Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DASAR-DASAR ASURANSI KESEHATAN


TENTANG
PENYELENGGARAAN JKN

OLEH :

KELOMPOK 4

1. Nadya fadilla 1910070120023


2. Afriana Dewi 1910070120024
3. Irmansyah 1910070120005

DOSEN :

Sri Oktarina, SKM, M.KM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah
yang berjudul “Penyelenggaraan JKN”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Dasar-dasar Asuransi Kesehatan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami selaku penulis maupun pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 19 November 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5

1.3 Tujuan..................................................................................................................5

BAB II...........................................................................................................................6

PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1 Pelayanan........................................................................................................6

2.2 Pengorganisasian.............................................................................................6

2.3 Penanganan dan keluahan...............................................................................8

2.4 Review..........................................................................................................10

BAB III........................................................................................................................12

PENUTUP...................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan...................................................................................................12

3.2 Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tujuan negara Indonesia adalah memajukan kesejahteraan umum
sebagaimana yang dituangkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945. Tujuan tersebut merujuk pada gagasan negara kesejahteraan
(welfare state). Bentuk negara kesejahteraan awalnya diwujudkan untuk
pencapaian kesejahteraan sosial melalui prinsip kebersamaan untuk
mewujudkan rasa aman bagi kehidupan manusia. Hal itu kemudian dikenal
sebagai sistem jaminan sosial (Social Security System). Sistem jaminan sosial
adalah upaya mewujudkan kesejahteraan, memberikan rasa aman sepanjang
hidup manusia melalui pendekatan system.
Pasal 34 ayat 2 UUD 1945 menyebutkan “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Pasal tersebut
menegaskan jika pemerintah berkewajiban memberikan jaminan sosial dan
rakyat berhak untuk menerimanya. Demi mewujudkan hal tersebut,
pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional yang ditujukan
bagi rakyat atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kehidupan dasar yang
layak.

4
Program jaminan sosial yang telah beroperasi mulai 1 Januari 2014 adalah
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Program ini ditangani oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. BPJS Kesehatan
merupakan perubahan dari PT ASKES (Persero) yang dulunya menangani
asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). JKN di Indonesia
merupakan bagian dari SJSN melalui sistem asuransi kesehatan yang bersifat
wajib. Tujuannya untuk melindungi seluruh masyarakat agar terlindungi
dalam sistem asuransi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak.
BPJS Kesehatan memiliki perwakilan di setiap kabupaten/kota. BPJS
Kesehatan di setiap daerah juga berkewajiban untuk melakukan sosialisasi
program jaminan kesehatan ini. Hal ini dimaksudkan agar JKN bisa berjalan
merata di setiap daerah. BPJS Kesehatan di kabupaten Temanggung pun turut
berperan dalam pelaksanaan JKN di Kabupaten Temanggung. Hari
kesembilan (9 Januari 2014) sejak dilaksanakannya JKN, masyarakat di
Kabupaten Temanggung yang mendaftar baru sebanyak 300 orang. Jumlah
pendaftar baru tersebut masih tergolong sangat rendah, rata-rata pendaftar
hanya mencapai 50-60 orang setiap harinya. 2 Jumlah penduduk Temanggung
mencapai 733.148 orang, yang telah terdaftar secara otomatis sebagai peserta
JKN adalah 411.654 orang. Kelompok tersebut di antaranya adalah peserta
Askes tahun 2013, Jamkesmas, Jamsostek, Jamkesda, dan asuransi TNI dan
Polri. Rendahnya angka pendaftaran JKN di Kabupaten Temanggung ini
dipicu oleh kurangnya sosialisasi secara teknis kepesertaan JKN. Sosialisasi
JKN akan terus gencar dilakukan oleh BPJS Kesehatan Kabupaten
Temanggung untuk menjamin kebutuhan kesehatan masyarakat. BPJS
Kesehatan Temanggung bekerja sama dengan Dinas Kesehatan kabupaten
Temanggung untuk terus melakukan sosialisasi JKN. Proses sosialisasi JKN
yang telah berlangsung di tahun 2014 menjadi kajian menarik untuk
dievaluasi, sehingga dapat diketahui kefektifan sosialisasi yang telah

5
dilaksanakan. Evaluasi ini juga dapat memberikan masukan positif terhadap
pemerintah agar program jaminan sosial dapat berjalan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu pelayanan JKN?
2. Apa itu pengorganisasian JKN?
3. Apa itu penaganan dan keluahan JKN?
4. Apa itu review?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelayanan JKN
2. Mengetahui pengorganisasian JKN
3. Mengetahui penanganan dan keluahan JKN
4. Review

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelayanan JKN

Prosedur Pelayanan JKN

JKN mengubah total pola pelayanan kesehatan.  Banyak kebiasaan-kebiasaan


yang berlaku di masyarakat diubah secara mendasar.  Perubahan yang paling
mendasar adalah pelayanan kesehatan diselenggarakan berjenjang. Kebiasaan berobat
secara potong kompas, langsung ke dokter spesialis atau langsung berobat ke rumah
sakit, tidak lagi diperkenankan. Peserta harus berobat terlebih dahulu ke fasilitas
kesehatan primer, yaitu klinik dokter keluarga atau Puskesmas.  Jika tidak dapat
ditanggulangi di fasilitas ini, barulah Peserta berhak mendapatkan rujukan ke klinik
spesialis atau rumah sakit. 

Pengecualian diberikan pada keadaan gawat darurat. Peserta diperkenankan untuk


mendatangi Rumah Sakit secara langsung.  Konflik antara Peserta dan Rumah Sakit
mungkin timbul karena pemahaman kriteria kegawatdaruratan medis antara Peserta
dan rumah sakit tidak sama.  Kriteria kasus-kasus gawat darurat dalam Program JKN
belum dipahami bahkan belum dikenal oleh publik. Sebagai ilustrasi, kasus demam
tinggi pada malam hari, selama ini dipahami publik sebagai kasus emergensi dan
harus mendapatkan pertolongan segera. Seringkali keluarga pasen melarikannya ke
rumah sakit.  Di kota-kota besar terutama, jarang sekali keluarga mendatangi Klinik
atau Puskesmas  untuk kasus ini.  Bagaimana standar pelayanan di era JKN untuk
kasus ini? Apakah demam tinggi yang terjadi di tengah malam tidak termasuk dalam

7
kriteria emergensi sehingga pasen hanya ditanggung di Klinik atau Puskesmas? 
Bagaimana jika Klinik atau Puskesmas tutup, haruskah pasen menunggu keesokan
harinya atau kriteria emergensi dapat diberlakukan sehingga pasen dapat berobat di
rumah sakit dan biayanya dapat dibayar oleh JKN?  Hingga saat ini belum ada
informasi rinci yang menjelaskan kriteria dan prosedur pelayanan
kegawatdaruratan.JKN menanggung biaya pelayanan kesehatan sepanjang pelayanan
diberikan di jaringan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. 
Ketentuan ini mengubah pola pencarian pelayanan kesehatan yang berlaku puluhan
tahun di masyarakat.  Peserta tidak sepenuhnya bebas menentukan sendiri pilihan
klinik atau rumah sakit yang dikehendakinya. Untuk tiga bulan pertama, para Peserta
JKN yang berasal dari peralihan Program JPK-Jamsostek, Program Askes Sosial,
Program Jamkesmas dan Pelayanan Kesehatan TNI dan POLRI tetap terdaftar pada
fasilitas kesehatan primer yang lama.  Peserta baru JKN diperkenankan untuk
memilih sendiri fasilitas kesehatan primer yang diinginkannya.  Peserta diwajibkan
memilih fasilitas kesehatan primer yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dan
terletak dekat dengan tempat tinggalnya.  Bila tidak berkenan dengan pelayanannya,
peserta diperbolehkan mengganti pilihan fasilitas kesehatan primer setelah tiga bulan.

Segera Perluas Diseminasi JKN dan Edukasi

Peraturan Presiden tentang Jaminan Kesehatan (PerPres JK) lahir tiga hari
menjelang penyelenggaraan JKN dan pengoperasian BPJS Kesehatan.  Terlambat
satu tahun dari jadwal yang ditetapkan oleh UU BPJS atau terlambat lima tahun dari
jadwal yang ditetapkan oleh UU SJSN.  Oleh karenanya berbagai keriuhan di
lapangan dapat dimaklumi.Pengalaman mantan peserta Jamsostek di awal artikel ini
menggambarkan dengan jelas ketidak pahaman publik dan fasilitas kesehatan atas
penyelenggaraan JKN.  Lebih lanjut, pengalaman urun biaya sebesar lebih dari 80%
tagihan mengindikasikan adanya penyimpangan dalam pelayanan JKN. 

8
Diseminasi informasi secara masif dengan diiringi edukasi publik dan fasilitas
kesehatan tak dapat ditunda lagi.  Informasi akan semakin jelas dan mudah dipahami
bila seluruh Peraturan teknis JKN telah tersedia lengkap.

2.2 Pengorganisasian JKN

Lembaga Penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) JKN


diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik
Negara yang bersifat non profit dan bertanggung jawab kepada Presiden.
BPJS terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Dewan Pengawas terdiri atas
7 (tujuh) orang anggota: 2 (dua) orang unsur Pemerintah, 2(dua) orang unsur
Pekerja, 2 (dua) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang unsur Tokoh
Masyarakat. Dewan Pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang
berasal dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden.

A. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Dewan Pengawas

Dalam melaksanakan pekerjaannya, Dewan Pengawas mempunyai fungsi,


tugas, dan wewenang pelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai
berikut: 33 Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

1) Fungsi Dewan Pengawas adalah melakukan pengawasan atas


pelaksanaan tugas BPJS.

2) Dewan Pengawas bertugas untuk:

9
a. melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja
Direksi

b. melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan


pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi

c. memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai


kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS dan

d. menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan Jaminan Sosial


sebagai bagian dari laporan BPJS kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN.

3) Dewan Pengawas berwenang untuk:

a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS

b. mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi

c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS

d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai


penyelenggaraan BPJS

e. memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja


Direksi.

B. Fungsi, Tugas, dan Wewenang Direksi Dalam menyelenggarakan JKN,


Direksi BPJS mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang sebagai berikut:
34 Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam
Sistem Jaminan Sosial Nasional

10
1) Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional
BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan Manfaat sesuai dengan
haknya.

2) Direksi bertugas untuk:

a.melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi

b.mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan

c. menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk


melaksanakan fungsinya.

3) Direksi berwenang untuk:

a. melaksanakan wewenang BPJS

b. menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata


kerja organisasi, dan sistem kepegawaian

c. menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk


mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai BPJS serta
menetapkan penghasilan pegawai BPJS

d. mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan Pengawas dan


Direksi

d. menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam
rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip
transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas

11
e. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak
Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan 35 Buku Pegangan
Sosilaisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan
Sosial Nasional persetujuan Dewan Pengawas

f. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari


Rp100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Presiden

h. melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari


Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar rupiah) dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Ketentuan mengenai tata cara
pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang Direksi diatur dengan Peraturan
Direksi. Persyaratan untuk menjadi Dewan Pengawas dan Dewan Direksi
diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2011.

2. Hubungan Antar Lembaga BPJS melakukan kerja sama dengan


lembaga pemerintah, lembaga lain di dalam negeri atau di luar negeri
dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan program Jaminan
Sosial (JKN).

3. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan


Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari sistem kendali mutu
dan biaya. Kegiatan ini merupakan tanggung jawab Menteri Kesehatan
yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan Dewan Jaminan
Kesehatan Nasional. 36 Buku Pegangan Sosilaisasi Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

4. Pengawasan Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan


internal. Pengawasan internal oleh organisasi BPJS meliputi:

a. Dewan pengawas

12
b. Satuan pengawas internal. Sedangkan Pengawasan eksternal dilakukan
oleh:

a. DJSN

b. Lembaga pengawas independen.

5. Tempat dan kedudukan BPJS Kantor Pusat BPJS berada di ibu kota
Negara, dengan jaringannya di seluruh kabupaten/kota.

2.3 Penanganan dan keluhan

Penanganan pengaduan terhadap ketidakpuasan penyelenggaran JKN diatur


dalam: (1) UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 48 (2) UU No. 29 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik Pasal 36, Pasal 37, Pasal 40 sampai dengan Pasal
50 (3) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 45 (4) Peraturan BPJS
Kesehatan (belum diterbitkan) Penyelenggaraan program JKN termasuk ke
dalam pelayanan publik84. Oleh karenanya, ketentuan dan tata cara
pengaduan masyarakat terkait penyelenggaraan JKN merujuk pada ketentuan
pengaduan pelayanan publik yang diatur dalam UU No. 29 Tahun 2009 (UU
Pelayanan Publik), di samping merujuk pada peraturan perundang-undangan
jaminan sosial/ jaminan kesehatan nasional. Ketentuan ini diperkuat dengan
Perpres JKN, yang mendelegasikan pengaturan tentang tata cara penanganan
pengaduan sesuai dengan peraturanperundang-undangan yangberlaku. Dalam
hal ini,peraturan yang dirujuk adalah UU Pelayanan Publik beserta peraturan
pelaksanaannya Alasan terjadinya pengaduan adalah karena:

(1) Penyelenggara tidak melaksanakan kewajiban dan/atau melanggar


larangan.

(2) Pelaksana memberi pelayanan yang tidak sesuai dengan standar


pelayanan. Pengaduan diajukan oleh setiap orang yang dirugikan atau oleh

13
pihak lain yang menerima kuasa untuk mewakilinya, paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak pengadu menerima pelayanan.

2.4 Review

Evaluasi di awal implementasi program JKN Pada awal pelaksanaan Program


JKN, beberapa penelitian melakukan evaluasi terhadap kesiapan stakeholder
baik BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan, RS, Puskesmas maupun para peserta
dalam pelaksanaan jaminan kesehatan nasional. Kesiapan Stakeholder dalam
implementasi program JKN masih ditemukan beberapa kendala seperti sarana
prasarana di fasilitas pelayanan kesehatan baik tingkat primer dan sekunder
yang masih perlu dilengkapi, Regulasi terkait JKN juga belum tersosialiasi,
baik kepada pihak stakeholder sendiri maupun kepada masyarakat.

Hambatan lain yang dihadapi yakni jarak demografi tempat sosilaisasi yang
sulit untuk dicapai. Disamping itu Peserta masih sulit menerima perubahan
prosedur dari peserta PT Askes dan eks JPK Jamsostek menjadi peserta BPJS
Kesehatan.Sosialisasi merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan JKN
mengingat tingkat kepesertaan jaminan kesehatan saat ini relatif rendah.
Sosialisasi yang baik akan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada
peserta dan pemberi kerja akan hak dan kewajibannya. Dengan pemasaran
yang memadai, kepesertaan JKN yang berbasis asuransi sosial ini dapat
mencapai target yang diharapkan dan pemberi kerja dapat mendapatkan
manfaat yang besar pula dari terlindunginya kesehatan para pekerja.
Sosialisasi diperlukan tidak hanya dari kepesertaan, namun juga untuk
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk peningkatan
kualitas layanan kesehatan baik di pusat, daerah, swasta, maupun unsur
masyarakat lainnya

14
Untuk mencapai tujuan itu maka ada empat hal yang harus diperhatikan
dalam strategi komunikasi yaitu: a) mengenal khalayak; b) menyusun pesan;
c) menetapkan metode; d) seleksi dan penggunaan media8 . Hendaknya dalam
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan sosialisasi yang
dilakukan oleh pihak BPJS Kesehatan dapat berkerjasama dengan berbagai
pihak seperti Perguruan Tinggi, Perusahaan, Organisasi Kemasyarakatan dan
lain sebagainya agar pelaksanaan sosialisasi dapat berjalan dengan lebih luas.
Disamping itu kegiatan sosialisasi juga harus dilakukan dengan
memanfaatkan media elektronik dan cetak. Evaluasi pada proses implementasi
program JKN Salah satu dimensi yang penting untuk diperhatikan dalam
pelaksanaan program JKN adalah mengenai manajemen obat. (Irwandy, 2016)

15
16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi yang sifatnya
wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat
yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayarkan oleh pemerintah.
3.2 Saran

Untuk menambah referensi terkait dengan pembayaran kapitas, para pembaca bisa
membaca lebih banyak referensi penyelenggaraan JKN

DAFTAR PUSTAKA
Irwandy. (2016). Kajian Literature : Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional Di Indonesia. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia :
JKKI, 05(03), 110–114.

17

Anda mungkin juga menyukai