Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

RESUME
SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN ASUHAN KEPRAWATAN FRAKTUR
Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Sukini S.Kep.,Ns.

Disusun Oleh :

WULAN RAMADIAH
S19A / S19053
ROMBEL A1

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang terdiri dari otot, jaringan ikat, saraf, serta
tulang dan sendi. Sistem ini berperan penting dalam gerakan tubuh. Oleh karena itu, bila sistem
muskuloskeletal terganggu, kemampuan dalam bergerak dan melakukan aktivitas pun bisa
terganggu.
Dengan adanya sistem muskuloskeletal, tubuh dapat bergerak dan menjalani berbagai
aktivitas, seperti berjalan, berlari, berenang, hingga sesederhana mengambil suatu benda.Sistem
muskuloskeletal juga berperan dalam membentuk postur dan bentuk tubuh serta melindungi
berbagai organ penting, seperti otak, jantung, paru-paru, ginjal, dan hati.

 Anatomi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal tersusun dari berbagai bagian dan jaringan tubuh, yaitu:

1. Tulang
Tulang merupakan salah satu bagian utama dalam sistem muskuloskeletal yang berfungsi untuk
menopang dan memberi bentuk tubuh, menunjang gerakan tubuh, melindungi organ-organ
tubuh, serta menyimpan mineral kalsium dan fosfor. Orang dewasa umumnya memiliki sekitar
206 tulang.
Tulang terdiri dari lapisan luar dan dalam. Lapisan luar tulang memiliki tekstur keras dan terbuat
dari protein, kolagen, serta berbagai macam mineral, termasuk kalsium.
Sementara itu, bagian dalam tulang memiliki tekstur yang lebih lembut dan berisi sumsum
tulang, yaitu tempat diproduksinya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping
darah.

2. Sendi
Sendi merupakan sambungan antara kedua tulang. Sendi ada yang bisa digerakkan, tetapi ada
juga yang tidak.
Sendi yang tidak bisa digerakkan contohnya adalah sendi yang terdapat di lempengan tengkorak.
Sedangkan, sendi yang bisa digerakkan meliputi sendi jari tangan dan kaki, siku, pergelangan
tangan, bahu, rahang, panggul, lutut, dan pergelangan kaki.

3. Otot
Ada tiga jenis otot yang merupakan bagian dari sistem muskuloskeletal, yaitu otot rangka, otot
jantung, dan otot polos.
a. Otot rangka adalah otot yang melekat pada tulang dan sendi. Otot ini bisa meregang dan
berkontraksi saat tubuh bergerak, seperti saat berjalan, menggenggam benda, atau saat
mengubah posisi tubuh, misalnya menekuk dan meluruskan lengan atau kaki.
b. Otot polos adalah jenis otot yang terdapat pada organ-organ tubuh, misalnya saluran
cerna dan pembuluh darah. Aktivitas otot polos diatur oleh saraf otonom, sehingga
mereka dapat bekerja secara otomatis.
c. Sama seperti otot polos, otot jantung juga bekerja secara otomatis dalam memompa
darah ke seluruh tubuh, tetapi struktur jaringan otot ini mirip dengan otot rangka.
Di saluran pencernaan, otot polos bertugas untuk menggerakkan usus agar makanan dan
minuman bisa dicerna, kemudian dibuang sebagai kotoran. Pada pembuluh darah, otot polos
bertugas untuk mengatur aliran darah dengan cara melebarkan atau menyempitkan pembuluh
darah.

4. Tulang rawan
Tulang rawan adalah sejenis jaringan ikat yang menutup sendi. Selain berada di antara
sambungan tulang, tulang rawan juga ada di hidung, telinga, dan paru-paru.
Tulang rawan memiliki struktur yang kokoh, tetapi lebih kenyal dan lentur, tidak seperti tulang
rangka. Tulang rawan bertugas untuk mencegah tulang dan sendi saling bergesekan serta
menjadi peredam fisik saat tubuh mengalami cedera.

5. Ligamen
Ligamen adalah jaringan ikat yang menghubungkan tulang dan sendi. Ligamen terdiri atas serat
elastis yang tersusun dari protein. Jaringan ikat ini berfungsi untuk menopang sendi, seperti lutut,
pergelangan kaki, siku, dan bahu, serta memungkinkan pergerakan tubuh.

6. Tendon
Tendon adalah jaringan ikat tebal dan berserat yang berfungsi untuk menghubungkan otot ke
tulang. Tendon terdapat di seluruh tubuh, mulai dari kepala, leher, hingga kaki.
Ada banyak jenis tendon dan salah satunya adalah tendon Achilles, tendon terbesar di tubuh.
Tendon ini menempelkan otot betis ke tulang tumit dan memungkinkan kaki serta tungkai untuk
bergerak. Sementara itu, tendon rotator cuff di bahu berfungsi untuk menunjang gerakan bahu
dan lengan.

 Cara Kerja Sistem Muskuloskeletal


Ketika Anda hendak menggerakkan tubuh, otak akan mengirimkan sinyal melalui sistem saraf
untuk mengaktifkan otot rangka.
Setelah menerima impuls atau rangsangan dari otak, otot akan berkontraksi. Kontraksi otot ini
akan menarik tendon dan tulang untuk membuat tubuh bergerak.
Sedangkan untuk mengendurkan otot, sistem saraf akan mengirimkan pesan ke otot agar
mengendur dan rileks. Otot yang rileks akan berhenti berkontraksi, sehingga gerakan tubuh akan
ikut terhenti.
 Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal
Gangguan pada sistem muskuloskeletal bisa menimbulkan berbagai keluhan, mulai dari nyeri,
otot atau sendi terasa kaku, hingga sulit untuk bergerak. Ada banyak gangguan atau penyakit
yang bisa terjadi pada sistem muskuloskeletal, di antaranya:
1. Cedera, misalnya patah tulang, dislokasi, cedera otot, dan keseleo
2. Kelainan bentuk tulang, misalnya akibat cedera, osteoporosis, penyakit degeneratif,
kelainan genetik, dan tumor atau kankeR
3. Osteomielitis atau infeksi pada tulang dan jaringan di sekitarnya
4. Gangguan persendian, seperti radang sendi, robekan ligamen, bursitis, dislokasi sendi,
dan nyeri sendi
5. Gangguan pada sendi lutut, meliputi cedera meniskus dan robekan pada ligamen lutut
6. Masalah pada otot, misalnya otot robek, atrofi otot, cedera hamstring,
dan sarcopenia atau berkurangnya massa otot akibat penuaan
7. Penyakit autoimun, misalnya rheumatoid arthtiris, vaskulitis, ankylosing spondylitis, dan
lupus

 Cara Menjaga Kesehatan Sistem Muskuloskeletal


1. Lakukan olahraga secara rutin, misalnya dengan berjalan santai, berenang, latihan beban,
yoga, atau pilates.
2. Perbaiki postur tubuh, yaitu dengan membiasakan diri untuk duduk dan berdiri tegap.
3. Jaga berat badan tetap ideal untuk mengurangi tekanan berlebih pada tulang dan sendi.
4. Konsumsi makanan bergizi seimbang, terutama makanan yang mengandung kalsium,
protein, dan vitamin D, untuk menjaga tulang tetap kuat.
5. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi minuman beralkohol.
FRAKTUR
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, terjadi akibat trauma langsung dan trauma
tidak langsung. Penyabab trauma langsung adalah benturan pada tulang mengakibatkan fraktur
ditempat tersebut. Trauma tidak langsung disebabkan tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari area benturan.

 JENIS – JENIS FRAKTUR


1. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi.
3. Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami
oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup
banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.
4. Fraktur olecranon adalah fraktur yang terjadi pada siku yang disebabkan oleh kekerasan
langsung, biasanya kominuta dan disertai oleh fraktur lain atau dislokasi anterior dari sendi
tersebut.
5. fraktur patologis, fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa tauma.
Contohnya seperti osteoporosis, penyakit metabolic, infeksi tulang dan trauma tulang.
Jadi, kesimpulan fraktur adalah suatu cedera yang mengenai tulang yang disebabkan oleh
traumbenda keras.

 Etiologi Fraktur
1. Traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pukulan, penghancuran, penekukan, penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang
patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunakpun juga rusak.
2. Kelelahan atau tekanan berulang-ulang
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan yang
berulang-ulang. Keadaan ini paling banyak ditemukan pada tibia fibula, terutama pada atlit,
penari.
3. Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis)
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang itu lemah atau tulang itu sangat
rapuh.

 Manifestasi Klinis Fraktur


1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan
keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan
struktur didaerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi

 Patofisiologi Fraktur
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup menyebabkan patah,
maka sel-sel tulang mati. Perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam
jaringan lunak di sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan.
Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi
menyebabkan peningkatan Sisa sel mati dimulai.
Di tempat patah terbantuk bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan
untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara
perlahan-lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus
dan secara perlahan mengalami klasifikasi. Penyembuhan memerlukan beberapa minggu
sampai beberapa bulan

 Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Fraktur


Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam
setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom
kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanent jika tidak ditangani
segera.komplikasi lainnya adalah infeksi, tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian
beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara eksterna
maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat terjadi
pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan organ yang
sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai
akibat trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis.

