BAHASA INDONESIA Karya Tulis Ilmiah
BAHASA INDONESIA Karya Tulis Ilmiah
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Konstruksi bangunan memiliki pengaruh
yang besar terhadap permasalahan lingkungan. Konstruksi bangunan di Indonesia seharusnya
berorientasi untuk tidak menyumbang pada kerusakan lingkungan sehingga Indonesia memiliki
Agenda Konstruksi Indonesia 2030 sebagai upaya dalam mencapai kontruksi masa depan yang
diinginkan.
Berbagai permasalahan mengenai bangunan saat ini yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan disebabkan oleh orientasi bangunan yang salah, penggunaan kaca yang berlebihan,
penggunaan lahan tanpa adanya penghjijauan dan penggunaan energi yang berlebihan. Namun
permasalahan dapat diselesaikan dengan penghematan energi bangunan, orientasi bangunan selatan-
utara, penggunaan material bangunan secara benar, agar tercipta bangunan masa depan indonesia
yang bersinergi dengan lingkungan.
Dalam karya tulis ilmiah ini metode penulisan yang penulis gunakan adalah studi literatur atau kajian
pustaka. Berdasarkan hasil yang di peroleh dari literature, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan yang
mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan
harus mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah, meminimalkan
limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan arsitektur
ramah lingkungan.
i
ABSTRACT
Nowadays environmental issues are discussed often enough. Construction of the building has a
considerable influence on environmental issues. Building construction in Indonesia should not be
oriented to contribute to the environmental damage that Indonesia has the Indonesian Construction
Agenda 2030 as an effort to achieve the desired future construction.
Various issues regarding the current building which has a negative impact on the environment caused
by the wrong building orientation, excessive use of glass, the use of land without penghjijauan and
excessive energy use. However, the problems can be solved by building energy saving, north-south
orientation of the building, use of building materials correctly, in order to create a future building
synergy with environmental Indonesia.
In this scientific paper writing method that I use is the study of literature or literature review. Based
on the results obtained from the literature, the authors conclude that an environmentally friendly
building design and building area considering the physical condition of the local environment. The
design and building of regional architecture must consider the location, climate, conservation of rain
water and ground water, minimize waste, greening the region, and the other corresponding to the
design principles of eco-friendly architecture.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul bangunan masa depan indonesia yang bersinergi dengan lingkungan.
Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
bangunan yang seharusnya bersinergi dengan lingkungan.
Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan laporan praktikum ini, terutama kepada :
1. Ibu Yani Suryani selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam membuat karya tulis ilmiah ini;
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini;
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kami berharap pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun, agar laporan ini dapat lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................v
1. BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
1.4 Metoda dan Teknik Pengumpulan Data..................................................................2
1.5 Lokasi dan Waktu Pengumpulan Data....................................................................2
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................................2
Hal
PENDAHULUAN
Proses konstruksi pada tahap pelaksanaan pembangunan maupun pada saat bangunan
dimanfaatkan diyakini dapat berdampak negatif pada lingkungan hidup di tempat dan
sekitar bangunan tersebut. Produk bangunan ini memberi konstribusi pada pemanasan
global melalui emisi gas rumah kaca dalam bentuk gas karbon, metana maupun jenis gas
lain yang dihasilkan baik pada tahap konstruksi maupun tahap operasional bangunan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi lingkungan dan bangunan.
2. Mengetahui hubungan antara bangunan dan lingkungan.
3. Dapat menjelaskan berbagai permasalahan dalam hal bangunan terhadap lingkungan
yang terjadi saat ini.
4. Mengetahui cara menyelesaikan permasalahan tentang bangunan yang tidak
ramah lingkungan.
1
5. Dapat menjelaskan mengenai bangunan yang ramah lingkungan untuk masa
depan Indonesia.
LANDASAN TEORI
Dalam definisi diatas disebutkan bahwa manusia memiliki peran aktif dalam
menjadikan lingkungan hidupnya seperti apa yang diinginkan. Manusia harus
menyadari bahwa semua sumber daya alam yang ada mempunyai keterbatasan
ketersediaan dalam aspek kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu perlu
harmonisasi antara manusia dengan lingkungan hidup harus tercapai.
2. Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan salah satu modal
pembangunan. Oleh sebab itu pemanfaatannya harus diperhatikan
keberlanjutannya dan tidak merusaknya. Tetapi dalam kenyataannya
sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia.
3. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Pencemaran udara bukanlah hal yang baru. Sejak awal masa
industrialisasi, pencemaran lingkungan udaha oleh manusia meningkat
sangat tajam, sehingga sistem pembersihan udara secara alami tidak
berfungsi lagi dengan baik. Di samping itu pencemaran udara juga
menimbulkan efek samping seperti lubang ozon dan pemanasan global.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan bila benda tersebut merupakan hasil karya
orang dengan tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau lebih dan benda
tersebut tidak dapat dipindahkan kecuali dengan cara membongkar.
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut
dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi
cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat
berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan
tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya
sebagai sarana pemberi rasa aman dan nyaman.
Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam
suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan
atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya
(kepmen no.10/KPTS/2000).
Berdasarkan definisi bangunan diatas, maka bangunan dibagi menjadi beberapa kelas
sebagai berikut :
1) Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
Kelas 1B : Rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan luas
total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara
tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan
kelas lain selain tempat garasi pribadi.
2) Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah.
Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang
menampung karyawan-karyawannya.
4) Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di dalam
suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada
dalam bangunan tersebut.
5) Kelas 5 : Bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-
tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar
bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.
6) Kelas 6 : Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yang
dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau
pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:
ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel
Gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang
Kelas 10A : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau
sejenisnya
Kelas 10B : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga
atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.
13) Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa
bagian dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:
Bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 % dari
luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium,
klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya
Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah
Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau
sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang tersebut
terletak
1. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2017, disebut dengan agenda jangka
pendek, berisi agenda yang harus segera dilakukan untuk penciptaan
kondisi lingkungan
2. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2024 disebut dengan agenda jangka
menengah, berisi agenda yang bertujuan untuk melaksanakan
implementasi konstruksi berkelanjutan termasuk dampaknya.
3. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2030 disebut dengan agenda jangka
panjang berisi agenda yang bertujuan menciptakan paradigma baru
dalam impelementasi kontruksi berkelanjutan.
PEMBAHASAN
Atap bangunan yang 80% terbuat dari bahan transparan (poly carbonat)
secara tidak di sadari menmbiarkan radiasi matahari langsung masuk ke
dalam bangunan. Gedung tiga lantai dengan tata luas sekitar 23.000m 2 di
antaranya digunakan untuk area peraga ilmu pengetahuan dan teknologi
akhirnya tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan semula
akibat panasnya udara ruang peraga yang dapat melebihi 36o C (tanpa AC)
sementara suhu luar sekitar 32o C
Gambar 3.2 Adanya ruang yang terbuka langsung menuju alami, sehingga kita
kolam pada ruang tamu semakin menambah
kenyamanan penghuni rumah dapat menekan
Sumber: http://architectaria.com/wp- penggunaan energi
content/uploads/2009/07/living-
area.jpg listrik. Sebagai
gambarannya kita tidak perlu menyalakan lampu ataupun AC di siang
hari, karena kebutuhan pencahayaan dan penghawaan telah dipenuhi
oleh energi alam. Hal ini didukung oleh penempatan pintu dan jendela
maupun lubang angin yang ditentukan melalui analisa tapak, supaya
rumah tersebut mendapat sumber pencahayaan dan penghawaan alami
yang optimal
d) Konservasi Air
Perumahan/permukiman
Kawasan permukiman atau perumahan perlu dirancang untuk
mampu mengonservasi air, baik air tanah maupun air hujan kawasan
permukiman atau perumahan dapat dilengkapi dengan danau-danau
kecil sebagai tempat penampungan air. Penempatan kolam
sedemikian rupa di tempat yang paling rendah di kawasan
perumahan dapat digunakan sebagai penampungan air hujan dan
mencegah genangan atau banjir
Bangunan yang memiliki lahan sempit
Pembangunan
sarana perumahan
dan infrastruktur
adalah suatu
kebutuhan, namun
Gambar 3.3 Pemasangan drainase vertical
dewasa ini lahan di
Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/LFuUQyPDoIQ/T1Yc5oBJ0WI/AAAAAAAAAbA/58Ht
-KwuVnY/s1600/project+8.jpg
15
negara ini semakin sempit. Untuk itu dibuatlah bangunan yang
dibangun secara vertikal. Contohnya apartemen. Namun, dengan
minimnya lahan, kita tidak mungkin membuat danau kecil untuk
penampungan air hujan dan mencegah terjadinya banjir. Untuk
meresapkan air hujan sedekat mungkin dari lokasi turunnya pada
berbagai kondisi lahan secara ekonomis, efektif, dan aman, hadirlah
drainase vertikal KONATA. Suatu inovasi sistem resapan air hujan
yang mampu mencegah banjir sekaligus mengisi kembali air tanah.
