Profesionalisme Hamba Tuhan
Profesionalisme Hamba Tuhan
net/publication/321728227
CITATIONS READS
3 3,586
1 author:
Jamin Tanhidy
sekolah tinggi teologi simpson
7 PUBLICATIONS 5 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Jamin Tanhidy on 11 December 2017.
Penyunting:
Ev. I Putu Ayub Darmawan, M.Pd
SIMPSON
2017
Melaksanakan Amanat Agung di Abad 21:
Bunga Rampai
ISBN: 978-602-60350-5-9
Penerbit:
Sekolah Tinggi Teologi Simpson
Jl. Agung No. 66, Krajan, Kel. Susukan, Kec. Ungaran Timur,
Kab. Semarang, Jawa Tengah (50526)
Telp. (024) 6924853
Email: penerbitan_publikasi@sttsimpson.ac.id
ISBN: 978-602-60350-5-9
1
Pdt. Samuel menjabat sebagai pejabat sementara dari tahun 1984
hingga 1986 dalam masa peralihan dari SThMA yang bertempat di Tandang,
Kota Semarang menjadi Seminari Theologi Simpson (STS) yang kemudian
menjadi STT Simpson dan menempati lahan di Krajan, Susukan, Ungaran,
Kabupaten Semarang.
A. PENDAHULUAN
1
Menurut Moeliono sebagaimana dikutip oleh Nurdin menjelaskan
profesionalisasi sebagai proses membuat suatu badan organisasi menjadi pro-
fesional, dan hal ini juga berlaku bagi seorang individu yang menjabat profesi
tertentu, misalnya guru, lihat Syafruddin Nurdin, Guru Profesional & Imple-
mentasi Kurikulum (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), 13.
2
Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keah-
lihan tertentu. Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak
dapat dipegang oleh sembarang orang, tetepi memerlukan persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan secara khusus, lihat Kunandar, Guru Profesional
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), 45.
3
Nurdin, Guru Profesional, 15.
4
Jansen Sinamo, Delapan Etos Kerja Profesional (Bandung: Bina
Media Informasi, 2012), 129.
5
Profesionalisme adalah kondisi arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu
keahlihan dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sese-
orang, lihat Kunandar, Guru Profesional, 46.
6
Pengertian profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilaku-
kan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memer-
lukan keahlihan, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi, Lihat Kunandar,
Guru Profesional.
7
Willem A. VanGemeren, Progres Penebusan (Surabaya: Penerbit
Momentum, 2016), 435.
8
Warren W. Wiersbe, Hikmat di Dalam Kristus (Bandung: Kalam
Hidup, 1983), 121.
9
Andrew Brake berkomentar bahwa yang menjadikan Saulus (nama
Paulus sebelum mengenal Kristus) begitu hebat adalah latar belakang dan
intelektualitasnya, dimana ia dididik di salah satu universitas terbaik pada
masa itu, yaitu di Tarsus dan belajar di bawah didikan Gamaliel, salah satu
pengajar terhebat di kalangan Yahudi pada masa itu. Ia juga bergabung de-
ngan sebuah kelompok yang secara ketat mengikuti taurat yaitu kaum Farisi
serta fasih berbicara dalam bahasa Yunani, Ibrani dan Aram, lihat Andrew
Brake, Menjalankan Misi Bersama Yesus: Pesan-pesan bagi Gereja dari Ki-
sah Para Rasul (Bandung: Kalam Hidup, 2016), 196.
10
Ibid.
11
Ibid, 122.
12
Ibid.
13
Mungkin ada masalah atau pertanyaan yang muncul di sini, yaitu
asumsi bahwa ajaran Taurat itu tidak relevan lagi diterapkan pada zaman se-
karang ini. Namun demikian, patut dipertimbangkan hal-hal berikut yaitu:
Pertama, Paulus mengutip ajaran dari taurat sebabnya ialah bahwa jemaat
mula-mula masih memakai kitab Perjanjian Lama dan ajaran Musa sebagai
alkitab dalam ibadah mereka, selain ajaran dari para Rasul (bandingkan Kis.
2:42; 15:21), hal ini disebabkan karena Alkitab Perjanjian Baru masih dalam
proses penulisan dan baru dihimpun kemudian. Kedua, ada keterkaitan, ke-
sinambungan, dan kesatuan antara kedua perjanjian (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru), sebagiamana diungkapkan oleh seorang Bapak gereja dan
teolog terkenal bernama Agustinus yang berpendapat demikian: “Perjanjian
Baru terselubung dalam Perjanjian Lama; Perjanjian Lama dinyatakan dalam
perjanjian Baru, lihat Tony Lane, Runtut Pijar, cetakan ke-9 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012), 10 &122.
14
Wiersbe, Hikmat Dalam Kristus, 123.
15
Matthew Henry, Tafsiran Surat Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya:
Penerbit Momentum, 2015), 644.
16
William M. Greathouse, et al., Beacon Bible Commentary, Volume
VIII (Kansas City, Missouri: Beacon Hill Press of Kansas City, 1968), 398.
17
Rick Warren berkomentar bahwa lebih banyak orang tidak mela-
yani karena materialisme ketimbang karena hal lainnya, lihat Rick Warren,
The Purpose Driven Life, cetakan ke-10 (Malang: Gandum Mas, 2005), 293.
18
F.F. Bruce, The New Century Bible Commentary I & II Corin-
thians (Grand Rapids, Micihingan: Wm. B. Eerdmans Pubuishing Company,
1987), 85.
D. PENUTUP
Orang yang menuntut hak dan menuntut segala sesuatu yang dapat
diperoleh dari hak itu adalah orang yang belum terlepas dari
egoisme. Tetapi orang yang mengetahui apa artinya menyangkal
diri, memikul salib, dan mengikuti Kristus, serta meneladani se-
mua langkah dan cara hidup Kristus, orang demikian tidak me-
nuntut hak, melainkan menuntut diri bagaimana boleh menjadi
berkat di tangan Tuhan yang dapat dibagikan kepada banyak
orang. 19
19
Prakata Stephen Tong untuk bukunya Mabel Williamson, Tidak-
kah Kami Mempunyai Hak?, cet. ke-2 (Surabaya: Penerbit Momentum,
2013), viii-ix.
20
Mabel Williamson, Tidakkah Kami Mempunyai Hak?, cet. ke-2
(Surabaya: Penerbit Momentum, 2013), 53.
DAFTAR PUSTAKA
21
David W. Hall & Matthew D. Burton, Calvin dan Perdagangan
(Surabaya: Penerbit Momentum, 2015), 192-193.
22
Warren, The Purpose Driven Life, 293.
23
Hall & Burton, Calvin dan Perdagangan.