Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN NILAI KADAR C-REACTIVE PROTEIN (C-RP) PASIEN


COVID-19 DENGAN DAN TANPA KOMORBID

Oleh :

MUHAMMAD SYAUQI ALFIYASIN


NIM.P07134019019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENKES RI
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI D-IIITEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
MATARAM
2021

1
PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN NILAI KADAR C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PASIEN


COVID-19 DENGAN DAN TANPA KOMORBID

Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program Pendidikan


Diploma III (D III) Teknologi Laboratorium Medis
Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh :

MUHAMMAD SYAUQI ALFIYASIN


NIM.P07134019019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM KEMENKES RI
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
MATARAM
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah yang berjudul “Perbedaan Nilai Kadar C-Reactive Protein (C-RP)

Pasien COVID-19 Dengan dan Tanpa Komorbid”. Dalam penulisan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, petunjuk

serta saran dari berbagai pihak yang juga ikut mendukung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram.

2. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Mataram.

3. Ketua Program Studi Diploma III Teknologi Laboratorium Medik Jurusan

Analis Kesehatan.

4. Ibu Erna Kristinawati, S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing utama yang

telah membantu dan memberikan petunjuk, koreksi serta saran dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Nurul Inayati, S.Si., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang telah

membantu dan memberikan petunjuk, koreksi serta saran dalam

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Ibu Pancawati Ariami, S.Si., M.Ked,Trop selaku penguji independent.

7. Kedua orang tua, saudara serta keluarga tercinta atas doa, kasih sayang,

waktu, dukungan dan pengorbanannya.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis.

9. Sahabat, teman serta orang-orang terdekat yang telah memberikan

semangat, motivasi dan setia menemani.

3
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan

Mataram angkatan 2019 yang telah memberikan doa, motivasi dan

semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini belum


sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyusunan yang lebih baik.

Mataram, Desember 2021

Penulis

4
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Tujuan Penelitian...................................................................................3

D. Hipotesis................................................................................................4

E. Manfaat..................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Kerangka Teoritis...................................................................................5

B. Kerangka Konsep.................................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................21

A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................21

B. Rancangan Penelitian...........................................................................21

C. Populasi dan Sampel............................................................................21

D. Besar Sample.......................................................................................22

E. Cara Pengambilan Sampel...................................................................23

F. Variabel Penelitian................................................................................23

G. Jenis Data dan Skala Data...................................................................24

H. Cara Pengumpulan Data......................................................................24

5
I. Alur Kerja Penelitian.................................................................................26

J. Cara Pengolahan dan Analisis Data.........................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

6
DAFTAR TABEL

No Teks

Halaman

1 Jenis Data dan Skala Data.......................................................................................31

2 Jumlah kadar C-Reactive Protein (C-RP) dengan komorbid dan tanpa komorbid

.........................................................................................................................................34

7
DAFTAR GAMBAR

No Teks

Halaman

2.

1 Struktur C-Reactive Protein.............................................................................14

2. 2 Jalur Aktivasi C-Reaktif Protein (C-RP)........................................................16

2. 3 Gambaran Mikroskopik SARS-CoV-2 menggunakan transmission electron

........................................................................................................................... 20

2. 4 Sturktur Coronavirus...................................................................................22

2. 5 Siklus Hidup Coronavirus (SARS)................................................................23

2. 6 Siklus Hidup Coronavirus (SARS)................................................................25

8
DAFTAR SINGKATAN

COVID-19 : Corona Virus Dissease-19

SARS-CoV-2 : Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2

CoV : Coronavirus

HcoV : Human Coronavirus

HECV : Human Enteric Corona Virus

ACE-2 : Angiotensin Converting Enzyme-2

C-RP : C-Reactive Protein

RDT : Rapid Diagnostic Test

MERS : Middle East Respiratory Syndrome

SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome

ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

Hs-CRP : High Sensitivity C-Reactive Protein

RT-PCR : Real-Time Reversetranscription Polymerase Chain Reaction

CLIA : Chemiluminescence Immunoassay

FIA : Fluorescence Immunoassay

LFIA : Lateral Flow Immunoassays

RNA : Ribo Nucleic Acid

9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019 menyerang

berbagai negara dan belum dapat dihentikan. Kasus pertama kali

dilaporkan pada bulan Desember 2019 di Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Penyakit ini terus menyebar ke berbagai negara hingga ditetapkan sebagai

pandemi oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Awalnya kasus ini dikenal

sebagai 2019-novel Coronavirus (2019-nCoV) kemudian pada Februari

2020 ditetapkan sebagai Coronavirus Disease (COVID-19) (Nguyen, 2019).

Indonesia pertama kali melaporkan kasus COVID-19 pada tanggal 2 Maret

2020 dengan 2 kasus terkonfirmasi positif dan pada tanggal 31 Maret 2020

dilaporkan sebanyak 1.528 kasus positif dan 136 kasus kematian, kasus

kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Tingkat

mortalitas COVID-19 di Indonesia sebesar 8,9%, angka ini merupakan yang

tertinggi di Asia Tenggara (Susilo et al., 2020). Provinsi NTB, Kabupaten

Lombok Barat melaporkan kasus terkonfirmasi pada tanggal 30 Oktober

2021 sebanyak 3.438 kasus dan meninggal dunia sebanyak 150 orang

(4,37 %) (Dinkes NTB, 2021).

10
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus 2 (SARS-

CoV-2). Pasien COVID-19 dapat bermanifestasi klinis berupa asimptomatik,

gejala ringan, serta gejala berat. Gejala ringan dapat berupa infeksi saluran

respirasi akut tanpa komplikasi berupa demam, batuk, anoreksia, malaise,

nyeri tenggorokan, serta sakit kepala. Sedangkan pasien dengan komorbid

pneumonia berat mengalami gejala demam dan respirasi rate lebih dari

30x/menit, atau distres pernapasan berat, atau saturasi oksigen 93% tanpa

bantuan oksigen. Gambaran klinis yang berbeda pada pasien COVID-19

dipengaruhi oleh imunitas pasien serta kemampuan virus untuk

menginfeksi. Gejala akan timbul dalam 2-14 hari setelah terpapar COVID-

19. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh usia serta komorbid (penyakit yang

telah ada sebelumnya) (Mata et al., 2021).

Infeksi SARS-CoV-2 merupakan infeksi sistemik yang secara signifikan

mempengaruhi hematopoiesis dan respons imun pasien. Limfopenia terjadi

pada 75% pasien yang seringkali disertai dengan eosinopenia. Peningkatan

produksi secara drastis dari sitokin proinflamasi seperti interleukin-6 (IL-6)

diduga berperan dalam mekanisme terjadinya limfopenia pada COVID-19.

Kondisi tersebut merupakan tanda dari terganggunya imunitas seluler yang

memiliki keterkaitan dengan derajat keparahan penyakit dan prognosis

pasien. Hipereaktivitas sistem imun dan peningkatan sitokin proinflamasi

dapat menimbulkan “badai sitokin” yang bersama dengan hipoksemia dapat

menyebabkan terjadinya gangguan perfusi dan kegagalan organ.


11
Gangguan thrombosis juga dilaporkan terjadi pada COVID-19. Thrombosis

vena dalam dilaporkan terjadi pada 25% pasien (Sigit Prakoeswa, 2020).

Beberapa pemeriksaan laboratorium guna menentukan drajat

keparahan serta memantau kondisi pasien. Perubahan hasil pemeriksaan

laboratorium yang ditemukan pada penderita COVID-19 ialah terjadinya

hipoalbuminemia, limfopenia, trombositopenia, serta peningkatan pada

beberapa pemeriksaan penanda inflamasi seperti C-Reactive Protein,

Lactate Dehydrogenase, dan Erythrocyte Sedimentation Rate (Madewell et

al., 2020).

Salah satu pemeriksaan yang digunakan sebagai penanda derajat

keparahan infeksi SARS-CoV-2 adalah pemeriksaan C-Reactive Protein (C-

RP). C-Reactive Protein (C-RP) merupakan protein fase akut yang

diproduksi oleh sel hepatosit yang ada di hepar sebagai bentuk respon dari

terjadinya proses peradangan atau infeksi. Oleh sebab itu kadar CRP dapat

digunakan untuk menilai aktivitas infeksi akut yang terjadi di dalam tubuh

(Utama, 2016).

Pada jenis pemeriksaan tersebut dapat dijadikan parameter penanda

dalam penentuan drajat keparahan infeksi COVID-19, dimana penyakit ini

disebakan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang perbedaan nilai pemeriksaan kadar C-

Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19 dengan dan tanpa komorbid.

12
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah : “Apakah ada perbedaan

nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19 dengan dan tanpa

komorbid ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP)

pasien COVID-19 dengan dan tanpa komorbid.

2. Tujuan Khusus

a. Mengukur nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19

dengan komorbid.

b. Mengukur nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19

dengan tanpa komorbid.

c. Menganalisis perbedaan nilai C-reactive Protein (C-RP) pasien

COVID-19 dengan dan tanpa komorbid.

D. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah ada perbedaan nilai kadar C-

Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19 dengan dan tanpa komorbid.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan mengenai perbedaan

nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19 dengan dan

tanpa komorbid.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi

13
Memeberikan informasi dasar bagi penelitian lebih lanjut mengenai

perbedaan nilai kadar C-Reactive Protein (C-RP) pasien COVID-19

dengan dan tanpa komorbid.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai sumber informasi tentang bahaya dari terinfeksi COVID-19

dengan dan tanpa komorbid.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. C-Reactive Protein (C-RP)

a. Definisi C-Reactive Protein

C-Reactive Protein (C-RP) merupakan salah satu protein fase

akut yang terdapat dalam serum normal walaupun dalam

konsentrasi yang amat kecil. Dalam keadaan tertentu, konsentrasi

C-RP dapat meningkat sampai 100 kali akibat 20 penyakit infeksi

14
maupun non infeksi. C-RP akan muncul dalam serum jika terjadi

proses inflamasi. Hati merupakan organ utama tempat sintesis C-

RP (Moulia et al., 2017).

C-Reactive Protein (C-RP) merupakan suatu pemeriksaan

standar yang akan dipilih oleh dokter untuk pasien yang mengalami

gejala febris, yaitu pasien yang menderita panas lebih dari satu hari.

C-Reactive Protein (C-RP) berada dalam darah 6 sampai 10 jam

setelah terjadi proses peradangan akut atau kerusakan jaringan

atau keduanya, dan mencapai puncaknya antara 48 sampai 78 jam.

Pada keadaan tubuh mengalami infeksi, jumlah leukosit meningkat

sehubungan dengan fungsinya untuk melindungi tubuh terhadap

invasi masuknya benda asing, termasuk bakteri dan virus.

Sementara, peningkatan kadar C-Reactive Protein dapat terjadi

karena infeksi bakteri maupun virus.

Struktur C-RP lebih dikenal dengan sebutan pentraxin protein

karena memiliki 5 subunit identik, dikodekan oleh gen tunggal pada

kromosom 1. Masing-masing subunit berisi satu lokasi pengikatan

untuk molekul fosfokolin dan 2 lokasi pengikat waktu kalsium

(Utama, 2016).

15
Gambar 2. 1 Struktur C-Reactive Protein

(Sumber : Hengst, Joan M, RNC, MSN, ARNP, 2003).

a. Metode Pemeriksaan C-Reactive Protein

Saat ini, pemeriksaan C-RP telah banyak dilakukan di

laboratorium kesehatan. Beberapa metode yang sering digunakan

di Indonesia adalah sebagai berikut.

1) Aglutinasi

Tes aglutinasi dilakukan dengan menambahkan partekel

lateks yang dilapisi antibodi anti C-RP pada serum atau plasma

penderita sehingga terjadi aglutinasi. Untuk menentukan titer C-

RP, serum atau plasma penderita diencerkan dengan buffer

glisin dengan pengenceraan bertingkat (1/2, 1/4, 1/8, 1/16 dan

seterusnya) lalu direaksikan dengan lateks. Titer C-RP adalah

pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi. Metode ini

bersifat kualitatif dan semi kuantitatif. Batas deteksi metode

aglutinasi terhadap C-RP yaitu 6 mg/L (Simanullang, 2018).

2) Sandwich ELISA

Tes Sandwich ELISA untuk pemeriksaan C-RP dilakukan

dengan mengukur intensitas warna menggunakan Nycocard

Reader. Berturut-turut sampel (serum, plasma, whole blood) dan

konjugat diteteskan pada membran tes yang dilapisi antibodi

monoklonal spesifik C-RP. C-RP dalam sampel ditangkap oleh

antibodi yang terikat pada konjugat gold colloidal particle.

Konjugat bebas dicuci dengan larutan pencuci (washing

solution). Jika terdapat C-RP dalam sampel pada level


16
patologis, maka akan tebentuk warna merah-coklat pada area

tes dengan intensitas warna yang proposional terhadap kadar.

Intensitas warna ukur diukur secara kuantitatif menggunakan

NycoCard reader II.

3) High Sensitivity C-Reactive Protein (Hs-CRP)

Pemeriksaan High Sensitive C-RP (Hs-CRP) yaitu

pemeriksaan secara kuantitatif untuk mengukur kadar C-RP

yang lebih sensitif dan akurat dengan menggunakan metode

Latex Turbidimetry Immunoassay (LTI), dengan range

pengukuran : 0,3 – 300 mg/L. Berdasarkan penelitian,

pemeriksaan hs-CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi lebih

cepat. Pemeriksaan hs-CRP telah distandarisasikan pada

berbagai laboratorium (Simanullang, 2018).

4) Imunoturbidimetri

Merupakan cara penentuan yang kualitatif. C-RP dalam

serum akan mengikat antibodi spesifik terhadap C-RP

membentuk suatu kompleks immun. Kekeruhan (turbidity) yang

terjadi sebagai akibat ikatan tersebut diukur secara fotometris.

Konsentrasi dari C-RP ditentukan secara kuantitatif dengan

pengukuran turbidimetrik (Simanullang, 2018).

b. Metabolisme C-Reactive Protein

C-Reactive Protein (C-RP) dihasilkan di hati dari stimulus oleh

sitokin proinflamasi yang berasal dari makrofag atau jaringan

adiposa. Pada sel hati pembentukan C-RP dirangsang oleh

interleukin-6 (IL-6) dan ditingkatkan secara signifikan oleh

interleukin-1 (IL-1).

17
Gambar 2. 2 Jalur Aktivasi C-Reaktif Protein (C-RP).

(Sumber : (W. Ansar & S. Ghosh, 2020).

Faktor proinflamasi seperti Chlamydia pneumonia dapat

meningkatkan sekresi IL-1β dan α-tumor, faktor nekrosis (TNF-α)

yang selanjutnya akan menyebabkan pelepasan IL-6. Pengikatan

IL-6 ke reseptor hati mengaktifkan sintesis dan pelepasan C-RP

dan protein serum amiloid A (W. Ansar & S. Ghosh, 2020).

Selain diproduksi dihati, beberapa penelitian mengatakan

bahwa C-RP juga disintesis pada lesi aterosklerotik (terutama pada

otot polos dan makrofag), ginjal, neuron, dan makrofag

alveolar. Orang sehat menunjukkan kadar plasma C-RP yang

rendah (<0,5 mg/L). Namun, selama peradangan, konsentrasi

serumnya bisa meningkat seratus menjadi satu seribu kali.Produksi

C-RP dimulai 4–6 jam setelah stimulasi, duplikat setiap 8 jam dan

mencapai level maksimumnya setelah 50 jam (sekitar 2 hari).

Hanya dalam 48 jam, tingkat C-RP bisa mencapai 300 mg/L. Fakta-

fakta ini membuat C-RP menjadi klinis yang penting sebaga

penanda karena stabilitas, sensitivitas tinggi, reproduktifitas yang

18
baik, dan presisi.

Jika tidak ada stimulus kronis, kadar C-RP dalam plasma dapat

kembali normal dalam 3-4 hari. Pada inflamasi kronis kadar C-RP

mungkin akan bertahan tinggi selamanya (W. Ansar & S. Ghosh,

2020).

c. Fungsi Pemeriksaan C-Reactive Protein

Fungsi dan peranan C-RP di dalam tubuh (in vivo) belum

diketahui seluruhnya, banyak hal yang masih merupakan hipotesis.

Meskipun C-RP bukan suatu antibodi, tetapi C-RP mempunyai

berbagai fungsi biologis yang menunjukkan peranannya pada

proses peradangan dan mekanisme daya tahan tubuh terhadap

infeksi. Beberapa hal yang diketahui tentang fungsi biologis C-RP

ialah :

1) C-RP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai

bakteri melalui reaksi presipitasi / aglutinasi.

2) C-RP dapat meningkatkan aktivitas dan motilitas sel fagosit

seperti granulosit dan monosit / makrofag.

3) C-RP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T. Dalam

hal ini diduga C-RP memegang peranan dalam pengaturan

beberapa fungsi tertentu selama proses peradangan.

4) C-RP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein

membran sel rusak, kromatin inti dan kompleks DNA-histon.

5) C-RP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin

endogen yang terbentuk sebagai hasil kerusakan jaringan

(Simanullang, 2018).

d. Interpretasi Hasil Pemeriksaan C-RP


19
1) CRP kurang dari 0,3 mg/L

Nilai CRP tersebut merupakan nilai CRP normal. CRP kurang

dari 0,3 mg/L umum ditemukan pada orang sehat.

2) CRP 0,3 – 1,0 mg/L

Masih tergolong normal,dan tidak merasakan gejala apapun.

3) CRP 1,0 – 10 mg/L

Nilai CRP ini juga bisa menjadi indikasi adanya risiko terkena

penyakit kardiovaskular, penyakit autoimun, serta peradangan

akibat pankreatitis, bronkitis, kanker.

4) CRP diatas 10 mg/L

Kadar CRP yang meningkat hingga lebih dari 10 mg/L bisa jadi

disebabkan oleh infeksi berat seperti, sepsis, meningitis,

pneumonia, tuberkulosis, radang usus, demam rematik, usus

buntu, kanker.

2. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Taksonomi Coronavirus (Burhan et al., 2020)

Ordo : Nidovirales

Family : Coronaviridae

Kingdom : Orthornavirae

Phylum : Pisuviricota

Genus : Beta Coronavirus

Subgenus : Sarbecovirus

20
Spesies : Severe Acute Respiratory Syndrome Virus

Corona-2.

a. Definisi

Coronavirus adalah virus dengan virion berselubung yang

berbentuk pleomorfik atau sferis dengan diameter 70-160 nm

mengandung genom single stranded RNA yang positif dan tidak

bersegmen. Nukleokapsid virus ini berbentuk helikal, mempunyai

ukuran garis tengah antara 11-13 nm. Terdapat 4 struktur protein

utama pada Coronavirus yaitu : protein N (nukleokapsid),

glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E

(selubung). Morfologi virusnya mirip Orthomyxovirus. Infeksi pada

manusia disebabkan oleh Human Coronavirus (HcoV) dan Human

Enteric Corona Virus (HECV). Virus ini dapat diisolasi dari saluran

napas bagian atas dari penderita yang mengalami demam.

Coronavirus diduga sebagai penyebab penyakit SARS (Severe

Acute Respiratory Syndrome), selain itu pada manusia dapat pula

menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan dan sistem saraf

pusat (Suprobowati & kurniati, 2018).

Gambar 2. 3 Gambaran Mikroskopik SARS-CoV-2 menggunakan


transmission electron microscopy.
(Sumber : Burhan et al., 2020).

21
Waktu berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan

akut hanya 9 hari di antara kasus awal. Selain itu, kasus yang parah

rentan terhadap berbagai komplikasi, termasuk sindrom gangguan

pernapasan akut, cedera jantung akut dan infeksi sekunder. Sudah

ada beberapa bukti bahwa COVID-19 dapat menyebabkan

kerusakan pada jaringan dan organ selain paru-paru (Sigit

Prakoeswa, 2020).

b. Epidemiologi

Pada awalnya data epidemiologi menunjuk kan 66% pasien

berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live

market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari

pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi

coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019-

novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020,

World Health Organization memberi nama virus baru tersebut

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)

dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019 (COVID-

19). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan

apakah dapat melalui antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus

bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat kasus 15

petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien

tersebut dicurigai kasus “super spreader”. Akhirnya dikonfirmasi

bahwa transmisi pneumonia ini dapat menular dari manusia ke

manusia. Sampai saat ini virus ini dengan cepat menyebar masih

misterius dan penelitian masih terus berlanjut (Burhan et al., 2020).

22
c. Etiologi

Etiologi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah

Coronavirus (CoV). Coronavirus merupakan virus RNA strain

tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur

protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid),

glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E

(envelope). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga

Coronaviridae. Hasil analisis filogenetik bahwa virus ini masuk

dalam genus betacoronavirus dengan subgenus yang sama dengan

virus Corona yang menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory

Syndrome (SARS) pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.

International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)

menamakan agen kausatif ini sebagai SARS-CoV-2 (Gorbalenya et

al., 2020).

Gambar 2. 4 Sturktur Coronavirus.

(Sumber : Fathiyah Isbaniah & Agus Dwi Susanto, 2020).

Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips,

sering pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m. Semua virus

Ordo Nidovirales memiliki kapsul, tidak bersegmen, dan virus positif


23
RNA serta memiliki genom RNA sangat panjang. Struktur

Coronavirus membentuk struktur seperti kubus dengan protein S

berlokasi di permukaan virus. Protein S atau spike protein

merupakan salah satu protein 10 antigen utama virus dan

merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini

berperan dalam penempelan dan masuknya virus kedalam sel host

(interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Burhan et al.,

2020).

d. Patofisologi

Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi

di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada

hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada

hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus

disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari

hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa

patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular

tertentu. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia

dan dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi

droplet, rute feses dan oral.

24
Gambar 2. 5 Siklus Hidup Coronavirus (SARS).

(Sumber : Fathiyah Isbaniah & Agus Dwi Susanto, 2020).

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia

lebih tua, dengan gejala klinis ringan seperti common cold dan

faringitis sampai berat seperti SARS atau MERS serta beberapa

strain menyebabkan diare pada dewasa. Semua orang secara

umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus jenis baru dapat

terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal,

bergantung paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam

jumlah besar dalam satu waktu, dapat menimbulkan penyakit

walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang dengan

sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi

lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah.

Infeksi Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang

lemah terhadap virus ini lagi sehingga dapat terjadi re-infeksi.

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-

nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari

Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.

25
Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh

Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama

dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya. Pada

studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host

yaitu enzim ACE-2 (Angiotensin Converting Enzyme-2). ACE-2

dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru,

lambung,usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum t ulang,

limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus

halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil

masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.

Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA

melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.

Gambar 2. 6 Siklus Hidup Coronavirus (SARS).

(Sumber : Fathiyah Isbaniah & Agus Dwi Susanto, 2020).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran n apas atas

kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan

26
siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.

Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan

virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal

setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit

3-7 hari (Burhan et al., 2020).

e. Pemeriksaan Diagnosis

1) Pemeriksaan Rapid Test Antibodi

Adalah metode yang digunakan pada sebagian besar rapid

test. Pemeriksaan dengan LFIA mempunyai beberapa

kelebihan, antara lain merupakan metode yang sudah mapan,

kemudahan produksi, stabil (tahan 12-24 bulan tanpa

pendingin), mudah digunakan, dan biaya relatif murah, dan

dapat menggunakan darah kapiler. Akan tetapi, metode ini

umumnya hanya bersifat kualitatif. Selain itu, masih sangat

sedikit laporan mengenai performa penggunaan diagnostik rapid

test dan sebagian besar studi hanya menggunakan jumlah

sampel yang sedikit (Pangestu, 2020).

2) Pemeriksaan Rapid Test Antigen (Swab Antigen)

Berbeda dengan pemeriksaan antibodi, pemeriksaan

antigen dapat digunakan untuk deteksi virus pada sampel dan

mengetahui infeksi awal. Pemeriksaan antigen spesifik terhadap

COVID-19, namun sensitivitas rapid test antigen kurang baik,

terutama pada sampel dengan tingkat virus yang rendah. Oleh

karena itu, hasil negatif tidak menyingkirkan adanya infeksi dan

perlu dikonfirmasi dengan PCR (Pangestu, 2020).

3) Pemeriksaan RT-PCR
27
Saat ini tes standar untuk deteksi SARSCoV-2 adalah

SARS-CoV-2 Real Time Reverse Transcription Quantification

Polimerase Chain Reaction (RT-PCR) menggunakan sampel

bahan swab nasofaring atau orofaring, sputum atau cairan bilas

bronkial (bronkhial lavage). Penggunaan RT-PCR memerlukan

protokol standar antara lain Ribo Nucleic Acid (RNA) harus

diekstraksi dan adanya virus RNA dikonfirmasi dengan RT-PCR.

Ada beberapa gen target yang digunakan untuk mendeteksi

SARS-CoV-2 yaitu gen E (Envelope), gen N (nukleokapsid), gen

S (Spike) dan gen RdRp. Pasien disebut terkonfirmasi COVID-

19 bila pada deteksi dengan RT-PCR ditemukan urutan unik

dari RNA virus. Hasil positif RT-PCR menunjukkan bahwa

kemungkinan seseorang terinfeksi Covid-19, sedangkan hasil

negatif belum dapat menyingkirkan seseorang terinfeksi COVID-

19. Pemeriksaan RT-PCR untuk SARSCoV-2 saat ini

merupakan tes kualitatif dan sampai sekarang belum ada

standarisasi untuk menentukan ambang batas viral load pada

host yang berbeda-beda (Pusparini, 2020).

3. Hubungan Komorbid Dengan COVID-19

Penyakit bawaan (komorbid) adalah penyakit yang sejak awal

memang sudah diderita pasien. Baik terjadi karena pola hidup tidak

sehat maupun lantaran riwayat penyakit keturunan (Susilo et al., 2020).

Riwayat penyakit menjadi salah satu faktor yang menyebabkan

kematian. Penyakit bawaan yang dapat membahayakan apabila

terjangkit Coronavirus ini seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas ini

merupakan salah satu penyakit kronis yang ditandai dengan tingginya

28
kadar gula dalam darah. Secara biologis, lansia akan mengalami

proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya daya tahan tubuh.

Lalu riwayat penyakit yang dimiliki pasien termasuk pula dalam faktor

individu. Dibandingkan dengan individu yang memiliki penyakit bawaan

(komorbid), lebih rentan tertular dari pada individu tanpa penyakit

bawaan. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki penyakit bawaan

(komorbid) mengalami system imun yang tidak stabil atau menurun

sehingga sangat rentan untuk tertular (Ilpaj & Nurwati, 2020).

B. Kerangka Konsep

Komorbid Non Komorbid

Faktor Internal : Faktor Eksternal :


 Usia COVID-19  Pola hidup
 Jenis kelamin  Kebersihan
 Genetik  Lingkungan
 Imunitas

Kadar C-RP

29
Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak teliti

: Mempengaruhi

: Bagian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

a. Tempat pengambilan sample dalam penelitian ini akan dilakukan di

RSUD Kota Mataram.

b. Tempat pemeriksaan sampel akan dilaksanakan di Laboratorium

RSUD Kota Mataram.

2. Waktu

30
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2022 – Februari

2022.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Observasional Analitik dengan

pendekatan Cross Sectional yaitu secara tidak langsung mengukur sifat

dan tingkat yang sama dengan megambil sampel yang berbeda dari

tingkatan. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kadar C-

Reactive Protein (C-RP) pada pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan

dan tanpa komorbid.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dari penelitian ini adalah pasien yang terinfeksi COVID-19

yang memiliki komorbid dan tanpa memilki komorbid di RSUD Kota

Mataram.

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian data rekam medis pasien

terinfeksi COVID-19 yang memiliki komorbid dan tanpa komorbid di

RSUD Kota Mataram.

D. Besar Sample

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin. Adapun

penelitian ini menggunakan rumus slovin karena dalam penentuan sampel,

jumlahnya harus sepresentative agar hasil penelitian dapat generalisasikan

dan perhitunganya tidak memerlukan table jumlah sampel, namun dapat

dilakukan dengan rumus dan perhitungan sederhana. Populasi yang akan

digunakan dalam besar sampel diambil data Press Release kasus COVID-

19 pada bulan Januari 2022 – Februari 2022 di RSUD Kota Mataram.

31
Rumus Slovin :

N
n= 2
1+ N ( e )

48
n=
1+ 48 ( 0,1 )2

48
n=
1+ 48 ( 0,01 )

48
n=
1+0,48

48
n=
1,48

¿ 32 → Sampel

Keterangan :
n = ukuran sampel atau jumlah responden
N = ukuran populasi
e = batas toleransi kesalahan (0,1)

E. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan unit eksperimen adalah dengan cara purposive

sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dengan

memilih orang yang benar-benar mengetahui atau memiliki kompetensi

dengan topic penelitian (Nanang Martono, 2019).

1. Kriteria inklusi

a. Penderita memiliki penyakit komorbid dan tanpa komorbid yang

terinfeksi COVID-19

b. Tidak membedakan jenis kelamin

32
c. Range usia 26-50 tahun

d. Bersedia menjadi responden dalam penelitian

2. Kriteria eksklusi

a. Responden sakit atau meninggal saat penelitian

b. Responden mengundurkan diri dari penelitian

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah

Infeksi COVID-19 dengan dan tanpa komorbid.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) dalam penelitian ini adalah kadar

C-Reactive Protein (C-RP).

G. Jenis Data dan Skala Data

Tabel 3. 1 Jenis Data dan Skala Data

No Parameter Definisi Operasional Skala Data

.
1. Infeksi COVID-19 Infeksi COVID-19
adalah adanya virus
dengan penyakit
SARS-CoV-2 yang
komorbid dan ditemukan pada hasil
pemeriksaan Nominal
tanpa komorbid.
responden yang
memiliki penyakit
bawaan dan non
bawaan.
33
2. Analisis Kadar C- Analisis kadar CRP
adalah pemeriksaan
Reactive Protein
untuk menetukan nilai Rasio
(CRP) CRP dalam mg/L darah

H. Cara Pengumpulan Data

1. Instrumentasi Penelitian

a. Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).

b. Kertas

c. Pulpen

d. Flashdisk

2. Bahan Penelitian

a. Formulir data imunologi lengkap

b. Checklist data tabel pemeriksaan laboratorium imunologi lengkap

responden COVID-19

c. Data hasil pemeri

d. ksaan laboratorium lengkap responden COVID-19.

3. Cara Pengumpulan Data

Data hasil pemeriksaan laboratorium imunologi lengkap responden

COVID-19 akan dikumpulkan berdasarkan data sekunder dari hasil

rekapitulasi sesuai dengan responden yang melakukan pemeriksaan.

34
I. Alur Kerja Penelitian

Surat Izin Permohonan


Pengambilan Data

Pemberian surat izin


permohonan pengambilan
data di Laboratorium RSUD
Kota Mataram

Proses Pengumpulan
35 Data

Analisis Data
J. Cara Pengolahan dan Analisis Data

1. Cara Pengolahan Data

Data didapatkan dari hasil pemeriksaan kadar C-Reactive Protein (C-

RP) penderita penyakit komorbid dan tanpa komorbid yang terinfeksi

COVID-19 di Laboratorium RSUD Kota Mataram.

Tabel 3. 2 Jumlah kadar C-Reactive Protein (C-RP) dengan komorbid


dan tanpa komorbid

No. Sample Jumlah Kadar C-Reactive Protein (mg/L)


Komorbid Tanpa Komorbid
1.
2.
36
3.

4.
Rerata

2. Analisis Data

Data yang diperoleh mengenai hasil pemeriksaan hitung jumlah leukosit

pada penderita penyakit bawaan (komorbid) dan non bawaan dianalisis

dengan uji T-test independent.

- Syarat uji T-test independent :

a. Skala data interval atau rasio.

b. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan.

c. Data perkelompok berdistribusi normal.

d. Data perkelompok tidak terdapat outlier.

e. Varian antar kelompok sama atau homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Burhan et al., 2020. (2020). Pneumonia COVID-19. In PDPI (Perhimpunan


Dokter Paru Indonesia). In Journal of the American Pharmacists
Association (Vol. 55, Issue 5).

Dinkes NTB. (2021). riwayat update data COVID-19 NTB.

Fathiyah Isbaniah, & Agus Dwi Susanto. (2020). Pneumonia Corona Virus
Infection Disease-19 (COVID-19). Journal Of The Indonesian Medical
Association, 70(4), 87–94.

Gorbalenya, A. E., Baker, S. C., Baric, R. S., de Groot, R. J., Drosten, C.,
Gulyaeva, A. A., Haagmans, B. L., Lauber, C., Leontovich, A. M.,
Neuman, B. W., Penzar, D., Perlman, S., Poon, L. L. M., Samborskiy, D.
V., Sidorov, I. A., Sola, I., & Ziebuhr, J. (2020). The species Severe acute
respiratory syndrome-related coronavirus: classifying 2019-nCoV and
naming it SARS-CoV-2. Nature Microbiology, 5(4), 536–544.

Ilpaj, S. M., & Nurwati, N. (2020). Analisis Pengaruh Tingkat Kematian Akibat
Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Indonesia. Focus :
37
Jurnal Pekerjaan Sosial, 3(1), 16.
https://doi.org/10.24198/focus.v3i1.28123

Madewell, Z. J., Yang, Y., Jr, I. M. L., Halloran, M. E., & Dean, N. E. (2020).
Incidence, clinical characteristics and prognostic factor of patients with
COVID-19: a systematic review and meta-analysis. In medRxiv (Vol. 6,
Issue 165).

Mata, P., Ros, E., De Campos, P. C. M., & Dapcich. (2021). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Indonesia. 2021;9(1). Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 1(1), 1–64.

Moulia, M., Sulchan, M., & Nissa, C. (2017). Kadar pro inflamator High Sensitive
C-Reactive Protein (HSCRP) pada remaja stunted obese di SMA Kota
Semarang. Journal of Nutrition College, 6(2), 119.
https://doi.org/10.14710/jnc.v6i2.16901

Nguyen, T. L. (2019). A Framework for Five Big V’s of Big Data and
Organizational Culture in Firms. Proceedings - 2018 IEEE International
Conference on Big Data, Big Data 2018, January, 5411–5413.

Pangestu, N. (2020). COVID-19,SARS-CoV-2,Pemeriksaan laboratorium.


Departemen Patologi Klinik,RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 7,
304–319.

Pusparini, P. (2020). Tes serologi dan polimerase chain reaction (PCR) untuk
deteksi SARS-CoV-2/COVID-19. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan, 3(2),
46–48.

Sigit Prakoeswa, F. R. (2020). Dasamuka Covid-19. Medica Hospitalia : Journal


of Clinical Medicine, 7(1A), 231–240.

Simanullang, M. (2018). Gambaran C-Reaktive Protein (CRP) pada Mahasiswa


Mahasiswi yang Obesitas di Poltekkes Jurusan Analis Kesehatan Medan.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, 151(2), 10–17.

Suprobowati & kurniati, 2018. (2018). bahan ajar Teknologi Laboratorium Medik
(TLM). in Virologi (2018th ed.).

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J.,
Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa,
F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease
2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1),
45.

Utama, I. M. G. D. L. (2016). Uji Diagnostik C-Reactive Protein, Leukosit, Nilai


Total Neutrofil dan Suhu Anak Deman dengan Penyebab yang Tidak
Diketahui. Sari Pediatri, 13(6), 412.
https://doi.org/10.14238/sp13.6.2012.412-9

W. Ansar & S. Ghosh. (2020). Clinical Significance of C-reactive Protein. In


Springer Nature Singapore Pte Ltd. 2020 (Issue December).
https://doi.org/10.1007/978-981-15-6787-2
38
39

Anda mungkin juga menyukai