Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ATAS TANAH
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, bumi, air, ruang angkasa,
Penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang
Negara. Pasal 2 ayat (2) UUPA menetapkan bahwa hak menguasai negara
41
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 47.
1
Tujuan menguasai negara atas bumi, air, ruang angkasa adalah untuk
Hak menguasai negara atas bumi, air, dan ruang angkasa dalam
ketentuan-ketentuan pemerintah.43
Dasar hukum ketentuan hak-hak atas tanah diatur dalam Pasal 4 ayat (1)
UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai dari negara sebagai yang dimaksud
yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
badan-badan hukum.44
Hak atas permukaan bumi, yang disebut hak atas bersumber dari hak
menguasai negara atas tanah. Hak atas tanah dapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh perseorangan, baik warga negara Indonesia atau orang asing
42
Idem, hlm. 48
43
Ibid.
44
Ibid.
45
Ibid.
2
Wewenang dalam hak atas tanah dimuat dalam Pasal 4 ayat (2) UUPA,
yaitu: “Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam Ayat 1 pasal ini memberi
bumi dan air dan ruang yang ad di atasnya sekadar diperlukan untuk
yang lebih tinggi”. Wewenang dalam hak atas tanah berupa menggunakan
didirikan pemancar.46
Yang dimaksud hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang
pemegang hak atas tanah terhadap tanahnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
46
Ibid.
47
Sudikno Mertokusumo, Op. Cit, hlm.4.
48
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 49.
3
1. Wewenang Umum
tubuh bumi, air, dan ruang yang ada di atasnya sekadar diperlukan untuk
tinggi.
2. Wewenang Khusus
macam hak atas tanahnya, misalnya wewenang pada tanah Hak Milik
Hak-hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 4 ayat (1) UUPA
1. Hak Milik;
4
4. Hak Pakai;
1. Hak Gadai;
3. Hak Menumpang;
Susun;
Tanggungan;
50
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 50.
51
Ibid.
5
4. Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah
Susun;
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah;
Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian Oleh Orang Asing yang
Berkedudukan di Indonesia;
Pendaftaran Tanah;
6
Macam-macam hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16 UUPA
Yaitu hak-hak atas tanah ini akan tetap ada atau berlaku selama UUPA
Macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa untuk Bangunan, Hak Mmebuka
Dengan Undang-Undang.
Yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian yang akan ditetapkan
Yaitu hak atas tanah yang sifatnya sementara, dalam waktu yang singkat
hak atas tanah ini adalah Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak
Berkaitan dengan lahirnya hak atas tanah yang tidak dapat dimasukan ke
dalam hak atas tanah yang bersifat tetap maupun hak atas tanah yang bersifat
53
Idem, hlm. 52.
7
hak atas tanah yang baru sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan
Sistem dalam UUPA menentukan bahwa macam hak atas tanah bersifat
terbuka, artinya masih terbuka peluang adanya penambahan macam hak atas
tanah selain yang ditentukan dalam Pasal 16 ayat (1) UUPA dan Pasal 53
UUPA. Hal ini dapat diketahui secara inplisit dari ketentuan Pasal 16 ayat (1)
huruf h UUPA, yang menyatakan bahwa hak-hak lain yang akan ditetapkan
sifat limitatif. Lahirnya hak atas tanah ini mensyaratkan harus diatur dengan
sudah mengantisipasi bahwa suatu saat kelak lahir hak atas tanah baru seiring
kelompok, yaitu:
Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan atas tanah negara, dan Hak Pakai atas tanah negara.
54
Eman Ramelan “Hak Pengelolaan Setelah Berlakunya Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999”, Majalah Yuridika, Vol. 15 No. 3,
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 2000, hlm. 194.
55
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 52.
8
Macam-macam hak atas tanah ini adalah Hak Guna Bangunan atas tanah
Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik, Hak Pakai
atas tanah Hak Pengelolaan, Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Hak Sewa
untuk Bangunan, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang,
Ada 2 (dua) cara perolehan hak atas tanah oleh seseorang atau badan
hukum, yaitu:
Yaitu hak atas tanah diperoleh seseorang atau badan hukum untuk
pertama kalinya.
Bangunan;
Milik.
f. Hak Milik yang terjadi atas tanah yang berasal dari eks
9
Yaitu hak atas tanah yang diperoleh seseorang atau badan hukum secara
turunan dari hak atas tanah yang dimiliki atau dikuasai pihak lain.
lain;
orang tuanya;
melalui lelang.57
Hak atas tanah yang terjadi menurut Hukum Adat adalah hak milik.
Terjadinya Hak Milik ini melalui pembukaan tanah dan lidah tanah
57
Idem, hlm. 53-54.
10
Ketua/Kepala adat membagikan hutan yang sudah dibuka tersebut untuk
pertumbuhan tanah di tepi sungai, danau, atau laut. Tanah yang tumbuh
waktu.59
karena berbeloknya arus sungai atau tanah yang timbul di tepi pantai.
Tanah ini berasal dari endapan lumpur yang makin lama makin
secara alamiah. Dalam Hukum Adat, lidah tanah yang tidak begitu luas
pemerintah.
58
Ibid.
59
Boedi Harsono, Op, Cit, hlm. 81.
60
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 54.
11
Hak atas tanah yang terjadi di sini tanahnya semula berasal dari
tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Hak atas tanah ini terjadi
No. 9 Tahun 1999, yang dimaksud pemberian hak atas tanah adalah
Pengelolaan;
Hak Pengelolaan;
12
j. Perubahan hak dari Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik;
Bangunan.61
oleh permohonan pemberian hak atas tanah negara kepada Kepala Badan
61
Idem, hlm. 55.
62
Idem, hlm. 56.
13
Terjadinya hak atas ini atas dasar ketentuan konversi (perubahan
September 1960, semua hak atas tanah yang ada sebelumnya diubah
sistem hukum yang lama, yaitu hak-hak atas tanah menurut BW dan
tanah-tanah yang tunduk pada Hukum Adat untuk masuk dalam sistem
yang lama sebelum berlakunya UUPA, yaitu hak atas tanah yang tunduk
pada Hukum Barat (BW), Hukum Adat dan daerah swapraja menjadi
63
Effendi Perangin, Op. Cit, hlm. 145.
64
A.P. Parlindungan (Selanjutnya disebut A.P. Parlindungan II), Hak Pengelolaan
Menurut Sistem Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm.
5.
65
Ibid.
14
Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau
seperti yang dicabut dengan nama sebagai dibawah, yang ada pada
milik, yasan, andarbeni, hak atas druwe, hak atas tanah druwe desa,
usaha atas bekas tanah partikelir dan hak-hak lain dengan nama,
apapun juga akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria sejak
Hak gogolan, pekulen, atau sanggan yang bersifat tetap yang ada
Tanah.
dan Kebijaksaan. 66
15
dan daerah swatantra digunakan untuk kepentingan instansi-instansi
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai dapat terjadi pada tanah Hak
dengan Akta Pemberian Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah
Hak Milik yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Akta
Guna Bangunan atau Hak Pakai atas tanah Hak Milik, adalah:
67
Ibid.
68
Ibid.
16
atau tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan
ini.
pemberian hak oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat
1996, Hak Pakai atas tanah Hak Milik terjadi dengan pemberian
oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang dibuat oleh Pejabat
1997, Pembebanan Hak Tanggungan pada hak atas tanah atau hak
hak pakai dan hak sewa untuk bangunan atas hak milik, dan
pembebanan lain pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan
17
Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang menurut ketentuan
Jual beli tanah sebagai suatu perbuatan hukum, tidak secara tegas
dan terperinci diatur dalam UUPA. Bahkan, sampai sekarang belum ada
tanah.69
asas-asas, lembaga hukum dan sistem Hukum Adat. Hukum Adat yang
tanah menurut Hukum Tanah Nasional kita adalah pengertian jual beli
sumber hukum yang tidak tertulis adalah norma-norma hukum adat yang
69
Adrian Sutedi (Selanjutnya disebut Adrian Sutedi II), Peralihan Hak Atas Tanah dan
Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 71.
70
Ibid.
18
telah di saneer dan hukum kebiasaan yang baru, termasuk
yurisprudensi.71
Dengan demikian ada dua fungsi atau peranan dari Hukum Adat,
pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti
itu, maka tunai mungkin berarti harga tanah yang dibayar secara kontan,
atau baru dibayar sebagian (tunai dianggap tunai). Dalam hal pembeli
tidak membayar sisanya, maka penjual tidak dapat menuntut atas dasar
terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas dasar hukum utang piutang.73
belinya belum tentu mempunyai uang tunai sebesar harga tanah yang
71
Boedi Harsono, Op. Cit, hlm. 235.
72
Adrian Sutedi II, Loc. Cit.
73
Soerjono Soekanto (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II), Hukum Adat Indonesia,
Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 211.
19
ditetapkan. Dalam hal demikian ini berarti pada saat terjadinya jual beli,
tanah, artinya pelaksanaan jual beli dianggap telah selesai. Adapun sisa
uang harus dibayar oleh pembeli kepada penjual dianggap sebagai utang
penjual, namun hak atas tanah tetap telah pindah dari penjual kepada
benda, khususnya hukum benda tetap atau hukum tanah, tidak dalam
74
Adrian Sutedi II, Op, Cit, hlm. 72.
75
Soerjono Soekanto II, Loc. Cit.
20
Ciri-ciri yang menandai dari jual beli tersebut antara lain, jual beli
Dengan terjadinya jual beli tersebut, hak milik atas tanah telah
Kemudian ciri yang kedua adalah sifatnya yang terang, berarti tidak
gelap. Sifat ini ditandai dengan peranan dari Kepala Persekutuan, yaitu
menanggung bahwa perbuatan itu sudah cukup tertib dan cukup sah
salah satu bentuk perbuatan tunai dan berobjek tanah, intinya adalah
76
Adrian Sutedi II, Op, Cit, hlm. 73.
77
Iman Sudiyat, Hukum Adat Sketsa Asas, Liberty, Yogyakarta, 1981, hlm. 28.
21
Transaksi jual tanah dalam sistem Hukum Adat mempunyai 3
lain menggadai, menjual gade, adil sende, ngejual akad atau gade.
oyodan).78
yaitu yang menyangkut jual beli hak milik atas tanah. Dalam pasal-pasal
lainnya, tidak ada kata yang menyebutkan jual beli, tetapi disebutkan
hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak
lain melalui jual beli, hibah, tukar menukar, dan hibah wasiat. Jadim
78
Soerjono Soekanto II, Op. Cit, hlm. 212.
22
satunya adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah karena jual
beli.79
Tanah, jual beli tanah dilakukan oleh di hadapan PPAT yang bertugas
telah memnuhi syarat tunai dan menunjukan bahwa secara nyata atau rill
(pembeli) sudah menjadi pemegang hak yang baru. Akan tetapi, hal itu
baru diketahui oleh para pihak dan ahli warisnya, karenanya juga baru
Syarat jual beli ada dua, syarat materiil dan syarat formil.
a. Syarat Materiil
79
Adrian Sutedi II, Op, Cit, hlm. 76.
80
Boedi Harsono (selanjutnya disebut Boedi Harsono II), Perkembangan Hukum Tanah
Adat Melalui Yurisprudensi, Banjarmasin, 1977. hlm. 50.
23
Syarat materiil sangat menentukan akan sahnya jual beli tanah
yang ada pada tanah tersebut, apakah hak milik, hak guna
pemilik adalah dua orang maka yang berhak menjual tanah itu
24
ialah kedua orang itu bersama-sama. Tidak boleh seorang saja
(Pasal 20), Hak Guna Usaha (Pasal 28), Hak Guna Bangunan
(Pasal 35), Hak Pakai (Pasal 41). Jika salah satu syarat materiil
beli tanah tersebut tidak sah. Jual beli tanah yang dilakukan
beli.82
b. Syarat Formal
PPAT. Jual beli yang dilakukan tanpa dihadapan PPAT tetap sah
81
Effendi Perangin, Praktik Jual Beli Tanah, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm.
2.
82
Ibid.
25
karena UUPA berlandaskan pada Hukum Adat (Pasal 5 UUPA),
PPAT, yaitu:
pendaftarannya;
83
Bachtiar Effendi¸ Op. Cit, hlm. 23.
26
kantor pendaftaran tanah yntuk pemindahan haknya (Pasal 40 PP No.
24 Tahun 1997).
PPAT hanyalah suatu alat bukti dan tidak menyebut bahwa akta itu
adalah syarat mutlak tentang sah tidaknya suatu jual beli tanah.
ahli warisnya.85
84
Boedi Harsono II, Op. Cit, hlm. 52.
85
Idem, hlm. 459.
27
pendaftaran bukan merupakan syarat sebagai sahnya atau
yang kuat mengenai sahnya jual beli yang dilakukan terutama dalam
3. Penghibahan Tanah
dengan tidak ada penggantian apa pun dan dilakukan secara suka rela,
meninggal dunia.87
yakni:
kepada KUH Perdata, surat hibah wasiat harus dibuat dalam bentuk
86
Idem, hlm. 53.
87
Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar
Grafika, Jakarta, 1996, hlm. 113.
88
Pasal 1666 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
28
tertulis dari Notaris.89 Surat hibah wasiat yang tidak dibuat oleh Notaris
tidak memiliki kekuatan hukum. Mereka yang tunduk pada hukum adat
harus dibuat dengan akta PPAT.90 Perolehan tanah secara hibah dan
Kekuatan hukum akta hibah terletak pada fungsi akta autentik itu
sendiri yakni sebagai alat bukti sah menurut undang-undang (Pasal 1682,
1867, dan 1868 BW) sehingga hal ini merupakan akibat langsung yang
1688 BW. Suatu hibah tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan
89
Idem, Pasal 1005.
90
Effendi Perangin (selanjutnya disebut Efendi Perangin II), Mencegah Sengketa Tanah,
Rajawali, Jakarta 1990, hlm. 46.
91
Adrian Sutedi II, Op. Cit, hlm. 100.
92
Ibid.
29
Namun demikian, tidak diatur dengan jelas batasan jumlah
batasan legitime portie, yakni Pasal 913, 949, dan 920, serta peraturan
4. Pewarisan Tanah
Perolehan hak milik atas tanah dapat juga terjadi karena pewariisan
dari orang yang mewasiatkan. Menurut Pasal 1023 KUH Perdata, para
pemmilikan bersama tanah hak milik jika tanah tersebut hanya satu-
satunya. Akan tetapi, jika pewaris memilik tanah tersebut sesuai dengan
93
Ibid.
94
Ketentuan Pasal 1023 menyatakan “Semua orang yang memperoleh hak atas suatu
warisan dan ingin menyelidiki keadaan harta peninggalan, agar mereka dapat
mempertimbangkan , apakah akan bermanfaat bagi mereka, untuk menerima warisan
itu secara murni, atau dengan hak istimewa dengan mengadakan pendaftaran harta
peninggalan, atau pula untuk menolaknya, mempunyai hak untuk memikir, dan mereka
harus melakukan suatu pernyataan tersebut, pernyataan mana akan dilakukan dalam
suatu register yang disediakan untuk itu.”
30
jumlah ahli waris dan telah dibuatkan surat wasiat, maka tanah dimaksud
tentang Pendaftaran Tanah, dan sesuai dengan Pasal 25, surat keterangan
boleh para ahli waris, disaksikan oleh Lurah diketahui oleh Camat;
Peninggalan.95
95
Surat Direktur Pendaftaran Tanah, Direktorat Jenderal Agraria Departemen Dalam
Negeri Nomor Dpt/12/63/12/69 tanggal 20 Desember 1969.
31
Karena Pewarisan sebagaimana tersebut dalam Pasal 42 Peraturan
dunia. Dalam arti, bahwa sejak itu para ahli waris menjadi
pemegang hak yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahli waris
tata usaha pendaftaran tanah. Surat tanda bukti bukti sebagai ahli
32
keterangan Kepala Desa/Lurah jika lokasi tanahnya jauh dari
yang dibuat sesuai ketentuan yang berlaku, dan harta waris jatuh
97
Penjelasan Pasal 42 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007.
98
Penjelasan Pasal 42 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
33
warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta pembagian
mana pembagian hak bersama atas tanah yang menjadi hak masing-
pembagian hak bersama tersebut. Suatu hak bersama yang diperoleh dari
pemegang hak bersama tersebut perlu dituangkan dalam akta PPAT yang
pembagian harta waris sering kali yang menjadi pemegang hak ibdividu
bersama.99
ada pihak lain yang telah mendaftarkan tanah tersebut dan memperoleh
34
disengketakan. Sengketa tanah warisan sering terjadi pada sengketa
5. Perwakafan Tanah
umum.101
Peraturan Pemerintah.
100
Ibid.
101
H. Moh Anwar, Mu’amalat, Munakahat, Fara’id, dan Jinayat, dalam Sudarsono,
Pokok-Pokok Hukum Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 494.
35
Dari ketentuan tersebut terkandung makna, bahwa perihal
Tahun 1997, wakaf tanah hak milik merupakan suatu perbuatan hukum
D. Pendaftaran Tanah
bidang tanah.103
disebutkan bahwa:
102
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik.
103
A.P. Parlindungan (selanjutnya disebut A.P. Parlindungan IV), Pendaftaran Tanah
dan Konfersi Hak Milik Atas Tanah Menurut UUPA, Alumni, Bandung, 1998, hlm. 2.
36
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah
susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.”104
104
Boedi Harsono, Op. Cit, hlm. 474.
105
Hasan Wargakusumah, Hukum Agraria I, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995,
hlm. 80.
106
Bachtiar Effendie (selanjutnya disebut Bachtiar Effendie II), Pendaftaran Tanah di
Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya, Alumni, Bandung, 1993, hlm. 15.
37
rechskadaster di seluruh wilayah Indonesia yang pelaksanannya diatur
tersebut;
pembebanan jak-hak atas tanah seperti yang diatur dalam Pasal 23, Pasal
38
menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan (righ cadaster atau
cadaster).110
yaitu:
110
Ibid.
111
Idem, 169.
112
Bachtiar Effendi II, Op. Cit, hlm. 20-21.
39
a. Orang-orang dan badan-badan hukum yang mempunyai
berhak atas tanah itu, hak apa yang dipunyai dan tanah manakah
bertujuan:
hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah dan hak-hak
1997).
113
Hasan Wargakusumah, Op. Cit, hlm. 80-81.
40
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
terbuka untuk umum. Karena terbuka untuk umum maka daftar dan
yaitu:
a. Asas Sederhana
b. Asas Aman
114
Samsaimun, Op. Cit, hlm. 170.
41
sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum
c. Asas Terjangkau
d. Asas Mutakhir
e. Asas Terbuka
115
Idem, hlm. 171-172.
42
Dalam sistem pendaftaran akta, akta-akta itulah yang didaftar
disebut dalam akta yang didaftar. Tiap kali terjadi perubahan wajib
dengan apa yang disebut “title search”, yang bisa memakan waktu
116
Hasan Wargakusumah, Op. Cit, hlm. 76-78.
117
Samsaimun, Op. Cit, hlm. 173.
43
juga akta pemindahan dan pembebanan hak berfungsi sebagai
tanah dan surat ukur dijilid menjadi satu dalam sampul dokumen.118
pada asas hukum yang dianut negara tersebut dalam mengalihkan hak
atas tanahnya. Terdapat 2 macam asas hukum , yaitu asas itikad baik dan
asas nemo plus yuris. Sekalipun suatu negara menganut salah satu asas
tidak ada. Hal ini karena kedua asas hukum/sistem pendaftaran tanah
44
Asas itikad baik berbunyi: orang yang memperoleh suatu hak
dengan itikad baik, akan tetap menjadi pemegang hak yang sah menurut
hukum. Asas ini bertujuan untuk melindungi orang yang beritikad baik.
baik yang bersedia memperoleh hak dari orang yang terdaftar haknya.
Guna melindungi orang yang beritikad baik inilah maka perlu daftar
sistem positif. Lain halnya dengan asas nemo plus yuris yang berbunyi:
orang tak dapat mengalihkan hak melebihi hak yang ada padanya. Ini
berarti bahwa pengalihan hak oleh orang yang tidak berhak adalah batal.
Berdasarkan asas ini, pemegang hak yang sebenarnya akan selalu dapat
menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama siapa pun. Oleh
kekuatan bukti, maka orang yang terdaftar adalah pemegang hak yang
sah menurut hukum. Kelebihan yang ada pada sistem positif inin adalah
adanya kepastian dari pemegang hak, oleh karena itu ada dorongan bagi
121
Ibid.
122
Ibid.
45
Kekurangannya adalah pendaftaran yang dilakukan tidak lancar
dan dapat saja terjadi bahwa pendaftaran atas nama orang yang tidak
berhak dapat menghapuskan hak orang lain yang berhak. Lain halnya
merupakan bukti bahwa orang tersebut yang berhak atas hak yang telah
akibatnya bila hak yang diperoleh berasal dari orang yang tidak berhak,
surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat,
seperti dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2),
Pasal 32 ayat (2), dan Pasal 38 ayat (2) UUPA. Jadi, bukan sistem
publikasi negatif yang murni. Sistem publikasi negatif yang murni tidak
123
Idem, hlm. 118.
