Anda di halaman 1dari 22

PENGANTAR ILMU PERTANIAN

KELEMBAGAAN DAN TATA NIAGA HASIL PERTANIAN

DOSEN PEMBIMBING:
Dr.Lizawati,S.P.,M.Si.

DISUSUN OLEH :
Nama
Alan Maulana Futra
NIM
(D1B020138)

UNIVERSITAS JAMBI
JURUSAN AGRIBISNIS
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena dengan berkah, rahmat, karunia serta hidayah-Nyalah saya dapat
menyalesaikan makalah kelembagaan dan tata niaga hasil pertanian.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengantar ilmu pertanian. Untuk itu saya selaku penyusun sangat berterimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Terutama kepada dosen mata kuliah pengantar ilmu pertanian yang telah
memberikan bimbingannya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada
waktunya.

Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun
agar saya dapat menyusunnya kembali lebih baik dari sebelumnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi saya selaku
penyusun.

   Jambi, 20 september 2020

          Alan Maulana Futra


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………….  i


DAFTAR ISI ..………...………………….……………………………….   ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………..………..……   1
1.1. Latar belakang ………………………………………………………....   1
1.2 Rumusan masalah ……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan pembahasan ……………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………….……..........…  3
2.1. Pengertian Tata Niaga ……....…………………….….……………..….  3
2.2. Pemasaran Hasil Pertanian ……………………….……………….....….  7
2.3. Saluran dan Lembaga Hasil Pertanian .…...…………………………..... 8
2.4. Faktor – faktor Pemasaran Produk Pertanian   .…………….…………… 12
2.5. Permasalahan Tata Niaga Pertanian... .……………………………….…. 13
BAB III PENUTUP ………………………………………………….……… 14
3.1. Kesimpulan ………………………………………………….…….......…   14
DAFTAR PUSTAKA …………………………….…………….………….....   33
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tataniaga merupakan suatu proses dari pertukaran yang mencakup
serangkaian kegiatan untuk memindahkan barang-barang atau jasa-jasa dari sektor
produksi ke sektor konsumsi. Kegiatan ini disebut fungsi tataniaga. Aliran produk
pertanian dari produsen sampai ke konsumen akhir disertai peningkatan nilai
“guna” komoditi-komoditi pertanian tersebut. Peningkatan nilai guna ini terwujud
hanya apabila terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang melaksanakan fungsi-
fungsi pemasaran komoditi pertanian tersebut. Fungsi-fungsi pemasaran yang
dilaksanakan oleh lembaga pemasaran tersebut bermacam-macam, pada
prinsipnya terdapat tiga fungsi tipe fungsi pemasaran yaitu : Fungsi pertukaran
(exchange function); fungsi fisik (physical Function) dan fungsi pelancar atau
penyediaan fasilitas (facilitating function).
Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata
marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi
menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian
ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen
untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga)
sebaliknya bersifat dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan,
perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan
perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan
perpindahan dan peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi “perbedaan”
penggunaan istilah dengan maksud yang sama. Agar pengertian tata niaga itu
semakin jelas berikut ini disajikan beberapa batasan-batasan (defenisi) yang
diberikan oleh beberapa para ahli.
Kegiatan tata niaga umumnya kebanyakan berorientasi dengan utility
tersebut. Sebagai contoh, pohon-pohon kayu di hutan belantara secara ekonomis
tidak punya nilai guna, akan tetapi bila ditebang dan diangkat ke kampung paling
sedikit bernilai guna untuk bahan bakar (Place Utility). Jelas dalam hal ini ada
korban (input) kegiatan desa (paling sedikit tebang). Bila kayu balok tadi dipotong
dan dijadikan papan atau beroti (perubahan bentuk), maka faedah kegunaan
semakin ditingkatkan (Form Utility). Bila dilanjutkan lagi papan diolah menjadi
lemari, meja dan lain-lain. Perubahan bentuk ini semakin memberi nilai kegunaan
yang lebih tinggi. Para tukang pembuat lemari, meja dan lain-lain, akan
menjualnya kepada konsumen (karena dibutuhkan) yang memberikan kepuasan
(faedah) atau kegunaan baginya. Maka terjadilah peralihan pemilikan (Possesion
Utility) atau (Ownership Utility) melalui proses jual beli.
Barang-barang dan jasa selalu dibutuhkan pada waktu-waktu tertentu. Jadi
barang harus tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumennya (kegunaan waktu
(time utility)). Kegiatan menyimpan barang, misalnya pada saat panen harganya
turun dan pada waktu paceklik dijual, termasuk dalam kegunaan waktu (Time
Utility). Dengan penjelasan melalui contoh diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa tata niaga itu adalah kegiatan yang produktif.

1.2. Rumusan masalah


Hasil produk pertanian sifatnya selalu dibutuhkan dan harus selalu
tersedia, Jadi produk harus tersedia setiap saat dibutuhkan oleh konsumennya.
Oleh karena itu peran tataniaga hasil pertanian diperlukan agar dapat membantu
memperlancar proses pemasaran produk dari tersedianya produk, distribusi
produk hingga pemasaran hasil produk pertanian. Dari itu, dapat diambil
kesimpulan bahwa tata niaga itu adalah kegiatan yang produktif.

1.3. Tujuan Penulisan


Setelah mengikuti pokok bahasan ini, di harapkan mahasiswa dapat :
a. Menjelaskan mengenai pengertian tata niaga pertanian.
b. Menjelaskan mengenai saluran dan kelembagaan tata niaga pertanian
c. Menjelaskan mengenai permasalahan tata niaga pertanian
d. Menjelaskan mengenai factor-faktor pemasaran tata niaga pertanian.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tata Niaga


Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata
marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi
menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak di dalam bagian
ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen
untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen. Sedangkan marketing (tata niaga)
sebaliknya bersifat dinamis karena tata niaga mencakup semua persiapan,
perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu yang bersangkutpaut dengan
perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang atau jasa serta pelaksanaan
perpindahan dan peralihan tersebut. Oleh sebab itu sering terjadi “perbedaan”
penggunaan istilah dengan maksud yang sama.
Agar pengertian tata niaga itu semakin jelas berikut ini disajikan beberapa
batasanbatasan (defenisi) yang diberikan oleh beberapa para ahli. Sedangkan
beberapa batasan tata niaga (marketing) dari beberapa sumber sebagai berikut:
Panglaykim dan Hazil; Marketing adalah bagian daripada kegiatan usaha dan
dengan mana kebutuhan manusia dapat dipenuhi, yakni dengan tukar menukar
barang-barang dan jasajasa untuk sesuatu yang dianggap perlu dan berharga.

Alex S. Nitisemito; Marketing adalah semua kegiatan aktivitas untuk


memperlancar arus barang/jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien
dengan maksud untuk menciptakan permintaan efektif.
Limbong dan Soitorus (1987, dalam Wulandari, 2008) pada dasarnya
tataniaga memiliki pengertian yang sama dengan pemasaran. Para ahli telah
mendefinisikan pemasaran atau tataniaga sebagai sesuatu yang berbeda- beda
sesuai sudut pandang mereka. Pemasaran atau tataniaga dapat didefinisikan
sebagai suatu proses manajerial dimana individu atau kelompok di dalamnya
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Tataniaga dapat juga diartikan sebagai suatu tempat atau wahana dimana
ada kekuatan supply dan demand yang bekerja, ada proses pembentukan harga
dan terjadinya proses pengalihan kepemilikan barang maupun jasa (Dahl dan
Hammond, 1987).
Kohls dan Uhl (1990, dalam Kertawati, 2008) tataniaga adalah semua
kegiatan bisnis yang terlibat dalam arus barang dan jasa dari titik produksi hingga
barang dan jasa tersebut ada di tangan konsumen.
Setelah menelaah batasan-batasan tata niaga yang telah diutarakan di atas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa tata niaga atau marketing itu meliputi
kegiatan-kegiatan yang sangat luas sekali, di antaranya: kegiatan pembelian
(buying), kegiatan menjual (selling), kegiatan pembungkusan (packing), kegiatan
pemindahan (transport), kelancaran arus barang dan jasa dan lain sebagainya.
Lebih singkat tataniaga itu adalah segala kegiatan yang bersangkut paut dengan
semua aspek proses yang terletak di antara fase kegiatan sektor produksi barang-
barang dan jasa-jasa sampai kegiatan sektor konsumen. Jadi, marketing ini
merupakan sesuatu kegiatan moving process atau moving activities. Akan tetapi
dengan adanya kemajuan teknologi, baik dalam berproduksi, kelancaran
komunikasi dan perhubungan, teknik pembungkusan, handling dan sebagainya,
tidak mustahil akan merubah strategi dan kebijakan tata niaga, sehingga
batasanbatasan tersebut di atas akan mengalami penyempurnaan atau perubahan
secara dinamis pada masa-masa mendatang.
Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini ditandai dengan makin
tajamnya persaingan. Oleh karena itu, peranan pemasaran semakin penting dan
merupakan ujung tombak setiap perusahaan. Keberhasilan usaha suatu perusahaan
ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya. Pemasaran merupakan kunci
keberhasilan usaha perusahaan.
Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi
yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Proses pemasaran
merupakan proses yang sedang dan terus berlangsung dan membentuk suatu
sistem. Suatu sistem pemasaran tersusun atas beberapa sub-sistem yang saling
berinteraksi satu sama lain, yang sangat menentukan hasil akhir dari suatu sistem
itu sendiri.
Dalam membahas pemasaran pertanian tidak terlepas dari konsep pasar,
pemasaran dan pemasaran pertanian. Adapun pemasaran pertanian merupakan
bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dianggap sebagai suatu ilmu
yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada karakteristik produk pertanian
serta subyek dan obyek pemasaran pertanian itu sendiri. Dalam mendefinisikan
pasar, perlu diperhatikan adanya pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas
pemasaran.
Pasar secara sempit didefinisikan sebagai lokasi geografis, dimana penjual
dan pembeli bertemu untuk mengadakan transaksi faktor produksi, barang, dan
jasa (Sudiyono, 2004). Pasar dalam arti modern berarti suatu proses aliran barang
dari produsen ke konsumen yang disertai penambahan guna barang baik guna
tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pasar dapat didefinisikan sebagai
tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan
menggunakan alat pemuas yang berupa barang ataupun jasa, dimana terjadi
pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli.
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi
dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen ke konsumen
akhir yang disertai pnambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna
tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses
penyimpanan.
Dalam mendefinisikan proses pemasaran ini sangat tergantung posisi
seseorang yang terlibat dala proses pemasaran. Ada beberapa definisi pemasaran
yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, antara lain :
- Menurut King; Pemasaran merupakan pengambilan keputusan dan
pelaksanaan, termasuk perencanaan dan penetapan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan konsumen yang berupa barang.
- Menurut Fisk; Pemasaran ialah segala usaha bisnis sehingga dapat
memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang diinginkan oleh semua
konsumen.
- Menurut Schewe dan Smith; Pemasaran adalah aktivitas-aktivitas dimana
badan usaha melakukan promosi untuk menyampaikan barang dan jasa
antara perusahaan dan masyarakat.
- Menurut Downey dan Erikson; Pemasaran merupakan ilmu yang menelaah
terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomis dari produsen melalui
lembaga pemasaran kepada konsumen.

