Muhammad Harun Achmad, Sherly Horax, Sustia Sri Rizki, Sri Ramadhany,
Marhamah F. Singgih, Hendrastuti Handayani, Sumintarti Sugiharto.
Abstrak
Objektif : Untuk mengetahui pengaruh dari penanganan kecemasan pada anak
dengan teknik modelling dan reinforcement terhadap perubahan denyut nadi
dalam perawatan gigi dan mulut. Bahan dan Metode Penelitian : Sampel terdiri
atas 53 anak-anak berumur 6-12 tahun yang mendatangi klinik pedodontik di
RSGM pendidikan Universitas Hasanuddin. Tingkat kecemasan diukur
menggunakan parameter objektif, pengukuran denyut radial. Perhitungan tingkat
kecemasan telah dilakukan sebelum dan sesudah modelling dan reinforcement
diberikan dalam tiga tipe perawatan. I : model perawatan gigi, II : game, III :
video modelling dan reinforcement. Analisa data dilakukan menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov dan Friedman. Hasil Peneilitian : Ditemukan adanya
penurunan sebelum dan sesudah modelling dan reinforcement. Sebelum
intervensi, denyut nadi rata-rata pada perawatan I, II, dan III, masing-masing
adalah 90.79, 88.00 dan 88.38. Setalah intervensi, rata-rata denyut nadi
menurun 5 denyut per menit pada perawatan pertama (85.15), pada perawatan
kedua menurun 7 denyut per menit (81.98), sedangkan pada perawatan III rata-
rata menurun sebanyak 8 denyut per menit (80.19) (p<0,001). Kesimpulan :
Teknik modelling dan reinforcement dapat mengurangi tingkat kecemasan anak
secara efektif pada perawatan gigi dan mulut.
Kata Kunci : Perawatan Gigi untuk Anak; Perilaku dan Mekanisme Perilaku;
Kecemasan.
Pendahuluan
Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu faktor dibalik status kesehatan
publik. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, 25.9% dari
populasi Indonesia memiliki masalah gigi dan mulut [1]. Kesehatan gigi anak-
anak di Indonesia masih menjadi perhatian; khususnya karena banyak orang tua
yang menganggap bahwa gigi primer anak mereka tidak memerlukan perawatan
khusus. Perawatan gigi dan mulut seringkali menyebabkan rasa takut dan
kecemasan, sehingga ketika mengunjungi dokter gigi, anak-anak sering bersikap
tidak kooperatif dan tindakan perawatan yang diberikan dokter gigi menjadi tidak
optimal [2].
Prevalensi dari kecemasan dalam perawatan gigi mencapai 6-15% dari
keseluruhan populasi. Penelitian sebelumnya di Australia menyatakan bahwa
diantara 50% dan 80% dari semua kasus penyakit, berhubungan langsung
dengan kecemasan. Kecemasan dimulai sejak anak-anak (51%) dan dewasa
(22%) [3]. Variasi populasi, budaya dari negara berkembang menunjukkan
pasien yang merasa takut cemderung menghindari perawatan gigi dan mulut
dengan menunda atau bahkan menolak perawatan, sehingga kualitas kesehatan
gigi dan mulut mereka rendah [3,4]
Perilaku kooperatif pada anak-anak dipengaruhi oleh perawatan yang
diberikan pada kunjungan pertama. Reaksi negatif muncul ketika timbul rasa
nyeri ketika perawatan. Kecemasan timbul dari pengalaman ekstraksi gigi pada
kunjungan sebelumnya, pengalaman orang tua maupun anggota keluarga
lainnya [5]. Dokter gigi perlu memahami kecemasan dan dampak pengalaman
pasien terhadap perawatan gigi dan oral yang akan diberikan. Ketika berhadapan
dengan pasien pediatrik, dokter gigi dapat menganalisa perasaan emosional dan
kondisi yang dimilik anak [5,6].
Kemampuan untuk mengidentifikasi kecemasan pasien dengan membangun
kepercayaan diantara dokter gigi dan pasien memiliki tujuan untuk meminimalisir
kecemasan yang timbul akibat perawatan yang disediakan [6]. Kunjungan
pertama harus dibuat semenarik mungkin karena ini adalah tahap pengenalan.
Rasa nyaman yang mereka rasakan akan memiliki dampak positif sehingga
perawatan dapat berlangsung dengan optimal [5]. Anak-anak seringkali membuat
penilaian mengenai dokter gigi berdasarakan penampilan, tiap kata, pergerakan
dan gestur selama kunjungan pertama ke klinik [7].
Perawatan gigi dan mulut pada anak-anak tidak semudah memberikan
perawatan kepada orang dewasa. Hal ini dikarenakan anak-anak memiliki faktor
yang bervariasi yang memengaruhi perilaku ketika mereka diberikan perawatan.
Kemampuan dari dokter gigi diperlukan untuk menangani perilaku dan
kecemasan pada pasien dengan tindakan perawatan gigi dan mulut [8]. Cara
yang bervariasi dalam menangani perilaku yang dapat diberikan meliputi
modelling dan reinforcement dengan pendekatan komunikasi, tell-show-do, dan
distraksi [2,8].
Satu bentuk dari penanganan kecemasan adalah modelling dan
reinforcement. Teknik ini didasarkan pada prinsip psikologi bahwa seseorang
mempelajari lingkungannya dengan mengobservasi perilaku lainnya
menggunakan model atau video [9]. Modelling dan reinforcement atau belajar
melalui observasi tidak hanya untuk memperoleh kebiasaan atau perilaku baru,
tetapi juga mengurangi perilaku yang tidak diinginkan sehingga anak-anak dapat
belajar untuk mengeliminasi perilaku cemas. Teknik ini telah diusulkan sejak
1969 dan masih digunakan oleh para praktisi [10].
Denyut nadi adalah bagian dari sistem kerja jantung, dengan demikian
keadaan jantung yang berdebar di dalam teori yang disampaikan oleh psikolog
adalah suatu manifestasi dari gejala fisik dalam kecemasan tingkat psikologi [11].
Pengukuran denyut nadi melalui palpasi adalah parameter objektif untuk
menghitung tingkat kecemasan. Perhitungan denyut nadi dipilih sebagai analisa
karena parameter biologis sederhana untuk dihitung. Peningkatan dneyut nadi
adalah indikator psikologis yang umum digunakan dalam mengukur kecemasan.
Maka dari itu, penelitian ini menganalisa pengaruh dari penanganan kecemasan
anak dengan teknik modelling dan reinforcement terhadap perubahan denyut
nadi dalam perawatan gigi dan mulut.
Koleksi Data
Sebelum penelitian, pelatihan dilakukan terhadap persepsi mengenai
bagaiamana cara mengukur denyut radial pada anak-anak. Selanjutnya, peneliti
mengisi formulir responden menurut kriteria yang telah ditentukan sebelumnya,
penghitungan tingkat kecemasan pada anak dengan mengukur denyut nadi pada
anak, sebelum dan sesudah manajemen kecemasan dilakukan melalui modelling
dan reinforcement , selama satu menit secara manual menggunakan stopwatch.
Modelling dan reinforcement melalui peralatan dan model game. Kemudian, anak
diberikan modelling dan reinforcement lagi melalui video modelling dan
reinforcement. Sehingga terdapat 3 grup : I : model perawatan gigi, II : game dan
III : video modelling dan reinforcement. Informasi mengenai jenis kelamin dan
umur anak, denyut nadi dan tipe perawatan dikumpulkan.
Analisa Data
Data dianalisa menggunakan IBM SPSS Statistik untuk Windows Software,
versi 20 (IBM Corp., Armonk, NY, USA). Statistik deskriptif digunakan untuk
mengkalkulasi frekuensi absolut dan relatif, nilai rata-rata dan standar deviasi.
Analisa data yang digunakan untuk menampilkan distribusi adalah uji
Kolmogorov-Smirnov, sedangkan uji non-parametrik Friedman digunakan untuk
menguji hipotesis.
Hasil Penelitian
Persentase anak perempuan ialah 62,3% dan 49,1% berumur diantara 6-8
tahun (Tabel 1). Rata-rata umurnya ialah 8,51 tahun.
Tabel 2. Distribusi nilai rata-rata denyut nadi sebelum dan sesudah intervensi
untuk setiap perawatan modelling dan reinforcement berdasarkan jenis kelamin.
