Disusun Oleh :
A. DEFINISI
Definisi perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi
lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu
sebab menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada
umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin,
sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit), maka penanganan harus
segera dilakukan (sarwono, 2011).
Hemoragic pasca partum adalah kehilangan darah melebihi dari 500ml selama dan
atau setelah kelahiran dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, atau lambat
sampai 28 hari pasca partum (akhir dari puerperium).
B. ETIOLOGI
Etiologi yang terjadi pada Hemoragic Post Partum :
a. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya otnuys/kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta
setelah bayi dan plasenta lahir
b. Episiotomi yang lebar
c. Grande multipara (lebih dari empat anak).
d. Jarak kehamilan yang dekat (kurang dari dua tahun).
e. Pernah abortus (keguguran) sebelumnya.
f. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35tahun).
g. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin
besar). Pada kondisi ini miometrium teregang dengan hebat sehingga
kontraksinya setelah kelahiran bayi menjadi tidak efisien.
h. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan terdahulu.
pada kondisi ini akan timbul resiko terjadinya hal yang sama pada persalinan yang
sekarang.
i. Anemia, Wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar
hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi
kehilangan darah meskipun hanya sedikit. Anemia dihubungkan dengan
kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab langsung atonia uteri.
j. Penyakit yang diderita Penyakit jantung,DM ,dan kelainan pembekuan darah atau
hipofibrinogenia dan sering dijumpai pada :
Sclusio plasenta.
Kematian janin yang lama dalam kandungan.
Pre eklamasi dan eklamasid.
Infeksi, hepatitis, dan septik syok.
C. PATOFISIOLOGI
Faktor resiko yang terdiri dari: Grande multipara, jarak persalinan kurang dari 2
tahun, persalinan dengan tindakan, pertolongan dukun, tindakan paksa, kelahiran sulit
atau manual dari plasenta, penyakit yang diderita (Penyakit jantung, DM dan kelainan
pembekuan darah) dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri, trauma genital
(perineum, vulva, vagina, servik, atau uterus), retensio plasenta, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir.
Pada atonia uterus ditandai dengan uterus tidak berkontraksi dan lembek
menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga
menyebabkan perdarahan.
Pada genetalia terjadi robekan atau luka episiotomi, ruptur varikositis, laserasi
dinding servik, inversi uterus menyebabkan perdarahan.
Pada retensio plasenta ditandai plasenta belum lahir setelah 30 menit. Sisa
plasenta ditandai dengan plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh dar
ah) tidak lengkap dan robekan jalan lahir terjadi perdarahan segera setelah bayi lahir,
jika ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Tetapi, apabila
perdarahan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi : dehidrasi,
hip ovolemik, syok hipovolemik, anemia berat, infeksi dan syok septik, sepsis
purpuralis, ruptur uterus, kerusakan otak, trombo embolik, emboli paru.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala Hemoragic Post Partum sering terjadi :
a. Atoni uteri
1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2. Perdarahan segera setelah anak lahir.
b. Trauma genital
1. Titik perdarahan terlihat pada perineum, vulva, dan vagina bagian bawah
2. Titik perdarahan tidak terlihat pada vagina bagian atas, servik dan uterus.
c. Retensio plasenta
1. Plasenta belum lahir setelah 30 menit.
2. Perdarahan segera setelah anak lahir.
3. Uterus kontraksi baik.
4. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan.
5. Inversio uteri akibat tarikan.
6. Perdarahan lanjutan.
d. Sisa plasenta
1. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap.
2. Perdarahan segera setelah anak lahir.
3. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang
e. Robekan jalan lahir
1. Perdaraha segera setelah anak lahir.
2. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir.
3. Uterus kontraksi baik.
4. Plasenta lengkap.
5. Pucat, lemah.
f. Fragmen plasenta
1. Nyeri tekan perut bawah.
2. Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (persalinan
sekunder)perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus menerus atau tidak
beraturan) dan berbau jika disertai infeksi.
3. Anemia.
4. Demam.
5. Ruptura uteri.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi Hemoragic Post Partum dibagi 2 macam yaitu :
a. Perdarahan Post Partum Dini/Perdarahan Post Partum Primer (Early Postpartum
Hemorrhage) adalah Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama sesudah bayi
lahir, disebut sebab perdarahan pasca persalinan dini (early post partum
hemorrhage) atau lazim disebut “ Perdarahan pasca persalinan”.
b. Perdarahan pada Masa Nifas I Perdarahan Post Partum Sekunder (Late
Postpartum Hemorrhage) adalah perdarahan yang terjadi setelah > 24 jam bayi
lahir disebut “Perdarahan nifas” (puerperal hemorrhage).
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
a. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
b. Atasi syok jika terjadi syok.
c. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan
jalan lahir.
d. Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk.
e. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama pasca persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
2. Penatalaksanaan khusus
a. Atonia uteri
Lakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan pengurutan
uterus
Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi
uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga
uterus dapat kembali berkontraksi.
b. Retensio plasenta dengan separasi parsial
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil.
Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan, bila ekspulsi tidak
terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat.
Pasang infus oksitosin 20 unit/500 cc NS atau RL dengan tetesan 40/menit,
bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400mg per rektal.
Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
Lakukan transfusi darah bila diperlukan.
Berikan antibiotik profilaksis ( ampicilin 2 gr IV/oral + metronidazole 1 g
supp/oral ).
c. Ruptur uteri
Berikan segera cairan isotonik ( RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi.
Pemberian antibiotic agar tidak teerjadi infeksi
d. Sisa plasenta
Berika antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis
Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument, lakukan
evakuasi sisa plasenta dengan dilatasi dan kuret.
Lakukan transfusi darah jika diperlukan
F. KOMPLIKASI
1. Infeksi, syok septic merupakan salah satu kondisi kegawatdaruratan yang
disebabkan oleh kondisi sepsis, yaitu peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi.
2. Anemia berat atau kekurangan zat bsi (Fe) didalam tubuh.
3. Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetilia yang dapat terjadi setiap
saat pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan.
4. Ruptur uteri atau uterine rupture adalah robekan dinding rahim (uterus), dapat
terjadi selama periode antenatal (pra-persalinan) saat induksi, selama proses
persalinan dan kelahiran bahkan selama kala-3 persalinan.
5. Syok hipovolemik adalah kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh hilangnya
darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung tidak dapat
memompa cukup darah ke seluruh tubuh.
6. Kerusakan otak
7. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra uteri,
retardasi pertumbuhan intra uteri.
8. Kematian.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada Hemoragic Post Partum :
a. Pemeriksaan golongan darah
Rh (Rhesus), golongan darah, Crossmatch
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Hb (Hemoglobin) atau HT (Hematokrit) menurun, sel darah putih
meningkat dan laju endap sedimentasi meningkat, eritrosit, dan trombosit.
c. Kultur uterus dan vagina
Infeksi pasca partum
d. Pemeriksaan koagulasi
Fibrinogen menurun, masa protombin memanjang karena adanya KID, masa
tromboplastin parsial diaktivasi, masa tromboplastin parsial (APTT/PTT)
e. pemeriksaan Sonografi
Menentukan adanya jaringan plasenta tertahan.
f. Elektrolit serum: Untuk mendekteksi ketidakseimbangan elektrolit
g. Gas darah arteri: untuk mengkaji oksigenasi
H. WOC
Pembuluh darah
tetap terbuka
Hipoksia jaringan
Merangsang
prostaglandin
Akral dingin,
konjungtiva anemis
MK : Nyeri Akut
MK : Resiko
Perdarahan
I. Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, no register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan :
1. Riwayat kesehatan dahulu :
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat
pre-eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat
implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak
(>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan konjungyiva anemis.
3. Riwayat kesehatan keluarga :
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit
jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
4. Riwayat obstetric :
a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, keluhan
waktu haid, HPHT.
b) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang sebelumnya :
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada
abortus, retensi plasenta.
Riwayat persalinan meliputi: Umur kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau
mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI
cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan
kontraksi.
5. Riwayat Kehamilan sekarang
a) Hamil muda, keluhan selama hamil muda.
b) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,
suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain.
c) Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum
dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein,
banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
d) Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya
perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri.
e) Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan
melaporkan kelelahan yang berlebihan.
f) Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi,
keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti
balutan.
2. pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
1. Suhu badan, suhu biasanya meningkat sampai 38 o C. Setelah satu hari suhu
akan kembali normal (36o C – 37o C).
2. Nadi, denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hipovolemia yang semakin berat.
3. Tekanan darah
4. Pernafasan
b. Pemeriksaan Khusus
1. Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi
dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
Nyeri/ketidaknyamanan, nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta
tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
2. Sistem vaskuler
Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam
berikutnya
Tekaanan darah diawasi tiap 8 jam.
Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi
kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian
tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus .
Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan
bau.
Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka
jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas.
Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
Traktus urinarius, diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi
miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
k. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan D.0012
Definisi : beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh) maupun ekstrernal ( di luar tubuh).
Faktor risiko :
1) Aneurisma
2) Gangguan gastrointestinal (mis, ulkus lambung, polip, varises)
3) Gangguan fungsi hati (mis, sirosis hepatis)
4) Gangguan kehamilan (mis, ketuban pecah sebelum waktunya, plasenta
previs/abrupsio, kehamilan kembar)
5) Komplikasi pasca partum (mis, atoni uterus, retensi palsenta)
6) Gangguan koagulasi
7) Efek agen farmakologis
8) Tindakan pembedahan
9) Trauma
10) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
11) Proses keganasan
Penyebab :
Objektif
Tampak meringis
Bersikap protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
Aprisunadi et.al. 2016. Standar diagnosisi keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan pengurus
pusat PPNI
Harif Fidlillah et.al. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan
Harif Fidlillah et.al.. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Jakarta. Dewan