Dengan melihat beberapa definisi pasar dan pemasaran seperti di atas, maka dapat
dikemukakan definisi dari pemasaran pertanian itu sendiri, yaitu sebagai berikut :
Menurut FAO (1958)
Pemasaran pertanian adalah serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang
terjadi selama perjalanan komoditi hasil-hasil pertanian mulai dari produsen
primer sampai ke tangan konsumen.
Menurut Breimeyer (1973)
Pemasaran pertanian adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi diantara
usahatani dan konsumen. Definisi ini menegaskan bahwa pemasaran pertanian
terjadi setelah usaha tani (marketing post the farm) dan produksi terjadi pada
usahatani (production on the farm).
Menurut John Philips (1968)
Pemasaran pertanian adalah semua aktivitas perdagangan yang meliputi aliran
barang-barang dan jasa-jasa secara fisik dari pusat produksi pertanian ke pusat
konsumsi pertanian.
Tataniaga merupakan salah satu cabang aspek pemasaran yang
menekankan bagaimana suatu produksi dapat sampai ke tangan konsumen
(distribusi). Tataniaga dapat dikatakan efisien apabila mampu menyampaikan
hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan mampu
mengadakan pembagian keuntungan yang adil dari keseluruhsn harga yang
dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi
dan tataniaga (Rahardi, 2000).

2.2 Pemasaran Hasil Pertanian


Dalam bisnis pertanian, selain aspek produksi dan aspek permodalan,
aspek pemasaran juga perlu mendapatkan perhatian agar tingkat keberhasilan
bisnis ini bisa lebih tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar.
Strategi pemasaran yang tepat akan memperpendek sistem atau mata rantai
perdagangan, sehingga lost of benefit atau keuntungan yang hilang akibat
panjangnya tata niaga perdagangan bisa dihindari.
Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar. Di dalam pemasaran
tercakup semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha memasarkan produk,
termasuk juga jalur pemasaran atau tata niaganya.
Pasar dapat diartikan sebagai suatu organisasi tempat para penjual dan
pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan. Bagi pengusaha pertanian,
pasar merupakan tempat untuk melempar hasil produksinya. Dikenal ada beberapa
macam pasar (saluran distribusi) dalam bisnis pertanian, antara lain pasar
langsung atau saluran distribusi langsung, saluran distribusi tidak langsung, dan
eksportir.Sebelum sampai ke tangan konsumen, produk usaha pertanian ini
hampir selalu melalui perantara. Jalan yang dilalui oleh produk agribisnis
pertanian tersebut, dengan atau tanpa melalui perantara hingga sampai kepada
konsumen dikenal dengan istilah jalur pemasaran atau jalur tata niaga.Pada
umumnya jalur tata niaga ada dua macam yaitu jalur langsung sederhana dan jalur
dengan perantara.

Jalur tata niaga secara langsung


Di sini produsen langsung berhadapan dengan konsumen. Harga yang
dibayar konsumen sama besarnya dengan yang diterima produsen. Dengan
demikian, dari segi harga, produsen akan mendapatkan harga yang wajar. Di lain
pihak konsumen juga merasa untung karena mendapat produk yang lebih segar.
Meskipun demikian, jalur tata niaga ini mempunyai beberapa kelemahan seperti
lingkup atau kapasitas pasar atau konsumen yang tidak begitu luas, produsen tidak
tertarik untuk meningkatkan pendapatan dengan mengolah produk menjadi bentuk
lain dan dengan harga yang lebih baik, serta produsen tidak dapat meluaskan
jaringan pemasaran karena dengan meluaskan jaringan pemasaran, berarti terlepas
dari profesinya sebagai petani atau produsen.

Jalur tata niaga dengan perantara


Jalur tata niaga ini melibatkan pedagang perantara sehingga produsen
tidak dapat langsung berhubungan dengan konsumen. Yang dimaksud dengan
pedagang perantara yaitu pedagang yang memiliki dan menguasai barang serta
menyalurkan dengan tujuan mendapat keuntungan.Macam pedagang perantara
yang biasa dijumpai dalam usaha pertanian adalah pedagang eceran, pedagang
besar, dan pedagang pengumpul. Pedagang eceran merupakan perantara yang
menjual barang dagangannya langsung kepada konsumen akhir. Sementara
pedagang besar adalah pedagang yang menerima produk pertanian dari petani atau
pedagang pengumpul dan menyalurkan kepada pedagang kecil atau eceran.
Sedangkan pedagang pengumpul merupakan pedagang yang mengumpulkan
sejumlah kecil produk dan beberapa produsen dan menjualnya dalam jumlah besar
pada langganannya. Pendek kata, semua pedagang yang berfungsi sebagai
penyalur dan produsen ke konsumen adalah pedagang perantara.
Banyaknya pedagang perantara membuat mata rantai tata niaga menjadi
semakin panjang. Akibatnya tingkat harga yang diterima petani relatif sangat
rendah dibanding dengan harga yang harus dibayar oleh konsumen. Untuk
mengatasi hal ini, perlu adanya upaya memperpendek jalur tata niaga, di samping
itu diperlukan juga upaya peningkatan efisiensi peranan lembaga tata niaga serta
perbaikan sarana transportasi.

2.3. Saluran dan lembaga tata niaga pertanian


Menurut Kotler (2002), saluran tataniaga adalah serangkaian lembaga
yang
melakukan semua fungsi yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status
kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Produsen memiliki peranan utama
dalam menghasilkan barang-barang dan sering melakukan sebagian kegiatan
pemasaran, sementara itu pedagang menyalurkan komoditas dalam waktu, tempat,
bentuk yang diinginkan konsumen. Hal ini berarti bahwa saluran tataniaga yang
berbeda akan memberikan keuntungan yang berbeda pula kepada masing-masing
lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.Saluran tataniaga dari
suatu komoditas perlu diketahui untuk menentukan jalur mana yang lebih efisien
dari semua kemungkinan jalur-jalur yang dapat ditempuh. Selain itu saluran
pemasaran dapat mempermudah dalam mencari besarnya margin yang diterima
tiap lembaga yang terlibat.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), Saluran tataniaga terdiri dari
serangkaian lembaga tataniaga atau perantara yang akan memperlancar kegiatan
tataniaga dari tingkat produsen sampai tingkat konsumen. Tiap perantara yang
melakukan tugas membawa produk dan kepemilikannya lebih dekat ke pembeli
akhir yang merupakan satu tingkat saluran. Saluran nol-tingkat (saluran tataniaga
nol-langsung) terdiri dari produsen yang menjual langsung ke konsumen akhir.
Saluran satu-tingkat terdiri dari satu perantara penjual, yaitu pengecer. Saluran
dua-tingkat dari dua perantara, seperti pedagang besar dan pengecer. Saluran tiga-
tingkat dalam saluran tataniaga barang konsumsi memiliki tiga perantara, yaitu
pedagang besar, pemborong dan pengecer.Produktivitas hasil pertanian selalu
mengalami fluktuasi, sedangkan harga hasil pertanian ditingkat produsen
cenderung mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini diduga berkaitan
dengan rendahnya produktivitas dari hasil pertanian.
Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi
di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat ketidakstabilan
(inherent instability) pada sisi penawaran.Hal ini berarti harga hasil pertanian
disebabkan oleh sifat alami dari produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek
tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi
pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga pertanian lebih besar bila
dibandingkan dengan fluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan petani
menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya
keinginan untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih
ke komoditas yang memiliki harga jual yang lebih tinggi. Persoalan mutu dan
harga hasil pertanian merupakan bagian dari masalah tataniaga hasil pertanian
yang tidak dapat dipisahkan karena mempunyai dampak langsung terhadap pihak-
pihak yang terkait dalam perdagangan hasil pertanian. Selain itu keberadaan
lokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar dan jauh dari pusat perekonomian
yang mengarah pada terbentuknya rantai tataniaga yang panjang karena adanya
peran hierarki dari pedagang perantara yang cenderung menambah kompleksitas
upaya perbaikan mutu hasil pertanian.Analisis margin pemasaran digunakan
untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan
dari setiap lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau
dengan kata lain analisis margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat
kompetensi dari para pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran/disribusi
(Tomeck
and Robinson, 1990; Sudiyono, 2001).
Menurut Limbong dan Sitorus (1987), lembaga tataniaga merupakan
badan-badan atau lembaga yang berusaha dalam bidang tataniaga, menggerakkan
barang dari produsen ke konsumen melalui penjualan. Lembaga tataniaga pada
dasarnya harus berfungsi dalam memberikan pelayanan kepada pembeli maupun
komoditas itu sendiri. Produsen mempunyai peran utama dalam menghasilkan
barang-barang dan sering melakukan kegiatan tataniaga. Sementara itu pedagang
menyalurkan komoditas dalam waktu, bentuk, dan tempat yang diinginkan
konsumen.
Adanya jarak antara produsen dan konsumen menyebabkan penyaluran
produk dari produsen ke konsumen sering melibatkan beberapa lembaga
perantara, dimulai dari produsen itu sendiri, lalu lembaga-lembaga perantara
sampai ke konsumen akhir. Di dalam proses penyaluran selalu mengikutsertakan
keterlibatan berbagai pihak. Keterlibatan tersebut dapat dalam bentuk perorangan
maupun kelembagaan, perserikatan, atau perseroan (Limbong & Sitorus 1987).
Lembaga pemasaran atau lembaga tataniaga merupakan lembaga perantara
yang melakukan aktivitas bisnis dalam suatu sistem pemasaran.
Menurut Khols dan Uhls (1990), lembaga-lembaga yang terlibat dalam
proses pemasaran digolongkan menjadi lima kelompok
diantaranya: Lembaga-lembaga tersebut akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga
seperti fungsi pertukaran, fisik, maupun fasilitas. Lembaga ini melakukan
pengangkutan barang dari tingkat produsen ke konsumen, juga fungsi sebagai
sumber informasi mengenai barang atau jasa.
Limbong dan Sitorus (1987) menjelaskan bahwa fungsi-fungsi tersebut
dilakukan oleh lembaga perantara di dalam sistem tataniaga. Saluran tataniaga
atau
saluran distribusi adalah saluran yang digunakan produsen dan lembaga tataniaga
lainnya untuk menyalurkan produknya dari produsen sampai konsumen. Ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan untuk memilih pola saluran tataniaga
yaitu:
- Pertimbangan pasar yang meluputi konsumen sasaran akhir yang
mencakup potensi pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume
pesanan.
- Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar, dan berat
barang, tingkat kerusakan, sifat teknis barang, apakah barang tersebut
untuk memenuhi pesanan atau pasar.
- Pertimbangan internal yang meliputi besarnya modal dan sumber
permodalan,pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran, dan
pelayanan.
- Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai tataniaga yang meliputi segi
kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan
kebijaksanaan perusahaan.
Merchant Middlemen adalah perantara atau pihak-pihak yang mempunyai
hak atas suatu produk yang mereka tangani. Mereka menjual dan membeli produk
tersebut untuk memperoleh keuntungan.
Agent Middlemen adalah perwakilan dari suatu lembaga atau institusi. Mereka
hanya sebagai perwakilan dan tidak mengambil alih apapun dan tidak memiliki
hak atas produk yang mereka tangani.
Speculative Middlemen adalah pihak-pihak atau perantara yang mengambil
keuntungan dari suatu produk akibat perubahan harga.
Processors and Manufactures adalah lembaga yang bertugas untuk mengubah
produk yang dihasilkan menjadi barang jadi.
Fasilitative organizations adalah lembaga yang berfungsi sebagai penyedia
sarana bagi lembaga lain.

2.4 Faktor-faktor pemasaran produk pertanian


Aspek pemasaran memang disadari bahwa aspek ini adalah penting. Bila
mekanisme pemasaran berjalan baik, maka semua pihak yang terlibat akan
diuntungkan. Peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen,
tengkulak, pedagang pengumpul, broker, eksportir, importir atau lainnya menjadi
amat penting. Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang
dirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian atau lemahnya kompetensi pasar
yang yang sempurna, akan menentukan mekanisme pasar.Karena barang
pertanian umumnya dirikan oleh sifat : 1. Diproduksi musiman, 2. Selalu segara
(fresbeble), 3. Mudah rusak, 4. Jumlahnya banyak tetapi nilainya relatif sedikit
(bulky).Maka ciri ini akan mempengaruhi pasar pemasaran. Oleh karena itu
sering terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi naik-turun
( berfluktuasi) secara langsung, dan kalau saja harga produksi pertanian
berfluktuasi, maka yang sering dirugikan adalah pihak petaniatau produsen.
Karena kejadian semacam ini maka petani atau produsen memerlukan kekuatan
entahsendiri atau berkelompok dengan yang lain untuk melaksanakan pemasaran
ini.
Menurut Kotler (1980) Ada Lima faktor Yang menyebabkan mengapa
Pemasaran ITU Penting: 1. Jangka Waktu Produk Yang di jual menurun, 2.
Pertumbuhan penampilan Perusahaan also menurun, 3. Terjadi perubahan Yang
KONSUMEN diinginkan, 4. Terlalu gede pengeluaran ada untuk review
Penjualan.
Seringkali diketemukan bahwa karena petani sangat membutuhkan uang
kontan selekas-mungkin (untuk membayar hutang, biaya sekolah anaknya dan
lain-lain), maka petani memasarkan produksi pertaniannya walaupun pada kondisi
yang kurang menguntungkan. Namun sebaliknya, khusus petani komersial,
mereka memasarkan produksinya bila harga menguntungkan. Namun ada pula
yang dijumpai adanya petani yang menjual hasil pertanian karena adanya
peraturan yang mengharuskan kondisi harga tidak begitu menguntungkan.
Beberapa sebab mengapa terjadi rantai pemasaran hasil pertanian yang
panjangdan produsen (petani) sering dirugikan adalah sebagai berikut :
1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna.
2. Lemahnya informasi pasar.
3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar.
4. Lemahnya posisi produsen (petani) untuk melakukan penawaran untuk
mendapatkan harga yang baik
5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak berdasarkan pada permintaan
pasar, melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun temurun.

2.5 Permasalahan tata niaga pertanian


Banyak masalah yang dihadapi oleh petani baik yang berhubungan
langsung dengan produksi dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya. Petani secara
umum dalam proses tataniaga berada dalam kondisi yang lemah. Masalah–
masalah khusus yang dihadapi petani dalam
tataniaga dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Sistem Sosial-Budaya
2. Pengelolaan Manajemen (Ilmu Pengetahuan) Yang Kurang Baik.
3. Sistem Pertanian Subsisten
4. Kebijakan-Kebijakan yang Kurang Mendukung.
5. Jarak Antara Produsen dan Konsumen.
6. Sifat dan Bentuk Produk.
7. Jumlah Produk Pertanian Yang Akan Di Pasarkan Sedikit dan Tidak Kontinu.
8. Minimnya Sarana dan Prasarana Fasilitas (Pengangkutan, Penyimpanan, dan
Pengolahan).
9. Lokasi Produsen (Petani) yang Terpencar.
10. Harga Komoditi Yang sering Berfluktuasi Secara Tajam.
11. Minimnya Respon dari Produsen Terhadap Permintaan Pasar.
12. Minimnya Informasi Pasar.
13. Kebutuhan Modal yang Mendesak.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat di simpulkan tata niaga hasil pertanian dapat memperlancar
pemasaran hasil pertanian dari proses produksi, distribusi hingga ke konsumen.
Saluran pemasaran yang umum di gunakan dalam tataniaga hasil pertanian produk
pertanian, yaitu dari produsen ke konsumen dan dari produsen ke pedagang
pengecer kemudian di jual ke konsumen. Sehingga dapat saling menguntungkan
banyak pihak hal ini tidak lepas pula dari peran lembaga tatanegara dalam
memperlancar kegiatan tataniaga dari tingkat produsen sampai ketingkat
konsumen.
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi
dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen ke konsumen
akhir yang disertai pnambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna
tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan
Istilah tata niaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata
marketing. Kegiatan tata niaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi. Distribusi
menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian
ini bersifat statis, menunggu saja apa yang akan mereka peroleh dari produsen
untuk dibagi-bagikan lagi kepada konsumen.
Sedangkan marketing (tata niaga) sebaliknya bersifat dinamis karena tata
niaga mencakup semua persiapan, perencanaan dan penelitian dari segala sesuatu
yang bersangkutpaut dengan perpindahan, peralihan milik atas sesuatu barang
atau jasa serta pelaksanaan perpindahan dan peralihan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1.https://myblogannisagreen.blogspot.com/2016/04/makalah-tataniaga-
pertanian.html?m=1
2. https://www.berdesa.com/tata-niaga-hasil-pertanian/
3. Syahza, Almasdi. Model Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis
sebagai Upaya
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan. Pekanbaru: Lembaga Penelitian
Universitas Riau. http//almasdi.unri.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Januari 2012.
4. Baladina, Nur. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian: Sistem Pemasaran Hasil
Pertanian.
http//rosihan.lecture.ub.ac.id. Diakses pada tanggal 24 Januari 2012.
5. http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-manajemen/808-
aspek-pemasaran-hasil-pertanian
6. Zen, Zahari. Mengukur Efisiensi Produk Agribisnis. http//xa.yimg.com.
Diakses pada tanggal 24
Januari 2012

“ Soal “

1. Penciptaan kegunaan tempat, waktu, dan milik dalam saluran tataniaga


pertanian dilakukan oleh..... ( Jawaban : C)
A.Pedagang pengumpul
B.Pedagang besar
C.Pedagang pengecer
D.Pabrik
E.Pedagang kecil

2. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya saluran


tataniaga dalam produk pertanian, kecuali.... ( Jawaban : A)
A.Penawaran konsumen
B.Kemeruahan produk
C.Nilai unit suatu produk
D.Skala produksi
E.Permintaan konsumen

3. Seseorang yang mengkhususkan diri menjadi perantara dalam


perdagangan agar proses pertukaran dapat berjalan lebih mudah disebut
sebagai....
( Jawaban : D)
A.Retailer
B.Buyer
C.Wholesaller
D.Middleman
E.Supply

4. Lembaga pelelangan dalam tataniaga pertanian termasuk ke dalam


lembaga yang dikelompokkan berdasarkan .... ( Jawaban : C)
A.Bentuk usahanya
B.Kedudukan dalam struktur pasar
C.Penguasaan terhadap produk
D.Fungsi yang dilakukan
E.Manfaat usahanya

5. Pergeseran dalam kurva permintaan konsumen disebabkan salah satunya


oleh perubahan berikut ini, kecuali.... ( Jawaban : A)
A.Jumlah penjual
B.Jumlah pembeli
C.Daya beli konsumen
D.Selera dan pilihan konsumen untuk produk tertentu
E.Selera penjual

6. Kegiatan tataniaga yang memberikan kegunaan bentuk, waktu, tempat dan


hak milik disebut sebagai kegiatan.... ( Jawaban : B)
A.Konsumtif
B.Produktif
C.Distributif
D.Preventif
E.Respektif

7. Salah satu ciri sikap petani tradisional Indonesia adalah menitikberatkan


kegiatan tataniaga pada .... ( Jawaban : A )
A.Efisiensi produksi
B.Efektifitas produksi
C.Diferensiasi produk
D.Konsumsi produk
E.Efesiensi produk

8. Kegiatan yang mempelajari tataniaga dari banyaknya kegiatan yang


dilakukan untuk menyalurkan produk dari titik produsen ke konsumen
terdapat dalam pendekatan... ( Jawaban : D)
A.Sistem total
B.Serba lembaga
C.Serba barang
D.Serba fungsi
E.Sistem barang

9. Buah mangga yang hanya dapat dijumpai dari bulan Agustus sampai
dengan November di Indonesia menandakan bahwa produksi pertanian
memiliki karakteristik.... ( Jawaban : B)
A.Mudah rusak/busuk
B.Bersifat musiman
C.Spesifik lokasi dan kondisional
D.Ketidakpastian cuaca dan harga
E.Ketidak efensiensian cuaca

10. Pada umumnya hasil pertanian merupakan barang yang mudah rusak atau
disebut... ( Jawaban : B)
A.Undurable
B.Perishable
C.Bulky
D.Voluminous
E.Supply

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai