Diabetes mellitus adalah masalah metabolisme yang digambarkan oleh
hiperglikemia (kadar glukosa meningkat) karena tidak adanya insulin kimia, dampak insulin berkurang atau keduanya. (kowalak,dkk.2016 dalam theresia.2019) Diabetes mellitus adalah sesuatu yang tidak dapat direpresentasikan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, namun secara keseluruhan cenderung dikatakan sebagai berbagai penyakit fisik dan sintetik yang merupakan akibat dari berbagai unsur. Pada diabetes melitus, pengertian insulin langsung atau relatif adalah kerja insulin terhambat. Diabetes mellitus didelegasikan DM tipe 1, DM tipe 2, berbagai jenis DM dan DM pada kehamilan. Diabetes tipe 2 adalah kumpulan penyakit metabolik yang digambarkan oleh hiperglikemia yang terjadi karena deformitas dalam emisi insulin, aktivitas insulin atau keduanya. 90% kasus diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas pengaruh insulin yang lemah serta emisi insulin yang dinonaktifkan. Diabetes tipe 2 secara klinis terjadi ketika tubuh saat ini tidak siap untuk memberikan insulin untuk menebus perluasan obstruksi insulin. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki risiko penyakit jantung dan vena hingga beberapa kali lebih tinggi daripada individu tanpa diabetes, memiliki risiko hipertensi dan dislipidemia yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu biasa yang dapat terjadi sebelum diabetesnya dianalisis, karena obstruksi insulin pada jam pradiabetes. (Eva Decroli, 2019: 12) DM merupakan penyakit berkelanjutan yang harus mendapatkan pengobatan mendukung. Dengan asumsi bahwa DM tidak ditangani secara efektif akan menyebabkan ketidaknyamanan yang berbeda, termasuk koridor perifer (PAP). PAP dapat menyebabkan tindakan amputasi pada pasien yang memiliki DM. Alasan PAP adalah: aterosklerosis di mana arteri tepi menyebabkan aliran terganggu. Pasien yang memiliki masalah fisik pada kaki akan sulit untuk dipulihkan (Langi, 2011).
PertemuanInternational Working Group on the Diabetic Foot 2019 ,
mengekspresikan setiap 20 detik di suatu tempat dalam kenyataan seseorang kemalangan karena kebingungan diabetes. Setelah penghapusan, lebih dari sebagian besar dari individu-individu ini akan menendang ember dalam 5 tahun. Saat ini, jutaan Penderita diabetes mengalami efek buruk dari ulkus kaki tidak bisa sembuh dengan baik. Perawatan yang harus mungkin dilakukan pada pasien DM tipe 2 adalah perawatan relaksasi otot progresif yang merupakan jenis tubuh jiwa (perawatan jiwa dan otot tubuh) dalam pengobatan korelatif (Moyad, 2009). Koordinat re;aksasi otot progresif yang terus berkembang ini pertimbangan pasien tentang mengenali sentimen dialami ketika sekelompok otot progresif. Koordinat relaksasi otot yang terus berkembang iniperhatian pasien tentang mengenali sentimen Apa yang terjadi ketika sekelompok otot ? terlebih lagi, kontras dengan ketika otot sangat dalam kondisi tegang, relaksasi otot sedang membantu untuk menurunkan obstruksi pinggiran dan meningkatkan fleksibilitas vaskular darah (Sucipto, 2014 dalam Shiela, 2016). Kondisi ini selanjutnya dapat mengembangkan aliran darah ditunjukkan oleh ABI dalam jangkauan biasa. Alasan pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa dampak latihan relaksasi otot sedang dengan catatan brakialis tungkai bawah dan kadar glukosa pada penderita diabetes melitus tipe II.
Relaksasi otot progresif berhasil memiliki keuntungan langsung fisiologis dan
mental. Melepaskan bisa jadi fokus pada sistem sensorik sehingga mengendurkan tubuh pasien. Keuntungan dari bersantai untuk individu dengan diabetes tipe II sangat penting untuk dipertimbangkan tekanan fisik dan mental korban. Bersantai membuat tubuh mengeluarkan endorfin yang dapat. Fokus pada sistem sensorik. tubuh itu melonggarkan membuat tekanan dilihat oleh korban dikurangi dengan tujuan bahwa pembuatan bahan kimia stres yang sebagian besar membangun kadar glukosa darah menurun (Rose, 2014). Relaksasi otot progresif merupakan terapi yang mengatur aktivitas otot untuk mengurangi relaksasi otot dengan melakukan relaksasi (Purwanto, 2013). Menurut Maryam (2010), relaksasi otot progresif merupakan terapi relaksasi termurah yang mudah dilakukan tanpa efek samping, menenangkan pikiran dan merilekskan tubuh. Relaksasi otot progresif adalah teknik yang menitikberatkan pada aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot-otot yang tegang dan merelaksasikan serta merelaksasikannya (Purwanto, 2013). Respons relaksasi adalah bagian dari penurunan keseluruhan rangsangan kognitif, fisiologis, dan perilaku. Relaksasi dapat menghasilkan zat kimia seperti pada saraf tepi dan menutup simpul simpatis yang membantu menurunkan kadar gula darah (Hartono, 2009 Hamonangan, 2018). Relaksasi otot progresif dilakukan dengan glukometer yang sudah terkalibrasi. Latihan otot progresif dilakukan selama 15-20 menit sebanyak 3 kali dalam sehari kali sehari selama satu minggu
Berdasarkan uraian di atas penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dalam Pemenuhan Kebetuhan Aman dan Keselamat”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelaan latar belakang masalah maka penulis membuatperumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Melitus dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan?” 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pasien diabetes melitus tipe 2 pada lansia dalam pemenuhan kebutuhan aman dan keselamatan. 1.3.2 Tujuan Khusus Penulis dapat melakukan pengkajian keperawatn pada pasiendiabetes melitus ttipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan. 1) Penulis bisa melakukan pengkajian untuk pasien diabetes tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan 2) Penulis mampu menuliskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan 3) Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan 4) Penulisan mampu menyusun implementasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan. 5) Penulisan mampu melakukan evaluasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 teoritis Peningkatan dan menambah ilmu pengetahuan untuk penderita diabetes melitus supaya bisa melakukan pencegahan diri sendiri dan orang yang berada di sekitarnya agar kita bisa terhindar dari diabetes melitus tersebut. 1.4.2 praktiks 1) Bagi Ruamah Sakit Memberi informasi tentang informasi tentang asuhan keperawatan, terutama pada penderita diabetes melitus, sehingga perawatannya kita dapat memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin kepada pasien serta meningkatkan ketrampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik untuk pasien Diabetes Melitus. 2) Bagi Intusi Pendidikan Memberikan informasi kepada institusi tentang asuhan keperawatan pada Diabetes Melitus. 3) Bagi Perawat Memberikan informasi yang dapat dijadikan sumber referensi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan Diabetes Melitus. 4) Bagi Pasien Memberikan informasi kepada pasien tentang intervensi yang diberikan pada pasien Diabetes Melitus. 5) Bagi Penulis Menambahkan pengalaman, keilmuan, terutama di bidang keperawatan dan mengetahui perawat yang tepat bagi penderita Diabetes Melitus.