Anda di halaman 1dari 7

EKSTRAKSI BENIH

       I.       TUJUAN

Kegiatan praktikum Ekstraksi Benih memiliki tujuan yaitu:


1.        Praktikan mengetahui metode ekstraksi benih
2.        Praktikan dapat melakukan ekstraksi benih

    II.       TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini merupakan beberapa definisi Ekstraksi: Menurut Kuswanto (2003) ekstraksi merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan benih dari buah. Sedangkan menurut Kamil (1982) ekstraksi
merupakan pemisahan biji dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan
sebagainya dengan tujuan agar benih tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi
persyaratan. Kemudian Menurut Nurhayati (1997) ekstraksi merupakan proses pengeluaran benih dari
buah, polong, kerucut, kapsul atau bahan pembungkus benih lainnya.
Kuswanto (2003) menyatakan bahwa berdasarkan proses ekstraksi ini buah dan polong dapat
digolongkan menurut cara mengekstraksinya, antara lain:
         Cone dan polong
Buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai
terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan
mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan
dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan
struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut
secara berbeda.
         Buah kering
Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah
tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu
cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya
memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak
dilakukan dengan teliti.
         Buah Berdaging
Pada buah berdaging sebelum benih dipisahkan atau diekstraksi, buahnya dapat dikeringkan
terlebih dahulu setelah buah masak. Tanaman yang termasuk dalam tipe ini adalah tanaman cabai,
oyong, okra dan paria.
         Buah Berdaging dan Berair
Buah tipe ini, disamping berdaging juga berair misalnya ketimun, sehingga pada saat benih masak
fisiologis maupun masak morfologis kandungan air benih masih sangat tinggi dan benih diselaputi oleh
lendir dan saling melekat pada runag-ruang tempat biji tersususn yang mengandung bahan yang bersifat
inhibitor. Dengan demikian, sebelum benih dikeringkan lendir yang ada harus dihilangkan terlebih dahulu
menggunakan zat kimia yaitu dengan difermentasikan terlebih dahulu, kemudian benih dicuci dengan air
hingga bersih dan bebas dari lendir.
METODE EKSTRAKSI
1.        Metode ekstraksi basah
Ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti buah
mentimun, buah melon, buah tomat, dsb.
         Fermentasi
Benih yang telah dipisahkan dari daging buahnya, dimasukkan ke dalam wadah dan apabila perlu
ditambah dengan sedikit air, wadah ditutup dan disimpan selama beberapa hari. Adapun wadah yang
digunakan untuk fermentasi benih dipilih wadah yang tidak korosif terhadap asam, misalnya terbuat dari
logam stainless steel, kayu ataupun plastic. Lama fermentasi tergantung pada tinggi rendahnya suhu
selama fermentasi. Apabila fermentasi dilakukan pada temperature 24 0 C-270 C maka diperlukan waktu 1-
2 hari, sedangkan apabila digunakan temperature 15 0 C-220C, dbutuhkan waktu 3-6 hari., tergantung
pada jenis benih yang difermentasikan. Selama fermentasi bubur (pulp) perlu diaduk guna memisahkan
benih dari massa pulp dan mencegah timbulnya cendawan. Setelah fermentasi selesai, bisanya benih
akan tenggelam ke dasar wadah untuk memudahkan pemisahan benih dari massa pulp perlu
ditambahkan air agar pulp menjadi encer. Setelah benih difermentasi benih dicuci dengan air bersih
hingga semua zat penghambat hilang, yang ditandai dengan permukaan benih yang sudah tidak licin.
Selanjutnya benih tersebut dikering anginkan pada suhu 31 0 C hingga diperoeh kadar air tertentu sesuai
dengan peraturan yang aman bagi penyimpanan (Pitojo, 2005).
         Mekanis
Pada usaha skala besar, pemisahan benih dari daging buahnya akan kurang efisien jika
menggunakan tenaga manual. Proses pembijian dilakukan dengan menggunakan mesin (seed
extraction) yang dirancang untuk memisahkan dan membersihkan benih dari pulp yang mengandung
inhibitor (Kamil, J, 1982).
         Kimiawi
Menggunakan zat kimia misalnya HCL 35%, dengan dosis 5 liter HCL 35% dicampur dengan 100
liter air. Kemudian larutan HCL digunakan untuk merendam pulp. Setelah direndam dan diaduk selama
30 menit, massa pulp akan mengambang dipermukaan sehingga mudah dipisahkan dari benih yang
tenggelam didasar wadah. Setelah dipisahkan benih dicuci dengan air hingga bekas pencuciannya
bersifat netral (dapat dicek dengan menggunakan kertas lakmus) (Kuswanto,2003).
Menurut Pitojo (2005) Pemisahan biji setelah fermentasi dapat dilaukan dengan menggunakan
sodium karbonat 10% selama dua hari, namun cara tesebut jarang digunakan oleh perusahaan  benih,
pemisahan biji dalam jumlah banyak dapat dilakukan secara cepat degan menggunakan HCL 1 N
sebanyak 7-8 ml/l larutan, dibiarkan selama 1-2 jam. Namun jika tidak dilakukan secara tepat perlakuan
dengan bahan kimia tersebut dapat menurunkan daya kecambah.
Kemudian menurut Murniati (1996) memanfaatkan kapur tohor sebagai bahan
untuk ekstraksi basah menunjukkan bahwa pada konsentrasi kapur tohor 20 g/l dengan lama
perendaman 30 menit memberikan potensi tumbuh terbaik (96%) untuk benih manggis. Manggis dan
ketimun termasuk kedalam tipe buah berdagung dan berair sehingga diharapkan kapur tohor juga dapat
dipalikasikan dalam ekstraksi benih ketimun. Adapun keuntungan dari penggunaan kapur tohor adalah
prosesnya berjalan cepat, harganya murah 2000/kg dapat mencegah terjadinya pembusukan yang dapat
mempengaruhi kualitas benih terutama viabilitasnya dan tidak menyebabkan perubahan warna.

2.        Metode ekstraksi kering
Ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong dan jenis-jenis yang memiliki daging
buah yang kering yang dapat dilakukan secara manual atau dengan mesin. Ekstraksi kering dapat
dilakukan pada buah-buah seperti cabai.
 III.       METODOLOGI

A.    Bahan dan Alat


1.    Bahan
 Buah tomat
 Buah cabai
 Air
2.    Alat
 Petridish
 Pisau/cutter
 Bak plastik
 Oven
 Eksikator
 Timbangan
 Saringan
 Alat tulis
 Pinset
B.     Cara Kerja
Prosedur kerja acara praktikum Ekstraksi Benih adalah sebagai berikut:
1.    Ekstraksi basah
a.    Menimbang buah tomat secara utuh
b.    Membelah buah tomat dan mengambil bijinya
c.    Membersihkan biji tomat dari Pulp dengan menambahkan air
d.   Menimbang biji tomat basah
e.    Merendam biji tomat minimal 5 jam
f.     Mengeringkan biji tomat (kering angin/kering cahaya matahari)
g.    Menimbang biji tomat kering

2.    Ekstraksi kering
a.    Membelah buah cabai dan mengambil bijinya
b.    Membersihkan biji cabai dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat
c.    Menimbang biji cabai segar
d.   Mengeringkan biji cabai dengan oven (suhu 105˚C selama 60 menit)
e.    Mendinginkan biji cabai setelah dioven dengan alat Eksikator
f.     Menimbang biji cabai kering

 IV.       HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan saat praktikum diperoleh hasil sebagai berikut:
1.    Ekstraksi basah
o  Bobot segar buah tomat                = 239,8 gr
o  Bobot petridish yang digunakan   = 42,1 gr
o  bobot petridish + benih basah       = 49,1 gr
o  Bobot benih basah                        
= (bobot petridish + benih basah) – bobot petridish
= 49,1 gr – 42,1 gr
= 7 gr
o  Bobot kotoran benih                     = 232,8 gr
o  Bobot petridish + benih kering     = 43,00 gr
o  Bobot benih kering
= (bobot petridish + benih kering) – bobot petridish
= 43,00 gr – 42,1 gr
= 0,9 gr
o  Kadar air
        
        
        
KA   =87,14 %
** M1 = bobot petridish
     M2 = bobot petridish dan benih basah
     M3 = bobot petridish dan benih kering
o  Presentase kotoran benih
 (97,1%)
2.    Ekstraksi kering
A.    Ulangan I
o  Bobot segar buah cabai                = 100 gr
o  Bobot petridish yang digunakan  = 47,20 gr
o  bobot petridish + benih basah      = 60,31 gr
o  Bobot benih basah          
= (bobot petridish + benih basah) – bobot petridish
= 60,31 gr – 47,20 gr
= 13,11 gr
o  Bobot kotoran benih        = 86,89 gr
o  Bobot petridish + benih kering    = 55,08 gr
o  Bobot benih kering
= (bobot petridish + benih kering) – bobot petridish
= 55,08 gr – 47,20 gr
= 7,88 gr
o  Kadar air
        
