Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANTENATAL CARE (ANC)

OLEH :
PANDE PUTU OKTAPIANA
209012454

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
ANTENATAL CARE (ANC)

A. KONSEP DASAR PERSALINAN


1. Definisi/Pengertian
Kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari. (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu:
1. Trimester I: dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan kehamilan.
2. Trimester II: dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan kehamilan.
3. Trimester III: dimulai dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Saifuddin, 2016)
Antenatal care adalah, pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sedangkan
pengawasan sebelum persalinan terutama yang ditujukan pada ibu disebut ante
partal care. Antenatal adalah perawatan fisik dan mental sebelum persalinan
yaitu sejak masa kehamilan. Antenatal ini bersifat preventife care dan tujuan
secara umumnya adalah mencegah hal-hal yang kurang baik bagi bayi maupun ibu (Prof
Sulaiman Sastra Winata).
Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu
manajemen kehamilan di mana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik
(rahmatullah, 2016). ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ibu hamil secara berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin,
2006). Pemeriksaan ANC adalah suatu program terencana berupa observasi,
edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses
kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2007).
Menurut Wignjosastro (2005) ANC merupakan pengawasan wanita
hamil secara teratur dan tertentu dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental
serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil
baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal (Padila, 2014). Kunjungan antenatal care adalah kunjungan ibu hamil ke
bidan atau dokter sedini mungkin semenjak wanita merasa dirinya hamil untuk
mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Padila, 2014).
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ANC atau
pemeriksaan kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil
dengan melakukan pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil sehingga mampu
menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

2. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek :
a. Ovum: Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari
suatu nucleus yang terapung – apung dalam vitelus dilingkari oleh zona
pellusida dan kromoson radiata.
b. Spermatozoa: Spermatozoa adalah berbentuk seperti terdiri dari kepala
berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti leher yang menghubungkan kepala
dengan bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak.
c. Konsepsi: Konsepsi adalah peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di
tuba fallopi.
d. Nidasi: Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasenta: Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukaran zat antara ibu, anaknya dan sebaliknya.

3. Tujuan Antenatal Care


Pelayanan antenatal care diberikan sedini mungkin kepada wanita
semenjak dirinya hamil. Pedoman pelayanan antenatal care menurut Depkes
(2007) memiliki beberapa tujuan, yaitu:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial
ibu.
c. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit-penyulit komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan, dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, dan persalinan yang aman
dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan peran ibu agar masa nifas berjalan normal dan
mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi, agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
g. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian neonatal.
h. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin.
Tujuan antenatal care untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil
dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini
komplikasi kehamilan.(Kemenkes RI, 2018). Tujuan asuhan keperawatan
antenatal adalah mendeteksi secara dini risiko komplikasi yang mungkin dialami
ibu selama hamil, mencegah komplikasi selama hamil, memantau kesehatan ibu
dan janin, membantu dan memfasilitasi proses adptasi yang terjadi sehingga ibu
dapat beradaptasi dengan perubahan fisik dan peran barunya, menginformasikan
kunjungan ulang, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan,
menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Manurung, Tutiany, &
Suryati, 2011).

4. Fungsi Antenatal Care


Selain tujuan antenatal care juga memiliki tiga fungsi yaitu yang pertama,
sebagai promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan. Fungsi yang kedua yaitu untuk melakukan screening, identifikasi
wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu. Fungsi yang
terakhir adalah untuk memantau kesehatan selama hamil dengan usaha
mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi (Padila, 2014).

5. Jadwal kunjungan antenatal care


Program pelayanan kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu
hamil melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali selama masa
kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sesuai dengan frekuensi minimal di tiap
trimester, yaitu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), minimal satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu),
dan minimal dua kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan) (Kemenkes RI, 2018). Ibu hamil melakukan kunjungan antenatal
care minimal empat kali yaitu :
a. Kunjungan pertama (Trimester I)
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil pada masa kehamilan ke pelayanan
kesehatan. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan
data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan. Kegiatan yang dilakukan sebagai
berikut: anamnesa, pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan khusus obstetri,
penilaian risiko kehamilan, menentukan taksiran berat badan janin,
pemberian imunisasi TT1, KIE pada ibu hamil, penilaian status gizi, dan
pemeriksaan laboratorium (Wagiyo & Putrono, 2016).
b. Kunjungan kedua (Trimester II)
Pada masa ini ibu dianjurkan untuk melakukan kujungan antenatal care
minimal satu kali. Pemeriksaan terutama untuk menilai risiko kehamilan,
laju pertumbuhan janin, atau cacat bawaan. Kegiatan yang dilakukan pada
masa ini
adalah anamnesis keluhan dan perkembangan yang dirasakan ibu,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan USG, penilaian risiko kehamilan, KIE pada
ibu, dan pemberian vitamin (Wagiyo & Putrono, 2016).
c. Kunjungan ketiga (Trimester III)

Pada masa ini sebaiknya ibu melakukan kunjungan antenatal care setiap
dua minggu sampai adanya tanda kelahiran. Pada masa ini dilakukan
pemeriksaan: anamnesis keluhan dan gerak janin, pemberian imunisasi TT2,
pengamatan gerak janin, pemeriksaan fisik dan obstetri, nasihat senam
hamil, penilaian risiko kehamilan, KIE ibu hamil, pemeriksaan USG,
pemeriksaan laboratorium ulang (Wagiyo & Putrono, 2016).

6. Faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal care


a. Usia
Usia memengaruhi pola pikir seseorang. Ibu dengan usia produktif (20-35
tahun) dapat berfikir lebih rasional dibandingkan dengan ibu dengan usia
yang lebih muda atau terlalu tua. Sehingga ibu dengan usia produktif
memiliki motivasi lebih dalam memeriksakan kehamilannya.
b. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang menentukan seberapa besar pengetahuan yang
dimilikinya. ibu hamil yang berpendidikan memiliki pemahaman yang lebih
mengenai masalah kesehatan sehingga memengaruhi sikap mereka terhadap
kehamilannya sendiri maupun pemenuhan gizinya selama hamil
c. Status pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja dengan aktivitas tinggi dan padat lebih memilih untuk
mementingkan karirnya dibandingkan dengan kesehatannya sendiri, sehingga
sulit untuk patuh dalam melakukan kunjungan ANC dibandingkan dengan
ibu rumah tangga yang memiliki waktu yang lebih luang untuk dapat
mengatur dan menjadwalkan kunjungan ANC secara optimal.
d. Paritas ibu hamil
Paritas adalah banyaknya jumlah kelahiran hidup yang dialami oleh seorang
wanita. Ibu dengan jumlah paritas yang tinggi tidak terlalu khawatir dengan
kehamilannya lagi sehingga menurunkan angka kunjungannya, sedangkan
ibu dengan kehamilan pertama merasa ANC merupakan sesuatu yang baru
sehingga ibu memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam pelaksanaannya.
e. Pengetahuan ibu hamil
Sebagai indikator seseorang dalam melakukan suatu tindakan, pengetahuan
merupakan faktor penting yang memengaruhi motivasi ibu hamil untuk
melakukan kunjungan ANC. Bagi ibu dengan pengetahuan yang tinggi
mengenai kesehatan kehamilan menganggap kunjungan ANC bukan sekedar
untuk memenuhi kewajiban, melainkan menjadi sebuah kebutuhan untuk
kehamilannya.
f. Sikap ibu hamil
Sikap ibu hamil terhadap layanan pemeriksaan kehamilan memengaruhi
kepatuhannya dalam melakukan kunjungan ANC. Sikap yang positif atau
respon yang baik mencerminkan kepeduliannya terhadap kesehatan diri dan
janinnya
sehingga dapat meningkatkan angka kunjunan. Sedangkan, sikap yang
negatif membuat ibu hamil kehilangan motivasinya untuk melakukan
kunjungan.
g. Jarak tempat tinggal
Semakin jauh jarak fasilitas kesehatan dari tempat tinggal ibu hamil serta
semakin sulit akses menuju ke fasilitas kesehatan akan menurunkan motivasi
ibu hamil untuk melakukan kunjungan ANC. Jauhnya jarak akan membuat
ibu berfikir dua kali untuk melakukan kunjungan karena akan memakan
banyak tenaga dan waktu setiap melakukan kunjungan. Ibu yang tidak
menggunakan transportasi dan harus berjalan kaki menuju ke tempat
pelayanan kesehatan mayoritas memiliki angka kunjungan kurang dari empat
kali selama masa kehamilan.
h. Penghasilan keluarga
Ibu hamil dengan penghasilan keluarga yang rendah lebih memprioritaskan
pemenuhan kebutuhan pokok untuk keluarganya sehingga hal lain menjadi
terabaikan, termasuk kesehatan kehamilannya. Sehingga, semakin rendah
penghasilan keluarga maka semakin rendah angka kunjungan ibu ke fasilitas
pelayanan ke sehatan untuk memeriksakan kehamilannya.
i. Saran media informasi
Media informasi yang mencakup informasi mengenai pentingnya pelayanan
antenatal pada ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi ibu
dalam melakukan kunjungan. Edukasi melalui media biasanya menjadi salah
satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah perilaku
masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Media
yang digunakan dapat berupa media cetak, seperti leaflet, poster, koran,
majalah, dan lain-lain ataupun media elektronik seperti televisi, internet, dan
lain-lain.
j. Dukungan suami
Sebagai calon seorang ayah, sikap suami terhadap ibu hamil, yang dalam hal
ini adalah istrinya, sangat menentukan rasa sayangnya terhadap kesehatan
istri dan calon anaknya. Melalui dukungan suami yang baik sebagai
pendamping terdekat ibu, semakin tinggi dorongan yang didapatkan ibu
hamil untuk menjaga kehamilannya, sehingga ibu termotivasi untuk
melakukan kunjungan ANC.
k. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggota keluarganya. Sebagai lingkungan yang terdekat dengan ibu hamil,
dukungan dari keluarga memegang peranan penting dalam memengaruhi
psikologi dan motivasi ibu dalam melakukan perilaku kesehatan. Dengan
dukungan yang baik dari keluarga, ibu akan lebih memperhatikan kesehatan
diri dan janinnya, yaitu dengan secara rutin berkunjung ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk melakukan ANC. Dukungan dari keluarga dapat berupa
bantuan, perhatian, penghargaan, atau dalam bentuk kepedulian terhadap ibu
hamil.
l. Faktor dukungan petugas kesehatan
Sikap petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan memengaruhi
frekuensi kunjungan ANC ibu hamil. Semakin baik sikap petugas kesehatan
maka semakin sering pula seorang ibu hamil menginjungi fasilitas kesehatan
untuk memeriksakan kehamilannya. Belum meratanya petugas kesehatan
yang ada di daerah terpencil juga dapat menurunkan akses ibu hamil untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
7. Pelayanan ANC
Standar pelayanan antenatal care berfungsi untuk memberikan pelayanan
kepada ibu hamil. Standar pelayanan antenatal care ini di kenal dengan 10T yang
sudah di rekomendasikan oleh dinas kesehatan RI sejak 2009. Standar 10T
adalah:
a) T1 (Timbang Berat badan dan Ukur tinggi badan)
Penimbangan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan diri,
karenahubungannnya erat dengan pertambahan berat badan lahir bayi. Berat
badan ibu hamilyang sehat akan bertambah antara 10-12 Kg sejak sebelum
hamil (Nadesul, 2006). Tinggi badan hanya diukur pada kunjungan pertama.
Ibu dengan tinggi <145 cm perludiperhatikan kemungkinan panggul
sempit sehingga menyulitkan pada saat persalinan(Depkes RI, 1998).
b) T2 (Pemeriksaan tekanan darah)
Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara rutin dengan tujuan
untukmelakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi
c) T3 (Nilai status gizi dengan cara mengukur lingkar lengan atas) :
d) T4 (Ukur tinggi fundus uteri)
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin untuk mendeteksi
secaradini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan janin intrauterin,
tinggi fundusuteri juga dapat digunakan untuk mendeteksi terhadap terjadinya
molahidatidosa, janinganda atau hidramnion (Nadesul, 2006)
e) T5 (Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin)
f) T6 (Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi TT bila di
perlukan)
g) T7 (Pemberian tablet Zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan)
h) T8 (Tes laboratorium (umum dan khusus)
i) T9 (Tatalaksana kasus)
j) T10 (Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan)

8. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung
telur (ovulasi), yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke
dalam sel telur, waktu persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan
berjuta-juta sel mani (sperma) bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke
saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang
mengembang oleh tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma
yang mengeluarkan ragi untuk mencairkan zat-zat yang melindungi ovum.
Kemudian pada tempat yang paling mudah dimasuki, masuklah salah satu sel
mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa ini disebut pembuahan
(konsepsi = fertilitas)
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh
rambut getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi
(implantasi). Dari pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk
menyuplai darah ke sel-sel makanan bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri
(plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum
(sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi (konsepsi = fertilitas),
nidasi dan plasenta.
1. Sel telur (ovum)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di
geneta-bridge.
2. Sel mani (spermatozoa)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti (nucleus), leher yang menghubungkan kepala dengan
bagian tengah, dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak
dengan cepat.
3. Pembuahan (konsepsi = fertilitas)
Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatu antara sel mani dengan sel telur di
tuba pallofi. Terjadi pada 1/3 distal tuba. Mengalami pembelahan: zigot-
morula- balstula.
4. Nidasi (implantasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Terjadi hari ke 4-7 hari setelah konsepsi.
5. Plasentasi: Tumbuh kembangnya khorion dan desidua. Pembentukan
plasenta. Pada akhir bulan ke-4 plasenta terbentuk lengkap.
9. Pathway

Kehamilan

Uterus Kurangnya Kekhawat


membesar asupan iran
kalsium & mengala
fospor
Desakan Terdesaknya
pembesaran rahim diafragma ke Kram otot Ansietas
atas

Kapasitas Bentuk dan


ukuran rongga Nyeri akut
kandung kemih
dada berubah
Inkontinensia
Dispnea
Ganggun
eliminasi urine Pola nafas tidak
efektif
10. Tanda dan gejala
Menurut Forrer, (2009) beberapa tanda dan gejala antenatal yaitu :
a. Tanda Tidak Pasti/Tanda Mungkin Kehamilan
1) Persumtif Sign ( subyektif)
- Amenorhoe ( tidak mendapat haid)
- mual muntah (morning sicknes) merupakan respon
awal terhadap tingginya kadar progesterone dan menghilang setelah tiga
bulan.
- letih,sakit kepala
- merasakan gerakan janin terjadi sekitar 22 minggu
gestasi atau 20 minggu pada wanita hamil pertama.
- perubahan pada mamae
- frekuensi berkemih meningkat karena adanya
kongesti darah pada organ-organ pelvic sehingga meningkatkan
sensitivitas jaringan, tekanan uterus pada kandung kencing menstimulasi
saraf sehingga BAK.
- lekore/keputihan peningkatan sekresi vaginal oleh
efek stimulasi hormone estrogen dan progesterone pada kelenjar dan
peningkatan suplay darah ke pelvic .
2) Probabilitas (Objektif)
- Pembesaran uterus
 melunaknya daerah isthmus uteri (hegar
sign) diketahui melalui pemeriksaan bimanual dan mulai terlihat
pada minggu ke 6 dan menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
 Servik terasa lebih lunak (tanda Goodell”s)
diketahui melalui pemeriksaan bimanual
 tanda ballotemen : pantulan yang terjadi saat
jari pemeriksa mengetuk janin yang mengapung dalam uterus,bayi
menjauh kemumudian ke posisi semula.
 Kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi
intermiten yang mungkin terjadi selama hamil dan tidak terasa sakit.
- Perubahan warna kulit oleh Chloasma: warna kulit yang kehitam-hitaman
pada dahi, punggung hidung dan kulit daerah tulang pipi terutama pada
warna kulit hitam hal ini disebabkan oleh stimulasi MSH (Melanosyt
Stimulating Hormone), dan Striae gravidarum; regangan kulit abdomen
terlihat garis tak teratur.
- HCG (Human Chronic Gonadotropin) meningkat.
b. Tanda positif kehamilan
- Terdengar DJJ. DJJ dapat didengar dengan
stetoskop laenec pada minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonik
(doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12.
Normal DJJ 120-160 kali permenit.
- adanya gerakan janin pada palpasi
- Teraba bagian janin pada palpasi
- Adanya kantong kehamilan (gestasional sac) dalam
rongga uterus pada pemeriksaan USG ,adanya skelet janin pd gmbr X
Ray.
c. Tes Kehamilan
Tes hCG ( hormone chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan mendeteksi
hormone hCG dalam urin.kadar terendah yang memberi hasil positif yaitu 0,5
hCG per ml urin, kadar tertinggi 500 SI HCG.

11. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan umum

Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran, Tanda vital (tekanan
darah, nadi, suhu, pernapasan), tinggi/berat badan. Kemungkinan risiko tinggi
pada ibu dengan tinggi < 145 cm, berat badan 75 kg. Batas hipertensi pada
kehamilan yaitu 140/90 mmHg (nilai diastolik lebih bermakna untuk prediksi
sirkulasi plasenta)

b. Kepala : ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal,


hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).

c. Muka : pigmentasi muka (kloasma grafidarum)

d. Mata : conjunctiva (adakah anemis), sclera (adakah ikterik), kelopak


mata (apakah cekung)

e. Leher : pigmentasi (apakah ada peningkatan), kelenjar tiroid dan


paratiroid, vena jugularis (apakah ada pembesaran).
f. Dada : keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi pecusi, auskultasi), dypsnea,
payudara (apakah ada hiperpigmentasi, pembesaran).

g. Ekstremitas : diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri


(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika ada
luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi masalah dan
direncanakan penatalaksanaannya.

h. Perut : pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopold Mc


Donald)

a) Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus

b) Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan kiri. Menentukan

c) Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin

d) Leopold IV : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP

12. Penatalaksanaan Antenatal Care (ANC)


a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
sesuai status imunisasi.
f. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.
g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
h. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan
konseling, termasuk keluarga berencana).
i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum
pernah dilakukan sebelumnya).

13. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan
laboratorium
Wanita hamil diperiksa urinnya untuk mengetahui kadar protein
glukosanya, diperiksa darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan
darah, Hb dan penyakit rubella

b. Pemeriksaan Rontgen
Dilakukan pada kehamilan yang sudah agak lanjut karena sebelum buan
ke IV rangka janin belum tampak. Pemeriksaan rontgen dilakukan pada
kondisi-kondisi:
- Diperlukan tanda pasti hamiL
- Letak anak tidak dapat ditentukan dengan jelas dengan palpasi
- Mencari sebab dari hidraamnion
- Untuk menentukan kelainan anak
c. Pemeriksaan USG
Kegunaannya:
- Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan
- Penentuan umur gestasi dan penafsiran ukuran fetal
- Mengetahui posisi plasenta
- Mengetahui adanya IUFD
- Mengetahui pergerakan janin dan detak jantung janin. (Marjati dkk, 2010)
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas umum, perhatian pada usia ibu, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Range usia reproduksi sehat dan aman antara 20-30 tahun. Pada
kehamilan usia remaja, apalagi kehamilan di luar nikah, kemungkinan ada
unsur penolakan psikologis yang tinggi. Tidak jarang pasien meminta aborsi.
Usia muda juga faktor kehamilan risiko tinggi untuk kemungkinan adanya
komplikasi obstetri seperti preeklampsia, ketuban pecah dini, persalinan
preterm, abortus.
b. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum, kelainan bentuk badan serta kesadaran, keadaan vital
sign.
b) Kepala : ada/tidaknya nyeri kepala (anaemic headache nyeri frontal,
hypertensive / tension headache nyeri suboksipital berdenyut).
c) Muka : pigmentasi muka (kloasma grafidarum)
d) Mata : conjunctiva (adakah anemis), sclera (adakah ikterik), kelopak
mata (apakah cekung)
e) Leher : pigmentasi (apakah ada peningkatan), kelenjar tiroid dan
paratiroid, vena jugularis (apakah ada pembesaran).
f) Dada : Keadaan paru-paru (inspeksi, palpasi pecusi, auskultasi),
dypsnea, payudara (apakah ada hiperpigmentasi, pembesaran).
g) Ekstremitas : diperiksa terhadap edema, pucat, sianosis, varises, simetri
(kecurigaan polio, mungkin terdapat kelainan bentuk panggul). Jika
ada luka terbuka atau fokus infeksi lain harus dimasukkan menjadi
masalah dan direncanakan penatalaksanaannya.
h) Perut : pigmentasi (linea nigra/ alba, strie, pemeriksaan leopold Mc
Donald)
1. Leopold I : Menentukan TFU dan bagian janin dalam fundus
2. Leopold II : Menentukan batas samping rahim kanan kiri. Menentukan
3. Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
4. Leopold IV : Menentukan seberapa bagian bawah janin masuk PAP

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung
kemih
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kecemasan
3. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan fisik, pengaruh hormonal
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ancaman terhadap konsep
diri, kurang terpapar informasi

III. RENCANA TINDAKAN DAN RASIONAL


No Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan Rasional

1. Setelah dilakukan a. Monitor eliminasi urine, a. Untuk mengetahui


tindakan keperawatan meliputi frekuensi, eliminasi urine pasien
3x24 jam diharapkan konsistensi, bau, volume b. Untuk mengetahui
Gangguan Eliminasi dan warna urine faktor penyebab
Urine teratasi dengan b. Identifikasi faktor apa inkontinensia
kriteria hasil : saja penyebab c. Untuk menghindari
a. Pasien dapat inkontinensia pada pasien terjadinya iritasi
mengenali c. Jelaskan penyebab d. Untuk mempermudah
keinginan untuk terjadinya inkontinensia pasien ke toilet
berkemih dan rasionalisasi setiap
b. Pasien mampu tindakan yang dilakukan
menjaga pola d. Bersihkan kulit sekitar
berkemih yang teratur area genetalia secara
c. Mengkonsumsi cairan teratur
dalam jumlah yang e. Modifikasi pakaian dan
cukup lingkungan untuk
mempermudah akses ke
toilet

2. Setelah dilakukan a. Monitor kecepatan,irama, a. Untuk mengetahui pola


tindakan keperawatan kedalaman dan kesulitan nafas pasien
3x24 jam diharapkan bernafas b. Untuk mempermudah
Pola Nafas pasien normal b. Monitor pola nafas pasien dalam
dengan kriteria hasil : c. Berikan pasien posisi melakuakn persalinan
1. Frekuensi pernafasan yang nyaman (miring
normal kanan atau kiri)
2. Irama pernafasan
normal
3. Dispnea saat istirahat
berkurang
3. Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian nyeri a. Untuk merencanakan
tindakan keperawatan secara komprehensif perawatan
3x24 jam diharapkan b. Kaji status pernapasan b. Untuk memberikan rasa
Nyeri pasien berkurang klien. nyaman pada pasien
dengan kriteria hasil : c. Perhatikan adanya keluhan c. Untuk mengetahui
1. Nyeri berkurang ketegangan pada tingkat nyeri yang
2. Perasaan mual punggung dan perubahan dirasakan pasien
berkurang cara jalan.
3. Keringat pasien d. Perhatikan adanya kram
berkurang pada kaki. Anjurkan klien
4. Pasien dapat untuk meluruskan kaki
beristirahat dan mengangkat telapak
5. TTV dalam batas kaki bagian dalam ke
normal posisi dorsofleksi,
TD: 120/70 mmHg menurunkan masukan
N: 80x/menit susu, sering mengganti
Suhu : 36,8̊ C posisi dan menghindari
RR : 20x/menit berdiri/duduk lama.
e. Berikan informasi
mengenai fisiologi
aktivitas uterus.
f. Monitor vita sign

4. Setelah dilakukan a. Jelaskan semua prosedur a. Untuk memberikan


tindakan keperawatan termasuk sensasi yang informasi pada klien
3x24 jam diharapkan akan dialami klien selama mengenai tindakan yang
Ansietas pasien prosedur akan diberikan dan
berkurang dengan kriteria b. Gunakan pendekatan menentukan arah dan
hasil : yang tenang dan kemungkinan pilihan /
1. Kecemasan pasien meyakinkan intervensi.
berkurang c. Ciptakan atmosfer rasa b. Untuk menghilangkan
2. Pasien dapat aman untuk ansietas berkenaan
beristirahat meningkatkan dengan ketidaktahuan
kepercayaan dan membantu keluarga
d. Libatkan keluarga untuk mengenai stress,
mendampingi klien membuat keputusan,
dengan cara yang tepat dan beradaptasi secara
positif terhadap pilihan

IV. IMPLEMENTASI
Melakukan implementasi sesuai intervensi

V. EVALUASI
Dx 1 :
- Pasien dapat mengenali keinginan untuk berkemih
- Pasien mampu menjaga pola berkemih yang teratur
- Mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup
Dx 2 :
- Frekuensi pernafasan normal
- Irama pernafasan normal
- Dispnea saat istirahat berkurang
Dx 3 :
- Nyeri berkurang
- Perasaan mual berkurang
- Keringat pasien berkurang
- Pasien dapat beristirahat
- TTV dalam batas normal
TD: 120/70 mmHg
N: 80x/menit
Suhu : 36,8̊ C
RR : 20x/menit
Dx 4 :
- Kecemasan pasien berkurang
- Pasien dapat beristirahat

DAFTAR PUSTAKA

Putrid, Endang dan Elisabeth. (2015). Asuhan Kebidanan.Jakarta: EGC

Wilkinson.JM & Ahern NR. (2011). Buku Suku Diagnosis


Keperawatan:Diagnosis.NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Alihbahasa oleh: Esty W. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan Dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

NANDA internasional. (2013). Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi 2012 –


2014, Jakarta: EGC
KASUS

Seorang wanita usia 21 tahun baru menikah 6 bulan yang lalu. merasakan payudaranya
menegang serta sering buang air kecil. ayu datang ke poliklinik, dari anamnesa pasien didapatkan
G1P0A0 dengan umur kehamilan 30-32 minggu. Pasien mengeluh susah BAB sejak 3 hari yg lalu dan
membuat perutnya terasa tidak nyaman dan sesak . Riwayat menstruasi teratur, mual muntah pada pagi
hari, Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tinggi fundys uteri 26 cm, janin tunggal hidup,
presentasi kepala, kepala belum masuk PAP, pada saat dilakukan auskultasi dudapatkan DJJ 120x/mnt
teratur dan kuat , bising usus menurun 4x/ menit.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny D
DENGAN G2P1A0
DI RUANG K
RS K

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 21 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Agama : Hindu
Suku : Indonesia
Alamat : Gianyar
Agama : Hindu
No CM : 3421
Tanggal MRS : 22 Oktober 2020

Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2020


Sumber Informasi : Keluarga pasien

Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 25 Tahun
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Laki – laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Gianyar
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Agama : Hindu

B. ALASAN MRS
a. Keluhan Utama MRS
Pasien mengatakan payudara menegang, sering buang air kecil
b. Keluhan saat di kaji
Pasien mengatakan payudara menegang, sering buang air kecil, mual muntah pada pagi hari
c. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengatakan payudara menegang, sering buang air kecil, mual muntah pada pagi hari,
riwayat menstruasi teratur serta pasien mengeluh susah BAB sejak 3 hari yang lalu membuat
perutnya terasa tidak nyaman dan sesak
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat atau penyakit dalam seperti:
hipertensi, diabetes, penyakit jantung

C. RIWAYAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


a. Riwayat Menstruarsi :
 Menarche : Umur 15 tahun
 Siklus : Teratur (√ ) tidak ( )
 Banyaknya : 20 – 25 cc
 Lama : 4 hari
 Keluhan : Dismenore
 HPHT : 20 Agustus 2020
b. Riwayat pernikahan
 Menikah : 1 kali
 Lama : 6 bulan
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Belum pernah, karena baru kehamilan
pertama
Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
No Thn Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB Pj
Kehami Kelamin
lan
Tid Tid Tidak Tidak ada Tidak Tidak Tidak Tidak ada Tidak Tidak ada Tidak Tidak Tidak
ak ak ada ada ada ada ada ada ada ada
ada ada

d. Riwayat kehamilan saat ini


Status Obstetrikus :
 G1P1A0H
 UK : 30-32 minggu
 TP : 22 Oktober 2020
 ANC kehamilan sekarang : Berdasarkan anamnesa didapatkan kehamilan ibu
sekarang adalah kehamilan pertama, tidak pernah mengalami abortus (G1P1A0), umur
kehamilan 30-32 minggu.

e. Riwayat keluarga berencana


 Akseptor KB : Tidak ada
 Jenis : Tidak ada
 Lama : Tidak ada
 Masalah : Tidak ada

D. RIWAYAT PENYAKIT
1. Klien
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat atau penyakit dalam seperti:
hipertensi, diabetes, penyakit jantung
2. Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat penyakit berat
seperti: hipertensi, diabetes, asma, penyakit jantung
E. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

- Pasien mengatakan “saya tidak mengetahui atas kehamilan ini, jika


saya mengalami keluhan, saya segera melakukan pemeriksaan baik di bidan, puskesmas,
maupun rumah sakit”
2. Nutrisi / metabolik

- Pasien mengatakan “ saya makan 3 kali sehari dengan porsi penuh


dengan lauk sayur, tempe, ikan, karena merasa mual nafsu makan saya berkurang
terutama di pagi hari”
3. Pola eliminasi

- Pasien mengatakan “ saya sering BAK ± 9 – 12 kali setiap harinya


dengan warna kuning bening, bau yang khas (bau air kencing pesing)
- Pasien mengatakan “ saya BAB 1x sehari setiap pagi, dengan feses
tidak keras, dan tidak cair
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
0 : Mandiri,
1 : Alat Bantu,
2 : Dibantu Orang Lain,
3 : Dibantu Orang Laindan Alat,
4 : Tergantung Total

5. Oksigenasi:
- Pasien mengatakan selama kehamilan tidak pernah mengalami
sesak nafas
6. Pola tidur dan istirahat
- Pasien mengatakan “saya tidur malam hanya 6 – 7 jam”
7. Pola perseptual:
- Pasien mengatakan “ saya merasa bersyukur dan merasa senang
menjadi seorang ibu”
8. Pola persepsi diri
- Pasien mengatakan “saya berperan sebagai ibu rumah tangga, saya
senang keluarga selalu mendukung saya dan saya merasa diperhatikan”
9. Pola seksual dan reproduksi
- Pasien mengatakan “ini baru pertama kali saya hamil”
10. Pola peran – hubungan
- Pasien mengatakan “saya berhubungan baik dengan keluarga dan
peran saya tidak terganggu serta dapat melakukan aktivitas”
11. Pola manajemen koping stress
- Pasien mengatakan “saya kalau ada masalah selalu terbuka dengan
anggota keluarga saya, jika ada masalah selalu diselesaikan bersama – sama dan masalah
itu dapat terselesaikan”
12. Sistem nilai dan keyakinan
- Pasien mengatakan “saya sembahyang 3 kali sehari dilaksanakan
tepat waktu terkadang di rumah atau di pura ”

F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Composmentis
 GCS : 15 ( E4 V5 M6 )
 Tingkat kesadaran : Composmentis
 Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg N : 68x/menit RR : 22x/ menit T : 36,7̊ C
 BB : BB (sebelum hamil): 56 BB (saat hamil): 60 kg TB : 160 cm
LILA : 24,5 cm
Head toetoe :
 Kepala : Rambut bersih, tidak ada ketombe

Wajah : Tidak ada Cloasma Gravidarum


Sklera : Anikterik
Konjungtiva : : Ananemis
Pembesaran limphenode : Tidak ada pembesaran limpa
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen

 Kulit
Lineanigra ( √ )
Striaegravidarum ( - )
Pucat ( √ )
Cloasma ( - )

 Dada
Payudara
Areola : Hyperpigmentasi
Putting : Menonjol
Tanda dimpling / retraksi : Tidak ada dimpling / retraksi
Pengeluaran ASI : Tidak ada pengeluaran ASI
Jantung : S1 S2 reguler
Paru : Simetris, suara nafas vesikuler

 Abdomen
Linea : Terdapat linea nigra
Striae : Terdapat striae
Pembesaran sesuai UK : 30-32 Minggu
Gerakan Janin : Normal
Kontraksi : Tidak ada kontraksi
Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi
Ballottement : Tidak ada ballottement
Leopold I : Tiggi fundus uteri 26 cm, pada daerah fundus uteri teraba kepala,
janin belum turun
TFU : Pertengahan simpisis dan pusat
Leopold II : Letak punggung janin disebelah kanan, teraba lebar dan keras
Leopold III : Kepala janin belum masuk PAP
Leopold IV : Kepala janin belum masuk PAP
Penurunan kepala : Konvergen (masih sebagian kecil kepala janin masuk PAP)
Kontraksi : Tidak ada kontraksi
DJJ :120 x/menit, kuat, teratur
Bising usus : 4x/ menit

 Genetalia dan perineum : Bersih


Kebersihan : Baik
Keputihan : Tidak ada keputihan
Karakteristik :-
Hemoroid : Tidak ada hemoroid

 Ekstremitas
Atas :
Oedema : Tidak ada oedema
Varises : Tidak ada varises
CRT : > 3 detik
Bawah :
Oedema : Tidak ada oedema
Varises : Tidak ada varises
CRT : > 3 detik
Refleks : +
G. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Golongan darah
ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas
b. Usap vagina/rectal
Tes untuk neisseria gonorrhoea, Chlamydia
c. Tes serologi
Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin.
d. Skrining
Terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
e. Titer rubella
Menunjukkan imunitas
f. Papanicoloan Smear
Mengidentifikasi neoplasia, herpeks simplex tipe II
g. Urinalisis
Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes, penyakit ginjal)
2. Pemeriksaan USG

H. DIAGNOSA MEDIS
G1P0A0

I. PENGOBATAN
Pengobatan yang didapatkan selama kehamilan adalah sudah mendapatkan tablet zat besi,
vitamin c dan asam folat
II. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Ds : Pasien mengeluh susah Pola BAB tidak teratur
BAB sejak 3 hari yg lalu Konstipasi
dan membuat perutnya Eliminasi feses tidak lancar
terasa tidak nyaman dan
sesak
Konstipasi
Do :
Inspeksi : pembesaran abdomen.
Palpasi : perut terasa keras, ada
impaksi feses.
Perkusi : redup.
Auskultasi : bising usus tidak
terdengar

Distensi Lambung Nausea


DS : Pasien mengatakan merasa
mual dan muntah di pagi Kehamilan
hari
DO :
 Pasien tampak pucat
 Mengeluh mual
 Merasa ingin muntah

DS : Pasien mengatakan sering Kehamilan Gangguan eliminasi


BAK urine
DO : Uterus membesar
 Pasien tampak gelisah
Desakan pembesaran rahim
 Sering buang kecil
 Urgensi Kapasitas kandung kemih

Inkontinensia

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas :


1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
2. Nausea berhubungan dengan distensi lambung, kehamilan
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kapasitas kandung kemih

III.RENCANA KEPERAWATAN
Tgl / RencanaKeperawatan
No Diagnosa
jam Tujuan Intervensi Rasional
1. Kamis Konstipasi Setelah dilakukan -Tentukan pola - Untuk
22 tindakan defekasi bagi mengembalikan
Oktober keperawatan 3x24 klien dan latih keteraturan pola
2020 jam klien untuk defekasi klien
09.00 diharapkan pasien menjalankannya
wita mampu BAB
dengan lancar -  Atur waktu yang -Untuk
memfasilitasi
kriteria hasil: tepat untuk refleks defekasi
-Mempertahankan defekasi klien
bentuk feses seperti sesudah
- Lunak 1-3 hari makan
- Bebas dari
-Nutrisi serat
ketidaknyamn        - Berikan cakupan
tinggi untuk
dan konstipsi nutrisi berserat
melancarkan
- sesuai dengan
eliminasi fekal
Mengident indikasi
ifikasi
Indicator untuk -  Berikan cairan
mencegah jika tidak - Untuk
konstipasi kontraindikasi 2- melunakkan
- Feses lunak dan 3 liter per hari eliminasi feses
berbentuk
-
Kolaboraskan

- Untuk
pemberian
melunakkan feses
laksatif atau
enema sesuai
Kamis Nausea indikasi
 Untuk mengetahui
2 22 berhubungan  Identifikasi faktor –
Oktober dengan faktor yang dapat penyebab mual

