Anda di halaman 1dari 5

Jawaban:

1) Bagaimana sejarah konsep civil society dan masyarakat madani?


 Sejarah Konsep Civil Society, berasal dari pergolakan politik dan sejarah masyarakat
Eropa Barat yang mengalami proses transformasi dari pola kehidupan feodal menuju
indrustri kapitalis
Fase Pertama
o Aristoteles (384-322) memandang civil society sebagai sistem
kenegaraan yang lebih dikenal dengan istilah "Koinonia Politike" yaitu
komunitas politik tempat warga terlibat langsung dalam berbagai
pencaturan ekonomi da politik serta pengambilan keputusan, kemudian
dikembangkan oleh
o Thomas Hobbes (1588-1679) menganggap sebagai antitesa negara yaitu
berperan untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus
memiliki kekuasaan mutlak, shingga mampu mengedalikan perilaku
politik setiap warga 
o John Locke (1632-1704) menganggap sebagai pelindung untuk
kebebasan dan hak milik setiap warga Negara
Fase Kedua
o Thomas Paine (1972) memaknainya sebagai sesuatu yang berlawanan
dengan lembaga negara. Kekusaaan yang diberikan oleh masyarakat
demi terciptanya kesejahteraan bersama
Fase Ketiga
o Hegel (1770-1837), Karl Marx (1818-1883), Antonio Gramsci (1891-
1937) berpendapat bahwa civil society merupakan elemen ideologis kelas
dominan

Sejarah Konsep masyarakat Madani Berasal dari kata civil society atau
masyarakat sipil serta mengacu pada konsep civil society Menurut Anwar Ibrahim,
masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral
yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan
masyarakat.Berdasar pada konsep Negara Madinah yang dibangun Nabi
Muhammad SAW tahun 622 M. Mengacu pada konsep Tamadhun (masyarakat
yang beradab) yang dikenalkan oleh Ibn Khaldun Mengacu pada konsep
Madinahal Fadhilah (Madinah sebagai negara utama) yang diungkapkan oleh Al-
Farabi. Masyarakat beradab dan sejahtera apat dikonseptualisasikan sebagai civil
society atau masyarakat madani, meskipun memiliki makna dan sejarahnya sendiri
tetapi keduanya merujuk pada semangat yang sama sebagai sebuah masyarakat
yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera, dengan kesadaran keTuhanan yang tinggi
yang diimplementasikan dalam kehidupan sosial.
2) Sebutkan prinsip-prinsip masyarakat madani dan jelaskan!
Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai
dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok
lain. 
Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif
dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 
Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya. 
Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab. 
Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan.
Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki
kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
3) Bagaimana peran yang dapat dilakukan oleh umat beragama dalam
mewujudkan masyarakat madani?
Peranan islam dalam mewujudkan masyarakat yang madani sangat beragam bentuknya.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, dimana umat islam adalah mayoritas, peranan
umat islam dalam mewujudkan masyarakat madani sangat benar-benar menentukan
kondisi masyarakat Indonesia sangat tergantung pada konstribusi yang diberikan oleh
umat islam di nusantara. Peranan umat islam itu dapat direalisasikan melalui jalur hukum,
sosial-politik, ekonomi dan masih banyak lainnya di negara Indonesia, memberikan ruang
untuk menyalurkan aspirasinya secara konstruktif bagi kepentingan bangsa secara
keseluruhan.

4) Sebutkan beberapa poin penting hak asasi manusia dalam Islam beserta
ayat al-Qur’an yang berkaitan dengannya!
Hak untuk Hidup

Hak yang pertama kali dianugerahkan Islam di antara HAM lainnya adalah hak untuk
hidup dan menghargai hidup manusia. Islam memberikan jaminan sepenuhnya bagi etiap
manusia, kecuali tentu saja jika ada alasan yang dibenearkan. Prinsip tentang hak hidup tertuang
dalam dua ayat al-Quran:

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar.” (Q.S Al-Isra’:33)
“Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan suatu (sebab) yang benar.” (al-An’am: 151)

Dua ayat di atas membedakan dengan jelas antara pembunuhan yang bersifat kriminal, dengan
pembunuhan untuk menegakkan keadilan. Untuk menegakkan keadlian hanya pengadilan yang
berwenang saja yang berhak memutuskan apakah seseorang harus kehilangan haknya untuk
hidup atau tidak. Oleh karena itu haruslah berlaku prinsip peradilan yan gjujur dan tidak
memihak.

Hak Kepemilikan Pribadi

Berkaitan dengan kepemilikan pribadi ini Islam sangat mengharagai hak-hak kepemillikan
pribadi seseorang. hal ini tercermin dari adanya persyaratan hak milik untuk kewajiban zakat dan
pewarisan. Seseorang juga diberi hak untuk mempertahankan hak miliknya dari gangguan orang
lain. Bahkan, jika ia mati ketika membela dan mempertahankan hak miliknya itu maka ia
dipandang sebai syahid.

Salah satu ayat al-Quran yang menjelaskan tentang pentingnya hak milik terdapat pada Q.S. an-
Nisaa ayat 29 yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan
jalan yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka.

