Anda di halaman 1dari 12

PEREKONOMIAN INDONESIA

“Analisis Kebijakan Fiskal dari Orde Lama sampai Reformasi di Indonesia”

DOSEN PENGAMPU:
Armin Rahmansyah Nasution S.E., M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

M. HARIS PRATAMA 7183210035


RISKY ADRINATA 7182210006
SOZA SILPHA A.R 7183510039
LAILA 7182210004
NOVIKA LESTARI 7181210016
SAMUEL BADIATAMPUBOLON 7183210043
MIKHAEL BONOR SINAGA 7183510044

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang, penulis senantiasa mensyukuri atas segala
nikmat dan ridho-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, dengan judul :
Desain Produk dan Jasa. Makalah ini dibuat untuk melengkapi nilai tugas dari mata kuliah Perekonomian
Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pengalaman dan ilmu yang dimiliki masih terbatas dan terdapat
banyak kekurangan, sehingga penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.Namun penulis tetap bersyukur
karena dengan bimbingan dan bantuan semua pihak, maka makalah ini dapat diselesaikan.Penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna mencapai hasil yang lebih baik.Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Oktober 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................................1

Kata Pengantar ......................................................................................................................................2

Daftar Isi................................................................................................................................................3

BAB I Pendahuluan .4

1.1 Latar Belakang .4

1.2 Rumusan Masalah .4

1.3. Tujuan Penulisan .4

BAB II Pembahasan .5

BAB III Penutup 11

Daftar Pustaka 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan
perekonomian. Masing–masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel
utama, yaitu pajak(tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan variabel utama
dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor, dimana sektor-sektor tersebut
diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan sektor dunia internasional/luar
negeri. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan
pengeluaran.

Krisis global saat ini jauh lebih parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat
tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi
dunia terlihat makin suram dari hari ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga
sampai tingkat yang terendah. Tingkat bunga yang sedemikian rendahnya itu justru menyebabkan ruang untuk
melakukan kebijakan moneter menjadi terbatas, sehingga pilihan yang tersedia hanya pada kebijakan fiskal

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah:

1. Bagaimana kebijakan fiskal pada perekonomian Indonesia

2. Bagaimana kebijakan moneter dalam perekonomian Indonesia

3. Bagaimana hubungan kebijakan fiskal dan moneter dalam perekonomian Indonesia

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Mengetahui kebijakan fiskal pada perekonomian Indonesia

2. Mengetahui kebijakan moneter dalam perekonomian Indonesia

3. Mengetahui hubungan kebijakan fiskal dan moneter dalam perekonomian Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu
negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter, yang bertujuan men- stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat
dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat berikut:

 Permintaan agregat dan tingkat aktivitasekonomi


 Pola persebaran sumber daya
 Distribusipendapatan
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi
defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN
terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan
kerja dan neraca pembayaran.

Contoh kebijakan fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah:

Kebijakan tentang penghasilan tidak kena pajak yang dinaikan 10% pada awal Januari yang tertuang dalam
PP/UU APBN 2006 (Pajak ditanggungpemerintah).

Subsidi BBM dan listrik

Apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan


masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi.
Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.

MASALAH DALAM KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan fiskal sering kali menghadapi permasalah seperti yang disebutkan di bawah ini :

 Masalah waktu
 Pertimbangan politis
 Respon pelaku ekonomi
 Dampak crowding-out
 Kondisi perekonomian dunia/luar negeri

PERANAN KEBIJAKAN FISKAL BAGI PEREKONOMIAN

Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan bahwa volume
transaksi yang diadakan oleh pemerintah di kebanyakan Negara dari tahun ke tahun bertendensi untuk
meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional. ini berarti bahwa peranan dari
tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat pendapatan nasional lebih besar. Untuk
Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya, peranan tindakan fiskal pemerintah semakin besar
dalam mekanisme pembentukan tingkat pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya
pemerintah dapat lebih mampu dalam mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian
diharapkan bahwa dengan adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya
perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak
pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit, dan sebagainya.

Bagi Negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari akan
rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Dari bagian 1 kita telah mengetahui
bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi nasional perlu
ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan adanya capital formation.
Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi yang cukup besar untuk terwujudnya
capital formation yang dibutuhkan tersebut.

Berdasarkan teori:

1. Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance)

2. Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach)

3. Kebijakan stabilitas anggaran otomatis (the stabilizing budget

Kebijakan Fiskal Berdasarkan Penerapannya :

1. Kebijakan Ekspansif: Kebijakan yang dilakukan ketika perekonomian suatu negara sedang melemah
dan bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat.

Kebijakan yang diambil adalah dengan menaikkan belanja negara dan menurunkan nilai pajak.
2. Kebijakan Kontraktif: Kebijakan yang dilakukan ketika perekonomian suatu negara berada pada
tingkat yang cukup memanas.

Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia

1. Adanya Tax amnesty tahun 2017 yaitu program pengampunan pajak bagi wajib pajak yang telat,
tunggakan dan tidak melaporkan asetnya.

2. Relaksasi pajak yang berlangsung selama tahun 2020 hingga awal 2021 untuk meningkatkan daya beli
masyarakat.

3. Pengurangan subsidi BBM.

Lembaga Kebijakan Fiskal di Indonesia :

Di Indonesia, kebijakan fiskal dilakukan oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF) yang merupakan
unit setingkat eselon I di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

BKF berperan untuk merumuskan kebijakan fiskal dan sektor keuangan dengan cakupan tugas
yang meliputi ekonomi makro, pendapatan negara, belanja negara, pembiayaan, sektor keuangan dan
kerja sama internasional.

Berdasarkan perbandingan penerimaan-pengeluaran:

1. Kebijakan anggaran seimbang

2. Kebijakan anggaran deficit

3. Kebijakan anggaran surplus

4. Kebijakan anggaran dinamis

Contoh Kebijakan Fiskal:

1. Tax Amnesty

2. Relaksasi Pajak

3. Pengurangan subsidi BBM

Lembaga Kebijakan Fiskal di Indonesia disebut Badan Kebijakan Fiskal (BKF)


Tujuan Kebijakan Fiskal

1. Untuk meningkatkan laju inflasi

2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial

3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja

4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional

5. Untuk meningkatkan inflasi

6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional

Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian

Bisa dianalisa dengan bagaimana suatu kebijaksaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu APBN,
dan bagaimana APBN mempengaruhi perekonomian.

Kenaikan Harga Minyak terhadap Perekonomian Indonesia

Pada kurun waktu tahun 1970-an, sampai dengan tahun 1980-an, naiknya harga minyak (krisis
minyak) memberikan keuntungan yang relatif sangat besar kepada Indonesia. Pada kurun waktu
tersebut, Indonesia dapat dikatakan “ketiban pulung” windfall dari kenaikan harga minyak, karena
pada saat itu Indonesia merupakan eksportir minyak. Kenaikan harga minyak ini, mampu
mendongkrak jumlah “pundi-pundi” devisa negara sehingga pada saat itu untuk sementara Anggaran
Negara terslamatkan.

Namun pada tanggal 4 mei 1998, presiden soeharto mengikuti saran dari International Monetery
Fund (IMF) Untuk menaikan harga bahan bakar minyak dari Rp. 700/ liter menjadi Rp. 1.200/liter.
Kebijakan tersebut menyulut aksi penolakan mahasiswa disejumlah wilayah. Pada tanggal 12 mei 1998
konsentrasi mahasiswa memanas didepan universitas trisakti empat mahasiswa universitas trisakti
meninggal dunia akibat tertembus tima panas. Karna keadaan semakin memanas dan mencengkam bapak
Soeharto pun mengakhiri kekuasaannya tepat pada 21 mei 1998. dapat disimpulkan bahwa pada tahun
1998 semenjak presiden soeharto menaikan harga BBM masyarakat sudah sangat khawatir akan
kehidupan mereka.

Untuk saat sekarang (mulai tahun 2004, 2005 dan 2007), apa yang disebut windfall di
masa lampau tidak mungkin lagi dirasakan oleh Indonesia. Ini disebabkan karena pada masa-masa
sekarang kita tidak lagi menjadi eksportir tetapi sudah tumbuh menjadi importir yang haus minyak
(transisi dari eksportir ke importir) dan semakin lama ladang minyak kitapun sudah tidak bisa
diandalkan. Dengan kondisi sekarang (transisi) maka kenaikan harga ini akan berpengaruh terhadap
perekonomian yang hingga saat ini menjadikan minyak sebagai pendorong proses produksi
(kecenderungan ketergantungan) dan anggaran pemerintah.
Menurut Jurnal Biro Analisa Dampak Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia terhadap APBN

Perkembangan harga minyak mentah Indonesia di pasar internasional atau Indonesian Crude Oil
Price (ICP) adalah salah satu factor yang berpengaruh cukup besar terhadap perubahan APBN baik dari
sisi pendapatan negara maupun belanja negara. Pada sisi pendapatan negara, perubahan harga minyak
mentah mempengaruhi penerimaan SDA migas dan PPh migas maupun lainnya yang berasal dari
penjualan minyak mentah.

1. Pada sisi belanja negara, perubahan harga minyak mentah mempengaruhi besaran subsidi BBM dan
subsidi listrik serta dana bagi hasil. Subsidi BBM sangat terpengaruh oleh perubahan harga minyak
mentah Indonesia karena sebagian besar biaya produksi BBM dari operator subsidi BBM merupakan
biaya untuk pengadaan minyak mentah.

2. Selain subsidi BBM perubahan harga minyak mentah juga akan mempengaruhi perubahan beban
subsidi listrik. Hal ini dikarenakan sebagian pembangkit listrik milik PLN masih menggunakan BBM
dimana harga beli BBM oleh PT PLN merupakan harga BBM non subsidi . Karena itu, setiap perubahan
harga minyak mentah sangat sensitif terhadap perubahan Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik. Apabila
tarif dasar listrik (TDL) ditetapkan tidak berubah maka beban subsidi listrik yang merupakan selisih TDL
dengan BPP akan mengalami perubahan searah dengan perubahan harga minyak mentah.

3. Perubahan harga minyak mentah yang menyebabkan perubahan pada penerimaan SDA migas akan
mempengaruhi besaran alokasi belanja daerah yaitu dana bagi hasil penerimaan pertambangan minyak
bumi dan gas alam. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan di bidang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah , dana bagi hasil disalurkan berdasarkan realisasi
penerimaan tahun berjalan. Jadi, setiap perubahan pada penerimaan SDA migas akibat perubahan harga
minyak mentah maka alokasi dana bagi hasil juga berubah.

Policy Mix Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter

1. Masa Demokrasi Terpimpin (1945-1950)

Saat awal merdeka, Indonesia mengalami inflasi (kenaikan harga barang) yang sangat tinggi
karena kondisi mata uang tidak terkendali. Salah satu faktor penyebabnya yaitu belum adanya mata uang
tunggal yang berlaku. Saat itu, terdapat tiga mata uang yang dipakai, sehingga menyebabkan jumlah uang
beredar menjadi banyak dan akhirnya terjadi inflasi.

2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Pada masa ini, ekonomi diserahkan kepada rakyat yang belum lama merdeka dan masih lemah
ekonominya. Usaha-usaha kecil banyak yang mati karena tidak mampu bersaing. Upaya yang diambil
untuk menanggulanginya antara lain: penetapan Gunting Syafruddin untuk memotong nilai uang NICA
dan de Javasche Bank menjadi setengahnya saja yang berlaku.

3. Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)


Masa inflasi terus terjadi hingga masa Demokrasi Terpimpin. Sejak dekrit presiden 5 Juli 1959, berbagai
upaya terus dilakukan untuk menekan inflasi, namun upaya ini belum berhasil. Salah satunya adalah
upaya devaluasi nilai rupiah.

4. Masa Demokrasi Pancasila

Pada era ini, kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah meningkatkan
cadangan wajib minimum menjadi 5% yang sebelumnya 3%. Dengan meningkatnya cadangan minimum
maka porsi tabungan yang dapat dipinjamkan ke masyarakat akan berkurang. Meningkatnya cadangan
wajib minimum dapat memperlambat laju inflasi sehingga jumlah uang beredar.

Salah satu contoh penerapan bauran kebijakan yang banyak dikenal adalah bauran kebijakan
fiskal-Moneter (monetary–fiscal policy mix). Secara konseptual, koordinasi bauran kebijakan fiskal-
moneter dapat dilakukan melalui beberapa scenario, yaitu :

Sebagai contoh, apabila bauran kebijakan fiskal-moneter dapat dilakukan secara terkoordinasi,
maka scenario kebijakan 1 dan 4 merupakan scenario kebijakan yang paling efektif diterapkan untuk
mengatasi fluktuasi ekonomi yang berlebihan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter satu sama lain saling berpengaruh dalam kegiatan
perekonomian. Masing–masing variabel kebijakan tersebut, kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua
variabel utama, yaitu pajak(tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Sedangkan
variabel utama dalam kebijakan moneter, yaitu GDP, inflasi, kurs, dan suku bunga. Berbicara tentang
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor,
dimana sektor-sektor tersebut diantaranya sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor pemerintah dan
sektor dunia internasional/luar negeri. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing
dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150521231024-85-54918/kuntoro-kenaikan-bbm-1998-
kebijakan-sepihak-soeharto

https://www.dpr.go.id/doksetjen/dokumen/apbn_Dampak_kenaikan_harga_minyak_mentah_dunia_terhad
ap_APBN20130129122115.pdf

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150521231024-85-54918/kuntoro-kenaikan-bbm-1998-
kebijakan-sepihak-soeharto

Anda mungkin juga menyukai