Anda di halaman 1dari 5

Tugas PPKN

Rekam Jejak Lengsernya Presiden Soeharto


Dan
Tuntutan Yang Dilakukan Masyarakat Untuk Orde Reformasi

Oleh :

Kelas : XII DPIB 1

Nama :
1) I Putu Aris Suardimas Pradnya Winata (11)

TAHUN AJARAN 2020/ 2021


SMK NEGERI 1 DENPASAR
Materi Bab IV
Dinamika Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Sebagai Upaya Menjaga dan Mempertahankan NKRI

Indikator 3.4.3
Persatuan dan Kesatuan Bangsa dari Masa ke Masa

Tugas Indikator 3.4.3

Amatilah gambar di bawah ini kemudian buatlah rekam jejak lengsernya Presiden
Soeharto dan apa saja yang menjadi tuntutan yang dilakukan masyarakat untuk Orde
reformasi!
 Jawaban

1. Rekam Jejak Lengsernya Presiden Soeharto

Dalam memasuki pertengahan 1997, krisis moneter (krismon) melanda


Indonesia. Pada saat itu nilai tukar rupiah anjlok terhadap dolar Amerika, yang
berfluktuasi Rp12.000-Rp18.000 dari Rp2.200 pada awal tahun.
Namun di tengah situasi tersebut, tim ekonomi Soeharto justru menaikkan tarif
listrik dan bahan bakar minyak. Di sisi lain ekonomi rakyat semakin terpuruk dan
banyak terjadi pengangguran. Soeharto menyiasati situasi rawan pangan dengan
kampanye makan tiwul, yang disampaikannya melalui televisi. Namun Soeharto tetap
penuh percaya diri, dan melakukan perjalanan ke luar negeri. Ia terbang ke Jerman
untuk berobat.
Dimulainya gerakan mahasiswa yang terbukti menjadi gerakan yang paling
konsisten melawan Orde Baru. Represi dan pemenjaraan yang terjadi saat itu tidak
menghentikan perlawanan. Sejak 1971 hingga 1988 mereka tak henti-henti melakukan
aksi-aksi penggulingan Soeharto.
Tahun 1971 mereka menyerukan golput, untuk tidak memilih dalam pemilu
yang mereka anggap sekadar memenangkan Golkar, partai Soeharto. Tahun 1974
mereka kembali bergerak untuk menolak dominasi modal asing dan kepemimpinan
Soeharto. Tahun 1978 mereka menuntut sidang istimewa MPR untuk meminta
pertanggungjawaban Soeharto atas penyelewengan UUD 45 dan Pancasila. Akhir
1980an mahasiswa kembali bergerak untuk menunjukkan solidaritas kepada kaum
tani yang tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan, Cilacap dan lain sebagainya.
Awal 1990an radikalisme mahasiswa mulai diarahkan pada struktur politik Orde
Baru. Di Jakarta FAMI melakukan aksi di DPR menuntut Sidang Istimewa. Tahun
1994 dibentuk sejumlah gerakan mahasiswa. antara lain SMID, Solidaritas Mahasiswa
Indonesia untuk Demokrasi. Jakarta Mei 1998. Eskalasi aksi mahasiswa menentang
Soeharto mulai meluas ke berbagai kota. Mulanya hanya aksi di dalam kampus, kini
mereka mulai bergerak melakukan unjuk rasa di jalan-jalan.
Penculikan aktivis 1997/1998 adalah proses penghilalangan secara paksa atau
penculikan terhadap aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang pemilu 1997 dan
SU MPR 1998. Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan KONTRAS
mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat negara selama periode 1997-1998. Dari
angka itu satu orang dinyatakan mati, sembilan orang dilepaskan dan 13 lainnya
masih hilang hingga hari ini.
Tanggal 12 Mei 1998 para Mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta melakukan
aksi damai menuju gedung DPR/MPR. Mereka memulai reli dari depan kampus
Trisakti di Slipi sambil membagi bagikan bunga. Tapi aparat menghadapi aksi damai
mahasiswa dengan tembakan. Empat mahasiswa gugur. Mereka adalah Elang Mulya,
Hendrawan Sie, Herry Hertanto dan Hafidin Royan.
Pada 16 Mei 1998 ribuan mahasiswa dari berbagai kampus di Jakarta mulai
bergerak menuju gedung DPR/MPR di Senayan. Dari waktu ke waktu mahasiswa
terus berdatangan memenuhi gedung wakil rakyat bahkan sampai naik ke atas atap
gedung. Ribuan mahasiswa menginap dan bertahan di gedung tersebut dengan risiko
apapun. Tuntutan mereka satu: Soeharto harus turun dari jabatan presiden. Gedung
DPR/MPR telah disita oleh rakyat.
Pada 19 Mei 1998 Dukungan mulai membanjir dari elite politik, organisasi
non-pemerintah, buruh dan rakyat. Kabinet Soehartopun terbelah. Para menteri
dibawah Ginanjar Kartasasmita mengundurkan diri dari kabinet. Bahkan Harmoko,
ketua MPR dan loyalis Soeharto, dengan tegas mengeluarkan pernyataan agar
Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana. Siaran pers disambut sorak-
sorai massa. Akhir perjuangan panjang terasa terasa makin dekat. Empat jam
kemudian Panglima ABRI Wiranto mengadakan rapat kilat dengan kepala staf dan
Kapolri serta para panglima komando operasi di markas besar ABRI dan menyatakan:
pernyataan tersebut hanyalah pendapat individual meskipun disampaikan secara
kolektif.
Pada 21 Mei 1998 di hadapan para wartawan media seluruh dunia, Soeharto
mengumumkan mundur sebagai presiden. Wakilnya, B.J Habbibie, langsung dilantik
menjadi presiden RI yang ketiga. Akhir sebuah kediktatoran yang kejam dan congkak
berakhir secara dramatis. Di jalan-jalan dan di gedung DPR, rakyat meluapkan
kegembiraan dengan berbagai ekspresi. Sebuah fase baru dimulai, perjalanan transisi
sebuah bangsa menuju demokrasi.
2. Tuntutan Yang Dilakukan Masyarakat Untuk Orde Reformasi

1) Meminta untuk mengadili Presiden Soeharto beserta dengan krooni – kroninya.


2) Melaksanakan amandemen terhadap Undang Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Meminta agar pelaksanaan otonomi daerah yang seluas – luasnya.
4) Penghapusan dari Dwi Fungsi ABRI.
5) Menegakkan Supremasi Hukum.
6) Menciptakan suatu sistem pemerintahan yang bersih dan bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Anda mungkin juga menyukai