2020 distensi Setelah dilakukan menyebabkan atau  Untuk menghindari


09.00 lambung, tindakan berkontribusi perasaan mual

wita kehamilan keperawatan 3x24 terhadap mual  Untuk mengurangi


jam  Anjurkan pasien rasa mual
diharapkan pasien untuk belajar  Untuk memenuhi
mampu strategi mengatasi kebutuhan nutrisi
mengontrol mual mual pasien
dengan  Anjurkan pola  Agar pasien dapat
kriteria hasil: makan dengan mengendalikan
- Rasa mual porsi sedikit perasaan mual
berkurang makanan yang  Untuk memenuhi
- Nafsu makan menarik bagi kebutuhan cairan
kembali normal pasien pasien

 Ajari penggunaan
teknik
nonfarmakologi
(misalnya
relaksasi,terapi
musik )
 Berikan cairan
bening dingin yang
berish dan
makanan yang
tidak berbau dan
tidak berwarna,
yang sesuai
 Tingkatkan istirahat
dan tidur yang
cukup untuk
memfasilitasi
pengurangan mual

2. Kamis Gangguan Setelah dilakukan  Identifikasi faktor  Untuk mengetahui


22 eliminasi tindakan penyebab faktor penyebab
Oktober urin keperawatan 3x24 inkontinensia pada dari inkontinensia
2020 berhubungan jam pasien urine
09.00 dengan diharapkan pasien  Jelaskan penyebab  Agar pasien mampu
wita penurunan mampu terjadinya mencegah
kapasitas mengontrol inkontinensia dan terjadinya
kandung keinginan untuk rasionalisasikan inkontinensia urine
kemih buang air kecil setiap tindakan  Untuk mengetahui
dengan yang diberikan eliminasi pasien
kriteria hasil:  Monitor eliminasi
 Pasien dapat urine, meliputi
mengenali frekuensi,
keinginan konsistensi, bau,
untuk volume, warna
berkemih urine
 Menjaga pola  Intstruksikan pasien
berkemih yang untuk minum air
teratur minimal 1500cc
 Mengkonsumsi perhari
cairan dalam  Batasi makanan
jumlah yang yang dapat
cukup mengiritasi
kandung kemih

IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/
Nama
Kamis, 22 DXI - Menentukan pola defekasi DS :
Oktober bagi klien dan latih klien - Pasien mengatakan
2020 untuk menjalankannya sudah mulai lancar
07.00 wita untuk BAB
-  Mengatur waktu yang tepat - Pasien mengatakan sudah
untuk defekasi klien seperti tidak ada sembelit
sesudah makan
DO :
       - Memberikan cakupan nutrisi - Pasien tampak lebih baik
berserat sesuai dengan - Pasien tampak sudah
indikasi mulai lega
-
-  Memberikan cairan jika
tidak kontraindikasi 2-3 liter
per hari

-  Mengkolaborasikan
pemberian laksatif atau
enema sesuai indikasi

DXII  Mengidentifikasi faktor –


Kamis, 22 faktor yang dapat DS :
Oktober menyebabkan mual  Pasien mengatakan
2020  Menganjurkan pasien untuk rasa mual
08.00 wita belajar mengatasi mual berkurang
 Menganjurkan pola makan  Pasien mengatakan
dengan porsi sedikit makanan nafsu makan
yang menarik bagi pasien kembali normal
 Mengajarkan pasien
penggunaan teknik DO :
nonfarmakologi (misalnya,  Pasien tampak lebih
relaksasi, terapi musik) baik
 Memberikan cairan bening  Rasa mual pasien
dingin yang bersih dan tampak sudah
makanan yang tidak berbau berkurang
dan tidak berwarna
 Meningkatkan istirahat dan
tidur yang cukup untuk
mengurangi mual
Jumat, 23 DXIII  Mengidentifikasi faktor – DS :
Oktober faktor penyebab inkontinensia  Pasien mengatakan
2020 pada pasien dapat mengenali
09.00 wita  Menjelaskan penyebab keinginan untuk
terjadinya inkontinensia dan berkemih
rasionalisasikan setiap  Pasien mengatakan
tindakan yang diberikan mampu menjaga
 Memonitor eliminasi urine, pola berkemih yang
frekuensi, konsistensi, bau, teratur
volume dan warna urine  Pasien mengatakan
 Menginstruksikan pasien mengkonsumsi
untuk minum air mineral cairan dalam jumlah
1500cc perhari yang cukup
 Membatasi makanan yang DO :
dapat mengiritasi kandung  Pasien tampak lebih
kemih baik
 Eliminasi urine
pasien terkontrol

V. EVALUASI
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
Sabtu, 24 Oktober DXI S: Pasien mengatakan sudah mulai lancar untuk BAB
2020 O: Pasien tampak lebih baik
09.30 wita Pasien tampak sudah mulai lega
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Sabtu, 24 Oktober DXII S : Pasien mengatakan rasa mual berkurang
2020 O : Pasien tampak lebih baik, mampu mengontrol mual
10.15 wita A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Sabtu, 24 Oktober DXII S : Pasien mengatakan mampu menjaga pola berkemih dan
2020 mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup
13.30 wita O : Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Denpasar, ……………….2020
Mengetahui
PembimbingKlinik/ CI Mahasiswa

(…………………….) (…………………….)
NIP: NIM:

Clinical Teacher/CT 1 Clinical Teacher/CT 2

(……..……….) (………………)
NIP: NIK

Anda mungkin juga menyukai