Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L) merril. merupakan tanaman asli daratan Cina


dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin
berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19,
menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan
perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan
Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula
penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya.
Tanaman kedelai salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat di
butuhkan oleh penduduk Indonesia dan dipandang penting karena merupakan
sumber protein, nabati, lemak, vitamin dan mineral yang murah dan mudah
tumbuh diberbadai wilayah Indonesia serta kedelai merupakan salah satu jenis
tanaman palawija yang cukup penting setelah kacang tanah dan jagung. Sebagai
bahan makanan kedelai mempunyai kandungan gizi yang tinggi terutama protein
(40%), lemak (20%), karbohidrat (35%) dan air (8%) (Suprapto, 1997). Di
Indonesia, kedelai banyak diolah untuk berbagai macam bahan pangan, seperti:
tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu, kecap, oncom, tauco, tempe, es krim,
minyak makan, dan tepung kedelai. Selain itu, juga banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ternak.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat, maka permintaan akan komoditas kedelai terus
meningkat dari tahun ke tahun dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
kebutuhan akan gizi. Akan tetapi, kapasitas produksi dalam negri belakangan ini
cenderung menurun. Setiap tahunnya pemerintah melakukan impor kedelai yang
belakangan ini sudah mencapai 600 ribu ton per tahun (Arsyad dan Syam, 1998).
Menurut Hilman, et al.  (2004), proyeksi permintaan kedelai tahun 2018 sebesar
6,11 juta ton, sedangkan produksi kedelai tahun 2003 sekitar 672.000 ton, padahal
produksi tahun 1992 pernah mencapai 1,87 juta ton. Karenanya, tanpa upaya dan
kebijakan khusus, hingga tahun 2018 kebutuhan kedelai nasional tetap akan
bergantung pada impor. Rendahnya produksi tersebut dapat disebabkan oleh
banyak faktor pembatas yang menyebabkan produksi yang dihasilkan belum
mampu memenuhi kebutuhan di Indonesia.
Di Indonesia, telah diidentifikasi ada lebih dari 100 jenis hama potensial.
Diantaranya, 16 jenis merupakan hama utama (key pest) yang dapat menyerang
tanaman mulai dari saat tumbuh sampai panen. Sebagian besar hama yang
menyerang tanaman kedelai adalah dari golongan serangga atau insecta.
Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman kedelai adalah dari golongan jamur
atau fungi dan golongan virus.

1.4 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara budidaya serta
mengetahui jenis penyakit yang menyerang tanaman kedelai.

1.5 Manfaat
Hasil praktikum ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
penyakit pada tanaman kedelai agar dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
dalam mengelola dan pengendalian penyakit pada tanaman kedelai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Kedelai

Kedelai (Glycine max L. Merr) adalah tanaman semusim yang diusahakan


pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah besar. Kedelai
merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai sumber vitamin A, E,K, dan
beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P. Kadar protein kacang-
kacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai mencapai 40%. Kadar
protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat
protein kedelai 70% dan isolat protein kedelai 90% (Winarsi, 2010).
Kandungan protein kedelai cukup tinggi sehingga kedelai termasuk ke
dalam lima bahan makanan yang mengandung berprotein tinggi. Kacang
kedelaimengandung air 9%, protein 40 %, lemak 18 %, serat 3.5 %, gula 7 % dan
sekitar 18% zat lainnya.Selain itu, kandungan vitamin E kedelai sebelum
pengolahan cukup tinggi.Vitamin E merupakan vitamin larut lemak atau minyak
(Anonim, 2012).Kebutuhan protein kedelai sebesar 55 g per hari dapat dipenuhi
dengan makanan yang berasal dari 157.14 g kedelai.
Kedelai mengandung delapan asam amino penting yang rata-rata tinggi,
kecuali metionin dan fenilalanin (Suprapto, 1993). Protein kedelai memiliki
kandungan asam amino sulfur yang rendah. Metionin, sistein dan threonin
merupakan asam amino sulfur dalam protein kedelai dengan jumlah
terbatas(Winarsi, 2010).