46
pernyataan seperti dalam pasal-pasal UUPA tersebut, bahwa sertipikat
mutlak, yang berarti pemilik terdaftar tidak dilindungi hukum dan bisa
sistem publikasi negatif, tetapi bukan negatif murni melainkan apa yang
disebut sistem negatif yang mengandung unsur positif, hal ini dapat
124
Boedi Harsono II, Op. Cit, hlm. 463.
125
Adrian Sutedi II, Op. Cit, hlm. 120.
126
Boedi Harsono II, Op. Cit, hlm. 464.
127
Adrian Sutedi II, Op. Cit, hlm 121.
47
demikian tidak akan terdapat dalam perturan pendaftaran tanah dengan
orang yang seharusnya berhak atas tanah itu akan kehilangan haknya.
Orang tersebut maish dapat menggugat hak dari yang terdaftar dalam
buku tanah sebagai orang yang berhak. Jadi, cara pendaftaran hak yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah ini tidak lah positif, tetapi negatif.
ketentuan bahwa apa yang sudah terdaftar itu dijamin kebenaran data
128
Boedi Harsono (selanjutnya disebut Boedi Harsono III), Menuju Penyempurnaan
Hukum Tanah Nasional, Universitas Trisakti, Jakarta, 2002, hlm. 84.
129
Adrian Sutedi II, Loc. Cit.
130
Ibid.
48
merupakan perwujudan ungkapan “title by regristration” (dengan
title” (hak yang tidak dapat diganggu gugat), dan “register is everything”
negatif, juga dalam sistem negatif kita yang mengandung unsur positif,
jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
suatu bidang tanah, rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan
49
Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kalinya menghasilkan surat
tanda bukti hak, yang berupa sertipikat. Menurut Pasal 1 angka 20 Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 1997, yang dimaksud dengan sertipikat adalah surat
tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA
untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
Secara umum sertipikat hak atas tanah merupakan bukti hak atas tanah.
Kekuatan berlakunya sertipikat telah ditegaskan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf
c dan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yakni
sertipikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat didalamnya
sepanjang data fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada dalam surat
ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. Sertipikat tanah membuktikan
bahwa pemegang hak mempunyai suatu hak atas bidang tanah tertentu. Data
fisik mencakup keterangan mengenai letak, batas, dan luas tanah. Data yuridis
dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya. Data Fisik dan
Data Yuridis dalam Buku Tanah diuraikan dalam bentuk Daftar, sedangkan
Data Fisik dalam Surat Ukur disajikan dalam Peta dan Uraian. Dalam Surat
Ukur dicantumkan keadaan, letak, luas, dan batas tanah yang bersangkutan.135
134
Idem, hlm. 260.
135
Adrian Sutedi, Op. Cit, hlm. 29.
50
Untuk sertipikat tanah yang belum dilengkapi dengan Surat Ukur disebut
sertipikat sementara. Sebagai ganti dari Surat Ukur, maka dimuat Gambar
sementara terbatas pada penunjukan objek hak yang didaftar, bukan bukti data
fisik.136 Gambar Situasi merupakan petikan dari peta situasi. Sedangkan peta
Pertanahan Kabupaten/Kota;
Pertanahan Kabupaten/Kota;
Kabupaten/Kota.138
136
Pasal 32 ayat (1) jo. Pasal 1 angka 20, dan Pasal 1 angka 6,7,17, dan angka 19
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Lihat juga penjelasan Pasal 31 ayat (2).
137
Adrian Sutedi, Op. Cit, hlm. 30.
138
Urip Santoso, Op. Cit, hlm. 261.
51
Maksud diterbitkan sertipikat dalam kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali adalah agar pemegang hak dengan mudah dapat membuktikan
kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996, dan Peraturan
Pengelolaan;
Hak-hak atas tanah yang tidak diterbitkan sertipikat sebagai tanda bukti
haknya, adalah:
139
Ibid.
140
Ibid.
52
1. Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Milik;
141
Idem, hlm. 262.
53