budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu
makan, rasa kenyang, dan kesehatan. Hal-hal yang disukai dan tidak disukai sangat berpengaruh
terhadap kebiasaan makan seseorang.

Seorang Ibu tidak suka makanan kerang, begitu pula anak perempuannya. Perasaan


suka dan tidak suka seseorang terhadap makanan tergantung asosiasinya terhadap makanan
tersebut. Makanan bergizi adalah makanan yang cukup kualitas dan kuantitasnya serta
mengandung unsur yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan. Sebelum memilih menu makanan ada baiknya diketahui kandungan makanan
tersebut bukan hanya sekedar membuat perut kenyang, akan tetapi makanan adalah dikatakan
sehat jika makanan itu mengandung protein karbohidrat, miniral, lemak, dan bervitamin.

Makanan yang sehat sangatlah berguna untuk membina tubuh bahkan mengganti sel-sel tubuh
yang sudah rusak, di lain hal makanan juga akan menghasilkan panas dan energi didalam tubuh
kita.

Contoh-contoh makanan pantangan yang justru adalah makanan bergizi dan baik untuk tubuh
dan kesehatan :

1. Telur
Ibu hamil dilarang mengkonsumsi telur, karena dikhawatirkan ASI-nya bebau
amis. Mitos tersebut tidak benar. Telur mengandung protein hewani yang sangat
dibutuhkan ibu hamil. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
akn bahaya kolesterol, selain daging, kuning telur kini termasuk makanan yang dihindari.
Ada begitu banyak nutrisi penting dalam sebutir telur. Sebut saja choline, yang sangat
penting untuk fungsi otak dan kesehatan. Satu buah kuning telur mengandung lebih dari
25 persen kebutuhan choline setiap hari. Orang dewasa membutuhkan 425 gram
choline per hari, sedangkan anak balita butuh 250 gram per hari. Sebuah penelitian
mengungkapkan konsumsi choline yang cukup bias menurunkan risiko kanker payudara.
Selain itu, telur juga mengandung mineral selenium .
Pria membutuhkan asupan selenium untuk pembentukan kualitas dan kuantitas
sperma. Satu butir telur dapat menghasilkan 10 persen dari total kebutuhan tubuh
terhadap selenium. Telur juga mengandung vitamin D yang dapat membantu
penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang. Selain itu, telur juga mengandung
vitamin E. Kombinasi antara selenium dan vitamin E berperan sebagai antioksidan yang
dapat mengurangi risiko kerusakan sel tubuh akibat radikal bebas.

2. Nasi
Nasi adalah makanan pantangan bagi seseorang yang sedang menjalankan diet.
Karena nasi dianggap pemicu bertambahnya berat badan. Nasi adalah karbohidrat yang
sangat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga. Bila nasi yang dikonsumsi dalam
jumlah banyak memang dapat menyababkan kegemukan. Tetapi nasi dikonsumsi sehari
tiga kali dalam porsi normal, sama sekali tidak menyebabkan gemuk. Olahraga
dipadukan dengan diet seimbang tetap merupakan cara terbaik menurunkan berat
badan. Nasi adalah salah satu sumber alami vitamin B5, yang telah dibuktikan oleh
penelitian berguna untuk meningkatkan daya ingat atau memori otak. Selain itu,
Vitamin B5 juga berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan juga penting dalam
proses biosintesa asam lemak, lemak, protein dan karbohidrat.

3. Yoghurt
Ibu hamil tidak boleh minum yoghurt. Tidak ada penelitian yang mendukung
pernyataan ini. Jadi pernyataan ini hanya mitos belaka. Lagipula yoghurt itu baik untuk
melancarkan pencernaan ibu hamil. Yang mana semenjak dalam kehamilan tidak jarang
ibu hamil mengalami namanya sembelit.
Yoghurt memiliki gizi yang lebih tinggi dibanding susu segar. Kandungan
lemaknya pun juga lebih rendah, sehingga cocok bagi mereka yang sedang
menjalankan diet rendah kalori. Yoghurt juga dapat membantu proses
penyembuhan lambung dan usus yang luka. Meminum yoghurt secara teratur dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu juga yoghurt diyakini baik untuk
memperpanjang umur.
Yoghurt dapat membantu penderita lactose intolerance. Penyebabnya adalah
defisiensi/kekurangan enzim pencerna laktosa. Sehingga setiap kali minum susu, butiran
laktosanya akan tertinggal di permukaan lubang usus halus dan menyerap air dari
sekitarnya yang kemudian memunculkan diare. Dalam yoghurt, laktosa susunya sudah
dipecah oleh bakteri baik Lactobacillus bulgaricus melalui proses fermentasi, hingga
mudah diserap tubuh. Itulah mengapa yoghurt sangat disarankan sebagai pengganti
susu bagi orang /anak yang tidak mampu mencerna laktosa dengan baik. Dengan minum
yoghurt, anda dan si kecil tidak akan diare lagi. Yoghurt dapat menghambat pathogen
flora usus pengonsumsi yoghurt terbukti sulit ditumbuhi kumankuman patogen atau
kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Dengan terhambatnya pertumbuhan
sekaligus matinya mikroba patogen dalam lambung dan usus halus bisa menghindari
munculnya berbagai penyakit akibat infeksi atau intoksikasi mikroba. Dengan kata lain,
mengonsumsi yoghurt secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan saluran
pencernaan. Mengkonsumsi antibiotik memang berfungsi mematikan kuman, namun ia
tidak pandang bulu mana kuman yang perlu dibunuh dan mana yang sebetulnya tidak
perlu dimusnahkan.sebenarnya ada kuman yang harus berada di saluran cerna guna
menjaga keseimbangan flora usus.
Yoghurt dapat menetralisir efek samping antibiotik ini. Yoghurt sebagai
antikanker saluran cerna. Bakteri-bakteri yang berperan dalam yoghurt dapat mengubah
zat-zat prekarsinogenik (zat-zat pemicu kanker) yang ada dalam saluran pencernaan,
hingga mampu menghambat terjadinya kanker. Yoghurt dapat mencegah jantung
koroner. Bakteri baik yakni, Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus yang terdapat
dalam yoghurt, akan menghasilkan asam folat dan vitamin B kompleks, kedua vitamin ini
berguna mencegah munculnya penyakit jantung koroner.
4. Alpukat
Buah yang lezat ini jangan sering-sering dimakan karena kandungan lemaknya
tinggi. Memang ada benarnya juga, tapi lemak yang terkandung di dalam buah lezat ini
adalah lemak baik alias HDL. Di dalam alpukat juga terdapat biotin, Magnesium, seng
dan asam folat. Juga mengandung Vitamin C dan E yang baik untuk kesehatan kulit kita
dan membuat kita awet muda.
Daftar Pustaka

- http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1371/1/BUKU%20SOSIOLOGI%20DAN
%20ANTROPOLOGI%20GIZI.pdf
- http://repository.unimus.ac.id/4140/7/7.%20Bab%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai