Penyuapan adalah bentuk pemberian yang dilakukan oleh korporasi atau pihak swasta berupa
pemberian barang, uang, janji, dan bentuk lainnya yang bertujuan memengaruhi pengambilan
keputusan dari pihak penerima suap. Suap disertai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Tindakan suap, baik yang dilakukan di dalam atau pun luar negeri, pada jam kerja atau pun di
luar jam kerja, akan dipidana.
Salah satu skandal kasus penyuapan yang sempat mendapat sorotan besar adalah skandal suap
Meikarta yang terjadi pada Oktober 2018. Proyek fenomenal Meikarta tersebut tersangkut kasus
suap penyalahgunaan izin lahan Lippo Group. KPK pun menyeret bupati Bekasi dan direktur
operasional Lippo Group atas penyuapan senilai Rp 7 Milliar. Ketentuan mengenai
pemberantasan tindak pidana korupsi ini telah diatur dalam Undang-Undang.
Peraturan terkait korupsi sektor korporasi sebagai pelaku tindak pidana diatur dalam UU No 20
tahun 2001 tentang Pemberantas Tindak Pidana Korupsi. Pada UU No.20 tahun 2001 pasal 20
ayat 2, dinyatakan bahwa tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana
tersebut dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun bersama-
sama.
Pidana yang diberikan tidak hanya bagi penerima, tapi juga pemberi suap. Pidana untuk pemberi
suap diatur dalam pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No.20 tahun 2001. Pada pasal ini dijelaskan bahwa:
pelaku suap dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) bagi setiap orang yang:
1. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
2. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak
dilakukan dalam jabatannya.
Pidana terhadap penerima suap dijelaskan pada pasal 5 ayat 2 UU No.20 tahun 2001. Pada pasal
ini dinyatakan bahwa; pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1 huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana
yang sama sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat 1.
Dalam rangka menindaklanjuti regulasi ini, diberlakukan Instruksi Presiden (Inpres) tentang
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2016. Pada aksi 20 dinyatakan bahwa salah
satu upaya untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan melakukan inisiasi upaya
sertifikasi antikorupsi.
Salah satu sistem manajemen antikorupsi yang dapat diterapkan dan disertifikasi dalam rangka
mencegah tindakan penyuapan adalah ISO 37001:2016. ISO 37001:2016 diterbitkan pada 15
Oktober 2016 untuk membantu organisasi mencegah, melaporkan, maupun menyelesaikan kasus
penyuapan. Sistem ini dirancang untuk menumbuhkan budaya antisuap pada suatu organisasi dan
meningkatkan peluang untuk mendeteksi upaya-upaya insiden penyuapan dari awal. Sistem
manajemen ini bersifat fleksibel sehingga dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi,
perusahaan, lembaga, ataupun institusi.