Pada kelompok usia 6-8 tahun, ada penurun rata-rata denyut nadi sebanyak 5
denyut per menit pada perawatan pertama, perawatan kedua 6 denyut per menit,
dan perawatan ketiga 8 denyut per menit. Kelompok usia 8-10 tahun menurun 6
denyut per menit pada perawatan pertama, perawatan kedua 6 denyut permenit,
dan perawatan ketiga ialah 8 denyut per menit. Kelompok usia 10-12 tahun ,
pada perawatan pertama, terdapat penurunan sebanyak 5 denyut per menit,
perawatan kedua 6 denyut peer menit dan perawatan ketiga adalah 7 denyut per
menit. Denyut nadi tertinggi sebelum dan sesudah perawatan ialah kelompok 6-8
tahun, sedangkan kategori terendah terdapat pada kelompok usia 10-12 tahun
(Tabel 3).
Tabel 3. Distribusi dari nilai rata-rata denyut nadi sebelum dan sesudah
intervensi untuk setiap perawatan modelling dan reinforcement berdasarkan
umur.
Perbedaan dalam rata-rata denyut nadi pada setiap kelompok sebelum dan
sesudah intervensi dalam menangani kecemasan dengan teknik modelling dan
reinforcement, dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari tiga perawatan ditemukan adanya penurunan sebelum dan sesudah
dilakukan modelling dan reinforcement. Sebelum diintervensi, denyut nadi rata-
rata pada perawatan I, II, dan III masing-masing adalah 90.79, 88.00, dan 88.38.
Penurunan rata-rata denyut nadi sebanyak 5 denyut per menit dapat dilihat pada
perawatan pertama, Penurunan rata-rata sebanyak 7 denyut per menit pada
perawatan kedua, sedangkan pada perawatan III Penurunan rata-ratanya ialah 8
denyut per menit (p<0.001). Hal ini menunjukkan bahwa ada efek dari
penanganan kecemasan anak dengan teknik modelling dan reinforcement
terhadap perubahan denyut nadi pada perawatan gigi dan mulut.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata denyut nadi pada tiga
perawatan sebelum intervensi pada jenis kelamin perempuan, lebih besar
daripada jenis kelamin laki-laki. Setelah diberi perawatan modelling dan
reinforcement, ada peningkatan pada keduanya, baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi rata-rata denyut nadi perempuan lebih tinggi. Nni
menunjukkan tingkat kecemasan perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa di Pakistan, kecemasan
lebuh umun terjadi pada wanita dibanding pria dengan perbandingan 1:5 [10].
Wanita merasakan rasa nyeri yang lebih tinggi dibanding pria. Hal ini terjadi
karena wanita memiliki ambang toleransi rasa nyeri yang rendah dan juga wanita
pada umumnya memiliki tingkat kecemasan yan lebih tinggi. Penelitian yang
dilakukan di Pusat Kesehatan Denpasar Barat menunjukkan tingkat kecemasan
pada anak usia sekolah yang pergi ke Puskesmas untuk melakukan ekstraksi
gigi, dengan jumlah anak yang dirawat sebanyak 91 orang. 5.5% mengatakan
bahwa mereka tidak merasa cemas dengan dilakukannya ekstraksi gigi, 8.8%
mengatakan mereka merasa cemas, dan 85.7% menunjukkan kecemasan
terhadap tindakan ekstraksi gigi dengan tingkat kecemasan pada laki-laki jauh
lebih rendah dibandingkan pada perempuan, sehingga perempuan cenderung
menunjukkan rasa takut yang lebih kuat dan lebih banyak daripada laki-laki [4].
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan pada anak-anak
pra-sekolah yang menunjukkan tidak adanya hasil yang signifikan terhadap
perbedaan respon kecemasan antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada
perbedaan dalam pengekspresian kecemasan dan rasa takut pada perawatan
gigi berdasarkan jenis kelamin [11].
Berdasarkan kategori umur, denyut nadi tertinggi saat sebelum dan
sesudah perawatan ditunjukkan oleh kelompok usia 6-8 tahun, diikuti dengan
kelompok usia 8-10 tahun, sedangkan kategori umur dengan denyut nadi
terendah adalah kelompok usia 10-12 tahun, yang mana bisa dilihat pada Tabel
3. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia yang lebih muda, tingkat kecemasan
lebih tinggi. Prevalensi kecemasan terhadap perawatan gigi paling tinggi
ditunjukkan oleh 5-20% dari populasi anak-anak dan cenderung menurun
dengan bertambahnya usia [12]. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
mendemonstrasikan bahwa semakin tinggi usia anak maka skor kecemasannya
akan semakin menurun. Pada kelompok usia yang lebih muda, tingkat
kecemasan yang ditunjukkan lebih tinggi daripada kelompok usia yang lebih tua,
hal ini dikarenakan kelompok usia yang lebih muda belum mampu
mengekspresikan emosi dasar dari rasa takut dan cemas [4]. Pada usia 6-7
tahun, anak-anak akan sering dikaitkan dengan perawatan gigi karena pada
kisaran usia ini, banyak gigi permanen yang erupsi dimulai dari molar pertama.
Hal ini memungkinkan anak untuk berhadapan dengan pengalaman mengunjungi
dokter gigi untuk pertama kalinya, dan menyebabkan kecemasan berlebih. Anak-
anak usia 8-10 tahun mampu mengeskpresikan apa yang mereka rasakan dan
cenderung mampu mengontrol apa yang mereka rasakan, sedangkan anak-anak
usia 11-12 tahun keatas mampu membedakan, mempersepsikan dan
mempertimbangkan dampak antara tujuan perilaku dan konsekuensi yang akan
meraka hadapi dalam perawatan gigi. Faktor usia berdampak besar terhadap
perilaku anak-anak dalam pada perawatan gigi dan mulut [10]. Penelitian
sebelumnya menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari umur
terhadap kecemasan [11].
Ada efek yang ditimbulkan dari penanganan kecemasan anak dengan
teknik modelling dan reinforcement terhadap perubahan denyut nadi pada
perawatan gigi dan mulut. Modelling dan reinforcement adalah suatu cara untuk
mempelajarai perilaku melalui observasi model, menambahkan informasi melalui
proses kognitif, juga menghasilkan perubahan perilaku menurut model [12,13].
Hasil dari penelitian ini adalah teknik modelling dan reinforcement sangat
efektif dalam mengubah perilaku anak-anak. Modelling dan reinforcement
langsung, secara efektif mampu mengurangi kecemasan pada anak-anak usia 6-
9 tahun dalam menjalani perawatan gigi dan mulut dibanding dengan
memberikan teknik tell-show-do. Pada anak-anak usia 8-16 tahun menunjukkan
bahwa modelling dan reinforcement melalui video film, efektif dalam mengurangi
kecemasan terhadap perawatan gigi pada anak-anak yang diberi penutup nasal
dalam prosedur sedasi inhalasi [14,15].
Pada perawtan modelling dan reinforcement yang pertama, diberikan
melalui model perawatan gigi (peneliti berperan sebagai model) sedangkan
perawatan kedua dan ketiga diberikan melalui modelling dan reinforcement
berupa games dan video. Pemberian modelling dan reinforcement melalui video
dan games lebih disukai oleh responden. Anak-anak yang menikmati bermain
game dan video memiliki kecemasan yang lebih rendag dibandingkan anak-anak
yang hanya ditemani oleh orang tuanya selama perawatan gigi dan mulut.
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa video dan games tidak hanya
menurunkan tingkat rasa takut anak tetapi juga mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan selama perawatan gigi dan mulut [15]. modelling dan audiovisual
reinforcement memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa takut pada anak-
anak, yaitu rasa takut sebagai respon yang dirangsang oleh situasi perawatan
gigi [16].
Keterbatasan dari penelitian ini adalah tidak adanya pengukuran tingkat
kecemasan ketika anak sedang diberikan perawatan gigi dan mulut di dental-
unit. Pada video modelling dan reinforcement, model yang ditunjukkan oleh
anak-anak memiliki usia dan prosedur perawatan yang berbeda. Sehingga,
diharapkan peniliti di masa yang akan datang, dapat memperhatikan hal ini.
Kesimpulan
Ditemukan adanya efek penanganan kecemasan perawatan gigi dengan
teknik modelling dan reinforcement terhadap perubahan denyut nadi dalam
perawatan gigi dan mulut pada RSGM pendidikan Universitas Hasanuddin. Ada
perbedaan yang signifikan pada denyut nadi sebelum dan sesudah diberikan
teknik modelling dan reinforcement untuk anak-anak yang akan menjalani
perawatan gigi dan mulut. Pemberian teknik modelling dan reinforcement mampu
mengurangi tingkat kecemasan anak-anak pada perawatan gigi dan mulut.
Kontribusi Penulis : HA, SH dan SRR menulis manuskrip. HA, MSF dan HH
menrancang penelitian. HA, HH dan S menganalisa data. Semua penulis
membaca dan menyetujui manuskrip.
Dukungan Finansial : Tidak ada.
Konflik Kepentingan : Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.
Referensi