Keistimewaan dari drainase vertical KONATA adalah menambah
cadangan air tanah secara cepat, mencegah intrusi air laut, mencegah
terjadinya erosi dan kerusakan infrastruktur dan berdaya guna sangat
lama.
e) Penggunaan Material
Bahan bangunan lebih disarankan agar menggunakan material local
seperti halnya kayu, bamboo karena ditinjau dari sisi keberlanjutannya
dapat di tanam kembali namun maraknya kasus penebangan liar dan
pengerusakan hutan, penggunaan kayu untuk bahan bangunan menjadi
hal yang “sensitif’ di Indonesia. Material yang bersifat reusable, dapat
digunakan atau dipasang kembali jika bangunan diruntuhkan lebih di
sarankan untuk digunakan.
3. Organisasi ruang
Dalam pengorganisasian ruang di bangunan rumah, ruang ruang yang
digunakan untuk aktivitas penting atau utama di letakkan di tengah,
kemudian di apit oleh ruang ruang yang berfungsi sebagai penunjang
atau servis di sisi timur atau barat. Hindarkan penempatan ruang ruang
utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan lainnya pada sisi barat,
kecuali jika ada pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada
sisi tersebut. Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi
matahari siang dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di
dalamnya panas. Sebaiknya sisi barat rumah digunakan untuk ruang
ruang servis. Seperti kamar mandi, wc, gudang, tangga, terutama jika sisi
ini tidak mendapat pembayangan.
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-N4M4p-qORho/UntVnVFV5wI/AAAAAAAAADg/0XP3oD7Phl4/s1600/anatomy-of-green-
3.3.2 Gedung
Sumber:
1. Penghijauan atap
Dengan adanya penghijauan atap, hal ini dapat mengurangi pemanasan
bangunan dan pemanasan kawasan. Selain itu, penghijauan atap ini
pun dapat digunakan sebagai aktivitas manusia dan dapat ditumbuhi
tanaman-tanaman lainnya yang membuat bangunan tersebut nampak
asri
2. Tidak menggunakan beton atau aspal sebagai penutup permukaan
halaman dan taman
Dalam bangunan tersebut, tidak digunakannya beton atau aspal
sebagai penutup permukaan halaman dan taman. Sehingga pemanasan
udara di sekitar bangunan dapat dihindari
3. Ventilasi silang
Pada gambar di atas, seluruh lahan tidak hanya digunakan untuk
bangunan saja, tetapi sebagian lahan tersebut digunakan untuk tanaman
agar terciptanya pemanasan di permukaan sekitar bangunan
4. Warna cat eksterior yang terang
Dengan menggunakan cat berwarna terang untuk eksterior rumah akan
mengakibatkan rumah tersebut tidak terasa panas. Karena warna terang
pada eksterior rumah tersebut tidak menyerap radiasi dari sinar
matahari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan
yang mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat, dan menjawab
permasalahan iklim tropis. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan harus
mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah,
meminimalkan limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan
kaidah-kaidah perancangan arsitektur ramah lingkungan.
Apabila kedua hal ini dapat bersinergi dengan baik, tidak dapat dipungkiri lagi
jika pembangunan di Indonesia mengikuti peraturan menteri negara lingkungan
hidup no.8 tahun 2010 maka agenda konstruksi 2030 dapat terlaksana
4.2 Saran
Dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan yang bersinergi dengan
lingkungan yang terdapat pada agenda konstruksi 2030 dan dalam hal
pembangunannya mengikuti peraturan menteri negara lingkungan hidup no.8
tahun diharapkan semua pihak dapat saling berkerja sama. Mulai dari pemilik
bangunan, perencana dan pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Harso, Tri (2013), Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga suatu bahasan
tentang indonesia. Depok: Penerbit PT. Rajagrafindo Persada
Ervianto, Wulfram (2012), Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau.
Yogyakarta: ANDI OFFSET
Frick, Heinz., Suskiyatno, Bambang (1998), Dasar-dasar Eko-arsitektur.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP