Praana Lit I K Hemostasis
Praana Lit I K Hemostasis
net/publication/272420497
CITATIONS READS
0 10,911
1 author:
Sri S Adiyanti
University of Indonesia
8 PUBLICATIONS 50 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sri S Adiyanti on 18 February 2015.
Pendahuluan
Penggunaan alat analitik modern saat ini sangat membantu dalam pemeriksaan
laboratorium dengan hasil yang akurat. Pemantapan mutu internal dan eksternal yang
dilakukan dengan baik diharapkan dapat mengurangi kesalahan pada proses analitik.
Adanya hasil tes yang tidak tepat dalam pemeriksaan hemostasis dapat disebabkan oleh
keadaan diluar pemeriksaan itu sendiri terutama dalam proses pre analitik. Keadaan yang
dapat menyebabkan kesalahan misalnya dari penanganan sampel yang tidak tepat, atau
dari proses pengambilan sampel itu sendiri. Pada keadaan ini maka hasil tes tidak
1,2
menggambarkan keadaan sampel sesuai keadaan klinis pasien tersebut secara akurat.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan pre
analitik hemostasis terutama saat pengambilan darah vena antara lain identifikasi pasien,
pemilihan lokasi vena, antikoagulan, cara pengambilan dan urutan penampungan. Selain itu
juga dibahas tentang stabilitas dan penyimpanan.
Jenis, volume dan pH antikoagulan, rasio volume darah dan hematokrit merupakan
beberapa hal yang termasuk variabel pra analitik dan dapat mempengaruhi tes koagulasi.
Sebelum 2003, NCCLS (sekarang The Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI))
merekomendasikan bahwa 5 ml darah pertama sebaiknya digunakan untuk pemeriksaan
lain yang bukan hemostasis karena satu ml darah pertama dapat terkontaminasi oleh tissue
factor, namun kini hal tersebut tidak berlaku lagi karena tidak ada bukti adanya perubahan
efek pada pemeriksaan koagulasi. Saat ini CLSI memperkenalkan ‘coagulation before
serum’, tes koagulasi yang sebaiknya tidak dilakukan setelah sampling pada tabung yang
mengandung aktivator atau tabung yang mengandung antikoagulan lain seperti heparin dan
EDTA karena dikhawatirkan dapat terjadi efek carry over dari bahan tambahan dari tabung
sebelumnya ke tabung berikutnya yang kemudian akan mempengaruhi hasil. Carry over
terjadi jika jarum yang digunakan untuk mengisi sebuah tabung memindahkan sedikit darah
atau campuran antikoagulan dari darah tersebut ke tabung yang diisi berikutnya.
Antikoagulan dan zat aditif lainnya pada tabung dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
pada tabung lainnya walaupun dari penelitian Fukugawa ditemukan bahwa efek carryover
dari clot activators dalam tabung serum minimal. Urutan pengambilan tabung juga serupa
pada penggunaan semprit. Jika 2 atau 3 tabung digunakan maka diisi volumenya sampai
batas yang dianjurkan, selain itu CLSI juga menyatakan bahwa hasil tes PT dan APTT tidak
terpengaruh bila dari tabung pertama. 1,4,9,10
Sampel untuk pemeriksaan koagulasi harus menggunakan tabung yang
mengandung antikoagulan yaitu sitrat. Adanya sitrat akan menyingkirkan kalsium sehingga
tidak akan terjadi proses pembekuan. Konsentrasi sitrat yang direkomendasikan adalah
0.105-0.109 M (biasanya 3.2%) dengan rasio 9 volume darah dengan 1 volume
antikoagulan, sehingga penting untuk mengisi tabung sedikitnya 90% dari kapasitas tabung
atau mencapai batas yang terdapat pada tabung untuk tercapainya rasio antar volume
darah dan antikoagulan tersebut selain itu tabung juga harus dicampur merata dengan
dibolak balik perlahan sebanyak 5-6 kali dan jangan dikocok supaya darah dengan
antikoagulan menjadi homogen. 1,4,7
Gambar 2. Tube holder8
Sentrifugasi : persiapan Platelet Poor Plasma (PPP) dan Platelet Rich Plasma (PRP)
Sampel secara keseluruhan perlu diamati adanya bekuan. Untuk memperoleh
plasma, maka sampel disentrifugasi pada kecepatan dan waktu tertentu untuk menghasilkan
platelet poor plasma (PPP) dengan jumlah trombosit < 10 x 10 9/L) (10.000/µl). Hal ini dapat
dicapai dengan sentrifugasi pada 1500 g 15 menit pada suhu kamar. Direkomendasikan
untuk menggunakan swing-out bucket rotor untuk menghindari pencampuran kembali antara
plasma dan trombosit. Sampel yang tampak hemolisis tidak dapat digunakan karena
kemungkinan adanya aktivasi pembekuan dan interferensi pada alat. Beberapa instrumen
yang menggunakan detektor optik dapat bermasalah dalam pengukuran pada sampel yang
ikterik, lipemik atau mengandung substansi yang menganggu transmisi cahaya sehingga
metoda alternatif seperti mekanik atau elektromekanik harus dipertimbangkan. 11
Untuk pemeriksaan agregasi trombosit, digunakan Platelet Rich Plasma (PRP)
dengan jumlah trombosit sedikitnya 200 x 10 9/L yang dapat diperoleh dengan sentrifugasi
pada 150-200 g selama 10-15 menit pada suhu kamar, dan kemudian diperiksa
selambatnya dalam waktu 2 jam.2,13
Ringkasan
Pemeriksaan hemostasis memerlukan perhatian khusus, dimana pre analitiknya
memegang peranan penting yang dapat mempengaruhi hasil tes secara keseluruhan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan seperti saat pengambilan sampel yaitu identifikasi
pasien, urutan pengambilan tabung dan penggunaan antikoagulan. Tabung harus terisi
penuh 90%, menggunakan antikoagulan yang tepat seperti sitrat. Kini CLSI
merekomendasikan ‘coagulation before serum’ karena dikhawatirkan efek carry over yang
akan terjadi meskipun penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna PT dan APTT
yang diambil dari tabung pertama maupun kedua. Transportasi dan penyimpanan sampel
juga memegang peranan penting tergantung dari tes apa yang akan dikerjakan seperti
APTT yang harus diperiksa dalam waktu 4 jam, sedangkan PT dalam waktu 24 jam bila
didiamkan dalam suhu kamar. Hal lain seperti hematokrit dan cara sentrifugasi juga harus
diperhatikan. Bila pre analitik dilakukan dengan baik maka pada pemeriksaan hemostasis
akan diperoleh hasil yang akurat dan sesuai klinis pasien.
DAFTAR PUSTAKA