RESUME
SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN ASUHAN KEPRAWATAN FRAKTUR
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Sukini S.Kep.,Ns.
Disusun Oleh :
WULAN RAMADIAH
S19A / S19053
ROMBEL A1
Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, serta
tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam gerakan tubuh. Oleh karena itu, bila sistem
muskuloskeletal terganggu, kemampuan dalam bergerak dan melakukan aktivitas pun bisa
terganggu.
Dengan adanya sistem muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan menjalani berbagai
aktivitas, seperti berjalan, berlari, berenang, hingga sesederhana mengambil suatu benda.Sistem
muskuloskeletal juga berperan dalam membentuk postur dan bentuk tubuh serta melindungi
berbagai organ penting, seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.
1. Tulang
Tulang merupakan salah satu bagian utama dalam sistem muskuloskeletal yang berfungsi untuk
menopang dan memberi bentuk tubuh, menunjang gerakan tubuh, melindungi organ-organ
tubuh, serta menyimpan mineral kalsium dan fosfor. Orang dewasa umumnya memiliki sekitar
206 tulang.
Tulang terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan luar tulang memiliki tekstur keras dan terbuat
dari protein, kolagen, serta berbagai macam mineral, termasuk kalsium.
Sementara itu, bagian dalam tulang memiliki tekstur yang lebih lembut dan berisi sumsum
tulang, yaitu tempat diproduksinya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah.
2. Sendi
Sendi merupakan sambungan antara kedua tulang. Sendi ada yang bisa digerakkan, tetapi ada
juga yang tidak.
Sendi yang tidak bisa digerakkan contohnya adalah sendi yang terdapat di lempengan tengkorak.
Sedangkan, sendi yang bisa digerakkan meliputi sendi jari tangan dan kaki, siku, pergelangan
tangan, bahu, rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.
3. Otot
Ada tiga jenis otot yang merupakan bagian dari sistem muskuloskeletal, yaitu otot rangka, otot
jantung, dan otot polos.
a. Otot rangka adalah otot yang melekat pada tulang dan sendi. Otot ini bisa meregang dan
berkontraksi saat tubuh bergerak, seperti saat berjalan, menggenggam benda, atau saat
mengubah posisi tubuh, misalnya menekuk dan meluruskan lengan atau kaki.
b. Otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada organ-organ tubuh, misalnya saluran
cerna dan pembuluh darah. Aktivitas otot polos diatur oleh saraf otonom, sehingga
mereka dapat bekerja secara otomatis.
c. Sama seperti otot polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis dalam memompa
darah ke seluruh tubuh, tetapi struktur jaringan otot ini mirip dengan otot rangka.
Di saluran pencernaan, otot polos bertugas untuk menggerakkan usus agar makanan dan
minuman bisa dicerna, kemudian dibuang sebagai kotoran. Pada pembuluh darah, otot polos
bertugas untuk mengatur aliran darah dengan cara melebarkan atau menyempitkan pembuluh
darah.
4. Tulang rawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain berada di antara
sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga, dan paru-paru.
Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih kenyal dan lentur, tidak seperti tulang
rangka. Tulang rawan bertugas untuk mencegah tulang dan sendi saling bergesekan serta
menjadi peredam fisik saat tubuh mengalami cedera.
5. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi. Ligamen terdiri atas serat
elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini berfungsi untuk menopang sendi, seperti lutut,
pergelangan kaki, siku, dan bahu, serta memungkinkan pergerakan tubuh.
6. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk menghubungkan otot ke
tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari kepala, leher, hingga kaki.
Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh.
Tendon ini menempelkan otot betis ke tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai untuk
bergerak. Sementara itu, tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan bahu
dan lengan.
Etiologi Fraktur
1. Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang
patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunakpun juga rusak.
2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan yang
berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit,
penari.
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat
rapuh.
Patofisiologi Fraktur
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup menyebabkan patah,
maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan Sisa sel mati dimulai.
Di tempat patah terbantuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan
untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara
perlahan-lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus
dan secara perlahan mengalami klasifikasi. Penyembuhan memerlukan beberapa minggu
sampai beberapa bulan
A. Pengkajian Fokus
Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur meliputi :
1. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer atau
Statis vascular (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
2. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3. Makanan / Cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa praoperasi).
4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ;
Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan
pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).
B. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Rongent Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
4. Hitung darah kapiler
a. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
b. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
c. Kadar Ca kalsium, Hb.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kuman masuk.
Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa Nyeri dapat berkurang / 1. Lakukan pendekatan pada
nyaman nyeri hilang klien & keluarga
berhubungan Pasien tampak tenang 2. Kaji tingkat intensitas &
dengan frekuensi nyeri
terputusnya 3. Jelaskan pada klien penyebab
jaringan tulang dari nyeri
4. Observasi tanda tanda vital
5. Melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
2. Gangguan mobilitas Pasien memiliki cukup 1. Rencanakan periode istirahat
fisik berhubungan energi untuk beraktifias yang cukup
dengan kerusakan Perilaku menampakkan 2. Berikan latihan aktifitas
muskuloskeletal. kemampuan untuk secara bertahap
memenuhi kebutuhan 3. Bantu pasien dalam
sendiri memenuhi kebutuhan
Pasien mengungkapkan 4. Setelah latihan dan aktifitas
mampu untuk melakukan kaji respon pasien
beberapa aktifitas
tanpadibantu
Koordinasi otot, tulang
dan anggota gerak
lainnya baik.
3. Resiko infeksi Luka pasien sembuh 1. Mengkaji luka pasien
berhubungan dengan dan kering 2. Monitor keadaan umum
adanya kuman Tidak ada tanda infeksi pasien
masuk.
D. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan.
1. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
2. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
4. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
6. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
7. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=MATERI+FRAKTUR&oq=MATERI+FRAKTUR&aqs=chrome..69i57j69i59l2j0i271.5160j0
j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 . Diakses pada tanggal 12 Mei 2021 pukul 21.33
https://www.alodokter.com/memahami-sistem-muskuloskeletal-dan-gangguan-yang-dapat-
terjadi Diakses pa tanggal 12 Mei 2021 pukul 23.05