Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diabetes mellitus adalah masalah metabolisme yang digambarkan oleh


hiperglikemia (kadar glukosa meningkat) karena tidak adanya insulin kimia,
dampak insulin berkurang atau keduanya. (kowalak,dkk.2016 dalam
theresia.2019)
Diabetes mellitus adalah sesuatu yang tidak dapat direpresentasikan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, namun secara keseluruhan cenderung
dikatakan sebagai berbagai penyakit fisik dan sintetik yang merupakan akibat dari
berbagai unsur. Pada diabetes melitus, pengertian insulin langsung atau relatif
adalah kerja insulin terhambat. Diabetes mellitus didelegasikan DM tipe 1, DM
tipe 2, berbagai jenis DM dan DM pada kehamilan. Diabetes tipe 2 adalah
kumpulan penyakit metabolik yang digambarkan oleh hiperglikemia yang terjadi
karena deformitas dalam emisi insulin, aktivitas insulin atau keduanya.
90% kasus diabetes adalah diabetes mellitus tipe 2 dengan kualitas
pengaruh insulin yang lemah serta emisi insulin yang dinonaktifkan. Diabetes tipe
2 secara klinis terjadi ketika tubuh saat ini tidak siap untuk memberikan insulin
untuk menebus perluasan obstruksi insulin.
Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki risiko penyakit jantung
dan vena hingga beberapa kali lebih tinggi daripada individu tanpa diabetes,
memiliki risiko hipertensi dan dislipidemia yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu biasa yang dapat terjadi sebelum diabetesnya dianalisis, karena
obstruksi insulin pada jam pradiabetes. (Eva Decroli, 2019: 12)
DM merupakan penyakit berkelanjutan yang harus mendapatkan
pengobatan mendukung. Dengan asumsi bahwa DM tidak ditangani secara efektif
akan menyebabkan ketidaknyamanan yang berbeda, termasuk koridor perifer
(PAP). PAP dapat menyebabkan tindakan amputasi pada pasien yang memiliki
DM. Alasan PAP adalah: aterosklerosis di mana arteri tepi menyebabkan aliran
terganggu. Pasien yang memiliki masalah fisik pada kaki akan sulit untuk
dipulihkan (Langi, 2011).

PertemuanInternational Working Group on the Diabetic Foot 2019 ,


mengekspresikan setiap 20 detik di suatu tempat dalam kenyataan seseorang
kemalangan karena kebingungan diabetes. Setelah penghapusan, lebih dari
sebagian besar dari individu-individu ini akan menendang ember dalam 5 tahun.
Saat ini, jutaan Penderita diabetes mengalami efek buruk dari ulkus kaki tidak
bisa sembuh dengan baik.
Perawatan yang harus mungkin dilakukan pada pasien DM tipe 2 adalah
perawatan relaksasi otot progresif yang merupakan jenis tubuh jiwa (perawatan
jiwa dan otot tubuh) dalam pengobatan korelatif (Moyad, 2009).
Koordinat re;aksasi otot progresif yang terus berkembang ini
pertimbangan pasien tentang mengenali sentimen dialami ketika sekelompok otot
progresif. Koordinat relaksasi otot yang terus berkembang iniperhatian pasien
tentang mengenali sentimen Apa yang terjadi ketika sekelompok otot ? terlebih
lagi, kontras dengan ketika otot sangat dalam kondisi tegang, relaksasi otot sedang
membantu untuk menurunkan obstruksi pinggiran dan meningkatkan fleksibilitas
vaskular darah (Sucipto, 2014 dalam Shiela, 2016).
Kondisi ini selanjutnya dapat mengembangkan aliran darah ditunjukkan oleh ABI
dalam jangkauan biasa. Alasan pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa dampak
latihan relaksasi otot sedang dengan catatan brakialis tungkai bawah dan kadar
glukosa pada penderita diabetes melitus tipe II.