        
        
KA   = 39,89 %
** M1 = bobot petridish
     M2 = bobot petridish dan benih basah
     M3 = bobot petridish dan benih kering
o  Presentase kotoran benih
B.     Ulangan II
o  Bobot segar buah cabai                = 100 gr
o  Bobot petridish yang digunakan  =  38,2 gr
o  bobot petridish + benih basah      = 52,41 gr
o  Bobot benih basah          
= (bobot petridish + benih basah) – bobot petridish
= 52,41 gr – 38,2 gr
= 14,21 gr
o  Bobot kotoran benih        = 85,79 gr
o  Bobot petridish + benih kering    = 46,03 gr
o  Bobot benih kering
= (bobot petridish + benih kering) – bobot petridish
= 46,03 gr – 38,2 gr
= 7,83 gr
o  Kadar air
        
        
        
KA   = 44,89 %
** M1 = bobot petridish
     M2 = bobot petridish dan benih basah
     M3 = bobot petridish dan benih kering
o  Presentase kotoran benih
Tabel 1. perbandingan data ektraksi kering pada buah cabai

%
Bobot Kadar Bobot Rendemen
Ulangan Kotoran
Buah Air (%) Benih Benih
Benih

Ulangan I 100 gr 39,89 13,11 gr 7,88 gr


Ulangan II 100 gr 44,89 14,21  gr 7,83 gr

B.     Pembahasan
Buah yang dipanen dan akan diambil bagian bijinya untuk dijadikan sebagai benih, tentunya bagian
bijinya masih melekat dengan daging buah dan kulit buah. Biji yang dijadikan sebagai benih harus bersih
dan benar-benar terpisah dari bagian buah yang lainya. Bagian buah selain biji disebut dengan kotoran
benih karena bagian tersebut tidak dijadikan sebagai benih.
Biji yang masih melekat dengan bagian daging buah atau juga kulit buah harus dipisahkan terlebih
dahulu agar biji bersih dari bagian buah lainnya. Kegiatan atau proses pemisahan biji dari bagian daging
buah disebut dengan proses ekstraksi benih. Menurut Kamil (1982) ekstraksi merupakan pemisahan biji
dari daging buah, kulit benih, polong, kulit buah, malai, tongkol dan sebagainya dengan tujuan agar benih
tersebut dapat digunakan untuk bahan tanam yang memenuhi persyaratan.
Metode ekstraks benih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstraksi kering dan ekstraksi basah.
Ekstraksi basah sendiri dibagi menjadi dua cara yaitu secara fermentasi dan kimiawi. Secara fermentasi
ekstraksi benih dilakukan dengan cara merendam biji, sedangkan secara kimiawi ekstraksi benih
dilakukan dengan menggunakan bahan kimia yaitu HCL 50% atau KN   selama 30 menit.
Pada kegiatan praktikum ekstraki benih yang dilakukan yakni ekstraksi benih basah pada buah
tomat dan ekstraksi kering pada buah cabai. Berdasarkan hasil pengamatan ektraksi basah pada buah
tomat dilakukan dengan membelah buah tomat segar dan membersihkan biji tomat dari bagia pulp-nya.
Pada saat praktikum untuk mempermudah pemisahan pulp digunakan bahan tambahan air. Setelah biji
buah tomat terlihat bersih, biji tomat masih direndam dengan air selama minimal 5 jam. Perendaman
dilakukan tidak boleh telalu lama karena dapat memicu terjadinya metabolisme biji tomat dan
dikhawatirkan biji tomat berkecambah sebelum dijadikan benih. Perendaman bertujuan agar pulp lebih
mudah memisah dengan biji, setelah perendaman dan biji buah tomat benar-benar bersih, selanjutnya biji
buah tomat dikering anginkan atau dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari. Ekstraksi basah pada
buah tomat yang dilakukan saat praktikum tergolong pada ekstraksi basah secara fermentasi, karena
pada tahapannya dilakukan  perendaman benih.
Berdasarkan kegiatan praktikum yang dilakukan diperoleh data bahwa bobot benih basah (biji tomat
bersih sebelum dikeringkan) adalah 7 gr. Sedangkan rendemen benih (biji tomat setelah dikeringkan)
adalah 0,9 gr. maka kadar air yang dihilangkan untuk memperoleh benih kering sebesar 87,14%. Bobot
dari kotoran benih (daging buah) adalah 232,8 gr, yakni sebesar 97,1% bagian benih yang harus