2.2. Klasifikasi tanaman kedelai

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu


Glycine soja   danSoja max  . Namun pada tahun 1948 telah disepakatibahwa nama
botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max  (L.) Merill.
Menurt Adisarwanto (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu sebagai berikut :

Kingdom         : Plantae 
Subkingdom    : Tracheobionta
Super Divisi    : Spermatophyta 
Divisi               : Magnoliophyta 
Kelas               : Magnoliopsida 
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae 
Genus              : Glycine
Spesies            : Glycine max (L.) Merr.

2.3. Morfologi Tanaman Kedelai

 Akar
Tanaman kedelai muncul dari belaha kulit biji yang ada di sekitar misofil.
Calon akar akan tumbuh dengan cepat kedalam tanah, sedangkan kotiledon terdiri
dari dua kepingterdapat di permukaan atanh akibat pertumbuhan yang cepat dari
hipokotil.
Perakaran pada tanaman kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang
dan akan sekunder ( serabut. Pertumbuhan akar tunggang ini mencapai 2 m
bahkan lebih sesuai dengan pertumbuhan kedelai, dan menembuh bagian tanah
dengan kedalaman 30-50 cm. Sedangkan akar serabut mencapai kedalaman 20-30
cm. perkecambahan akar kedelai ini tumbuh dengan baik sekitar 3-4 hari
Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar
misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah,
sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan
tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil. Sistem perakaran kedelai
terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang (Suprapto, 1998).
 Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar – akar cabang banyak terdapat bintil – bintil akar berisi bakteri Rhizobium
japonicum, yang mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari
udara yang kemudian dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto, 2004).
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah.
Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat
menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40
cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat
bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman
kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar (Sumarno, 1997).

 Batang
Batang pada tanaman kedelai terdiri dari dua tipe, yaitu determinate dan
inderterminate. Batang tipe determinate batang yang tidak tumbuh lagi saat
tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang ytipe indeterminate di
tandai dengan pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun sudah
mulai berbunga. Batang kedelai normal memiliki buku-buku berkisar 15-30 buah.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe
determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini
didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe
determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman
mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila
pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai
berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe
batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau
semi-indeterminate (Kanisus, 1989).
Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang
dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah
buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih
banyak dibandingkan batang determinate (Hidayat, 1985).
 Waktu tanaman kedelai masih sangat muda, atau setelah fase menjadi
kecambah dan saat keping biji belum jatuh, batang dapat dibedakan menjadi dua.
Bagian batang di bawah keping biji yang belum lepas disebut hipokotil,
sedangkan bagian di atas keping biji disebut epikotil. Batang kedelai tersebut
berwarna ungu atau hijau (Bertham, 2002).

 Daun
Daun tanaman kedelai memiliki bentuk bulat oval dan lancip, kedua bentuk
daun ini dapat di pengaruhi faktor genetik. Secara umumnya bentuk daun kedelai
ini mempunyai bentuk yang daun lebar, memiliki stomata dan berjumlah 190-320
buah/m2. Daun memiliki bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi.
Panjang bulu ini bisa mencapai 1 mm bahkan lebih dan memiliki lebar 0,0025 mm
tergantung dengan varietes yang di gunakan.
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi
biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat
cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun
mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2 (Danarti dkk, 1995).
Pada buku  pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang
daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk
selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun
bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval,
tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus pada kedua sisi. Tunas
atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun
menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang
(Andrianto, 2004).
Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip
(lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk
daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi biji.
Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok
untuk varietas kedelaiyang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai
stomata antara 190-320 buah/m² (Irwan, 2006).

 Bunga
Bunga tanaman kedelai adalah bunga sempurna, bunga tanaman kedelai ini
memiliki 5 helai daun mahkota, 1 helai bendera, 2 helai sayap, dan 2 helai tunas.
Benang sari pada tanaman kedelai ini memiliki 10 buah, 9 buah diantarnya
bersatu yang terdapat di bagian pangkal yang membentuk seludang yang
mengelilingi putik. Bunga kedelai ini tumbuh di ketiak daun yang membentuk
rangkaia bunga yang terdiri dari 3 – 15 buah bunga di setiap tangkainya. Bunga
kedelai ini memiliki warna kemerahan, dan keunguan.
 Buah
Buah pada tanaman kedelai adalah buah polong ( kacang – kacangan ).
Memiliki warna hijau jika masih mudah, dan warna coklat, kehitaman jika sudah
tua. Jumlah biji setiap polong 1 – 5 buah, dengan permukaan bulu yang rapat ,
dan ada juga yang berbulu jarang. Bentuk buah kedelai 1-2 cm dengan memiliki
bembatas di bagian polong dan biji yang terdapat di buah kedelai.
 Biji
Biji tanaman kedelai memiliki bentuk, ukuran dan warna yang sangat
bervariasi tergantung dengan varietesnya. Bentuk biji bulat lonjong, bulat dan
bulat agak pipih. Warna biji berwarna putih, kuning, hijau , cokelat hingga
berwarna kehitaman. Ukuran biji kedelai memiliki ukuran kecil, sedang, dan
besar. Namun, di bebeberapa negara memiliki ukuran sekitar 25 gram/ 100 biji,
sehingga di katakan biji dengan kategori berukuran besar.

2.4.    Syarat Tumbuh

 Iklim
Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab (Sumarno,
1987).
Menurut (Suprapto, 1997) tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah
yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk
mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara
100-200 mm/bulan.
 Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 0C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 0C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 0C. Saat
panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim
hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil
(Irwan, 2006).
 Tanah
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam
pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik (Danarti, 1995).
Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan
andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung
banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi
tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup (Arsyad dan Syam
1998).
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan
organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan
juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan
membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Adisarwanto, 2005).
 Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH=
5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik ((Sumarno, 1987).

 Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5-300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok
ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan
tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl (Suprapto, 1997).
BAB III
METEDOLOGI PRAKTIKUM
I.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Jambi, Kampus Pinang Masak Mendalo. Kecamatan Jambi Luar Kota,
Kabupaten Muaro Jambi. Praktikum ini di laksanakan pada hari jum’at dimulai
awal bulan Oktober sampai awal bulan Desember 2016.

I.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, parang, tugal,
ember, gembor, meteran, map kuning, pan plat (kayu, paku, dan martil), tali raffia,
dan alat – alat tulis. Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah benih
benih kacang kedelai (Glycine max (L) merril) pupuk organik berupa kotoran
ayam dan air.

3.3.  Prosedur Praktikum


3.3.1     Pengolahan Lahan dan Pembuatan Bedengan
Langkah awal yang harus dilakukan dalam sistem budidaya adalah
persiapan lahan. Lahan merupakan media utama dalam budidaya yaitu sebagai
media tumbuh tanaman. Pengolahan tanah adalah hal pertama yang harus
dilakukan dalam persiapan lahan tersebut. Pengolahan tanah ini, mencakup
pembersihan tanah/lahan, meratakan kemiringan lahan, penggenburan tanah dan
pemetakan.
Dalam menggemburkan tanah alat yang digunakan adalah cangkul, karena
ini berkaitan dengan luas lahan yang diolah. Pada percobaan budidaya tanaman
kedelai ini lahan yang digunakan tidak terlalu luas sehingga tidak diperlukan
alat-alat berat atau mesin dalam mengolah tanah. Pemilihan perlakuan
pengolahan tanah yang tepat akan menghasilkan media tanam yang baik dan
biaya yang efisien. Pencangkulan atau penggemburan tanah dilakukan tidak
terlalu dalam atau diperkirakan akar –akar gulma dapat terpotong sehingga
gulma yang berkembang biak dengan akar dapat berkurang bahkan hilang.
Pembuatan bedengan atau pemetakan bertujuan sebagai tempat tumbuh
tanaman dan mengatur jalannya air (drainase). Dengan adanya bedengan jumlah
tanaman dapat dikontrol dan pemeliharaan pun akan lebih mudah. Kemiringan
lahan perlu dijadikan acuan dalam menentukan arah bedengan, hal ini bertujuan
agar drainase bisa lancar. Bedengan yang dibuat memiliki aturan panjang 2 meter
dan lebar 1 meter serta tingginya sekitar 10-15 cm.

3.3.2   Pemupukan
Pemupukan dengan pupuk organik di lakukan 1 minggu sebelum benih
ditanam, dengan tujuan agar unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang
tersebut terlebih dahulu tercampur dengan tanah sehingga dapat dengan mudah
untuk diserap oleh tanaman.
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan tambahan unsur
hara pada tanah yang akan digunakan sebagian nutrisi bagi tanaman. Adapun cara
pemberian kotoran ayam tersebut dapat dilakukan dengan cara disebarkan di
atas permukaan tanah kemudian dicampur hingga merata ataupun dimasukkan
ke dalam lubang tanam.

3.3.3.  Penanaman Benih
Penanaman benih dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakn
tugal yang terbuat dari kayu yang ujungnya diruncingkan. Membuat lubang tanam
dengan tugal juga harus diperhatikan terutama kedalaman lubangnya. Kedalaman
lubang yang baik untuk tanaman kedelai adalah sekitar 2-5 cm, karena apabila
lubang tanam terlalu dalam maka dapat menyebabkan benih tidak tumbuh dan
akan membusuk di dalam tanah. Kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang
tanam sebanyak 2 biji per lubang tanam, kemudian ditutup kembali dengan tanah
gembur di sekitar lubang.

  3.3.4. Pemeliharan
 Penyiraman
Pada praktikum ini penyiraman dilakukan secara kontinu setiap sore hari
kecuali jika turun hujan.
 Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang tidak tumbuh atau tumbuh
namun tidak normal pertumbuhannya. Dalam kenyataannya tidak semua benih
yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat
ketidakseragaman. Untuk menjaga agar produksi tanaman kacang kedelai yang
tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan tanaman yang baru dimana telah
disediakan tanaman cadangan sebagai pengganti. Waktu penyulaman yang baik
adalah pada sore hari, ini agar menghindari cahaya matahari yang terik atau suhu
yang tinggi.

 Penyiangan
Penyiangan dilakukan setiap minggu saat terlihat gulma yang tumbuh di
sekitar tanaman kacang kedelai. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara
mencabut gulma yang tumbuh dengan tangan.
 Pengamatan
Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 7 kali
yaitu umur 7 hari setelah tanam, sedangkan untuk parameter hasil dilakukan pada
saat panen. Adapun peubah yang diamati adalah   Tinggi tanaman (cm), diamati
mulai pangkal batang hingga daun tertinggi. Jumlah daun (helai), dihitung semua
daun yang terbentuk.
No Gejala pada minggu setelah tanam
sampel  
1 2 3 4 5 6 7
1 benih kedelai tanaman tumbuh tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
yang mulai secara tidak mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah normal dan menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
mengalami cenderung kerdil hitam seperti karat.
rebah
kecambah

2 benih kedelai tanaman mulai tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh dan layu mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah pada batang menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

3 Benih kedelai tanaman masih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
tidak tumbuh tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

4 benih kedelai tanaman masih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

5 benih kedelai tanaman masih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

6 benih kedelai tanaman masih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

7 benih kedelai tanamanmasih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

8 benih kedelai tanaman masih tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
mulai tumbuh normal mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
hitam seperti karat.

9 benih kedelai tanaman tumbuh tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
yang mulai secara tidak mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah normal dan menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
mengalami cenderung kerdil hitam seperti karat.
rebah
kecambah

10 benih kedelai tanaman tumbuh tampak daun beberapa bintik bintik coklat setelah bercak- bercak bercak lebih
yang mulai secara tidak mulai daun mulai nampak di permukaan bercak berkembang besar dan bersatu
berkecambah normal dan menguning keriput bawah daun menjadi pustul menjadi coklat bahkan
mengalami cenderung kerdil hitam seperti karat.
rebah
kecambah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
 Tanaman Kedelai 1

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 1 vt = skor terinfeksi
2 1 N= jlh daun yang diamati
3 2 V = skor tertinggi
4 2 KpP = disease severity
5 2
6 1
7 1
8 2
9 4

Diketahui : N = 9 daun
V=4
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 1× 4 )+ ( 4 × 2 )+(1 ×4 )
KpP= ×100 %
9×4
4 +8+ 4
KpP= × 100 %
36
16
KpP= × 100 %
36
KpP=44,44 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
9
Kejadian penyakit= 100 %
9
Kejadian penyakit=100 %
 Tanaman Kedelai 2

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 1 vt = skor terinfeksi
2 1 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 1
6 0
7 0
8 4
9 5

Diketahui : N = 9 daun
V=5
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 0 ×2 ) + ( 1 ×5 ) + ( 1 ×4 ) +(1 ×5)
KpP= × 100 %
9 ×5
0+5+ 4+5
KpP= ×100 %
45
14
KpP= ×100 %
45
KpP=31,10 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
7
Kejadian penyakit= 100 %
9
Kejadian penyakit=77,77 %
 Tanaman Kedelai 3

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 1 vt = skor terinfeksi
2 2 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 3
6 1
7 0
8 1
9 0
10 0
11 1
12 1
13 2
14 1

Diketahui : N = 14 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 3 ×0 ) + ( 8 ×1 )+ (2 ×2 )+(1× 3)
KpP= ×100 %
14 ×3
0+8+ 4+3
KpP= ×100 %
42
15
KpP= × 100 %
42
KpP=35,71 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
11
Kejadian penyakit= 100 %
14
Kejadian penyakit=78,57
 Tanaman Kedelai 4

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 0 vt = skor terinfeksi
2 1 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 1
6 1
7 1
8 2
9 0
10 0
11 1
12 3
13 2

Diketahui : N = 13 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 3 ×0 ) + ( 1 ×7 )+ ( 2 ×2 ) +(1× 3)
KpP= ×100 %
13 ×3
0+7+ 4+3
KpP= ×100 %
39
14
KpP= × 100 %
65
KpP=35,89 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
10
Kejadian penyakit= 100 %
13
Kejadian pe nyakit =76,92 %
 Tanaman Kedelai 5

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 0 vt = skor terinfeksi
2 1 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 2
6 0
7 1
8 2
9 1
10 1
11 3
12 1
13 2
14 1
15 0
16 1

Diketahui : N = 16 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 3 ×0 ) + ( 9 × 1 )+ (3 × 2 )+(1 ×3)
KpP= ×100 %
16 ×3
0+9+ 6+3
KpP= × 100 %
48
18
KpP= ×100 %
48
KpP=37,5 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
13
Kejadian penyakit= 100 %
16
Kejadian penyakit=81,25 %
 Tanaman Kedelai 6

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 3 vt = skor terinfeksi
2 0 N= jlh daun yang diamati
3 0 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 2
6 1
7 0
8 1
9 1
10 0
11 3
12 0

Diketahui : N = 12 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 5× 0 ) + ( 4 ×1 ) + ( 1 ×2 ) + ( 2 ×3 )
KpP= × 100 %
12× 3
0+ 4+2+6
KpP= ×100 %
36
12
KpP= × 100 %
36
KpP=33,33 %

c. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
7
Kejadian penyakit= 100 %
12
Kejadian penyakit=58,33%
 Tanaman Kedelai 7

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 0 vt = skor terinfeksi
2 0 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 2
6 3
7 1
8 2
9 1

Diketahui : N = 9 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 2× 0 ) + ( 4 ×1 ) + ( 2× 2 ) +(1 ×3)
KpP= × 100 %
9 ×3
0+ 4+ 4+3
KpP= ×100 %
27
11
KpP= × 100 %
27
KpP=40,74 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
7
Kejadian penyakit= 100 %
9
Kejadian penyakit=77,77 %
 Tanaman Kedelai 8

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 0 vt = skor terinfeksi
2 1 N= jlh daun yang diamati
3 0 V = skor tertinggi
4 0 KpP = disease severity
5 1
6 1
7 1
8 2
9 2
10 2
11 3
Diketahui : N = 11 daun
V=3
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
KpP=( 3 ×0 )+( 4 ×1)+(3 ×2) ¿+(1 ×3) ¿ ×100 %
11 × 3
0+ 4+6+ 3
KpP= ×100 %
33
13
KpP= ×100 %
33
KpP=39,39 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
9
Kejadian penyakit= 100 %
11
Kejadian penyakit=81,81%
 Tanaman Kedelai 9

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 0 vt = skor terinfeksi
2 0 N= jlh daun yang diamati
3 1 V = skor tertinggi
4 0 KpP = disease severity
5 1
6 1
7 1
8 2
9 1

Diketahui : N = 9 daun
V=2
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 3 ×0 ) + ( 5 ×1 ) + ( 1 ×2 )
KpP= × 100 %
9 ×2
0+5+2
KpP= × 100 %
18
7
Kp P= ×100 %
18
KpP=38,88 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
6
Kejadian penyakit= 100 %
9
Kejadian penyakit=66,66 %
 Tanaman Kedelai 10

Daun yang diamati Skor keterangan : nt = jlh daun yang sakit


1 1 vt = skor terinfeksi
2 0 N= jlh daun yang diamati
3 0 V = skor tertinggi
4 1 KpP = disease severity
5 1
6 0
7 0
8 1
9 1
10 2

Diketahui : N = 10 daun
V=2
Penyelesaian :
a. Disease severity

Σnt . vt
KpP= × 100 %
N.V
( 4 × 0 ) + ( 5 ×1 ) + ( 1 ×2 )
KpP= ×100 %
10 ×2
0+5+2
KpP= × 100 %
20
7
KpP= ×100 %
20
KpP=35,00 %

b. Kejadian penyakit

jumlah daun yang terinfeksi /sakit


Kejadian penyakit= 100 %
jumlah daun yang diamati
6
Kejadian penyakit= 100 %
10
Kejadian penyakit=60 , %
4.2 Pembahasan

4.2.1 Penyakit karat (Phakopsora pachyrhizi)


 Gejala serangan
Pada daun pertama berupa bercak-bercak berisi uredia (badan buah yang
memproduksi spora). Bercak ini berkembang ke daun-daun di atasnya dengan
bertambahnya umur tanaman. Bercak terutama terdapat pada permukaan bawah
daun. Warna bercak coklat kemerahan seperti warna karat. Bentuk bercak
umumnya bersudut banyak berukuran sampai 1 mm. Bercak juga terlihat pada
bagian batang dan tangkai daun.
 Siklus Penyakit dan Epidemiologi
Epidemi didorong oleh panjangnya waktu daun dalam kondisi basah
dengan terperatur kurang dari 28 °C. Perkembangan spora dan penetrasi spora
membutuhkan air bebas dan terjadi pada suhu 8-28 °C. Uredia muncul 9-10 hari
setelah infeksi dan urediniospora diproduksi setelah 3 minggu. Kondisi lembab
yang panjang dan periode dingin dibutuhkan untuk menginfeksi daun-daun dan
sporulasi. Penyebaran urediniospora dibantu oleh hembusan angin pada waktu
hujan. Patogen ini tidak ditularkan melalui benih.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, R. 2005. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah


Kering Pasang Surut. Penerbit Swadaya.

Aksi Agraris Kanisus. 1989. Kedelai. Kanisus . Yogyakarta .

Andrianto, I. 2004. Teknologi Budidaya Intensif Tanaman Kedelai di Lahan


Sawah. Jurnal Proyek Penelitian dan Pengembangan Pertanian Rawa
Terpadu 17(1): 1−8

Arsyad, D.M. dan M. Syam. 1998. Kedelai. Sumber Pertumbuhan produksi dan


Teknik Budidaya. Edisi Revisi. Puslitbangtan. 30 hlm.

Bertham, Y.H. 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) merill)


Terhadap Pemupukan Fosfor dan Kompos Jerami Pada Tanah
Ultisol”. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia Vol.4 No.2 Hal: 78-83.

Braja M. Das.1985. Mekanika Tanah. PT Gelora Aksara Pratama. Erlangga.

Danarti dan Najati, 1995. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar
Swadaya Jakarta.
Hakim, N, dkk. 1986.. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Universitas Lampung.
Haverkort.  1992.  Pertanian Masa Depan.  Kanisius.  Jakarta.

Hidayat, O., 1985. Morfologi Tanaman Kedelai pada Lahan Kering. Badan


Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Perkembangan
Tanaman Pangan. Bogor.

Hilman, Y. A. 2004. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kontribusi Terhadap


Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Dalam Makarim, et
al.(penyunting). Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor;
95-132 hlm.

Irwan, W.A. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill).


Universitas Padjajaran: Jatinangor.

Mayadewi, Ari. 20007. Pengaruh Jenis Pupuk pada Jarak Tanam


terhadaPertumbuhan Kedelai. Denpasar Bali.

Poerwidodo.  1992.  Telaah Kesuburan Tanah.  Penerbit Angkasa.  Bandung.


Sumarno, 1987. Kedelai dan Cara Budidaya. Yasaguna Bogor.Suprapto,
1997. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 2

Anda mungkin juga menyukai