Relaksasi otot progresif berhasil memiliki keuntungan langsung fisiologis dan


mental. Melepaskan bisa jadi fokus pada sistem sensorik sehingga
mengendurkan tubuh pasien. Keuntungan dari bersantai untuk individu dengan
diabetes tipe II sangat penting untuk dipertimbangkan tekanan fisik dan mental
korban. Bersantai membuat tubuh mengeluarkan endorfin yang dapat. Fokus
pada sistem sensorik. tubuh itu melonggarkan membuat tekanan dilihat oleh
korban dikurangi dengan tujuan bahwa pembuatan bahan kimia stres yang
sebagian besar membangun kadar glukosa darah menurun (Rose, 2014).
Relaksasi otot progresif merupakan terapi yang mengatur aktivitas otot untuk
mengurangi relaksasi otot dengan melakukan relaksasi (Purwanto, 2013). Menurut
Maryam (2010), relaksasi otot progresif merupakan terapi relaksasi termurah yang
mudah dilakukan tanpa efek samping, menenangkan pikiran dan merilekskan
tubuh. Relaksasi otot progresif adalah teknik yang menitikberatkan pada aktivitas
otot dengan mengidentifikasi otot-otot yang tegang dan merelaksasikan serta
merelaksasikannya (Purwanto, 2013). Respons relaksasi adalah bagian dari
penurunan keseluruhan rangsangan kognitif, fisiologis, dan perilaku. Relaksasi
dapat menghasilkan zat kimia seperti pada saraf tepi dan menutup simpul simpatis
yang membantu menurunkan kadar gula darah (Hartono, 2009 Hamonangan,
2018). Relaksasi otot progresif dilakukan dengan glukometer yang sudah
terkalibrasi. Latihan otot progresif dilakukan selama 15-20 menit sebanyak 3 kali
dalam sehari kali sehari selama satu minggu

Berdasarkan uraian di atas penelitian tertarik untuk melakukan penelitian tentang


“Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus dalam Pemenuhan
Kebetuhan Aman dan Keselamat”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelaan latar belakang masalah maka penulis
membuatperumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Keperawatan
pada pasien Diabetes Melitus dalam pemenuhan kebutuhan aman dan
keselamatan?”
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pasien
diabetes melitus tipe 2 pada lansia dalam pemenuhan kebutuhan aman dan
keselamatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Penulis dapat melakukan pengkajian keperawatn pada pasiendiabetes
melitus ttipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan.
1) Penulis bisa melakukan pengkajian untuk pasien diabetes tipe 2 pada lansia
dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan
2) Penulis mampu menuliskan diagnosa keperawatan pada pasien diabetes
tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan
3) Penulis mampu menyusun intervensi pada pasien diabetes melitus tipe 2
pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan
4) Penulisan mampu menyusun implementasi pada pasien diabetes melitus
tipe 2 pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan.
5) Penulisan mampu melakukan evaluasi pada pasien diabetes melitus tipe 2
pada lansia dalam kebutuhan rasa aman dan keselamatan

1.4 Manfaat penulisan


1.4.1 teoritis
Peningkatan dan menambah ilmu pengetahuan untuk penderita
diabetes melitus supaya bisa melakukan pencegahan diri sendiri dan orang
yang berada di sekitarnya agar kita bisa terhindar dari diabetes melitus
tersebut.
1.4.2 praktiks
1) Bagi Ruamah Sakit
Memberi informasi tentang informasi tentang asuhan keperawatan,
terutama pada penderita diabetes melitus, sehingga perawatannya kita
dapat memberikan asuhan keperawatan seoptimal mungkin kepada pasien
serta meningkatkan ketrampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang
lebih baik untuk pasien Diabetes Melitus.
2) Bagi Intusi Pendidikan
Memberikan informasi kepada institusi tentang asuhan
keperawatan pada Diabetes Melitus.
3) Bagi Perawat
Memberikan informasi yang dapat dijadikan sumber referensi bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan Diabetes Melitus.
4) Bagi Pasien
Memberikan informasi kepada pasien tentang intervensi yang
diberikan pada pasien Diabetes Melitus.
5) Bagi Penulis
Menambahkan pengalaman, keilmuan, terutama di bidang
keperawatan dan mengetahui perawat yang tepat bagi penderita Diabetes
Melitus.

Anda mungkin juga menyukai