Anda di halaman 1dari 9

A.

    Pengertian Genre sastra anak


Sebagaimana halnya sastra dewasa, sastra anaka juga mengenal apa yang disebut
genre. Genre dapat dipahami sebagai suatu macam atau tipe kesastraan yang memiliki
seperangkat karakteristik umum. Atau menurut Mitchell, genre menunjuk pada pengertian
tipa atau kategori pengelompokkan karya sastra yang biasanya berdasarkan style, bentuk
atau isi. Hal ini memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat
sejumlah elemen yang memiliki kesamaan sifat, dan elemen-elemen itu yang menunjukkan
perbedaan dengan elemen pada genre yang lain. Misalnya, dalam genre yang disebut fiksi
didalamnya terdapat elemen structural, seperti alur cerita, penokohan, latar, sudut pandang,
dan lain-lain, sedangkan dalam genre puisiterdapat elemen, seperti rima, irama, diksi,
imaji, dan lain-lain, yang pada prinsipnya elemen-elemen structural diantara keduanya
menunjukkan perbedaan dan eksistensi masing-masing.
Lukens mengemukakan beberapa alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu:
1.    Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataan terdapat berbagai genre sastra
anak selain cerita atau lagu-lagu bocah yang telah familiar, telah dikenal,dan diakrabi.
2.    Elemen struktural sastra dalam setiap genre berbeda
3.    Memperkaya wawasan terhadapa adanya kenyataan sastra yang bervariasi yang kemudian
dapat dimanfaatkan untuk memilihnya bagi anak.
B.     Fungsi Sastra Anak
Ditinjau dari segi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan
hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang sesuatu
hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan anak, dan juga
memberi pendidikan moral pada anak.
Menurut Suwardi Endraswara, Sastra Anak berfungsi sebagai: untuk membentuk
kepribadian dan untuk menuntut kecerdasan emosi anak.
C.    Ciri Sastra Anak
Menurut Puryanto secara garis besar, ciri dan syarat sastra anak adalah:
1.    Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit,
menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan
mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu
mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
jangkauan anak.
2.    Puisi anak mengandung  tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlalu
panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan
pikiran anak.
Buku anak-anak biasanya mencerminkan masalah-masalah masa kini. Hal-hal yang
dibaca oleh anak-anak dalam koran, yang ditontonnya dilayar televisi dan di bioskop,
cenderung pada masalah-masalah masa kini. Bahkan yang dialaminya di rumah pun adalah
situasi masa kini.
Menurut Sarumpaet, ada 3 ciri yang membedakan antara sastra anak dengan sastra
orang dewasa. 3 Ciri itu yaitu:
1.    Unsur pantangan, yaitu unsur yang yang secra khusus berhubungan dengan tema dan
amanat. Artinya, sastra anak pantang atau menghindari masalah-masalah yang menyangkut
tentang seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian atau hal-hal yang
bersifat negatif.
2.    Penyajian dengan gaya secara langsung, artinya tokoh yang diperankan sifatnya hitam
putih. Maksudnya adalah setiap tokoh yang berperan hanya mempunyai satu sifat utama,
yaitu baik atau jahat.
3.    Fungsi terapan adalah sajian cerita harus bersifat menambah pengetahuan yang
bermanfaat.