 Proses Penyembuhan Fraktur


1. Tahap Pembentukan Hematom
Dimulai setelah fraktur sampai hari ke 5 (lima) terjadi perdarahan, dalam 24 jam pertama
terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke daerah fraktur, setelah 24 jam pertama, suplai darah
meningkat ke daerah fraktur dan terbentuk hematom. Hematom berkembang menjadi jaringan
granulasi.

2. Tahap Proliferasi Seluler


Proses ini terjadi sampai hari ke 12 (dua belas). Pada area fraktur, periosteum endosteum dan
sum-sum tulang yang mensuplai sel, berubah menjadi fibro kartilago, kartilago hialan dan
jaringan penunjang, fibrosa terjadinya osteogenesis dengan cepat.

3. Tahap Pembentukan Kalus


Enam sampai sepuluh hari setelah cidera, jaringan granulasi berubah menjadi bentuk prakalus,
prakalus menjadi puncak ukuran maksimal pada 14 (empatbelas) – 21 (dua puluh satu) hari
setelah cidera.

 Penatalaksanaan Pada Fraktur


1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :
a. Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya
pemasangan gips pada fraktur inkomplet dan fraktur tanpa kedudukan baik.
b. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum atau
lokal.
c. Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.
2. Terapi farmakologi, terdiri dari :
a. Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.
b. Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti interial.
Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur
terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan
komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti
tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif
dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar
luka fraktur terbuka.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR

A. Pengkajian Fokus
 Pengkajian Pasien Post Operasi Fraktur meliputi :
1. Gejala Sirkulasi
Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmononal, penyakit vascular perifer atau
Statis vascular (peningkatan resiko pembentukan thrombus).

2. Integritas Ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; faktor-faktor stress multiple, misalnya
financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

3. Makanan / Cairan
Gejala : insufisiensi pankreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan /
periode puasa praoperasi).

4. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.

5. Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi
kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat
penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ;
Riwayat transfusi darah / reaksi transfusi.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

6. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, anti inflamasi, antikonvulsan
atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alkohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan
pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B. Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Rongent Menentukan luas atau lokasi minimal 2 kali proyeksi, anterior,
posterior lateral.
2. CT Scan tulang, fomogram MRI Untuk melihat dengan jelas daerah yang mengalami
kerusakan.
3. Arteriogram (bila terjadi kerusakan vasculer)
4. Hitung darah kapiler
a. HT mungkin meningkat (hema konsentrasi) meningkat atau menurun.
b. Kreatinin meningkat, trauma obat, keratin pada ginjal meningkat.
c. Kadar Ca kalsium, Hb.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
 Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya kuman masuk.

 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
. Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa  Nyeri dapat berkurang / 1. Lakukan pendekatan pada
nyaman nyeri hilang klien & keluarga
berhubungan  Pasien tampak tenang 2. Kaji tingkat intensitas &
dengan frekuensi nyeri
terputusnya 3. Jelaskan pada klien penyebab
jaringan tulang dari nyeri
4. Observasi tanda tanda vital
5. Melakukan kolaborasi
dengan tim medis dalam
pemberian analgetik
2. Gangguan mobilitas  Pasien memiliki cukup 1. Rencanakan periode istirahat
fisik berhubungan energi untuk beraktifias yang cukup
dengan kerusakan  Perilaku menampakkan 2. Berikan latihan aktifitas
muskuloskeletal. kemampuan untuk secara bertahap
memenuhi kebutuhan 3. Bantu pasien dalam
sendiri memenuhi kebutuhan
 Pasien mengungkapkan 4. Setelah latihan dan aktifitas
mampu untuk melakukan kaji respon pasien
beberapa aktifitas
tanpadibantu
 Koordinasi otot, tulang
dan anggota gerak
lainnya baik.
3. Resiko infeksi  Luka pasien sembuh 1. Mengkaji luka pasien
berhubungan dengan dan kering 2. Monitor keadaan umum
adanya kuman  Tidak ada tanda infeksi pasien
masuk.

D. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan.

1. Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan post operasi fraktur adalah :
2. Nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
3. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
4. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
5. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
6. Infeksi tidak terjadi / terkontrol.
7. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=MATERI+FRAKTUR&oq=MATERI+FRAKTUR&aqs=chrome..69i57j69i59l2j0i271.5160j0
j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 . Diakses pada tanggal 12 Mei 2021 pukul 21.33

http://eprints.ums.ac.id/16698/2/BAB_I.pdf . Diakses pada tanggal 12 Mei 2021 pukul 22.59

https://www.alodokter.com/memahami-sistem-muskuloskeletal-dan-gangguan-yang-dapat-
terjadi Diakses pa tanggal 12 Mei 2021 pukul 23.05

Anda mungkin juga menyukai