Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Abhista Farrel Devara Adelaide
2113010012
Kelompok 3
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen, dan oksigen yang terdapat dalam
alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah
polisakarida aldehid dan keton atau turunan mereka (Poedjiadi, 2006). Nama karbohidrat
berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus
empiris yang menunjukkan bahwa senyawa tersebut adalah karbon “hidrat” ddan memiliki
nisbah 1:2:1 untuk C, H, dan O. Perbandingan jumlah atom H dan O adalah 2:1 seperti pada
molekul air (McGilvery, 1996). Pada senyawa yang termasuk karbohidat terdapat gugus
fungsi yaitu gugus –OH, gugus aldehid, atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain
mempunyai hubungan daerah sifat kimia yang ditentukan dengan sifat fisika, dalam hal ini
juga aktivitas optic. Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahlii kimia
berpendapat bahwa pada molekul glukosa, kelima atom karbon yang pertama dengan atom
oksigen, dapat membentuk cincin segi enam 9Gambar 1). Oleh karena itu, diusulkanlah
penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau piran.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan
4 kalori (kiojoule) energy pangan per gram. Karbohidrat juga mempunyai peranan penting
dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain.
Sedangkan dalam tubuh, karohidrat berguna untuk mencegah tumbuhnya ketosis, pemecahan
tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolism
lemak dan protein (Fessenden, 1990). Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah
tepung atau amilum atau pati yang ada dalam gandum, jagung, beras, kentang, dan padi-
padian lainnya.
Kerbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam
bentuk serat (fiber), seperti seluloasa, pectin, serta lignin (Edahwati, 2010).
Klasifikasi karbohidrat terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Fessenden,
1982). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri
atas beberapa ato karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi
lunak menjadi karbo lain (McGilvery, 1996). Monosakarida tidak berwarna, bentuk
kristalnya larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut non- polar. Monosakrida
digolongkan menurut jumlah karbon yang ada dan gugus fungsi karbonilnya yaitu aldehid
(aldosa) dan keton (ketosa). Glukosa, galaktosa, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa.
Monosakarida seperti fruktosa adalah ketosa (Fessenden, 1982) Suatu disakarida
adalah suatu karbohidrat yang tersusun dari dua satuan mnosakarida yang dipersatukan oleh
suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu satuan ke suatu OH satuan lain. Suatu cara
ikatan yang lazim ialah suatu ubungan glikosida α atau β dari satuan pertama ke gugus 4-
hidroksil dari satuan kedua. Hubungan ini disebut suatu ikatan 1,4’-α atau 1,4’-β, tergantung
pada stereokimia pada karbon glikosida. Seperti halnya monosakarida, senyawa ni larut
dalam air, sedikit larut dalam alcohol, dan praktis tidak larut dalam eter dan pelarut oerganik
non-olar. Contoh dari disakarida adalah maltose, sukrosa, dan laktosa (Sastroamidjojo &
Hardjono, 2005). Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks
daripada mono dan oligosakarida. Molekul mnosakrida terdiri atas banyak molekul
monosakarida.
Adanya karbohidrat dalam makanan dapat diidentifikasi secara kualitatif maupun kuantitatif.
Uji kualitatif karbohidrat yang mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan
dengan cara :
1. Uji Molisch
Uji ini untuk semua jenis karbohidrat. Monosakarida, disakarida, dan
polisakarida akan memberikan hasil positif. Uji positif jika timbul cincin merah ungu
yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan a-
naftol dalam pereaksi molish.
2. Uji Benedict
Uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi (yang
memiliki gugus aldehid atau keton bebas) . Gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat
untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata, kadang disertai dengan larutan yang berwarna
hijau, merah, atau orange.
3. Uji Seliwanoff
Bertujuan untuk mengeahui adanya ketosa (karbohidrat yang mengandung
gugus keton). Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi
asam levulinat dan 4- hidroksilmetilfurfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang
mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya.
Disakarida sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa memberi
reaksi positif dengan uji Seliwanoff. Glukosa dan karbohdrat lain dalam jumlah
banyak dapat juga memberi warna yang sama.
4. Uji fehling
Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada adanya gula
pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya: gula reduksi ditambah campuran larutan
CuSO4 dalam suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah dengan
Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida.
5. Uji Iodium
Uji iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Uji iod juga dapat
membedakan amilum dengan nitrogen. Reaksi antara polisakarida dengan iodin
membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks
(melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai
pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks
sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.
Sedangkan uji kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:
a. Metode luff school
Metode ini dapat digunakan untuk menentukan kandungan glukosa dalam
bahan yang akan diuji (contohnya buah) berdasarkan pada reaksi titrasi iodometri dari
kelebihan Cu.
b. Metode dinitrosalisilat (DNS)
Metode ini dapat digunakan untuk mengukur gula pereduksi dengan teknik
kolorimetri. Teknik ini hanya bisa mendeteksi satu gula pereduksi, misalnya glukosa.
Gugusaldehida yang dimiliki oleh glukosa akan dioksidasi oleh asam 3,5
dinitrosalisilat menjadi gugus karboksil.
c. Metode asam fenol sulfat
Metode ini disebut juga dengan metode TS (total sugar) yang digunakan untuk
mengukur total gula. Metode ini dapat mengukur dua molekul gula pereduksi.
Tujuan Praktikum
- Bahan
a) Larutan glukosa 0.01 M
b) Larutan sukrosa 0.01 M
c) Larutan amilum 1%
B. Cara Kerja
- Percobaan 1 : Reaksi Benedict
1) Sebanyak 2.5 cc ( 40 Tetes ) Reagen Benedict dimasukkan kedalam
3 Tabung Reaksi
2) Kemudian dimasukkan pula masing - masing sebanyak 4 tetes larutan
Glukosa, Sukrosa, dan Amilum
3) Tabung tersebut dimasukkan ke dalam Water bath selama 5 menit
4) Kemudian diamati larutan manakah yang mengalami perubahan warna
1. Uji benedict
a. Larutan Benedict 40 tetes + 4 tetes Sukrosa = membentuk endapan merah bata
b. Larutan Benedict 40 tetes + 4 tetes Amilum = Warna tidak berubah
c. Larutan Benedict 40 tetes + 4 tetes glukosa = warna berubah menjadi merah
bata Dimana dalam percobaan kami tidak terjadi perubahan warna, disebabkan :
a. Perbedaan setiap volume pada setiap larutan
b. Waktu yang kurang pada saat waterbath
c. Suhu yang berubah pada saat waterbath
Kemudian dari hasil pengamatan larutan tersebut terbentuk cincin ungu Uji
fehling digunakan untuk menunjukkan adanya gula pereduksi. Monosakarida dan
beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasan basa.
Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat
maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida
atau keton bebas dalam molekul karbohidrat. Uji Fehling sendiri bertujuan untuk
mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan dalam pengujian ini adalah
Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).
Hasil praktikum yang di dapat seharusnya adalah
• Larutan (Fehling A) CuSO4 + glukosa 0,1 dipanaskan 45 C, selama 5 menit adalah
bewarna hijau kekuningan
• Larutan (Fehling B) Kalium – Natrium + Glukosa 0,1 dipanaskan 45 C selama 5
menit adalah bewarna hijau kekuningan
Namun yang didapat
• Tidak ada nya perubahan warna sama sekali pada kedua larutan sesudah
dipansakan maupun sesudah dilarutkan glukosa 0,1
Disebabkan
• Kemungkinan perbandingan bahan tidak sesuai
• Kemungkinan suhu dan waktu pemanasan tidak sesuai
• Kemungkinan kesalahan pada tahap pelarutan glukosa
Daftar Pustaka