Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam

dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan

akan mengalami siklus termal yang menyebabkan terjadinya perubahan

metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga akan berpengaruh terhadap

sifat mekanik seperti kekuatan dan ketahanan terhadap laju korosi dari hasil

pengelasan tersebut.

Ketebalan pelat juga memegang peran penting agar mendapatkan

mutu sambungan yang baik, hal ini disebabkan karena masukan panas yang

diterima oleh pelat berbeda-beda tergantung luas penampang. Sedangkan

masukan panas pengelasan yang akan diterima akan mempengaruhi struktur

mikro yang akan terbentuk. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi laju korosi, pada lingkungan yang memiliki pH tinggi, laju

korosi secara umum akan menjadi lebih cepat. Kelembaban udara, air hujan,

lumpur, benturan atau gesekan dengan benda lain yang menyebabkan lapisan

pelindung terkelupas merupakan salah satu rusaknya pelindung metal

sehingga akan mempercepat proses korosi. Karat timbul akibat reaksi

oksidasi antara material logam dengan oksigen. Salah satu yang dapat

mempercepat proses timbulnya karat

1
yaitu air laut yang mengandung kadar garam, begitu juga dengan cairan air

dan garam dapur (NaCl). Karat muncul disebabkan permukaan logam

bersentuhan langsung dengan air yang mengandung asam sehingga

mengalami proses oksidasi oleh udara. Semakin dibiarkan air dan kotoran

menempel pada baja semakin banyak pula zat asam bereaksi terhadap besi

yang menjadikannya karat.

Gambar 1.1 Contoh Korosi pada Jangkar Kapal (Reswara.blogspot.com)

Korosi merupakan reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan

berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau

dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat

lajunya sehingga memperlambat proses kerusakannya. Ketika atom logam

terekspos ke lingkungan yang mengandung molekul air, mereka akan

melepas elektron, mengubah diri menjadi


ion positif dan melibatkan aliran listrik. Efek ini akan terkonsentrasi dalam

skala kecil yang mula-mula membentuk lubang kecil atau retakan, kemudian

meluas sehingga mampu menimbulkan kegagalan. Korosi lokal yang berawal

dari keberadaan lubang-lubang kecil seringkali terdapat kegagalan lelah awal

yang ditambah dengan media korosif seperti air laut akan semakin

memperbesar pertumbuhan retakan akibat lelah. Korosi juga terjadi lebih

cepat pada area dimana perubahan microstructural akibat proses pengelasan.

Penggunaan baja sudah tidak asing lagi pada proses industri.

Umumnya untuk mencegah korosi pada struktur baja digunakan pelapis atau

polarisasi katoda (cathodic polarization), yaitu dengan memasang anoda

sebagai tumbal.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat di rumuskan permasalahan yaitu

bagaimana kecepatan laju korosi daerah HAZ dan Base metal terhadap

pengaruh tegangan ampere 120,160,200 pada material Baja ST 37 dengan

larutan Nacl.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin diperoleh penulis dengan mengajukan

judul tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui pengaruh variasi ampare terhadap laju korosi baja ST

37 pada daerah HAZ dengan variasi Ampare 120,160,200

menggunakan metode perendaman larutan NaCl.

2. Mengetahui beda hasil laju korosi baja ST 37 Daerah HAZ dan base.

1.4 Batasan Masalah

Mengingat sangat kompleknya masalah yang berkaitan dengan korosi

dalam kehidupan sehari-hari, maka di sini penulis membatasi masalah agar

pembahasannya lebih terfokus. Adapun batasan masalah tersebut antara lain:

1. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental.

2. Bahan yang digunakan adalah plat baja ST – 37 dengan ukuran 50 mm

x 30 mm x 5,5 mm.

3. Cairan untuk pengkorosian (media pengkorosi) adalah natrium klorida

(NaCl) dengan konsentrasi larutan 5 ± 1 %.

4. Waktu pengujian yang dilakukan adalah 48 jam.

5. Pengujian korosi dilakukan dengan metode perendaman larutan NaCl dan

perhitungan laju korosi dilakukan metode kehilangan berat sebagai tindak

lanjut dari analisa korosi.


1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang baik bagi

penulis, masyarakat luas dan dunia pendidikan, antara lain:

1. Memberikan pengetahuan baru tentang percepatan laju korosi daerah

HAZ dan base metal.

2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang ilmu Material.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode penelitian dengan

menganalisa dari hasil-hasilnya dan studi literatur. Langkah-langkah dalam

penelitian ini, metode yang digunakan adalah:

1. Studi literatur

Yaitu mempelajari referensi dari berbagai buku sebagai teori penunjang

dalam pembahasan masalah, menyusun data, metode eksperimen dan

analisa hasil penelitian.

2. Studi laboratorium

Studi laboratorium dilakukan dengan pengujian laboratorium dan

laboratorium yang dipakai adalah Laboratorium Teknik Kimia UMS dan

di Balai Besar Bahan Dan Barang Teknik (B4T) Bandung Jawa Barat.
1.7 Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan pemahaman pembaca, penulis membagi tugas akhir ini

menjadi lima bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub bab yang satu dengan yang lain

saling berhubungan, sehingga membentuk satu kesatuan topik pembahasan.

Sebelum masuk ke bab satu, tugas akhir ini diawali dengan halaman judul, halaman

persetujuan, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

daftar tabel dan daftar gambar.


PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korosi

Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling
lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-
merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.

Fe(s) <–> Fe2+(aq) + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.

O2(g) + 4H+(aq) + 4e <–> 2H2O(l)

Atau

O2(g) + 2H2O(l) + 4e <–> 4OH-(aq)

Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak
sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan
rapatan logam itu. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.
Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawabesi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk
pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor,
seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda
potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang
mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu
berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus
kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis
menjadi karat. Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata
adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi
lainnya.Siapa di antara kita tidak kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah
keropos karena korosi. Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu
tentang apa korosi itu, sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi. Peristiwa korosi
sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang
melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif
(elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda
positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa
korosi. Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.
Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya
lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda
lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :

1. Korosi Internal
yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi,
sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan
penyebab korosi.

2. Korosi Eksternal
yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik
yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam
pada udara dari tanah.

2.2 Proses Terjadinya Korosi

Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan – bahan logam yang
pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan lingkungan berair dan oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan
logam besi dengan terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak
kerugian.

Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam menjadi ion dengan
melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan proses katodik yang mengkonsumsi
electron tersebut dengan laju yang sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion
hidrogen atau oksigen dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam
udara lembab, misalnya proses reaksinya dapat dinyatakan sebagai berikut :

Anode {Fe(s)→ Fe2+(aq)+ 2 e}

x2

Katode O2(g)+ 4H+(aq)+ 4 e → 2 H2O(l)

Redoks 2 Fe(s) + O2 (g)+ 4 H+(aq)→ 2 Fe2++ 2 H2O(l)

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses korosi ini, yaitu
E0sel = +1,67 V ; reaksi ini terjadi pada lingkungan asam dimana ion H+ sebagian dapat
diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe+2
yang terbentuk, di anode kemudian teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi (III)
oksida :

4 Fe+2(aq)+ O2 (g) + (4 + 2x) H2O(l) → 2 Fe2O3x H2O + 8 H+(aq)

Hidrat besi (III) oksida inilah yang dikenal sebagai karat besi. Sirkuit listrik dipacu oleh
migrasi elektron dan ion, itulah sebabnya korosi cepat terjadi dalam air garam.
Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka reaksi katodik yang terjadi, yaitu :

O2 (g) + 2 H2O(l)+ 4e → 4 OH-(aq)

Oksidasi lanjut ion Fe2+ tidak berlangsung karena lambatnya gerak ion ini sehingga sulit
berhubungan dengan oksigen udara luar, tambahan pula ion ini segera ditangkap oleh garam
kompleks hexasianoferat (II) membentuk senyawa kompleks stabil biru. Lingkungan basa
tersedia karena kompleks kalium heksasianoferat (III).

Korosi besi realatif cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab lapisan senyawa besi (III)
oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah ditembus oleh udara maupun air. Tetapi
meskipun alumunium mempunyai potensial reduksi jauh lebih negatif ketimbang besi, namun
proses korosi lanjut menjadi terhambatkarena hasil oksidasi Al2O3, yang melapisinya tidak
bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan udara luar.

2.3 Faktor-Faktor Penyebab Korosi

Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang
berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian
bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan, teknik
pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran
udara, suhu, kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.

1. Oksigen
Oksigen berperan dalam proses korosi. Hal ini dapat dibuktikan dgn berkaratnya besi
jika terjadi oksidasi pada logam.

2. Air dan kelembapan udara


Semakin besi tersebut terkena air, semakin cepat pula korosinya. Kelembapan udara
juga sangat mempengaruhi dalam korosi.

3. Zat elektrolit
Zat-zat elektrolit terutama hujan asam dan garam dapat mempengaruhi korosi.

4. Permukaan logam
Apabila didekatkan (dilengketkan) dengan besi, maka dapat mempercepat korosi. Dan
permukaan yang kasar relatif lebih mempercepat korosi.
5. Sel elektrokimia
Sel elektrokimia dapat terbentuk ketika dua atau lebih logam potensial elektrodanya
berbeda bersentuhan satu sama lain.

6. B a k t e r i → tipe bakteri tertentu dapat mempercepat korosi, karena

Mereka akan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S), selama
masa putaran hidupnya. CO2 akan menurunkan pH secara berarti sehingga menaikkan
kecepatan korosi. H2S dan besi sulfida, Fe2S2, hasil reduksi sulfat (SO42–) oleh bakteri
pereduksi sulfat pada kondisi anaerob, dapat mempercepat korosi bila sulfat ada di dalam air.
Zat-zat ini dapat menaikkan kecepatan korosi. Jika terjadi korosi logam besi maka hal ini
dapat mendorong bakteri besi (iron bacteria) untuk berkembang, karena mereka senang
dengan air yang mengandung besi.
2.4 Dampak Dari Korosi

Karatan adalah istilah yang diberikan masyarakat terhadap logam yang mengalami
kerusakan berbentuk keropos. Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam
kecoklatan pada baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan
terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah karat lebih tepat
disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi material (khususnya logam dan
paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan berlangsung
dengan sendirinya, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali.
Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya.

Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses terjadinya transfer elektron dari
logam ke lingkungannya. Logam berlaku sebagai sel yang memberikan elektron (anoda) dan
lingkungannya sebagai penerima elektron (katoda). Reaksi yang terjadi pada logam yang
mengalami korosi adalah reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya
menjadi ion-ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari katoda
terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan menangkap elektron-
elektron yang tertinggal pada logam.

Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis logam.
Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti
seng, tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh korosi ini. Seng
untuk atap dapat bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat
terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi rapuh
karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Hal ini disebabkan karena korosi yang
menyerang piranti maupun komponen-komponen elektronika dapat mengakibatan kerusakan
bahkan kecelakaan. Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen renik
elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam digital dan sebagainya dalam
kehidupan rumah tangga menjadi rusak.

Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara maju
sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan
masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara fisika, korosi
juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah kajian para ahli kimia.

Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan
efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan industri. Milyaran Dolar
AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran,
kendaraan bermotor, mesin-mesin industri serta peralatan elektronik lainnya agar umur
konstruksinya dapat bertahan lebih lama.

Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional dengan cara yang
berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari GNP
(Gross National Product)/PNB (Produk Nasional Bruto). Para praktisi saat ini cenderung
sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar 3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat
ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan industri,
perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi juga biaya tidak langsung seperti
terganggunya proses produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang umumnya
lebih besar dibandingkan biaya langsung. Dari semua kerugian yang ditimbulkan tersebut
maka dipandang perlu agar kita dapat mengetahui langkah-langkah apa saja yang dapat
mencegah atau menekan laju korosi.

Dampak yang ditimbulkan korosi sungguh luar biasa. Berdasarkan pengalaman pada
tahun-tahun sebelumnya, Amerika Serikat mengalokasikan biaya pengendalian korosi sebesar
80 hingga 126 milyar dollar per tahun. Di Indonesia, dua puluh tahun lalu saja biaya yang
ditimbulkan akibat korosi dalam bidang indusri mencapai 5 trilyun rupiah. Nilai tersebut
memberi gambaran kepada kita betapa besarnya dampak yang ditimbulkan korosi dan nilai
ini semakin meningkat setiap tahunnya karena belum terlaksananya pengendalian korosi
secara baik bidang indusri. Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung
dan kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya kerusakan pada
peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktifitas produksi karena terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat
korosi, terjadinya kehilangan produk akibat adanya kerusakan pada kontainer, tanki bahan
bakar atau jaringan pemipaan air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi
pada alat penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi perpindahan
panasnya, dan lain sebagainya.

2.5 Bentuk-Bentuk Korosi

Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi sumuran, korosi
celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen), korosi
intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.

1. Korosi Merata
Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak diseluruh permukaan logam,
oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi pengurangan
dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung akibat korosi merata
berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja dan pencemaran lingkungan
akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang mencemarkan lingkungan.
Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa penurunan kapasitas dan
peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).

2. Korosi Atmosfer
Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya
metal besi yang berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka.

Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu :

 Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal,

 Suhu
 Kelembapan kritis

 Arah dan kecepatan angin

 Radiasi matahari

 Jumlah curah hujan

3. Korosi Sumuran
Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka akibat
pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan pembentukan
lapisan pasif dipermukaannya, pada antar muka lapisan pasif dan elektrolit terjadi
penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara perlahan-lahan dan
menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi sumuran. Korosi sumuran
ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat kecil tetapi dalam, sehingga
dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah mendadak.

4. Korosi Pelarut Selektif


Korosi pelarutan selektif ini menyangkut larutnya suatu komponen dari zat paduan
yang biasa disebut pelarutan selektif (Selective Dissolution) atau partino / de alloying.
Zat komponen yang larut selalu bersifat anodic terhadap komponen yang lain.
Walaupun secara visual tampak perubahan warna pada permukaaan paduan namun
tidak tampak adanya kehilangan materi berupa takik, perubahan dimensi, retak atau
alur. Bentuk permukaan tampaknya tetap tidak berubah termasuk tingkat
kehalusan/kekasarannya. Namun sebenarnya berat bagian yang terkena jenis karat ini
menjadi berkurang, berpori-pori dan yang terpenting adalah kehilangan sifat
mekanisnya menjadi getas dan mempunyai kekuatan tarik sangat rendah.

Karat ini biasa terjadi melalui struktur logam dalam dua macam :
 Logam antara (unsur antara) unsur ini biasa bersifat anoda atau katoda terhadap
logam utama.
 Senyawa (unsur-unsur bukan logam) unsur ini bersifat katoda terhadap ferit.

5. Korosi celah
Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen.
Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan
didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen. Pada suatu saat
oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen (O2) diluar celah masih
banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi
katoda dan permukaan logam yang didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk
celah yang terkorosi.

6. Korosi Erosi
Korosi erosi ialah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh
aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu :
 Kondisi aliran laminar
 Kondisi aliran turbulensi
 Kondisi peronggaan

Korosi erosi disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :

 Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa


 Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya
 Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama
 Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminer

7. Korosi Retak
Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatk terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.

8. Korosi Arus Liar


Korosi arus liar ialah merasuknya arus searah secara liar tidak disengajapada suatu
konstruksi baja, yang kemudian meninggalkannnya kembali menujusumber arus.
Prinsip serangan karat arus liar ini adalah merasuknya arus searahsecara liar tidak
disengaja pada suatu konstruksi baja, kemudianmeninggalkannnya kembali menuju
sumber arus. Pada titik dimana arus meninggalkan konstruksi, akan terjadi serangan
karat yang cukup serius sehingga dapat merusak konstruksi tersebut.

9. Korosi Intergranular
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi
pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 –
815oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan
krom dibawah 10 %, didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan
menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.

10. Selective Leaching


Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena pelarutan
salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada paduan
tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali dengan terjadi
pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang potensialnya
lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih rendah akan
larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut. Contoh lain
selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai pipa
pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan paduan
tersebut menjadi poros dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah
pada pipa.
11. Karat Titik Embun
Karat titik embun ini disebabkan oleh factor kelembaban yang menyebabkan titik
embun (dew point) atau kondensasi. Tanpa adanya unsur kelembaban relative, segala
macam kontaminan (zat pencemar) tidak akan atau sedikit sekali menyebabkan
pengkaratan. Titik embun ini sangat korosif terutama di daerah dekat pantai dimana
banyak partikel air asin yang terhembus dan mengenai permukaan metal, atau di
daerah kawasan industry yang kaya dengan zat pencemar udara.
Saat jarang jatuh hujan, maka zat pencemar di permukaan metal tidak terganggu,
sehingga sewaktu terjadi kondensasi di permukaan dengan factor cuaca yang relative
dingin dan factor kelembaban relative cukup tinggi ( di atas 80%), maka air embun
tersebut tercampur dengan zat pencemar yang ada menjadi larutan elektrolit yang
sangat baik, sehingga mempercepat proses pengkaratan atmosfer. Tingkat
pengkaratan akan sangat ganas apabila di samping keberadaan zat pengkarat
(corrodent) yang tinggi, kelembaban yang tinggi juga suhu yang bersifat cyclic (baik
turun secara teratur). Dengan suhu yang relative hangat dan terlarut di dalam embun
yang cukup banyak maka akan tercipta larutan asam belerang yang sangat reaksif.
Contoh, pada puncak cerobong suhu udara cukup rendah sehingga berada di bawah
suhu kondensasi (titik embun).

12. Korosi Regangan


Korosi ini terjadi karena pemberian tarikan atau kompresi yang melebihi batas
ketentuannya. Kegagalan ini sering disebut Retak Karat Regangan (RKR) atau stress
corrosion cracking. Sifat retak jenis ini sangat spontan (tiba-tiba
terjadinya/spontaneous), regangan biasanya bersifat internal yang disebabkan oleh
perlakuan yang diterapkan seperti bentukan dingin atau merupakan sisa hasil
pengerjaan (residual) seperti pengelingan, pengepresan dan lain-lain.
Untuk material kuningan jenis RKR disebut Season Cracking, dan pada material Low
Carbon Steel disebut Caustic Embrittlement (kerapuhan basa), karat ini terjadi sangat
cepat dalam ukuran menit, yakni jika semua persyaratan untuk terjadinya karat
regangan ini telah terpenuhi pada suatu moment tertentu yakni adanya regangan
internal dan terciptanya kondisi korosif yang berhubungan dengan konsentrasi zat
karat (Corrodent) dan suhu lingkungan.

13. Korosi Galvanis


Korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda
potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron mengalir
dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik),
akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan
elektron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negative yang berada di dalam
elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda
kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.
Sel galvanic tidak berhubungan langsung walaupun keduanya berada di dalam
elektrolit yang sama (Open Circuit). Standar electromotive ini dapat berubah akibat
pengaruh perubahan suhu, perubahan konsentrasi zat-zat yang terlarut, kondisi
permukaan elektroda, kotoran/sampah pada elektroda dan lain-lain. Contoh, suatu
tube sheet atau sebuah alat penukar kalori (tube sheet terbuat dari karbon steel/baja
karbon) dan tubenya dari paduan tembaga (Aluminium bronze), kalau ditinjau pada
electromotive series jelas bahwa baja (ferrum) lebih tinggi letaknya daripada tembaga,
jadi baja dalam kondisi ini menjadi lebih anodic terhadap paduan tembaga, karenanya
terjadilah sel karat galvanic dan akibatnya tube sheet baja tersebut berkarat dan
kehilangan metal pada permukaannya.

14. Korosi Retak Tegang


Korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak fatik (corrosion fatique
cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion induced hydrogen) adalah
bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibatpengaruh lingkungannya.
Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami tegangan tarik statis
dilingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat rentan terhadap lingkungan
klorida panas, tembaga rentan dilarutan amonia dan baja karbon rentan terhadap
nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan berulang dilingkungan korosif.
Sedangkan korosi akibat pengaruh hidrogen terjadi karena berlangsungnya difusi
hidrogen kedalam kisi paduan.

2.6 Bakteri Penyebab Korosi

Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi atau aktifitas korosi akibat
aktifitas mikroba dan proses korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir100 jenis dan telah
dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang disebabkan aktifitas mikroba
tidak dipandang serius saat degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan
tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi, sebagai contoh tangki air
stainless steel dinding dalam terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan
sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut. Sehingga saat itu, korosi jenis ini
merupakan salahsatu faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri, industri minyak
dan gas, proses kimia, transportasi dan industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut
hingga awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan perhatian dalam biaya
operasi dan pemeriksaan sistem industri. Dari fenomena tersebut, banyak institusi
mempelajari dan memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk mengurangi
bahaya korosi tersebut.

Korosi ini hanya disebabkan oleh suatu bakteri anaerobic yang hanya bertahan dalam
kondisi tanpa ada zat asam. Bakteri ini disebut Mikroba Korosi. Mikroba sendiri merupakan
suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan
membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang
memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa
ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi
penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur,
alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan.
Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan
dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuklapisan
tipis atau biodeposit. Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari
bakteri. Bakteri ini mengubah garam sulfat menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan
karat.

Adapun bakterinya Sporvobrio Desulfuricans, pencegahannya dengan memberi

aerasi ke dalam air.

Adapun mikro organisme yang lain yaitu bakteri yang membentuk lapisan berlendir (slime)
menyebabkan deposisi besi, jamur dan alga. Bakteri ini melubangi filter, menyebabkan karat
dengan cara membuntu pipa-pipa pendingin. Pencegahannya dengan senyawa Quarternary
Ammonium dan Phenol (Pengendali slime), Curri Sulfat (Pengendali Alga).

Macam-macam bakteri yang dapat menimbulkan korosi :

1. Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau
lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan
oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini
tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan,
daerah air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S
atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan
CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.

2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau
sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai
pH menjadi 1. bakteriThiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan
drainase tambang menjadi asam.

3. Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan dengan
bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal
berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di
lingkungan dengan filamen yang panjang.

2.7 Masalah-masalah di lapangan

Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum terjadi proses korosi disebabkan oleh
fenomena biokorosi akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :

1. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi

Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas Corporation (KOGAS)
menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama
instalasi, pipa dilas tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi
katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated Cu/CuSO4). Kemudian
beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung maupun korosi aktif menggunakan pengujian
potensial gardien5, hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa.
Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di permukaan pipa yang
disebabkan adanya arus proteksi katodik yang berlebihan terekspos. Coating defect dan
daerah disbonded coating sangat baik untuk perkembangan mikroba anaerob. Pada
disbonded coating area terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk hemisspherikal
dalam tiap-tiap kelompok.
2. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.