dipisahkan dan harus dihilangkan, karena bagian tesebut tidak digunakan sebagai bahan untuk dijadikan
benih. Maka dapat disimpulkan bahwa bagian yang diambil dan dijadikan sebagai benih hanya 2,9% saja.
Ektraksi kering pada buah cabai yang dilakukan saat praktikum dilakukan dengan cara membelah
buah cabai sebanyk 100 gr, dan mengambil bagian bijinya kemudian membersihkan biji cabai dari bagian
daging buah. Setelah biji cabai terpisah dan benar-benar bersih kemudian biji cabai dikeringkan dengan
menggunakan Oven. Saat pengeringan dilakukan menggunakan suhu sebesar 105˚C selama 60 menit.
Bobot benih cabai sebelum dikeringkan adalah 13,11 gr, dan bobot benih setelah dikeringkan adalah 7,88
gr. kadar air yang dihilangkan saat pengeringan yakni 39,89 gr. sedangkan bobot kotoran benih itu sendiri
adalah 86,89 gr. bagian kotoran benih yang harus dihilangkan sebanyak 86,89%. Maka bagian yang
diambil dan dijadikan sebagai benih hanya 13,11% saja.
 Ekstraksi kering benih pada buah cabai dilakukan dua ulangan, kedua ulangan tersebut
menggunakan jumlah buah cabai yang sama, yakni sama-sama 100 gr buah cabai. Dari kedua ulangan
tersebut diperoleh data yang berbeda,
Tabel 2. perbandingan data ektraksi kering pada buah cabai
Kadar %
Bobot Bobot Rendemen
Ulangan Air Kotoran
Buah Benih Benih
(%) Benih
Ulangan I 100 gr 39,89 13,11 gr 7,88 gr
Ulangan II 100 gr 44,89 14,21  gr 7,83 gr
Dilihat dari tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dari kedua data tersebut hanya
berselisihan sedikit. Karena buah yang digunakan untuk praktikum berasal dari sumber yang sama.
Perbedaan tersebut masih dapat ditoleransi, dan tidak ada permasalahan.
Ekstraksi basah dan ekstraksi kering yang membedakan hanya dilihat dari cara kerjanya saja.
Ekstraksi basah dilakukan pada buah dengan kondisi yang masih segar, dan tahapannya dilakukan pada
kondisi benih pada kondisi segar. Sedangkan ekstraksi kering seharusnya dilakukan terlebih dahulu
mengeringkan buah yang akan diekstraksi. Namun pada kegiatan praktikum ekstraksi kering, buah cabai
tidak dikeringkan terlebih dahulu. Melainkan buah segar kemuadian diambil bijinya selanjutnya biji buah
cabai yang dikeringkan.
Kegiatan praktikum ekstraksi benih yang dilakukan antara ekstraksi basah dan ekstraksi kering yang
dilakukan masih memiliki perbedaan yaitu dilihat pada tahapannya. Pada ekstraksi basah buah tomat
dilakukan perendaman sedangkan pada ektraksi kering, biji cabai tidak diberi perlakuan perendaman
melainkan langsung dikeringkan.
Ekstraksi benih dilakukan agar benih terhindar dari bagian-bagian kotoran benih. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh benih yang murni, yakni benih yang terbebas dari kotoran benih dan bukan benih-
benih yang rusak/cacat.

    V.       KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum, hasil pengamatan, dan pembahasan laporan ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.      Ekstraksi benih merupakan upaya pemisahan benih dari kotoran benih atau bagian buah yang tidak
digunakan sebagai benih (pemisahan biji cabai dan biji tomat dari daging buah dan kulit buah).
2.      Ekstraksi basah pada buah tomat dilakukan secara fermentasi karena menggunakan sistem perendaman
dengan air.
3.      Bagian buah tomat yang dijadikan benih yakni sebesar 2,9%.
4.      Bagian buah cabai yang dijadikan benih yakni sebesar 13,11%.
5.      Hal yang mempengaruhi pada ekstraksi basah adalah perndaman, hal ini bertujuan untuk mempermudah
pemisahan biji dari kotoran benih, dan diperoleh biji yang benar-benar bersih.
6.      Pada ekstraksi kering hal yang berpengaruh adalah tahapan pemisahan biji dari kotoran benih yang
harus bersih karena tidak menggunakan bahan tambahan air.

Anda mungkin juga menyukai