Ayat tersebut mengingatkan agar dalam memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam dan
lingkungan itu, seseorang harus menghormati pula kepentingan orang lain. Dengan kata lain, ia
harus menempuh cara yang halal dan bukan melalui cara yang haram.

Persamaan Hak dalam Hukum

Agama Islam menekankan persamaan seluruh umat manusia di mata Allah, yang
menciptakan manusia dari asal yang sama dan kepadaNya semua harus taat dan patuh. Islam
tidak mengakui adanya hak istimewa yang berdasarkan kelahiran, kebangsaan, ataupun halangan
buatan lainnya yang dibentuk oleh manusia itu sendiri. Kemuliaan itu terletak pada amal
kebajikan itu sendiri.

“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari sesorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulai di antara kamu di sisi Allah ialah orang orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (al-Hujarat: 13)
Hak Mendapatkan Keadilan

Hak mendapatkan keadilan merupakan suatu hak yang sangat penting di mana agama Islam
telah menganugerahkannya kepada setiap umat manusia. Sesungguhnya agama Islam telah
datang ke dunia ini untuk menegakkan keadilan, sebagaimana al-Quran menyatakan:

“Dan Aku perintahkan supaya berlaku adil di antara kamu” (Q.S Asy-Syura: 15)

Umat Islam diperintahkan supaya menjungjung tinggi keadilan meskipun kepentingan mereka
sendiri dalam keadaan bahaya

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadlilan,
menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahun kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jikakamu
memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha
Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (an-Nisa: 135).

Hak untuk Mendapatkan Pendidikan

Salah satu dari hak asasi yang terpenting adalah hak untuk memperoleh pendidikan. Tidak
seorangpun dapat dibatasi haknya untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan dan pendidikan,
sepanjang ia memenuhi kualifikasi untuk itu. Ajaran Islam tidak saja menegakkan sendi
kemerdekaan belajar, lebih dari itu Islam mewajibkan semua orang Islam untuk belajar.

Pentingnya pendidikan dan pengetahuan tertuang dalam surat at-Taubah ayat 122:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, sehingga mereka waspada.”

Landasan ayat lain yang meninggikan pentingnya pendidikan ada di dalam surat al-Mujadilah
ayat 11, yang memiliki arti:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
5) Bagaimana hubungan Islam dan demokrasi?
 Demokrasi dalam aspek politik adalah dihormatinya hak setiap individu dalam sebuah
bangsa untuk memilih pemimpin sesuai dengan aspirasinya. Tidak boleh ada yang
memaksakan kehendak kepada mereka untuk memilih seorang pemimpin tertentu yang
tidak dikehendaki. Ketentuan ini pada dasarnya sesuai dengan ajaran yang digariskan
oleh Islam melalui perangkat permusyawaratan dan kontrak politik yang mengikat rakyat
untuk berkomitmen tunduk dan taat pada pemimpin yang dipilihnya. Kesesuaian antara
Islam dengan demokrasi juga terlihat ketika Islam mengutuk dan mengecam para
diktator; sementara di sisi lain mengedepankan pemimpin yang kuat, amanah, kredibel,
kapabel serta mampu mengayomi rakyatnya. Islam memerintahkan umatnya untuk
mematuhi keputusan mayoritas. Islam juga mengandung ajaran bahwa tangan Allah
bersama rakyat banyak. Rasulullah alahiwasalam bersabda kepada Abu Bakar dan
Umar, “Kalau kalian berdua sepakat dalam suatu hal, aku tidak akan menentang
pendapat kalian berdua.”  Ini menunjukkan bahwa aspirasi dari jumlah orang yang lebih
banyak harus didahulukan dari aspirasi segelintir orang, termasuk pendapat Rasulullah
sendiri (dalam masalah ijtihadi duniawi). Di dalam Islam, setiap rakyat berhak
memberikan saran atau nasihat kepada penguasa, menganjurkannya berbuat baik dan
meninggalkan kemungkaran; tentu dilakukan dengan tetap memperhatikan etika dan cara
mengingatkan dengan baik. Rakyat juga mempunyai kewajiban untuk taat kepada
penguasa selama kebijakan yang diambilnya adalah kebaikan. Sebaliknya, rakyat berhak
menolak ketika diperintah untuk melakukan perbuatan yang dilarang menurut
kesepakatan kaum Muslimin dan atau melakukan kemaksiatan yang nyata. Karena, tidak
boleh menaati siapa pun untuk melakukan maksiat kepada Allah. Hal seperti ini juga
berlaku dalam sistem demokrasi. Hal penting lainnya dalam penerapan sistem demokrasi
adalah Pemilihan Umum (pemilu) dan pengambilan keputusan berdasar suara terbanyak;
dimana secara umum bisa dinilai tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Walau tetap
memiliki beberapa kelemahan, sistem ini masih lebih baik dari sistem buatan manusia
lainnya. Yang perlu diantisipasi adalah menjaga berjalannya sistem ini agar tidak
dimanfaatkan oleh para penipu atau penjahat.

Anda mungkin juga menyukai