D.    Macam-Macam Genre Sastra Anak


Lukens mengelompokkan genre sastra ke dalam enam macam, yaitu realisme, fiksi
formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, dan nonfiksi dengan masing-masing mempunyai
beberapa jenis.
Berikut ini macam genre sastra menurut Lukens:           
1.    Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa suatu cerita yang dikisahkan itu
mungkin saja ada dan terjadi walaupun tidak harus memang benar-benar ada atau terjadi.
Peristiwa dan jalinan peristiwa yang dikisahkan masuk akal dan logis. Cerita
mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memeng benar,
dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat dipercaya (plausible). Jadi karakteristik
umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dengan karakter
yang menarik yang dikemas dalam latar waktu dan tempat yang dimungkinkan. Ada
beberapa cerita yang dapat dikategorikan ke dalam realismee yaitu cerita realistime,
realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.
a.        Cerita
Realisme
Cerita realistic (realistic stories) biasanya bercerita tentang masala-masalah social
dengan menampilkan tokoh utama protagonist sebagai pelaku cerita. Masalah-masalah
yang dihadapi tokoh itulah yang menjadi sumber pngembangan konflik dan alur cerita.
Konflik yang dikisahkan dapat berkaitan dengan masalah diri sendiri, orang lain atau
social, dan bersifat realistic sebagaimana dikemukakakan dalam kehidupana sehari-hari.
Kaitan antara tokoh , konflik, alur, dan tema harus terjalin dengan baik dan saling
berhubungan. Penyelesaian cerita tidak harus simplisistik dan sentimental dan kurang
realistik dan adil.
Dalam kehidupan yang sesungguhnya masalah tidak mudah diselesaikan dan
bahkan mungkin tidak terselesaikan. Untuk cerita anaka, cerita lebih banyak diselesaikan,
tetapi harus tetap mempertahankan logika cerita. Pembaca anak yang mengidentifikasikan
dirinya dengan tokoh protagonist akan menemukan penyelesaian yang belum tentu sesuai
dengan harapannya. Cerita realistic dapat membawa pembaca anak untuk lebih memahami
dirinya sendiri dan orang lain lewat pengembangan cerita, tokoh, dan konflik yang dapat
dipercaya.
a.    Realisme Binatang
Cerita realisme binatang (animal realistim) adalah cerita binatang yang bersifat
nonfiksi. Cerita realisme binatang adalah cerita tentang binatang, berbicara tentang
binatang, misalnya yang berkaitan dengan bentuk fisik, habitat, cara dan siklus hidup, dan
lain-lain. Maksudnya, cerita ini adalah cerita deskripsi tentang binatang yang tidak
mengandung unsur personifikasi, binatang sebagaimana binatang yang tidak dapat berpikir
seperti manusia. Dalam cerita fiksi binatang, biasanya ditambahkan dimensi lain yang
memunculkan konflik atau petualangan dalam cerita. Cerita fiksi binatang ini menampilkan
cerita binatang yang dapat berbicara, berpikir, dan berkonflik sebagaimana halnya manusia
karena cerita itu memang hadir sebagai personifikasi karakter manusia. Dengan demikian,
cerita fiksi binatang menjadi tidak realistik, dan sulit diterima secara akal. Oleh karena itu,
cerita fiksi binatang tidak dikategorikan sebagai realisme binatang.
Cerita realisme binatang dapat juga ditulis dengan lebih menarik, dan karenanya
menawarkan efek keindahan juga. Misalnya cerita tentang penjelajahan dan penemuan
kebiasaan hidup, cara bertahan hidup, cara bergaul dengan sesamanya, dan lain-lain yang
realistik tentang kehidupan binatang, baik binatang yang jinak dan familiar maupun
binatang yang buas dan langka.
b.    Realisme Historis
Cerita realisme sejarah (historical realism) mengisahkan peristiwa yang terjadi
pada masa lampau. Hal itu menentukan latar yang juga harus bersetting pada masa lampau
lengkap dengan konsekuensi faktual-logis-nya. Misalnya, deskripsi keadaan tempat, seperti
rumah, jalan, dan kondisi, lingkungan alam secara keseluruhan, cara pemakaian tokoh,
peralatan hidup, seperti alat untuk memasak, bekerja, transportasi, persenjataan, dan lain-
lain harus sesuai dengan latar waktu dan tempat. Cerita biasanyamengambil satu atau
beberapa tokoh utama yang dipergunakan sebagai acuan pengembangan alur. Contoh cerita
sejarah, misalnya Perang diponegoro, Perang Paderi, dan lain-lain yang memang memiliki
fakta kesejarahan.
Cerita sejarah dapat dikembangkan menjadi fiksi sejarah (historical fiction) yang
didalamnya terdapat unsur imajinasi. Namun, aspek imajinasi tersebut haruslah dipadukan
dengan fakta. Dalam batas-batas tertentu, misalnya tidak terlalu menyimpang dengan
memasukkan unsur legenda, tokoh-tokoh fiktif dan peristiwa-peristiwa fiktif, fiksi sejarah
masih dapat dikategorikan dalam kelompok realisme. Cerita sejarah pada hakikatnya
memang sejarah, sejarah yang ditulis dengan memperhatikan keindahan bahasa dan cara-
cara penuturan. Untuk menjadi sastra, cerita sejarah haruslah dikemas dengan cara
penuturan dan bahasa yang sederhana.
c.    Cerita  Realisme Olah Raga
Cerita realisme olah raga (sports stories) adalah cerita tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan dunia olah raga. Cerita ini dapat berkaitan dengan bermacam-macam
jenis dan tim olah raga seperti sepakbola, basket, voli, badminton, dan para olahragawan
yang terkenal. Cerita tentang olahraga juga dapat berkaitan dengan dan dipakai untuk
menanamkan karakter fair play, kejujuran, kedisiplinan, kesederajatan, dan lain sebagainya
yang penting untuk pengembangan diri. Jika dikemas dengan cara-cara menarik, cerita
tentang olah raga tidak kalah menarik dibanding dengan cerita yang lain.
2.    Fiksi Formula
Genre ini disebut sebagai fiksi formula karena memiliki pola-pola tertentu yang
membedakannya dengan jenis yang lain. Walaupun hal itu tidak mengurangi orisinalitas
cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau-tidak mau meruapak sesuatu yang
bersifat membatasi. Jenis sastra anak yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula
adalah cerita misteri dan Detektif, Cerita Romantis, Dan Novel Serial.
a.    Cerita Misteri Dan Detektif
Jenis fiksi formula yang banyak dikenal orang adalah cerita misteri (misteries)  dan
cerita detectif (detectives, thrillers). Cerita misterius dan detektif biasanya dikemas dalam
satu waktu, lampau, kini, atau mendatang, dan menyajikan teror pada setiap bagian. Cerita
misteri menampilkan daya ketegangan, rasa ingin tahu, lewat peristiwa dan tindakan yang
tidak terjelaskan atau masih misterius, namun pada akhir kisah hal-hal tersebut dapat
dijelaskan dan diselesaikan secara masuk akal. Demikian pula halnya dengan cerita
detektif dan novel kriminal juga menampilkan sesuatu yang misterius, yang biasanya
dimulai dengan mayat atau kasus pembunuhan. Kasus tersebut tetap misterius, tidak
terjelaskan, namun pada akhir kisah ditemukan tersangka yang tidak terduga, dengan bukti-
bukti yang kuat. Cerita misteri dan detektif biasanya menampilkan seorang hero
(pahlawan) atau detektif yang luar biasa dan mungkin berkarakter aneh atau nyentrik.
Pengembangan alur untuk fiksi formula dilakukan dengan hati-hati dan sekaligus
untuk menunjukkan kuatnya sang hero/detektif. Daya ketegangan dikembangkan lewat
banyangan atau pertanda, penunjukan sedikit demi sedikit, pemecahan masalah (misteri)
selangkah demi selangkah, dengan cara yang menyakinkan. Cerita diakhiri dengan
terkuaknya misteri atau kasus, terhukumnya pihak yang bersalah, dan kebahagiaan pihak
yang benar. Pola-pola tersebut pasti ditemuai dalam cerita misteri atau detektif, dan itu
merupakan konvensi yang dapat dipahami orang. Dilihat dari keadaan itu, novel serial
Harry Potter (J.K. Rowling) dapat dikelompokkan dalam fiksi formula jenis ini.
b.   Cerita Romantis
Cerita romantis (romantic stories) bukan hal baru dalam realisme, dan kini banyak
ditulis untuk pembaca muda. Cerita romantis biasanya menampilkan kisah yang
simplisistis (sederhana) dan sentimentalis (haru/penuh perasaan) hubungan laki-laki
dengan perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan
remaja. Pola-pola hubungan kedua sejoli itu dibuat seolah-olah menjadi begitu sederhana
dan romantis, seolah-olah tidak ada urusan lain untuk hidup. Banyak cerita jenis ini
memiliki derajat kesamaan pola yang tinggi, baik dalam hal pengembangan alur maupun
karakteristik tokoh, sehingga boleh dikatakan bahwa cerita-cerita romantis hanya berbeda
dalam penanaman dan bukan dalam hal alur dan karakter tokoh/ oleh namun, cerita
romantis perlu dibedakan dengan romance, romansa, yang tidak masuk kategori fiksi
formula. Cerita romansa justru memperlihatkan adanya kebebasan imajinasi dan kreativitas
penulis dalam mengembangkan cerita.
c.    Novel Serial
Novel serial dimaksudkan sebagai novel yang diterbitkan secara terpisah, namun
novel-novel itu merupakan satu kesatuan unit. Novel-novel tersebut memiliki beberapa
cara fokus pengorganisasian walaupun juga dapat bersifat tumpang tindih. Pertama, novel-
novel yang diidentifikasikan sebagai “dokumentasi perkembangan tokoh” dengan alur
terpisah, tetapi memiliki tema yang mirip. Kedua, novel-novel yang memiliki satu tokoh
utama dengan sedikit perubahan karakter sehingga urutan novel menjadi tidak penting.
Ketiga, novel-novel dengan tokoh yang konstan dan tanpa perubahan. Novel-novel jenis ini
memberikan kemudahan kepada anak yang ingin secara cepat memahami dan menikmati
cerita.
3.    Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit
diterima. Fantasi sering juga disebut sebagai cerita fantasi (literasy fantasy) dan cerita ini
mencoba menghadirkan sebuah dunia lain di samping dunia nyata. Cerita fantasi
dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehingga sebagai sebuah
cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam
fantasi adalah cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sains.
a.    Cerita Fantasi
Cerita fantasi (fantastic stories) dapat dipahami sebagai cerita yang menampilkan
tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan, baik menyangkut seluruh
maupun hanya sebagian cerita. Cerita fantasi sebenarnya juga menampilkan berbagai
peristiwa dan aksi yang realistik sebagaimana halnya dalam cerita realistik, tetapi
didalamnya juga terdapat sesuatu yang sulit diterima. Misalnya, cerita tentang kehidupan
manusia mini di dalam kelompoknya yang memiliki kebiasaan kehidupa sebagaimana
halnya kita manusia biasa, baik yang menyangkut kebutuhan fisik, batin, maupun spiritual,
tetapi kebenaran cerita itu sendiri tetap diragukan.
Cerita fantasi dapat menampilkan tokoh dan alur yang hampir sepenuhnya fantastik,
artinya derajat kebenarannya dipertanyakan, atau gabungan antara unsur realistik dengan
fantastik. Cerita binatang yang dapat berbicara dan berperilaku seperti manusia dapat
dikategorikan dalam cerita fantasi.
b.    Fantasi Tingkat Tinggi
Cerita fantasi tinggi (high fantasy) dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama
ditandai oleh adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dan
kejahatan. Konflik semacam ini sebenarnya merupakan tema umum yang telah mentradisi,
dan kebanyakan cerita memenangkan yang baik. Cerita jenis ini dapat menyakinkan
pembaca lewat tokoh yang menyakinkan dan konsistensi dunia baru yang dikisahkan.
Contoh cerita yang terkenal, misalnya Lord of the Rings (JRR. Tolkien). Cara atau
pemilihan sudut pandang pengisahan akan mempengaruhi penerimaan terhadap tokoh  dan
berbagai pengalamannya. Latar dapat bervariasi, biasanya masa lampau, namun sering
berbeda dengan latar kehidupan kita.
Cerita fantasi tinggi biasanya ditampilkan dengan nada dan suasana yang terlihat
sungguh-sungguh atau terlihat nyata.
c.    Fiksi Sains
Menurut Robert Heinlein, seorang pengarang fiksi sains (science fiction)
mengemukakan bahwa fiksi sains adalah fiksi spekulatif dimana pengarang mengambil
postulat (perumpamaan/dalil) dari dunia nyata dan mengaitkan fakta dengan hukum alam.
Kingsley amis mengatakan bahwa fiksi sains adalah hipotesis yang berdasarkan sejumlah
inovasi dalam sains dan teknologi. Sebagai bagian dari cerita fantasi, fiksi sains kadang-
kadang tidak mudah dibedakan apakah murni fantasi atau sains.
Cerita fiksi sains sering berkaitan dengan  kehidupan di masa depan, atau sebagai
variasi ditampilkan tokoh dari masa lampau atau masa datang. Fiksi sains dapat juga
berkaitan dan menampilkan tokoh manusia robot atau robot manusia.
4.    Sastra tradisional
Sastra tradisional dalam kesastraan (traditional literature atau folk literature)
menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui
kapan dimulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan turun-temurun secara lisan.
Berbagai cerita tradisional tersebut banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan
dipublikasikan secara tertulis. Hal ini dimaksudkan agar cerita tersebut tidak hilang dari
masyarakat, mengingat kondisi masyarakat saat ini yang telah berubah. Di dunia ini
ditemukan banyak sekali cerita rakyat, tidak terhitung jumlahnya, dan menjadi bagian
kebudayaan masyarakat pemiliknya. Jenis cerita kelompok genre sastra tradisional ini
adalah fabel, dongeng rakyat, mitologi, legenda, dan epos.
a.    Fabel
Fabel (fable) adalah cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi
karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh cerita dapat berbicara, bersikap,
dan berperilaku sebagaimana halnya manusia. Pada umumnya cerita fabel tidak panjang,
dan secara jelas mengandung ajaran moral, dan pesan moral itu secara nyata biasanya
ditempatkan pada bagian akhir cerita. Tujuan penyampaian  ajaran moral inilah yang
menjadi fokus penceritaan sekaligus yang menyebabkan hadirnya fabel di masyarakat.
Pemilihan tokoh binatang dimaksudkan untuk mengkonkretkan ajaran dalam
bentuk tingkah laku, jadi bukan hanya disampaikan secara verbal dan abstrak. Selain itu,
hal ini juga dimaksudkan untuk menyamarkan ajaran lewat personifikasi binatang agar
moral yang disampaikan tidak terlihat langsung dan karenanya pembaca tidak merasa
digurui.
Fabel merupakan cerita yang bersifat universal, ditemukan di berbagai masyarakat
di dunia. Setting yang digunakan hanya dijadikan latar belakang penceritaan dan tidak jelas
waktu kejadian, tetapi biasanya menunjuk ke masa lampau.
b.    Dongeng Rakyat
Dongeng rakyat (folklore) merupakan salah satu bentuk dari cerita tradisional. Pada
masa lampau dongeng diceritakan oleh orang tua kepada anaknya secara lisan dan turun-
temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama.
Dongeng hadir dimaksudkan untuk menyampaikan ajaran moral, konflik antara baik dan
buruk, dan yang baik pada akhirnya pasti menang. Tokoh yang dihadirkan, bisa sesame
manusia atau ditambah makhluk lain, seperti binatang atau makhluk halus, jelas
berkarakter sederhana, berbelah antara baik dan jahat, sesuai dengan ajaran moral yang
ingin disampaikan.
Alur cerita biasanya progresif karena untuk memudahkana pemahaman cerita
dengan menampilkan konflik yang tidak terlalu kompleks, dan klimaks sering ditempatkan
di akhir kisah. Penyelesaian atau akhir kisah hampir selalu membahagiakan.
c.    Mitologi/Mitos
Mitos (myths) merupakan cerita masa lampau yang dimiliki oleh bangsa-bangsa di
dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau
tentang kehidupan supranatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan
manusia atau manusia keturunan dewa (Makaryk, 1995). Mitos biasanya menampilkan
cerita tentang kepahlawanan, asal-usul alam, manusia, atau bangsa yang dipahami
mengandung sesuatu yang suci, yang gaib. Kebenaran cerita mitos sebenarnya dapat
dipertanyakan, tetapi masyarakat pemilik mitos tersebut tidak pernah mempersoalkannya.
Istilah mitos dan mitologi sering dipakai secara bergantian walaupun sebenarnya manusia
memiliki nuansa makna yang agak berbeda. Mitos berkaitan dengan cerita itu sendiri,
sedangkan mitologi merupakan ilmu sastra yang mengandung konsep mitos, konsep
tentang dongeng suci atau gaib yang berkaitan dengan kehidupan dewa-dewa dan makhluk
halus lainnya.
d.   Legenda
Legenda (legend) sering memiliki atau berkaitan dengan kebenaran sejarah, dan
kurang berkaitan dengan masalah kepercayaan supranatural. Atau legenda juga sengaja
dikaitkan dengan aspek kesejarahan sehingga selain memiliki pijakan latar yang pasti,
seolah-oleh mengesankan bahwa ceritanya memiliki kebenaran sejarah. Namun,
sebenarnya istilah legenda merupakan cerita yang dikisahkan tidak memiliki kebenaran
sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan. Legenda menampilkan tokoh-tokoh sebagai
pahlawan yang memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat
mengesankan. Misalnya Robin Hood, Legenda Sangkuriang, dan lain sebagainya.
e.    Epos.
Cerita epos (folk epics, waracarita) meruapakan sebuah cerita panjang yang
berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui. Epos berisi cerita
kepahlawanan seseorang yang luar biasa hebat, baik dalam kesaktian maupun kisah
petualangannya. Tokoh cerita dihadirkan melebihi kelumrahan manusia biasa, hebat dalam
segala hal, baik yang menyangkut kualifikasi fisik maupun moral. Aksi-aksi kehebatanya
berupa aktivitas petualangan, melakukan perjalanan, pencarian dan penemuan yang
kesemuanya menunjukkan karakter keberaniannya. Cerita berlatar di suatu masyarakat atau
bangas yang terjadi pada masa lampau yang kadang-kadang tidak jelas kapan waktunya.
Cerita epos memperlihatkan nilai-nilai penting dari masyarakat, yan dapat member kesan
kepada pembaca sehingga dapat memberikan kekuatan moral dan keberanian.
Cerita epos hadir di masyarakat adalah untuk memberikan ajaran moral secara
simbolik lewat sikap, perilaku, tindakan tokoh, dan berbagai aksi atau peristiwa yang
mengiringinya. Contoh dari cerita epos adalah cerita wayang Mahabharata dan Ramayana.
5.    Puisi
Genre puisi anak dapat berwujud puisi personal. Puisi personal adalah puisi yang
sengaja ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri.
Puisi jenis ini dapat berbicara tentang apa saja sepanjang yang menarik perhatian penulis,
seperti berbicara tentang alam, keindahan alam, kebaikan seorang ibu, pengorbanan ibu,
persahabatan, dan lain sebagainya.
6.    Nonfiksi
Tidak semua buku nonfiksi dapat dimasukkan ke dalam genre nonfiksi, khususnya
buku-buku yang tidak mmeperhatikan keharmonisan bentuk bahasa dan isi. Bacaan  sastra
nonfiksi yang ditulis secara artistik, jika dibaca oleh anak, anak akan segera memperoleh
pemahaman sekaligus kesenangan. Cerita ini akan membangkitkan perasaan keindahan
pada diri anak yang berwujuk efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dalam genre
sastra anak adalah buku informasi dan biografi.

a.    Buku Informasi


Buku informasi (informational books), terdiri atas berbagai macam buku yang
mengandung informasi, fakta, konsep dan lain-lain yang mampu menstimulasi
keingintahuan anak atau pembaca. Dari aspek bahasa buku nonfiksi juga dapat
mendayagunakan berbagai aspek seperti diksi. Buku nonfiksi membentang dari masalah
yang sederhana sampai yang kompleks, dan yang cocok untuk anak tentu yan berkategori
sederhana.
b.    Biografi
Biografi adalah buku yang berisi riwayat hidup seseorang, tentu saja tidak semua
aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, tetapi dibatasi pada hal-hal tertentu yang
dipandang perlu dan menarik untuk diketahui orang lain atau pada hal-hal tertentu yang
memiliki nilai jual. Buku biografi memberikan kejelasan tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan tokoh yang dibiografikan sepanjang hayat atau sampai saat buku itu
ditulis. Selain itu, biografi dapat digunakan untuk menguraikan sikap dan pandangan tokoh
yang bersangkutan, mengklarifikasikan pandangan orang yang selama ini dinilai salah,
atau sebaliknya untuk memberitahukan sesuatu yang selama ini belum diketahui orang.
Banyak biografi tokoh terkenal yang ditulis ulang yang sengaja dimaksudkan sebagai
bacaan sastra anak. Misalnya, kisah kehidupan para wali (wali sanga) di Jawa, para
ilmuwan dan tokoh terkenal seperti Napoleon Bonaparte, Einstein, dan lain sebagainya.

E.     Pembagian Genre Yang Diusulkan


Menurut Burhan pmbagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian genre
sastra dewasa dengan masih memanfaatkan pembagian Luckens, genre sastra anak cukup
dibedakan ke dalam fiksi, nonfiksi, puisi dan komik.

1.    Fiksi
Dilihat dari segi isi, fiksi menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada
kebenaran faktual atau sejarah. Tokoh atau peristiwa yang dikisahkan memiliki
kemungkinan untuk ada dan terjadi di dunia nyata walaupun tidak pernah ada dan terjadi.
Berdasarkan waktu kemunculannya dan penulisannya, fiksi dapat dibedakan
kedalam fiksi tradisional dan modern. Fiksi tradisional (folklore) adalah cerita yang telah
muncul ratusan tahun yang lalu, baik yang diwariskan dalam bentuk tulisan maupun secara
lisan secara turun temurun, dan tidak diketahui pengarangnya, seperti legenda, mitos, fabel,
dan sebagainya.
Sedangkan fiksi modern adalah cerita yang ditulis relative baru, pengarang jelas,
dan beredar sudah dalam bentuk buku atau cetakan lewat media massa seperti koran atau
majalah. Cerita ini boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi harus ditujukan untuk anak dan
dengan sudut pandang anak. Misalnya, cerita fiksi formula (detektif dan misteri, novel
serial), fantasi, atau cerita realisme dan cerita pendek.
2.    Nonfiksi
Cerita nonfiksi adalah cerita yang menunjuk pada kebenaran faktual, sejarah, atau
sesuatu yang lain yang memiliki kerangka acuan pasti seperti “karangan ilmiah” yang
dihasilkan anak-anak dalam pelajaran mengarang di sekolah. Cerita nonfiksi ini berwujud
buku informasi, biografi, cerita olah raga, realisme sejarah, dan sebagainya. Walaupun
bersifat nonfiksi, buku tersebut dikemas dalam bentuk yang menarik dan memperhitungkan
efek keindahan yang dimaksudkan untuk menjadi bacaan anak.
3.    Puisi
Dilihat dari segi isi, pada umumnya puisi merupakan suatu bentuk ekspresi,
deskripsi, protes, atau bahkan narasi tentang berbagai persoalan kehidupan termasuk
keadaan alam.
Dilihat dari waktu kemunculannya, puisi dibedakan menjadi puisi tradisional dan
puisi modern. Puisi tradisional adalah puisi yang tidak pernah diketahui waktu
penulisannya dan siapa pengarangnya. Puisi tradisional dapat berupa syair dan pantun,
tetapi juga dapat berupa bentuk lisan yang diwariskan secaraturun temurun, seperti
tembang-tembang ninabobo yang dinyanyikan ibu atau lagu-lagu anak seperti sluku-sluku
bathok, menthog-menthog, dan lain-lain.
Sedangkan, puisi anak modern adalah puisi yang ditulis dalam waktu kini, ada
pengarang, dan tersebar lewat buku atau media massa seperti koran dan majalah.
4.    Komik
Komik adalah cerita bergambar dengan sedikit tulisan. Bahkan kadang-kadang ada
gambar yang tanpa tulisan sudah dapat dimengerti oleh pembaca. Komik sastra anak
adalah komik yang layak dan sengaja dimaksudkan untuk bacaan anak. Tentu saja dengan
isi yang dibatasi. Contoh komik antara lain Doraemon, Captain Tsubasa, dan lain
sebagainya.

F.     Sastra dan Dunia Anak


Secara tidak sadar sebenarnya kita telah belajar sastra sejak kecil. Sastra sebagai
bagian dari seni yang indah sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik, nasehat-nasehat lewat jalannya cerita atau lagu yang
didendangkan tanpa bersifat menggurui bagi anak.
Dunia anak adalah dunia yang penuh warna, penuh imajinasi. Kita dapat
mengarahkan imajinasinya ke imajinasi yang baik dengan menggunakan sastra.
Sastra dapat kita kategorikan sebagai sastra lisan (foklor) atau sastra tulis. Sastra
lisan adalah jenis sastra yang diungkapkan dari mulut ke mulut, seperti  saat kita
mendongeng untuk anak dengan berbagai tokoh atau karakter. Seperti cerita binatang: si
kancil anak nakal, semut dan merpati, dsb. Juga tokoh-tokoh lain seperti kisah Cindrelela
sang upik abu, Aladin dan lampu  ajaib dan sebagainya. Dengan mendekatkan sastra sejak
dini akan membawa karakter yang baik, dari segi kejiwaan dan bahasa anak.

Anda mungkin juga menyukai