Di kota California Amerika serikat, departemen pemadam kebakaran mengalami masalah


cukup sulit dimana debit air alat system penyemprot turun walau tekanan cukup besar,
setelah diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi yang disebabkan
oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding bagian dalam yang terbuat dari baja karbon
dan tembaga saat beberapa bulan pembelian.

Hal ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di dinding bagian dalam,
kemudian di dalam biodeposit tersebut terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi
pitting sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan senyawa H2S di
lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan mempercepat kelarutan logam.

2.8 Korosi dan Cara Pencegahannya

Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah
berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat
padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat
besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.

Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya.Siapa di antara kita tidak
kecewa bila bodi mobil kesayangannya tahu-tahu sudah keropos karena korosi. Pasti tidak
ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi itu, sehingga bisa
diambil langkah-langkah antisipasi.

Peristiwa korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub
negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif
(elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah
peristiwa korosi.

Ion besi (II)yang terbentuk pada anoda selanjutnya teroksidasi menjadi ion besi (III) yang
kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi (karat besi), Fe2O3.xH2O.

Dari reaksi terlihat bahwa korosi melibatkan adanya gas oksigen dan air. Karena itu, besi
yang disimpan dalam udara yang kering akan lebih awet bila dibandingkan ditempat yang
lembab. Korosi pada besi ternyata dipercepat oleh beberapa faktor, seperti tingkat keasaman,
kontak dengan elektrolit, kontak dengan pengotor, kontak dengan logam lain yang kurang
aktif (logam nikel, timah, tembaga), serta keadaan logam besi itu sendiri (kerapatan atau
kasar halusnya permukaan).

Pencegahan korosi bisa menerapkan pada dua prinsip berikut :


1. Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi
tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain
yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain
yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng
cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.

2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk
sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat
terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi
oksidasi. Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda,
dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum
habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan
logam magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.

3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi dicampur
dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).

4. Pengecatan.

Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan
air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya
melindungi besi terhadap korosi.

5. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
dengan air.

6. Pembalutan dengan Plastik.

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik.
Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.

7. Tin Plating (pelapisan dengan timah).

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan
secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan
tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila
lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih
negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong
korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas
cepat hancur.

8. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).


Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan
timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini
terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial
reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan
membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi
terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada
umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

9. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang
mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan
kromium itu ada yang rusak.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Korosi merata dapat terjadi pada logam dan paduan logam karena reaksi oksidasi dan
reduksinya tersebar secara merata pada logam dengan laju korosi yang relatif sama.
2. Logam yang terkorosi merata terjadi akibat seluruh permukaan logam kontak dengan
lingkungannya.
3. Aktivitas mikroba khususnya bakteri reduksi ,oksida sulfat dan mangan oksidasi
mengakibatkan degradasi fungsi peralatan yang memakai bahan dasar logam dengan
kondisi lingkungan kritis dan temperatur tertentu. Maka pencegahan dengan
pemilihan lingkungan kerja material yang tidak memberikan nutrisi dan temperatur
untuk berkembang dan perlindungan korosi berupa pengecatan dan proteksi katodik.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar memperluas pengetahuan
kami, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama mahasiswa-mahasiswi
Fakultas Teknik Industri Universitas Bina Darma Palembang.

DAFTAR PUSTAKA
http://kimia-korosiku.blogspot.com/

http://sainsforhuman.blogspot.com/2013/07/apa-itu-korosi-penyebab-dan-cara.html

http://nova-novianti.blogspot.com/2011/03/korosi-pengertian-korosi-korosi-adalah.html

http://irianpoo.blogspot.com/2010/10/pengertian-korosi.html
http://icheanindita.blogspot.com/2012/06/makalah-korosi.html
http://aarifin471.blogspot.com/2013/10/pengertian-korosi.html

Anda mungkin juga menyukai